Anda di halaman 1dari 38

PRODUKTIVITAS PERAIRAN DI EMBUNG C UNIVERSITAS

LAMPUNG
(Laporan Akhir Praktikum Produktivitas Perairan)

Oleh:
Kelompok 4

Rahayu Handayani 2014201005


Alfiyana Kurnia Putri 2014201009
Adinda Lintang Khosyi 2014201020
Nur Muhammad Tirta Weuning Al Supandi 2014201025

PRODI SUMBERDAYA AKUATIK


JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2022
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Produktivitas primer adalah energi yang digunakan organisme autotroph
perairandalam proses pengubahan energi matahari menjadi energi kimia dan
bahan organik didalam tubuhnya melalui proses fotosintesis per satuan volume
dalam periode waktu tertentu (Suardiani, dkk., 2018). Fitoplankton berperan
dalam produktivitas primer sebagai produsen dalam rantai makanan untuk
menghasilkan bahan organik pada perairan. Kandungan produktivitas primer yang
tinggi disebabkan oleh faktor fisika- kimia perairan yang berpengaruh terhadap
unsur hara. Kandungan unsur hara yang tinggi akan memicu pertumbuhan sel
fitoplankton (Merina, dkk., 2016).

Produktivitas primer juga dipengaruhi oleh unsur hara seperti nitrat dan fosfat.
Nitrat dan fosfat bersumber dari proses-proses penguraian pelapukan ataupun
dekomposisi tumbuhan dan organisme yang telah mati di perairan. Kandungan
nitrat dan fosfat yang normal di perairan merupakan sumber nutrien bagi
tumbuhan air dan alga.Nitrat berfungsi untuk mengontrol produktivitas primer
di zona eufotik. Fosfat berperan sebagai unsur esensial bagi tumbuhan dan alga
yang mempengaruhi tingkat produktivitas primer perairan. Nitrat dan fosfat
berperan penting dalam pertumbuhan fitoplankton dan alga karena merupakan
indikator kualitas air dan penentu tingkat kesuburan perairan (Ramadhan &
Yusanti, 2020).

Klorofil-a menjadi salah satu parameter penentu dalam besar kecilnya


produktivitas primer di suatu perairan. Produktivitas primer adalah laju
terjadinya prosesfotosintesis serta produksi karbohidrat dalam volume tertentu
dan satuan luas suatu perairan. Dalam proses produktivitas primer, klorofil-a ikut
berperan aktif dalam daurkarbon serta rantai makanan bagi organisme heterotrof.
Menurut (Parson et al., 1984 dalam Nuzapril et al., 2017) bahwa dalam ekosistem
perairan, fitoplankton memiliki peranan besar terjadinya produktivitas primer di
perairan.

1.2 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan yang dilakukan dalam praktikum lapang yang dilaksanakan di
Embung Universitas Lampung:
1. Mengetahui produktivitas perairan di embung c universitas lampung.
2. Mengetahui kondisi perairan embung c melalui pengukuran parameter kualitas
air.
3. Mengetahui hubungan parameter kualitas air terhadap nilai produktivitas
perairandi embung c universitas lampung.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Plankton
Plankton adalah organisme yang melayang-layang di perairan yang tidak mampu
melawan arus. Plankton juga dapat dijadikan sebagai bioindikator karena plankton
peka terhadap perubahan kondisi perairan sehingga pengkajian keberadaan
plankton di suatu perairan dapat digunakan sebagai rujukan kualitas perairan
(Muhammad, 2020). Fitoplankton adalah parameter biologi yang berfungsi
sebagai biondikatorperairan yang mampu menentukan kualitas suatu perairan.
Fitoplankton merupakan produsen primer yang mampu menyediakan makanan
sendiri dengan mengolah zat organik dari zat anorganik dalam proses fotosintesis
(Muhammad, 2020).

Plankton merupakan organisme mikroskopis yang melayang-layang dalam air dan


mempunyai kemampuan renang yang sangat lemah serta pergerakannya
selalu dipengaruhi oleh arus air penurunan kualitas perairan sungai dapat dilihat
melalui parameter biologi dengan adanya keanekaragaman plankton di perairan
sungai. Keberadaan plankton dapat dijadikan sebagai bioindikator kondisi
perairan karena plankton memiliki batasan toleransi terhadap zat tertentu.
Beberapa penelitian yang pernah dilakukan berperan sebagai pigmen terpenting
karena klorofil-a memiliki fungsi untuk melakukan proses fotosintesis.
Fitoplankton disebut sebagai produsen primer yang memiliki kemampuan
membentuk suatu zat anorganik menjadi organik (Andi, dkk. 2018). Klorofil-a
merupakan salah satu parameter yang sangat menentukan produktivitas primer di
laut. Kondisi oseanografi suatu perairan sangat terkait dengan tinggi rendahnya
sebaran konsentrasi klorofil-a. Tingkat intensitas cahaya matahari dannutrien di
perairan merupakan salah satu parameter fisika dan kimia perairan yang dapat
mempengaruhi sebaran klorofil-a. Parameter tersebut menjadi penyebab
bervariasinya produktivitas primer beberapa tempat di laut (Elza, 2018).

Salah satu parameter yang sangat menentukan tingkat kesuburan perairan adalah
klorofil-a. Kondisi oseanografi suatu perairan sangat terkait dengan sebaran dan
tinggi rendahnya konsentrasi klorofil-a. Beberapa parameter fisika dan kimia yang
mempengaruhi sebaran klorofil-a adalah intensitas cahaya dan nutrien yang
terdapat pada perairan yang menyebabkan bervariasinya produktivitas primer
dibeberapa perairan. Tingkat kesuburan perairan sangat tergantung pada
konsentrasi klorofil-a yang dapat dilihat dari besarnya konsentrasi klorofil-a suatu
perairan. Jika klorofil-a perairan tinggi, maka tingkat kesuburan perairan tersebut
akan tinggi dan sebaliknya, jika klorofil-a suatu perairan rendah, maka tingkat
kesuburan perairan tersebut akan rendah (Heron, dkk. 2018).

Klorofil-a sangat dibutuhkan pada rumput laut terutama klorofil-a. dalam klorofil-
a terkandung pigmen pigmen fotosisntesis. Fungsi utama pigmen kuning dan
orange tersebut dalam fotosíntesis adalah sebagai pigmen tambahan dan tersedia
sebagai pelindung photo- oksidan dan kelebihan cahaya yang diserap pada
intensitas cahaya tinggi di permukaan. Pada lapisan permukaan 20 cm terjadi
kerusakan klorofil a dan karotenoid oleh kelebihan intensitas cahaya dan pengaruh
radiasi ultraviolet yang dikenal dengan photoinhibition (hambatan oleh cahaya),
photo- damage (kerusakan oleh cahaya) dan photo- oxidation (oksidasi oleh
cahaya) yang disebabkan olehintensitas cahaya yang terlalu tinggi Adanya
intensitas cahaya yang tinggi akan menurunkan aktifitas nitrat reduktase.
Kandungan pigmen fotosintesis ini lebih besar dengan meningkatnya kedalaman).
Rumput laut yang hidup pada lapisan dalam akan menerima lebih sedikit cahaya
dengan panjang gelombang yang efektif untuk diserap oleh klorofil (violet dan
merah) yang mendorong proses fotosintesi (Syamsuddin, rajuddin. Dkk. 2017).

Nilai klorofil-a di perairan Teluk Lampung pada musim timur terlihat warna
kuning yang hampir merata menunjukkan nilai konsentrasi klorofil-a yang tinggi
terdapat pada setiap stasiun. Dimana nilai konsentrasi klorofil-a pada musim timur
memiliki kisaran yang paling tinggi dibandingkan dengan musim lainnya yaitu
2,85 mg/m3 – 3,28 mg/m3.Konsentrasi klorofil-a yang tinggi berhubungan
dengan adanya dampak curah hujan, aliran sungai, pengadukan dasar perairan,
serta terjadinya proses penaikan air pada lapisan air laut yang agak dalam menuju
ke lapisan permukaan air laut (Upwelling). Kelimpahan fitoplankton juga
dipengaruhi oleh curah hujan, pada musim timur yang memiliki intensitas curah
hujan yang sangat rendah yang menyebabkan terjadinya kelimpahan fitoplanton di
suatu perairan (Elza, 2018).

