Oleh
Arley Arliansyah
1914201022
Kelompok 1
Apabila ada masukan bahan-bahan organik pada daerah perairan yang ada
disekitar akan meningkatkan kekeruhan dan mencemari daerah tersebut. Hal
tersebut akan memengaruhi keanekaragaman fitoplankton di dalamnya karena
ketersediaan unsur hara yang tersebar tidak merata dan kurangnya penetrasi
cahaya. Selain Fitoplankton ada juga zooplankton dan benthos yang dapat
menjadi indikator tingkat produktivitas di suatu perairan. Organisme tersebut
merupakan produsen primer dan sekunder di dalam perairan.
2.1 Plankton
Plankton adalah organisme yang hidupnya melayang di dalam air. Dimana
kemampuan geraknya sangat terbatas hingga organisme tersebut terbawa oleh arus
namun, mempunyai peranan penting dalam ekosistem laut, karena plankton
menjadi bahan makanan bagi berbagai jenis hewan laut lainnya. Selain itu hampir
semua hewan laut memulai kehidupannya sebagai plankton terutama pada tahap
masih berupa telur dan larva (Nontji, 2005). Plankton terdiri dari fitoplankton dan
zooplankton. Fitoplankton adalah plankton menyerupai tumbuhan yang bebas
melayang dan hanyut dalam perairan serta mampu berfotosintesis. Zooplankton
adalah organisme renik yang hidup melayang-layang mengikuti pergerakan udara
yang berasal dari jasad hewani (Gusrina, 2008). Plankton sebagai bioindikator
kualitas suatu perairan perairan menggenang dapat ditentukan berdasarkan
fluktuasi populasi plankton yang mempengaruhi tingkat tropik perairan tersebut.
Unsur nutrisi berupa nitrogen dan fosfor yang terakumulasi dalam suatu perairan
akan menyebabkan terjadinya ledakan populasi fioplankton dan proses ini akan
menyebabkan terjadinya eutrofikasi yang dapat menurunkan kualitas perairan
(Umar, 2002).
2.2 Klorofil –a
Klorofil-a merupakan indikator kelimpahan fitoplankton di perairan yang
berperan dalam proses fotosintesis (Zhang, 2015). Beberapa parameter fisika
kimia yang mempengaruhi sebaran klorofil-a adalah intensitas cahaya dan nutrien.
Perbedaan parameter tersebut menjadi penyebab bervariasinya produktivitas
primer di beberapa tempat di laut (Samawi, 2007). Pada umumnya sebaran
konsentrasi klorofil-a tinggi di perairan pantai sebagai akibat dari tingginya
masukan nutrien yang berasal dari daratan melalui limpasan air sungai, dan
sebaliknya cenderung rendah di daerah lepas pantai. Sebaran klorofil-a di dalam
kolom perairan sangat tergantung pada konsentrasi nutrien (Canion et al., 2013).
2.3 Produktivitas Primer
Produktivitas primer dari suatu ekosistem didefinisikan sebagai jumlah energi
yang diserap dan disimpan oleh organisme-organisme produser melalui kegiatan
fotosintesis dan kemosintesis dalam suatu periode waktu tertentu (Widianingsih,
2002). Produktivitas primer bersih adalah istilah yang digunakan untuk jumlah
sisa produktivitas primer kotor yang sebagian digunakan oleh tumbuhan. Untuk
respirasi, produktivitas primer inilah yang tersedia bagi tingkat-tingkatan tropik
lain (Nybakken. 1992). Dalam produktivitas primer yang terjadi reduksi
karbondioksida dengan atomhidrogen dari udara untuk menghasilkan gula
sederhana dan selanjutnya membentuk molekul organik yang lebih kompleks
dengan menggunakan energi matahari yang ditangkap klorofil (Harper, 1992).
4.2 Plankton
Dari hasil identifikasi kelompok 1 dibawah mikroskop, didapat beberapa spesies
plankton antara lain Rhabdolaimus sp. dan Euglena sp., Rhabdolaimus sp mampu
mengembangkan adaptasi fisiologi terhadap kondisi lingkungan bentik untuk
kelangsungan hidupnya di bawah kondisi yang kurang oksigen dangan cara
mengurangi aktivitas dan metabolisme. Kondisi lingkungan bentik yang kurang
oksigen ini berkaitan dengan keberadaan senyawa sulfida (H2S) dalam sedimen.
Morfologi dari Euglena yaitu memiliki tubuh yang menyerupai gelendong dan
diselimuti oleh pelikel Euglena viridis. Ukuran tubuhnya 35 – 60 mikron dimana
ujung tubuhnya meruncing dengan satu bulu cambuk. Biasa ditemukan di kolam
peternakan atau parit saluran air. Euglena juga memiliki kloroplas yang
mengandung klorofil untuk berfotosintesis. Itulah mengapa dia bisa menghasilkan
makanan sendiri walaupun masih tergolong protozoa (Rohmimohtarto, 2007).
4.3 Klorofil –a
Pada hasil prakikum ini, pengamatan klorofil-a yang dilakukan kelompok 1
mendapatkan 1,9 µl. Konsentrasi kandungan klorofil-a bila dilihat pada lokasinya
berada dekat dengan inlet dan arah masuknya arus mengarah pada masuknya air
yang memungkinkan nutrien akan terbawa ke stasiun yang menyebabkan
kandungan klorofil-a menjadi tinggi. Berbanding terbalik jika berada pada outlet.
Hal ini diduga karena letak stasiun sudah menuju ke arah pintu keluar air sehingga
dapat mengakibatkan sedikitnya masukan nutrien dari limpasan yang
menyebabkan kandungan klorofilnya lebih sedikit.
4.5.2 Kecerahan
Pada pengukuran kecerahan dengan sechhi disk, didapat hasil kecerahan 45 cm.
penetrasi kurang dari 1,9 menunjukkan pentrasi cahaya itu tinggi dan perairan
tergolong tinggi. Sedangkan penetrasi cahaya di bawah 0,4 m dari permukaan air
merupakan control bagi perkembangan organisme produsen di perairan (Welch,
1952).
4.5.3 pH
Pada pengamatan kelompok 1, derajat keasaman yang didapat adalah 5 yang
berarti perairan pada stasiun kelompok 1 adalah asam. Air dapat bersifat asam
atau basa tergantung pada besar kecilnya pH air atau besarnya konsentrasi ion
hidrogen di dalam air. Namun, air yang memenuhi syarat untuk kelangsungan
hidup organisme adalah 7 (normal) (Arinda. 2011).
4.5.4 Orthofosfat
Menjadi salah satu senyawa untuk menunjang kehidupan organisme, khususnya
diperairan. Orthofosfat memiliki peran penting dalam pertumbuhan organisme
akuatik. Orthofosfat sangat berguna untuk pertumbuhan organisme dan
merupakan faktor yang menentukan produktifitas badan air. Orthofosfat adalah
bentuk fosfat yang dapat dimanfaatkan secara langsung oleh organisme akuatik
(Effendi, 2000).
4.5.5 Nitrit
Pada pengujian nitrit, didapat karateristik air sampel dari embung berubah warna
menjadi merah muda dengan kisaran nilai 0,05 mg/l dan 0,3 mg/l. Kandungan
nitrit pada perairan juga menjadi indikasi kesuburan perairan tersebut. kadar nitrit
di perairan jarang >1 mg/L. Kadar nitrit yang lebih dari 0,05 mg/L dapat bersifat
toksik bagiorganisme (Effendi, 2000).
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat pada praktikum kali ini antara lain :
1. Produktvitas primer dapat dilihat dari kadar nutrien dan DO yang
terkandung di perairan tersebut
2. Kondisi perairan di Embung C masih tergolong baik dan bisa untuk
dijadikan tempat berkembang biak bagi organnisme akuatik
3. Dilihat dari hasil parameter yang telah didapat diketahui bahwa kualitas
perairan memiliki hubungan kuat dengan nilai produktivitas
5.2 Saran
Untuk kedepannya agar lebih dipersiapkan alat dan bahan praktikum dengan baik
agar tidak terjadi keterlambatan yang berakibat pada kegagalan praktikum
DAFTAR PUSTAKA
Arinda. 2011. Kajian suhu permukaan laut mengunakan data satelit Aqua MODIS
di perairan Jayapura, Papua. Depik, 4(3), 160-167.