2.2 Produktivitas Primer


Produktivitas primer merupakan konversi karbon anorganik menjadi karbon
organik. Produktivitas primer tidak hanya memainkan peran penting dalam siklus
global karbon tetapi juga sebagai sumber makanan untuk organisme heterotrop.
Fitoplanktonbisa ditemukan di seluruh massa air mulai dari permukaan laut
sampai pada kedalaman tertentu dengan intensitas cahaya yang masih
memungkinkan terjadinya fotosintesis (Nuzapril,dkk. 2019).

Produktivitas primer di perairan pantai akan tinggi jika didukung oleh berbagai
organisme seperti fitoplankton, mikroalga bentik, makroalga bentik dan makrofita.
Proses fotosintesis merupakan dasar bagi semua kehidupan dilaut, kecuali
organisme yang mampu berkemosintesis atau membuat makanan sendiri tanpa
bantuan sinar matahari. Produsen primer merupakan sumber makanan bagi semua
konsumen (seyo, 2019).

Produktifitas primer tinggi dibutuhkan oleh karang. Nilai produktivitas primer


bersih atau Net Primary Producitvity (NPP) kedua jenis karang pada dua
kedalaman diPulau Cemara Kecil berdasarkan hasil analisis uji t memiliki
perbedaan yang signfikan. . Hal ini dikarenakan pengaruh zooxanthellae yang
hidup bersimbiosis pada polip karang dan kemampuan zooxanthellaeuntuk
memfiksasi karbondioksida yang ada di perairan. Tinggi rendahnya produktivitas
primer pada terumbu karang dipengaruhi oleh berbagai sumber lain seperti
fitoplankton, lamun, mikro dan makroalga (Setyono, 2015).
Pola sebaran suatu organisme akuatik dipengaruhi oleh sifat fisika dan kimia.
Sifat fisika dan kimia yang dapat mempengaruhi kehidupan dan sebaran
perifiton di laut seperti suhu, cahaya matahari, salinitas, oksigen terlarut, pH,
tingkat kecerahan dan arus. Selain sifat-sifat fisika kimia perairan, sebaran
perifiton juga dipengaruhi oleh daur pembiakan, tingkah laku spesies dalam
populasi dan persaingan antar spesies (Harahap, dkk. 2015) pola sebaran
perifiton dipengaruhi oleh ketersediaan makanan dan kualitas lingkungan, maka
jumlah fitoplankton lebih banyak dibandingkan dengan zooplankton, namun pada
kondisi tertentu zooplankton dapat memanfaatkan bakteri detritus. Adanya
pengaruh kandungan nutrient terhadap pola sebaran jenis organisme planktonik.
Sehingga konsentrasi nutrient, khususnya nitrat dan fosfat berkaitan erat
dengan pola sebaran perifiton Mandal, dkk. 2016).

2.3 Suhu
Kondisi suhu udara di Indonesia menjadi lebih panas sepanjang abad dua puluh.

Suhuudara rata-rata tahunan telah bertambah kira-kira 0.3oC sejak tahun 1900.
Sementara itu tahun1990 menjadi decade terpanas abad ini. Tahun 1998 menjadi
tahun terpanas hampir 1 °C di atas rata-rata tahun1961-1990. Pemanasan ini telah
terjadi di semua musim sepanjang tahun. Curah hujan telah berkurang 2 hingga 3
persen diIndonesia dalam abad ini. Hampir seluruh pengurangan ini terjadi
selamaperiode bulan Desember – Februari. Rata-rata suhu udara di Indonesia
mengalami peningkatan berkisar 0,2 - 1°C yang terjadi sejak tahun 1970
sampaitahun 2008 akibat adanya pemanasan global. Dampak lain pemanasan
global yang merupakan salah satu aspek dari perubahan iklim adalah naiknya
permukaan air laut yang mengakibatkan menyusutnya luas lahan pertanian
(Wibisana, dkk. 2018). Peningkatan suhu mengakibatkan peningkatan viskositas,
reaksi kimia, evaporasi, volatilisasi, serta menyebabkan penurunan kelarutan gas
dalam air Peningkatan suhu juga menyebabkan terjadinya peningkatan
dekomposisi bahan organik oleh mikroba.

Suhu adalah suatu besaran fisika yang menyatakan banyaknya bahang yang
terkandung dalam suatu benda. Secara alamiah sumber utama bahang dalam air
laut adalah matahari. Setiap detik matahari memancarkan bahang sebesar 1026
kalori dan setiap tempat dibumi yang tegak lurus ke matahari akan menerima
bahang sebanyak 0.033 kalori/detik. Dikenal dua istilah untuk menentukan
temperatur air laut yaitu temperatur insitu (selanjutnya disebut sebagai temperatur
saja) dan temperatur potensial. Temperatur adalah sifat termodinamis cairan
karena aktivitas molekul dan atom di dalam cairan tersebut. Semakin besar
aktivitas (energi), semakin tinggi pula temperaturnya. Temperatur menunjukkan
kandungan energi panas. Energi panas dan temperatur dihubungkan oleh energi
panas spesifik. Energi panas spesifik sendiri secara sederhana dapat diartikan
sebagai jumlah energi panas yang dibutuhkan untuk menaikkan temperatur dari

satu satuan massa fluida sebesar 1o. Temperatur permukaan bumi ditentukan
terutama oleh jumlah radiasi matahari yang diterima. Sekitar 70 % radiasi yang
datang sampai ke permukaan secara langsung atau tidak langsung. Jumlahnya
bervariasi terhadap lintang, musim dan waktu dan jumlah yang terserap
tergantung pada albedo di permukaan. Lautan mempunyai kapasitas termal yang
besar karena panas spesifik dan laten air yang tinggi dan bertindak sebagai
penyangga temperatur untuk permukaan bumi sebagai suatu kesatuan. Insolasi
tahunan di lintang rendah lebih besar dari di bagian kutub karena sudut datang
dimana matahari mengenai permukaan bumi, semakin tinggi lintang semakin kecil
sudutnya (Tampubolon, dkk. 2015).

Suhu adalah derajat panas atau dingin yang diukur berdasarkan skala tertentu
dengan menggunakan termometer. Satuan suhu yang biasa digunakan adalah
derajat celcius (0C). Sedangkan di Inggris dan beberapa Negara lainnya
dinyatakan dalam derajat Fahrenheit (0F). Suhu juga bisa diartikan sebagai suatu
sifat fisika dari suatu benda yang menggambarkan Energy kinetic rata-rata dari
pergerakan molekul-molekul. Dengan suhu manusia dapat mengetahui dan
mengembangkan suatu informasi dan suhu diukur untuk digunakan di banyak
kebutuhan seperti pertanian, farmasi, Klimatologi, dan Geofisika (Andrinta, dkk.
2017). Pengaruh suhu permukaan laut terhadap pertumbuhan fitoplankton secara
tidak langsung akan mempengaruhi konsentrasi klorofil-a suatu perairan. Suhu
minimal fitoplankton dapat melakukan proses fotosintesis adalah 5 0 C. Semakin
tinggi suhu dan semakin tinggi intensitas cahaya, maka proses fotosintesis
semakin tinggi. Suhu maksimal fitoplankton melakukan fotosintesis adalah 300 C.
Ini menggambarkan fitoplankton terdistribusi digradien suhu dari 5- 30 0 C
(Astrijaya, dkk. 2015).

Suhu permukaan laut (SPL) merupakan salah satu parameter yang banyak dipakai
untuk mendeteksi perubahan iklim salah satunya adalah perubahan ekosistem
yang terjadi di perairan pesisir pantai. Perubahan suhu yang ekstrim akan
menyebabkan biota yang ada di pesisir pantai mengalami gangguan, dan akibat
dari perubahan ini akan mengubah tatanan ekosistem yang ada. Dalam kaitannya
dengan fenomena alamtersebut peranan penginderaan jauh sangat menentukan
karena teknologi ini mampu untuk menjawab permasalahan tersebut, dan
teknologi ini memiliki keunggulan dalam memetakan area yang cukup besar serta
ditunjang dengan kemampuan multi temporal sehingga teknologi ini merupakan
jawaban yang tepat untuk dipakai dan dikembangkan (Sukojo dan Jaelani ,2018).