Barus, T.A. 2001. Pengantar Limnologi, Studi tentang Ekosistem Air Daratan.
Jurusan Biologi. Fakultas MIPA USU. Medan.
Canion Andy, H.L. MacIntyre, S. Phipps. 2013. Short-term to seasonal variability
in factors driving primary productivity in a shallow estuary: Implications
for modeling production. Estuarine, Coastal and Shelf Science, 131 : 224-
234.
Dharmawan, Agus dkk. 2005. Ekologi Hewan. Malang : UM Press.
Effendi H. 2000. Telaah Kualitas Air Bagi Pengeloaan Sumber Daya Lingkungan
Perairan. Bogor: Institut Pertanian Bogor. 259 hlm.
Effendi, H. 2003. Telaahan Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan
Lingkungan Perairan. Kanisius, Yogyakarta.
Gusrina, 2008. Budidaya Ikan Jilid I. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
Kejuruan. Klaten: PT. Macaan Jaya Cemerlang.
Harper, D. 1992. Freshwater Eutrophication. Chapman & Hall, London, New
York, Tokyo, Melbourne, Madras.
Haslam, S.M. 1995. River Pollution, an Ecological Perspective. Belhaven Press.
London UK.
Nontji, Anugrah. 2005. Jembatan Laut Nusantara. Jakarta.
Nybakken, J. 1992. Biologi Laut. Suatu Pendekatan Ekologis. PT Gramedia,
Jakarta.
Rohmimohtarto. 2007. Zoologi Invertebrata. Jakarta : Pustaka.
Samawi, MF. 2007. Hubungan Antara Konsentrasi Klorofil-a dengan Kondisi
Oseanografi di Perairan Pantai Kota Makasar. Unhas.
Umar, N. A. 2002. Hubungan antara Kelimpahan Fitoplankton dan Zooplankton
(Kopeoda) dengan Larva Kepiting di Peraian Teluk Siddo Kabupaten
Barru Sulawesi Selatan. Bogor : Institut Pertanian Bogor.
Welch, P. S. 1992. Limnology. Mc Graw Hill Book Company. New York,
Toronto, London.1992. Kunci Identifikasi Zooplankton. UI, Jakarta.
Widianingsih, N.2002. Produktivitas Primer Fitoplankton Tambak Udang
(Penalis monodon) di Desa Ayah Kabupaten Kebumen. Skripsi Fakultas
Biologi, Purwokerto.
Zhang C, Han M. 2015. Mapping chlorophyll-a concentration in Laizhou Bay
using Landsat 8 OLI data. Proceedings of the 36th IAHR World Congress.
Netherland.
LAMPIRAN
DOKUMENTASI
Perhitungan
Klorofil -a
Ke Kerapatan Optik Hasil Setelah
l (Panjang Gelombang) Senrifuse
630 nm 0,159 A
647 nm 0,156 A
1
664 nm 0,188 A
750 nm 0,086 A
Produktivitas Primer
Kadar DO
Stasiun Botol Botol Botol
Waktu GPP NPP R
1 inisial Terang Gelap
08.50 6,6 mg/l - -
11.50 - 6,4 mg/l 5,9 mg/l 280,33 -83,33 0,7
17.00 - 9,1 mg/l 7,1 mg/l 92,36 115,45 -0,5
Produktivitas Primer Kotor (GPP) dan Produktivitas Primer Bersih (NPP) dengan
lama inkubasi 3 jam dari pukul 08.50-11.50 yaitu :
Produktivitas Primer Kotor (GPP) dan Produktivitas Primer Bersih (NPP) dengan
lama inkubasi 9 jam dari pukul 08.50 -17.00 yaitu :