2.4 pH
Parameter asam basa suatu perairan sehingga memiliki dampak bagi kelangsungan
hidup biota laut merupakan derajat keasaman (pH) disuatu perairan (Soliha, dkk.
2016). Perairan yang memiliki nilai pH= 7 dapat diartikan keadaan suatu perairan
bersifat netral, pH < 7 dapat mengindikasikan keadaan perairan bersifat asam,
sedangkan pH > 7 mengartikan bahwa keadaan suatu perairan bersifat basa. Nilai
minimum pH pada suatu perairan umumnya sebesar 7 – 8,5, nilai ini dianggap
ideal bagi kehidupan metabolisme air (Hidayat, 2017).

Kondisi kualitas di suatu perairan yang memiliki sifat sangat asam ataupun basa
jelas dapat membahayakan bagi kelangsungan biota laut, hal ini disebabkan oleh
terganggunya proses metabolism dan respirasi. Adanya perubahan sedikit saja
yang terjadi pada kadar pH akan berdampak pada perubahan reaksi fisiologi dari
berbagai jaringan maupun pada reaksi enzim dan lainnya. Secara umum nilai pH
pada perairanpesisir cenderung lebih rendah jika dibandingkan dengan nilai pH
pada perairan laut lepas, hal ini disebabkan oleh pengaruh masukan massa air
tawar dari sistem sungai bermuara (Hidayat, 2017).

Derajat keasaman air (pH) adalah indicator yang digunakan untuk menyatakan
tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Derajat
keasaman didefinisikan sebagai kologaritma aktivitas ion hidrogen (H+) yang
terlarut. Koefisienaktivitas ion hidrogen tidak dapat diukur secara eksperimental,
sehingga nilainya didasarkan pada perhitungan teoritis. Skala pH bukanlah
skala absolut. Beberapa dampak kesehatan jika kadar pH air tidak seimbang
adalah keseimbangan keasaman dan alkalinitas tubuh, mempertahankan tingkat
elektrolit, dan pH yang rendah kurang dari 7 (netral) maka akan dapat
mengakibatkan air tidak stabil dan mengalami perubahan warna, bau dan rasa
(Karangan, dkk. 2019).

pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat


keasamanatau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan . Ia didefinisikan sebagai
kologaritma aktivitas ion hidrogen (H+) yang terlarut. Koefisien aktivitas ion
hidrogen tidak dapatdiukur secara eksperimental, sehingga nilainya didasarkan
pada perhitungan teoretis. Skala pH bukanlah skala absolut. Ia bersifat relatif
terhadap sekumpulan larutanstandar yang pH-nya ditentukan berdasarkan
persetujuan internasional larutan denganharga pH rendah dinamakan ”asam”
sedangkan yang harga pH-nya tinggi dinamakan ”basa”. Skala pH terentang dari
0 (asam kuat) sampai 14 (basa kuat) dengan 7 adalah harga tengah mewakili air
murni (netral) (Mashadi. dkk, 2018).

pH adalah ukuran tingkat keasaman dari air atau besarnya konsentrasi ion H
dalam airdan merupakan gambaran keseimbangan antara asam (H+) dan basa (H-)
dalam air. Nilai sangat dipengaruhi oleh daya produktifitas suatu perairan.
Tambunan (2016). pH perairan dipakai sebagai salah satu untuk menyatakan baik
buruknya sesuatu perairan. Nilai pH yang normal adalah sekitar antara 6-8. Air
laut umumnya bersifat alkalis (pH > 7) karena bergaram. O2 terlarut merupakan
kebutuhan dasar untuk kehidupan hewan dan tanaman dalam air. Derajat
keasaman (pH) mempunyai pengaruh yang besar terhadap biota air sehingga
sering digunakan sebagai parameter atau sebagai petunjuk untuk menyatakan baik
buruknya keadaan perairan sebagai lingkungan hidup (Fardiez, 2020).

Alat pengukur pH perlu diketahui dalam praktek sehari-hari untuk tujuan tertentu.
Alat pengukur pH bermacam ragam dari yang sederhana dengan akurasi rendah
hingga yang canggih akurasi tinggi. Namun, kebanyakan orang memilih alat
pengukur pH yang paling sederhana dan mudah digunakan, terutama bila hanya
untuk mengetahui nilai pH secara kasar. Jenis alat pengukur pH bisa berupa kertas
(lakmus), elektode (logam, glass) atau elektronik. Kebanyakan mudah diperoleh
di pasar, apotik,ataupun toko-toko kimia. Meskipun demikian, ada baiknya kita
mengetahui prinsip dasar cara kerja alat pengukur dan metode mengukur pH
tersebut. Metode mengukur pH juga tidak kalah pentingnya untuk disesuaikan
dengan alat pengukur yang digunakan agar diperoleh hasil yang akurat (Trijayanto
dan Sukojo, 2015).

2.5 Kecerahan
Perairan yang jernih secara visual menandakan adanya kualitas air yang baik,
karena dalam air yang jernih umumnya kandungan partikel terlarut yang rendah.
Padaair yang mempunyai tingkat kecerahan tinggi, beberapa parameter kualitas
air yang terkait erat dengan bahan organik seperti NO 2 , H 2 S, dan NH 3
cenderung rendah. Kekeruhan suatu perairan pada umumnya disebabkan oleh dua
faktor, yaitu blooming plankton dan tersuspensinya partikel- partikel dasar
perairan. Partikel penyebab kekeruhan menyebabkan gangguan penetrasi cahaya
yang masuk dalam media air, sehingga dapat menyebabkan terhambatnya
pertumbuhan fitoplankton.Disamping itu keadaan blooming plankton juga dapat
menyebabkan kematian (Trimurti, 2022).

Kecerahan menunjukan sejauh apa sinar matahari dapat menembus ke dalam


tambak. Karena sinar matahari digunakan fitoplankton untuk berfotosintesis,
namun jika sinar matahari terlalu berlebih dan secara langsung juga tidak disukai
udang. Kecerahan dipengaruhi oleh banyaknya populasi plankton (fitoplankton
dan zooplankton) serta partikel tersuspensi lainnya (Saragi, 2021).
Secara tidak langsung kecerahan akan mempengaruhi komunitas hewan benthos
di perairan. Interaksi antara kekeruhan dengan faktor kedalaman akan
mempengaruhi penetrasi cahaya matahari sehingga produktifitas alga serta
mikrophyta lainya akan mempengaruhi keadaan ini, akan mempengaruhi
komposisi hewan makrobenthosyang makananya tergantung dari alga dan
mikrophyta lainya (Ridwan, 2016).

Menurut Mainassy (2017), kecerahan juga di tentukan oleh partikelpartikel


terlarut dan lumpur yang terkandung dalam perairan. Semakin banyak partikel
atau bahan organik terlarut maka kekeruhan akan meningkat, kekeruhan atau
konsentrasi bahan tersuspensi dalam perairan akan menurunkan efisiensi makan
dari organisme. Dalam perairan kecerahan merupakan ukuran transparasi perairan
dan pengukuran cahaya sinar matahari, di dalam air dapat di lakukan
menggunakan alat pengukur kecerahan yang biasanya di sebut dengan Secchi
disk, satuan untuk nilai kecerahan dari suatu perairan dengan alat tersebut adalah
satuan meter, jumlah cahaya yang di terima oleh fitoplankton di perairan asli
bergantung pada intensitas cahaya matahari yang masuk kedalam permukaan air
dan daya perambatan cahaya di dalam air. Secara umum kecerahan perairan
dalam media budidaya yang baik berkisar antara 30-40 cm(Prasasti, 2021).

2.6 Nitrit
Nitrat atau Nitrit merupakan wujud utama nitrogen di suatu perairan yang
memiliki sifat stabil serta sebagai nutrient utama bagi pertumbuhan fitoplankton.
Senyawa ini berasal dari proses oksidasi sempurna pada senyawa nitrogen di
perairan melalui proses difusi. Proses oksidasi amoniak berubah menjadi nitrit dan
nitrat disebutdengan nitrifikasi, proses ini penting dalam daur nitrogen serta
berlangsung pada kondisi aerob. Proses oksidasi ammonia menjadi nitrit dibantu
oleh bakteriNitrosomonas, sementara itu bakteri Nitrobacter membantu proses
oksidasi nitritmenjadi nitrat (Hidayat, 2017). Nutrien umumnya ada dalam bentuk
inorganik sepertinitrit, fosfat dan silikat yang memiliki peran penting dalam
proses metabolisme tubuhfitoplankton di ekosistem perairan. Kesuburan suatu
perairan dapat diketahui melalui keberadaan nutren-nutrien yang ada di perairan
tersebut. Nitrit berperan dalam prosessintesa protein yang dibutuhkan dalam
pertumbuhan fitoplankton. Sedangkan fosfat bertugas menyediakan nutrisi bagi
proses pertumbuhan dan metabolisme dalam kehidupan fitoplankton (Paiki dan
Kalor, 2017).

Nitrit yang terdapat di dalam perairan dapat digunakan untuk menggambarkan


berlangsungnya proses biologis perombakan bahan organik yang memiliki kadar
oksigen terlarut sangat rendah. Di dalam perairan alami, nitrit biasanya ditemukan
dalam jumlah yang sedikit, lebih sedikit dari pada nitrat, karena bersifat tidak
stabil dengan keberadaan oksigen (Pribadi, 2016).

Nitrogen merupakan senyawa yang diperlukan dalam fotosintesis dan diserap


dalam bentuk nitrat untuk menjadi makanan bagi ikan. Nitrogen merupakan salah
satusenyawa utama dalam pembentukan protein bagi fitoplankton. Kandungan
nitrat yangoptimal bagi pertumbuhan fitoplankton berkisar 0,9 – 3,5 mg/l
sedangkan kadar nitratyang dibutuhkan oleh dinoflagellate agar dapat tumbuh
optimal berkisa 0,09-0,23 mg/l (Aprilia, 2019). Umumnya kelimpahan
fitoplankton sangat bergantung pada kandungan unsur hara pada suatu perairan
terutama nitrat dan fosfat. Penurunanoksigen terlarut dapat mempengaruhi
aktivitas mikroorganisme selama penguraian zat organik, seperti pada proses
denitrifikasi yang menyebabkan penurunan kadar nutrisi (Aprilia, 2019).

2.7 Orthofosfat
Kandungan fosfat dalam air merupakan salah satu nutrisi penting untuk
pertumbuhan fitoplankton lebih lanjut. Pada perairan yang memiliki
kandungan fosfat berlebihakan mengakibatkan terjadinya eutrofikasi. Fosfat
merupakan salah satu bentuk fosfor yang diperlukan oleh sumber utama fosfat
yang terbentuk dari pelapukan batu- batuan (weathering), limbah organic seperti
detergen, buangan industry, pengadukan dasar laut, sungai serta hasil penguraian
bahan organik di perairan (Suardiani, Dkk. 2018).

Adanya kandungan nitrat yang rendah dan tinggi pada kondisi tertentu dapat
disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain adanya arus yang membawa
nitrat dan kelimpahan fitoplankton. Distribusi horisontal kadar nitrat semakin
tinggi menuju ke arah pantai dan kadar tertinggi biasanya ditemukan di
perairanmuara. Hal ini diakibatkan adanya sumber nitrat dari daratan berupa
buangan limbah yang mengandung nitrat (Patty, 2015). Tingginya konsentrasi
ortofosfatjuga dapat diakibatkan karena adanya pengaruh arus saat menuju pasang
yang bergerak dari timur ke barat. Sehingga massa air sungai yang membawa
limbah- limbah organik dari kegiatan pertanian, pemukiman serta perikanan
ketika sampai di laut akan terbawa oleh arus ke arah barat. Selain itu,
temperatur jugamerupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingginya
konsentrasi ortofosfat (Purwadi, dkk. 2016).

Kadar fosfor yang optimum bagi kelangsungan pertumbuhan fitoplankton berkisar


0,27–5,51 mg/l. Kandungan polutan yang masuk ke dalam kolom perairan
biasanya dalam bentuk organik dan anorganik, dalam hal ini fosfor akan
mengalami keadaanyapengencerani(dilution), penyebaran (dispertion) dan reaksi
penguraian (decay or reaction). Kandungan fosfatidi suatu perairan yang tinggi
dapat menyebabkaniterjadinya fenomena blooming fitoplankton serta dominasi
padaspesies tertentu (Hidayat, 2017).

Fosfat pada perairan berbentuk ortofosfat (PO4) Kandungan ortofosfat dalam


perairanmenandakan kesuburan perairan tersebut. Kandungan fosfat dalam
perairan padaumumnya berasal dari limpasan pupuk pada pertanian, kotoran
manusia maupunhewan, kadar sabun, pengolahan sayuran, serta industri pulp dan
kertas. Penggunaan detergen dalam rumah tangga juga menjadi penyumbang
kadar fosfat yang signifikan dalam perairan. (Mustofa, 2015).
III. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat Praktikum


Praktikum lapangan ini dilaksanakan pada hari Kamis 26 Mei 2022 pukul 09.00
sampai pukul 17.00 WIB di Laboraturium Budidaya Perairan Jurusan Perikanan
dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Pengamatan identifikasi di
laboratorium dilaksanakan pada hari Selasa 31 Mei i 2022 pukul 08.00 sampai
pukul 11.00 WIB

3.2 Alat dan Bahan Praktikum


Alat yang digunakan dalam praktikum yaitu botol gelap terang 11, lakban, tali
rafia, rol meter, patok kayu, botol sampel 50 ml, sechidisk, botol Aqua 600 ml,
ember, plankton net, pH paper, tisu, label, pipet tetes, plastik hitam, Do meter.
Alat yang digunakan pada saat identifikasi di laboratorium yaitu, erlenmeyer,
cover glass, tisu, mikroskop, moltar. Sedangkan bahan yang digunakan pada
identifikasi di laboratorium yaitu, sampel plankton, sampel klorofil, kertas saring,
aseton dan aquadest.

3.3 Metodologi Praktikum


3.3.1 Plankton
Langkah–langkah pengambilan plankton Pengambilan sampel air dilakukan
menggunakan ember plastik 10 liter sebanyak 5 kali pengulangan. Sampel air
yang disaring sebanyak 50 liter dan disaring menggunakan plankton net. Air yang
ditampung dalam botol penampung kemudian dipindahkan ke dalam botol
sampel. Lalu tambahkan dengan lugol, lugol diteteskan pada larutan sampel
sehingga air sampel menjadi warna kekuningan seperti teh lalu beri label.
3.3.2 Klorofil – a
Saring sampel air sebanyak 200 mL dengan menggunakan milipore Dengan
ukuran pori 0,45 µg/L. Untuk memperlancar penyaringan, gunakan Pompa hisap
dengan tekanan tidak lebih dari 50 cm hg. Air sampel ditambahkan beberapa tetes
MgCO3 guna mengawetkan klorofil- a.Klorofil-a yang tersaring dan kertas saring
dilarutkan dalam aceton 90% Sebanyak 10 mL, kemudian dimasukkan ke dalam
lemari pendingin selama 20 jam .Larutan sampel disentrifuse selama 30 menit
dengan kecepatan 4000 rpm.Larutan yang dihasilkan dipindahkan ke dalam
tabung spektrofotometer Untuk dianalisis kerapatan optiknya (optical density)
dengan panjang Gelombang 750, 664, 647, dan 630 nm. Kandungan klorofil-a
dihitung dengan menggunakan rumus C = Ca × v
V

C = konsentrasi klorofil-a (µg/l)


Ca = konsentrasi klorofil-a dari koreksi optic
= 11,85 (D664-D750) – 1,54 (D647-D750) – 0,08 (D630-D750)
v = volume akhir

3.3.3 Produktivitas Primer


Disiapkan sekurang-kurangnya 3 botol standar BOD (masing-masing dengan
volume ± 300 cc). Salah satu dari botol tersebut dilapisi dengan plastik hitam
atau isolasi hitam rapat-rapat sehingga cahaya tidak masuk ke dalam botol (botol
gelap), botol- botol lainnya dibiarkan terang. Secara berturut-turut dan hati-hati,
masukkan aircontoh yang diperoleh dari kedalaman tertentu kedalam botol gelap,
botol terang, danbotol terang yang lain yang akan disebut botol awal. Hindari
terbentuknyagelembung-gelembung udara dalam botol. Benamkan dan
gantungkan satu botolgelap dan satu botol terang yang sudah berisi contoh air di
lokasi contoh air tersebut berasal (misal pada interval kedalaman 1 m, 3 m, dan 5
m di suatu danau atau kolam). Biarkan botol-botol ini berada dalam air atau
diinkubasi selama periode waktu tertentu (3-6 jam). Terhadap satu botol terang
yang lain segera dilakukan pengukuran kandungan oksigen terlarut dengan
metode Winkler atau dengan alat DO-meter.Setelah masa inkubasi (antara 3
sampai 6 jam inkubasi) berakhir, botol-botol terang dan Gelap tersebut diangkat
untuk segera dilakukan analisis kandungan oksigen terlarut. Dicatat Kandungan
oksigen (mg/L) dari masing-masing botol dalam suatu tabel, sesuai dengan
kedalaman nya.

3.3.4 Faktor Fisika Kimia


3.3.4.1 Suhu
Langkah-langkah pengukuran suhu yaitu menyiapkan thermometer, meletakkan
termometer di lokasi perairan yang akan diukur suhunya, kemudian pegang tali
pada ujung thermometer. Selanjutnya tunggu 1 menit, lalu lihat suhu nya.

3.3.3.2 Kecerahan
Langkah-langkah pengukuran kecerahan menggunakan Secchi disk yaitu
memasukkan disk ke dalam perairan, catat kedalaman ketikadisk hampir
menghilang. Selanjutnya Angkat perlahan-lahan dan catat kedalaman ketika disk
mulai terlihat kembali. Kedalaman secchi merupakan rata-rata kedalaman dari
hilang dan muncul kembali.

3.3.3.3 pH
Langkah-langkah pengukuran pH menggunakan kertas pH indikator yaitu
masukkan kertas pH indikator ke dalam air sampel, amati perubahan warna pada
kertas pH indkator,Saat kertas masih lembab, cocokkan warna yang muncul
dengan skala Amati perubahan warna pada kertas pH indkator,Saat kertas masih
lembab, cocokkan warna yang muncul dengan skala yang terdapat pada kemasan.

3.3.3.4 Orthofsfat
Langkah langkah pengambilan fosfat yaitu ambil 5 mL sampel, masukan ke dalam
masing masing botol kaca 1 dan 2 kedalam botol kaca 2 tambahkan 1 tetes reagen
PO4-1 dan satu sendok reagen PO4-2 tutup dan kocok botol kaca,diamkan selama
30 detik – 60 detik. Kemudian tambahkan 2 tetes reagen PO4-3, tutup dan kocok
kembali. Diamkan selama 10 menit, baca dan cocokan warna sesuai dengan
standar warna, dengan menempatkan botol kaca1 dan posisi 1 dan botol kaca 2
pada posisi 2. Nilai yang berada di tengah tengah dapat diperkirakan. Setelah
digunakan, cuci botol kaca, keringkan, dantutup kembali.

3.3.3.5 Nitrit
Langkah-langkah pengambilan sampel nitrit yaitu ambil sebanyak 5 ml sampel,
masukkan kedalam masing masing botol kaca 1 dan 2. Menambahkan Reagen A
kedalam botol kaca 2 tutup dan kocok botol. Diamkan selama 1 menit, tambahkan
2 tetes Reagen B tutup dan homogenkan. Diamkan selama satu 1 menit.
Kemudianbaca dan cocokkan warna tersebut dengan standar warna. Setelah
digunakan botol dicuci dan dikeringkan
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Lokasi

Perairan yang menjadi lokasi tempat pendugaan produktivitas perairan yaitu


perairanembung di lab terpadu yang terletak di lab terpadu Fakultas Pertanian,
Universitas Lampung. Adapun hasil pengamatan dalam praktikum ini,
diantaranya ialah fungsinya sebagai kolam penampungan dan resapan air dari
lingkungan kampusFKIP, FMIPA, Fakultas Kedokteran dan sekitarnya. Embung
yang terletak padaLaboratorium Terpadu ini memiliki air yang berwarna hijau
dan memiliki kedalamankurang lebih lima meter. debit air yang tersedia dan bisa
ditampung didalam embungadalah sebesar 1,50 l/dt. Air limpasan ini ditampung
didalam embung yang berukuran 25 X 25 m2, dengan kedalaman 100 cm.
Volume air yang bisa ditampung lebihkurang 625 m3. Embung ini
dimanfaatkan untuk mengairi kolam yang ada di sebelahhilir embung. Dengan
mengatur besarnya volume aliran yang keluar dari embunguntuk mengairi
kolam, maka kebutuhan air untuk kolam bisa terpenuhi sepanjangtahun.
Pemanfaatan air embung untuk mengairi kolam ikan disebelah hilir, dapat
dilakukan dengan sistem irigasi saluran terbuka atau sistem irigasi kolom.
Kedua sistem ini memanfaatkan gaya gravitasi untuk mengalirkan air dari embung
ke kolam kolam disebelah hilir (Putra, 2014).
4.2 Plankton
Adapun hasil pengamatan plankton pada praktikum kali ini adalah sebagai
berikut.
Tabel 1. Hasil Pengamatan Plankton
No Gambar Klasifikasi
1 Regnum : Protista Divisio : Chlorophyta
Classis : ChlorophyceaeOrdo :
ChorococcalesFamily : Oocystadeae
Genus : Selenastrum
Spesies : Selenastrum Gracile
2. Regnum : Ochrophyta Classis :
BacillariophyceaeOrdo :
Bacillariales Genus : Pseudo Nitzschia
Spesies : Nitzchia sp.

3 Regnum : Plantae Divisio :


Chlorophyta Classis : Chlorophytae
Ordo : ChlorococealasFamily :
ChlorococedaeGenus : Schroederia
Spesies : Schroederia Segiter

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan pada stasiun 4 dan kemudian
dilakukan identifikasi terdapat 3 jenis plankton, diantaranya Selenastrum
Gracilememiliki bentuk sel seperti bulan sabit, membentuk kurva, ujungnnya
runcing seperti duri, hidup berkoloni dan juga soliter, sel berkoloni 6 sampai 12
hngga 32, memiliki kloroplas, panjangnya berkisar 13- 15um dan lebar berkisar 2-
8 um, habitatnya air tawar dan air laut. Schroederia Segitera, berukuran sekitar
100 µm, memiliki sel dengan pigmen, memiliki kromatophores rumput hijau atau
kuning hijau. Berbentuk kumparan, sedikit melengkung (lunate) atau segitiga,
piramida atau tidak tetap. Bersifat uniseluler tidak berflagel dan pada umumnya
tidak bergerak. Habitatnya di daerah akuatik . Nitzchia sp. hidup dengan koloni
sel (heterotrof) koloni sel tersebut membentuk rantai yang melingkar dan lurus
dengan ukuran sel berkisar kurang dari 10 µm-50 µm umumnya. Hasil
pengamatan menunjukkan sel koloni dengan pigmen pada sel kehijauan, memiliki
setae yang mengelilingi sel, terdapat pada kedua katup satae yang ukurannya
berbeda. Habitat species ini di air tawar yang tidak mengalir. Penyebaran plankton
di dalam air tidak sama pada kedalaman yang berbeda. Tidak samanya
penyebaran plankton dalam badan air disebabkan adanya perbedaan suhu, kadar
oksigen, intensitas cahaya dan faktor abiotik lainnya di kedalaman air yang
berbeda. Selain itu kepadatan plankton pada suatu badan air sering bervariasi
antar lokasi (Nugroho, 2017). Hal ini menunjukkan bahwa perairan kurang subur
dan ada indikasi turunnya kualitas air, hal ini sesuai dengan pernyataan rangpan
Isti'anah, dkk (2015). Perubahan komposisi dan kemelimpahan plankton di
perairan berhubungan erat dengan tingkat salinitas perairan, suhu, penetrasi
cahaya, ketersediaan nutrien, kecepatan arus, kedalaman dan pemangsaan oleh
predator Penyebaran plankton di dalam air tidak sama pada kedalaman yang
berbeda. Tidak samanya penyebaran plankton dalam badan air disebabkan adanya
perbedaan suhu, kadar oksigen, intensitas cahaya dan faktor abiotik lainnya di
kedalaman air yang berbeda. Selain itu kepadatan plankton pada suatu badan air
sering bervariasi antar lokasi. Pada lokasi bagian pinggir pada suatu badan air
kepadatan planktonnya biasanya lebih padat dibandingkan bagian tengah.

4.3 Klorofil A
Adapun hasil pengamatan klorofil-a pada praktikum kali ini adalah sebagai
berikut.

630 nm 0,021 A
674 nm 0,036 A
664 nm 0,053 A
750 nm 0,037 A

Konsentrasi klorofil-a pada pengamatan kelompok kami Sebesar 0,751 µg/l .


Sedangkan perbandingan produktivitas perairan kolam parameter DO 7,6 DO
botol terang 7,6 ppm 7,4 ppm 7,9 ppm 7,6 ppm Do botol gelap 7,1 ppm 6,8 ppm
6,3 ppm 6,0 ppm Respirasi 0,8 mg O,3 mg 1,5 mg 1,1 mg GPP 0,1 mg -0,4 mg
1,1 mg 0,5 mgmg NPP 0,7mg 0,2 mg -0,4 mg -0,6 mg. Klorofil-a adalah suatu
pigmen aktif dalam sel tumbuhan yang mempunyai peranan penting dalam
berlangsungnya proses. dalamAlhaq, dkk (2021) yang menjelaskan bahwa
kandungan klorofil–a <0,2 (mg/l) pada suatu perairan dikategorikan sebagai
perairan oligotrofik, kategori tersebut berarti perairan sudah sedikit tercemar dari
unsur hara yang berlebih, tidak dijumpai tanaman air yang berlebih dan
rendahnya unsur hara. Pada perairan oligotrofik konsentrasi klorofil-a tidak hanya
dipengaruhi oleh keberadaan nutrien yang tinggi namun juga oleh kecerahan
tinggi. Hal ini berhubungan dengan proses fotosintesis fitoplankton sebagai
penyusun biomassa fitoplankton (klorofil-a).

4.4 Produktifitas Primer


Adapun hasil pengamatan produktivitas primer pada praktikum kali ini adalah
sebagai berikut.
Tabel 3. Perbandingan Produktivitas Perairan Kolam

No Parameter Waktu Pengukuran


11.00 13.00 15.00 17.00
1 DO 7,6 ppm 7,6 ppm 7,6 ppm 7,6 ppm
2 DO Botol terang 7,6 ppm 7,4 ppm 7,9 ppm 7,6 ppm
3 DO Botol gelap 7,1 ppm 6,8 ppm 6,3 ppm 6,0 ppm
4 Respirasi 0,8 mg O,3 mg 1,5 mg 1,1 mg
5 GPP 0,1 mg -0,4 mg 1,1 mg 0,5 mg
6 NPP 0,7 mg 0,2 mg -0,4 mg -0,6 mg

Nilai Produktivitas Primer Kotor (GPP) dan Produktivitas Primer Bersih (NPP)
yang di dapatkan di praktikum kali ini ialah pada inkubasi 2 jam dari pukul
09.00 – 11.00di dapat GPP sebesar 0,1 mg dan NPP sebesar 0,7 mg. Pada
pukul 09.00 – 13.00yaitu GPP sebesar -0,4 mg dan NPP sebesar 0,2 mg. Pada
pukul 09.00 – 15.00 yaitudi dapat GPP sebesar 1,1 mg dan NPP sebesar -0,4
mg dan terakir pukul 09.00 –17.00 di dapat GPP sebesar 0,5 mg dan NPP
sebesar -0,6 mg. Produktivitas primer merupakan hasil dari proses fotosintesis
fitoplankton dan tumbuhan air dimana di dalam air akan dihasilkan senyawa
organik dan oksigen yang sangat dibutuhkan oleh organisme akuatik. Di dalam
suatu ekosistem dikenal adanya produsen dan konsumen,sehingga juga dikenal
adanya produktivitas oleh produsen dan produktivitas oleh konsumen (Djumara,
2017).

4.5 Faktor Fisika Kimia


4.5.1 Suhu
Suhu yang kami dapatkan ketika melakukan praktikum adalah 30oC . Suhu
perairan merupakan salah satu faktor lingkungan penting yang dapat
mempengaruhi produktivitas di suatu perairan. Air akan mengatur pengendalian
suhu tubuh organisme. Hal ini tentunya suhu menjadi salah satu faktor penting
dalam ekosistem organisme (Boyd, 2015). Rendah dan tingginya suhu pada suatu
perairan dapat disebabkan waktu pengukuran dan lokasi suhu udara disekitar.
Sehingga akan mempengaruhi pertumbuhan optimum bagi fitoplankton dan
organisme akuatik lainnya (Panjaitan, dkk., 2017).

4.5.2 Kecerahan
Definisi dari kecerahan adalah jarak yang bisa ditembus cahaya dalam kolom air
dan kedalaman merupakan fungsi dari kecerahan, sedangkan kekeruhan air adalah
suatu ukuran bias cahaya di dalam air yang menunjukkan derajat kegelapan di
dalam suatu perairan yang disebabkan adanya partikel- partikel yang hidup
maupun yang mati yang dapat mengurangi transmisi cahaya. Semakin besar
nilai kecerahan akan meningkatkan hasil produktifitas primer dalam bentuk
biomassa yang merupakan pendukung utama kehidupan komunitas pada
lingkungan tertentu (Tait, 2016).

Pada saat melakukan praktikum kecerahan yang kami dapatkan bervariasi,


mengikuti dengan perubahan jam dari terang hingga sedikit gelap, ketika
mengukur kecerahan pada pukul 09.00 kami mendapatkan kecerahan 75cm, hal
itu dikarenakan cuaca sangat terang sehingga sechi disk kami masih terlihat
hingga dasar pada kedalaman75 cm, lalu pada pukul 11.00 kami mendapatkan
kecerahan 45cm pada kedalaman 75cm, selanjutnya pada pukul 13.00 kami
mendapatkan 37,5 cm kecerahan dikedalamanyang masih 75 cm, dan pada pukul
15.00 serta pukul 17.00 kami mendapatkankecerahan sebesar 30 cm hal itu
dikarenakan cuaca sudah sedikit menggelap. Kecerahan sangat mempengaruhi
fotosintesis dari organisme yang berada didalam perairan.

4.5.3 pH
Nilai pengukuran pH yang di dapat ialah sebesar 6. Klasifikasi nilai pH dalam
perikanan dibagi menjadi 3 bagian yaitu, nilai pH yang berkisar antara 6 - 9,0
adalah nilai yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangbiakkan, nilai pH
yang kurang dari 6 dan lebih dari 9 di klasifikasikan pertumbuhan akan terhambat
dan pada nilai pH 4 dan 11 masing-masing merupakan titik kematian asam dan
basa. Jika pH air lebih rendah dari 5 dan lebih tinggi dari 9 mengindikasikan
perairan tersebut telah tercemar sehingga kehidupan biota air akan terganggu dan
tidak layak digunakan. pH rata- rata yaitu berkisar 7,9 – 8,3 mendukung
kehidupan cacing, karena pH optimum untuk pertumbuhan Annelida yakni antara
6 – 8. Pada pH netral atau nilai pHmendekati alkali merupakan kondisi yang
paling menguntungkan untuk Tubificidae dan Lumbriculidae (Labbaik, 2018).

4.5.4 Orthoposfat
Berdasarkan hasil analisis, konsentrasi kandungan fosfat pada stasiun pengukuran
berkisar 0,05 mg/L. Fosfor dalam perairan tawar ataupun air limbah pada
umumnya dalam bentuk fosfat, yaitu ortofosfat, fosfat terkondensasi seperti
pirofosfat,metafosfat dan polifosfat serta fosfat yang terikat secara organik
(adenosinmonofosfat). Phosfat merupakan salah satu bentuk senyawa yang
terdapat dalamperairan. Unsur phosfat terdapat dalam bentuk senyawa phosfat
organik dan anorganik. Senyawa phosfat organik terdapat dalam tubuh organisme
sedangkan senyawa phosfat anorganik terdapat dalam bentuk orthofosphat (Wasfi,
2015). Phosfat juga merupakan senyawa kimia yang sangat penting untuk
menunjang kehidupan organisme di perairan. Phosfat berperan dalam
pertumbuhan organisme dan merupakan salah satu faktor penentu kesuburan
perairan (Salmin, 2015).
4.5.5 Nitrit
Berdasarkan hasil analisis konsentrasi nitrit di embung unila didapat kandungan
nitrit sebesar 0,01. Nitrat merupakan salah satu nutrient senyawa yang penting
dalamsintesa protein hewan dan tumbuhan. Konsentrasi nitrat yang tinggi di
perairan dapat menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan organisme perairan
apabila didukung oleh ketersedian nutrient. Nitrifikasi yang merupakan proses
oksidasi amonia menjadinitrit dan nitrat adalah proses yang penting dalam siklus
nitrogen dan berlangsung pada kondisi aerob. Oksidasi ammonia menjadi nitrit
dilakukan oleh bakteri nitrosomonas, sedangkan oksidasi nitrit menjadi nitrat
dilakukan oleh nitrobacter(Baigo Hamuna1, 2018).
V. KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan Adapun kesimpulan yang di ambil pada praktikum yang tersebut
yaitu:
1. Produktivitas primer dalam bentuk plankton dianggap salah satu unsur yang
penting pada salah satu mata rantai perairan. Kesuburan atau produktivitas
primer pada Embung Universitas Lampung meliputi plankton, DO, CO2, dan
lain-lain. Produktivitas primer merupakan energi utama yang mendasari
struktur tropik ekosistem perairan dan merupakan tanggapanterhadap kondisi
fisik-kimia yang ada. Perubahan masukan unsur hara ke dalam perairan akan
berpengaruh terhadap produktivitas primer.
2. Dengan dilakukan nya praktikum dengan menggunakan parameter kualitas air
didapatkan hasil yaitu perairan Embung Universitas Lampung kurang subur.
Hal tersebut karena konsentrasi klorofil-a pada suatu perairan sangat
tergantung pada ketersediaan nutrien dan intensitass cahaya matahari. Bila
Nutrien dan intensitas matahari cukup tersedia, maka konsentrasi klorofil-a
akan tinggi dan sebaliknya.
3. Produktivitas primer dari suatu ekosistem didefinisikan sebagai jumlah energi
cahaya yang diserap dan kemudian disimpan oleh organisme-organisme
produser melalui kegiatan fotosintesis dan kemosintesis dalamsuatu periode
waktu tertentu. Pengukuran kandungan klorofil-a fitoplankton merupakan
salah satu alat pengukuran kesuburan suatu perairan yang dinyatakan dalam
bentuk produktivitas primer. Klorofil-a fitoplankton adalah suatu pigmen aktif
dalam sel tumbuhan yang mempunyai peran penting dalam berlangsungnya
proses fotosintesis perairan. Embung merupakan perairan yang tenang (lentik),
sehingga tingginya aktivitas penduduk disekitar waduk akan menyebabkan
beban masukan berupa limbah pertanian (pestisida), limbah rumah tangga
(domestik) akan tinggi. Sehingga menyebabkan terjadinya perubahan fisik .
kimia yang akan mempengaruhi produktivitas primer perairan. Selain itu
tingginya nilai produktivitas primer juga dipengaruhi oleh kedalaman dan
kandungan klorofil-a dalam perairan. Kedalaman suatu perairan akan berpengaruh
terhadap masuknya cahaya matahari kedalam perairan tersebut, semakin dalam
perairan maka akan berpengaruh pada kemampuan fitoplankton dalam
berfotosintesis.

5.2 Saran
Saran dalam praktikum pang kali ini diharapkan mahasiswa gar lebih berhati-hati
alam melakukan uji coba parameter fisika, kimia dan biologi yang dilakukan
EmbungUniversitas Lampung. Agar tidak terjadi sesuatu hal yang tidak di
inginkan. Dalam untuk alat dan bahan yang digunakan lebih dilengkapi kembali
serta menjaga alat danbahan yang digunakan untuk melancarkan proses uji coba.
DAFTAR PUSTAKA

Agustiar Muhammad, Dkk. 2020. Struktur Komunitas Plankton Di Perairan Kuala


Gigeng, Provinsi Aceh. Jurnal La‘Ot Ilmu Kelautan Vol 3(1).

Akmal, Rajuddin Syamsuddin, Dody Dh. Trijuno, Ambo Tuwo. 2017. Morfologi,
Kandungan Klorofil A, Pertumbuhan, Produksi, Dan Kandungan
KaraginanRumput Laut Kappaphycus Alvarezii Yang Dibudidayakan Pada
Kedalaman Berbeda. Jurnal Rumput Laut Indonesia. 2(2):39-50.

Andrinta, 2017. Alat Ukur Suhu Udara Digital Berbasis Atmega 32. Fakultas Ilmu
Komputer Dan Teknologi Informasi Jurusan Ilmu Komputer : USU.

Aprilia, P.S., 2019. Hubungan Struktur Komunitas Fitoplankton Dan Kualitas Air
Di Perairan Tongas Kabupaten Probolinggo. Universitas Islam Negeri
Sunan Ampel, Surabaya.

Boyd Ce. 2015. Water Quality, Switzerland: Springer.

Astrijaya, S., Andi Agussalim Dan Mohammad Rasyid Ridho. 2015. Akurasi
Nilai Konsentrasi Klorofil-A Dan Suhu Permukaan Laut Menggunakan
DataPenginderaan Jauh Di Perairan Pulau Alanggantang Taman Nasional
Sembilang. Jurnal. FMIPA. Universitas Sriwijaya.

Fahmi Dan D.E.D Setyono, 2015. Kondisi Lingkungan Pesisir Dan Perairan
Probolinggo, Jawa Timur. LIPI Press, Jakarta. 190hlm.
Garini Bonita et al., 2021. Kandungan Klorofil-a dan Kelimpahan di Perairan
Kendal,Jawa Tengah. Journal of Marine Reasearch, Vol 10 No. 1: 102- 108.

Gunawan, Elza Anggarini, Andi Agussalim Dan Heron Surbakti. 2019. Pemetaan
Sebaran Klorofil-A Menggunakan Citra Satelit Landsat Multitemporal Di
TelukLampung Provinsi Lampung. Maspari Journal, 11(2):49-58.

Hidayat, T., 2017. Kelimpahan Dan Struktur Komunitas Fitoplankton Pada


Daerah Reklamasi Pantai Seruni Kabupaten Bantaeng. Universitas
Hasanuddin,Makassar.

Karangan, Dkk. 2019. Uji Keasaman Air Dengan Alat Sensor Ph Di Stt Migas
Balikpapan. Jurnal Keilmuan Teknik Sipil. Volume 2 Nomor 1

Lakastri. Lavia., Pujiono Wahyu Purnomo, Max R Muskananfola. 2018. Pengaruh


Kedalaman Terhadap Produktivitas Primer Dan Densitas Zooxanthellae
Pada Karang Dominan Di Pulau Cemara Kecil, Karimunjawa. Journal Of
Maquares. 7(4):440-446.

Labbaik, M. I., 2018. Status Pencemaran Lingkungan Sungai Badung Dan Sungai
Mati Di Provinsi Bali Berdasarkan Bioindikator Phylum Annelida.
Journalnof Marine Science And Aquatic., 4(2) : 304-315

Mainassy, Meillisa Carlen. "Pengaruh Parameter Fisika Dan Kimia Terhadap


Kehadiran Ikan Lompa (Thryssa Baelama Forsskal) Di Perairan Pantai Apui
Kabupaten Maluku Tengah." Jurnal Perikanan. Universitas Gadjah Mada
19.2 (2017): 61-66.

Mashadi, Dkk., 2018. Studi Perubahansuhupermukaan Laut Menggunakan Citra


Satelit TERRA MODIS, Skripsi, Teknik Geomatika, Institut Teknologi
SepuluhNovember.

Merina, G., I. J. Zakaria, & Chairul. 2016. Produktivitas Primer Fitoplankton dan
Analisis Fisika Kimia di Perairan Laut Pesisir Barat Sumatera Barat. Jurnal
Metamorfosa, 3(2):112-119.

Mulkan Nuzapril, Seyo Budi Susilo & James P. Panjaitan. 2019. Sebaran
Produktivitas Primer Kaitannya Dengan Kondisi Kualitas Air Di Perairan
Karimun Jawa. Jurnal Segara. 15(1): 9-17

Muh. Hatta, Dkk. 2022. Perbandingan Klorofil-A Dan Kelimpahan Plankton Di


Perairan Pantai Kabupaten Pinrang, Provinsi Sulawesi Selatan. Pusat Riset
Kelautan, Badan Riset Dan Sumber Daya Manusia Kelautan Dan Perikanan,
KKP.

Mandal, S., Hikaru, H., Anupam, P., Hans, B., Smith, S.L., Kaiw,
W.,&Hidekatsu, Y.2016.A 1D Physical-Biological Model Of The Impact Of
Highly Intermittent Phytoplankton Distributions. Journal Ofplankton
Research,38(4):964-976.
Nuzapril, M., Susilo, S.B., Panjaitan, J.P., 2017. Estimasi Produktivitas Primer
Perairan Berdasarkan Konsentrasi Klorofil-a yang Di Ekstrak dari Citra
Satelit ANDSAT-8 di Perairan Kepulauan Karimun Jawa. J. Penginderaan
Jauh 14,25–36.

Nugroho, 2017. Kajian Kualitas Perairan Teluk Gorontalo Dengan Menggunakan


Metode Storet. Depik Jurnal Ilmu- Ilmu Perairan, Pesisir Dan Perikanan,
6(3), 235-241.

Ridwan, Muhammad, Dkk. 2016. "Struktur Komunitas Makrozoobentos Di


Empat Muara Sungai Cagar Alam Pulau Dua, Serang, Banten." Al-
Kauniyah: Jurnal Biologi 9.1:57-65.

Patty, S, I. 2015. Karakteristik Fosfat, Nitrat, Dan Oksigen Terlarut Di


Perairan Selat Lembeh, Sulawesi Utara. Jurnal Pesisir Dan Laut Tropis,
2 (1) : 1 –7.

Purwadi, F. S., G. Handoyo. Dan Kunarso. 2016. Sebaran Horizontal Nitrat


Dan Ortofosfat Di Perairan Muara Sungai Silugonggo, Kecamatan
Batangan, Kabupaten Pati. Jurnal Oseanografi, 5(1):28-39

Paiki, K., Kalor, J. D., Indrayani, E., & Dimara, L. 2018. Distribusi Kelimpahan
Dan Keanekaragaman Zooplankton Di Perairan Pesisir Yapen Timur,
Papua.Maspari Journal. 10(2); 199-205.

Prasasti, Lutfhi, Hastiadi Hasan, And Tuti Puji Lestari. 2021. "Analisis
Kesesuaian Perairan Sungai Serabek Desa Sekura Kecamatan Teluk
Keramat Kabupaten Sambas Untuk Usaha Budidaya Perikanan." Jurnal
Borneo Akuatika 3(1).

Pribadi, R.N., Badrus Z., & Purwono.2016. Pengaruh Luas Penutupan Kiambang
(Salvinia Molesta) Terhadap Penurunan COD, Amonia, Nitrit, Dan Nitrat
Pada Limbah Cair Domestik (Grey Water) Dengan Sistem Kontinyu. Jurnal
Teknik Lingkungan. 5(4).

Panjaitan, Dkk., 2017. Analisis Sebaran Suhu Permukaan Laut Dan


KonsentrasiKlorofil- A Di Perairan Belawan Kota Medan Provinsi
Sumatera Utara. Fakultas Perikanan Dan Kelautan Unri

Putra, 2014. Kajian Kualitas Air Laut Dan Indeks Pencemaran Berdasarkan
Parameter Fisika Kimia Di Perairan Distrik Depapre. Jayapura. Journal
Ilmu Lingkungan. 16(1) : 35-43

Ramadhan, & I. A. Yusanti. 2020. Studi Kadar Nitrat dan Fosfat Perairan Rawa
Banjiran Desa Sedang Kecamatan Suak Tapeh Kabupaten Banyuasin. Jurnal
Ilmu-Ilmu Perikanan dan Budidaya Perairan, 15(1): 37-41.
Saragi, Jandri Fan Ht. 2021. "Sosialisasi Pembuatan Dan Penggunaan
Secchi Disk." Abdi Sabha (Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat) 2(1):
141-147.

Septia, Sri. 2020. Kelimpahan Plankton Di Perairan Sungai Pelawikecamatan


Babalankabupaten Langkatprovinsi Sumatera Utara. Jurnal Jeumpa, 7 (2).

Sni Nurruhwati, Zahidah, Dkk. 2017 . Kelimpahan Plankton Di Waduk


Cirata Provinsi Jawa Barat. Jurnal Akuatik Indonesiavol 2(2),Pp. 102-
108.

Suardiani, N.K., Arthana, I.W., Kartika, G.R.A., 2018. Produktivitas Primer


Fitoplankton Pada Daerah Penangkapan Ikan Di Taman Wisata Alam Danau
Buyan, Buleleng, Bali. Curr. Trends Aquat. Sci. 1, 8–15.

Suardiani, N.K., Arthana, I.W., Kartika, G.R.A., 2018. Produktivitas Primer


Fitoplankton Pada Daerah Penangkapan Ikan Di Taman Wisata Alam Danau
Buyan, Buleleng, Bali. Curr. Trends Aquat. Sci. 1, 8–15.

Sukojo, B. M., & Jaelani, L. M.2018. Studi Perubahan Suhu Permukaan Laut
Menggunakan Satelit Aqua Modis. Geoid, 7(1), 73-78.

Salmin. 2015. Oksigen Terlarut Dan Kebutuhan Oksigen Untuk Penentuan


Kualitas Perairan. Diambil Dari Www.Images.Ouox.Content.Com Pada 28
November 2010.

Trijayanto, D. P., &Sukojo, B. M. 2015. Analisa Nilai


Klorofildenganmenggunakan Data Modis, Viirs, Dan In Situ (Studi Kasus:
Selat Madura). Geoid, 11(1), 34- 39.

Tait, 2016. Identification And Density Of Zooplankton As Natural Food Sources


Of Fish In The Waters Kampung Gisi, Tembeling, District Of Bintan. Intek
Akuakultur, 1 (1) : 27-36

Trimurti, Fadilla. 2022. Sebaran Spasial Dan Struktur Komunitas Fitoplankton


Yang Berpotensi Menyebabkan Harmful Algae Blooms (Habs) Di Perairan
TelukLaikang, Sulawesi Selatan. Diss. Universitas Hasanuddin.

Wibisana, H., Sukojo, Dkk. 2018. Penentuan Model Matematis Yang Optimal
Suhu Permukaan Laut Di Pantai Utara Gresik Berbasis Nilai Reflektan Citra
Satelit Aqua Modis.Geomatika, 24(1), 31-38.
LAMPIRAN
Dokumentasi

Gambar Keterangan

ecerahan menggunakansechidisk

Pengukuran parameter (Nitrit)

Pengukuran parameter (fosfat)


Identifikasi plankton

Proses penyaringan klorofil-a

pengukuran suhu perairan embung


Perhitungan
630 nm 0,021 A
674 nm 0,036 A
664 nm 0,053 A
750 nm 0,037 A

Rumus C = 𝐶𝑎 𝑥 𝑉
𝑉

Keterangan
C = kosentrasi klorofil-a (µg/l)
Ca = kosentrasi klorofil-a dari koreksi optic
= 11,85 (D664-D750) – 1,54 (D647-D647-D750) – 0,08 (D630-D750)
V = volume akhir ekstrak (ml)
V = volume sampel (ml)

Ca = 11,85 (D664-D750) – 1,54 (D647-D750) – 0,08 (D630-D750)


= 11,85 (0,053-0,037) – 1,54 (0,036-0,037) – 0,08 (-0,021-0,037)
= 11,85 (0,016) – 1,54 (0,001) – 0,08 (-0,016)
= 0,1896 – 0,00154 +0,00128
0,19242 ×8
C =
200

= 0,0076968
= 56,5 x (0,0076968)0,61
= 2,901
PEMBAGIAN TUGAS

Anggota Pembagian tugas

Tinjauan Pustaka , Dokumentasi, Tabel


Rahayu Handayani
Pembagian Tugas
I latarbelakang tujuan, Bab VKesimpulan
Alfiyana Kurnia putri
saran

Adinda lintang Kyosi Metodelogi, Dokumentasi

Nur Muhammad Tirta W.S Hasil dan Pembahasan, Daftar Pustaka,


Lampiran, Menyatukan Halaman

Irawan Yahya Gak kerja

Anda mungkin juga menyukai