LAMPUNG
(Laporan Akhir Praktikum Produktivitas Perairan)
Oleh:
Kelompok 4
Produktivitas primer juga dipengaruhi oleh unsur hara seperti nitrat dan fosfat.
Nitrat dan fosfat bersumber dari proses-proses penguraian pelapukan ataupun
dekomposisi tumbuhan dan organisme yang telah mati di perairan. Kandungan
nitrat dan fosfat yang normal di perairan merupakan sumber nutrien bagi
tumbuhan air dan alga.Nitrat berfungsi untuk mengontrol produktivitas primer
di zona eufotik. Fosfat berperan sebagai unsur esensial bagi tumbuhan dan alga
yang mempengaruhi tingkat produktivitas primer perairan. Nitrat dan fosfat
berperan penting dalam pertumbuhan fitoplankton dan alga karena merupakan
indikator kualitas air dan penentu tingkat kesuburan perairan (Ramadhan &
Yusanti, 2020).
2.1 Plankton
Plankton adalah organisme yang melayang-layang di perairan yang tidak mampu
melawan arus. Plankton juga dapat dijadikan sebagai bioindikator karena plankton
peka terhadap perubahan kondisi perairan sehingga pengkajian keberadaan
plankton di suatu perairan dapat digunakan sebagai rujukan kualitas perairan
(Muhammad, 2020). Fitoplankton adalah parameter biologi yang berfungsi
sebagai biondikatorperairan yang mampu menentukan kualitas suatu perairan.
Fitoplankton merupakan produsen primer yang mampu menyediakan makanan
sendiri dengan mengolah zat organik dari zat anorganik dalam proses fotosintesis
(Muhammad, 2020).
Salah satu parameter yang sangat menentukan tingkat kesuburan perairan adalah
klorofil-a. Kondisi oseanografi suatu perairan sangat terkait dengan sebaran dan
tinggi rendahnya konsentrasi klorofil-a. Beberapa parameter fisika dan kimia yang
mempengaruhi sebaran klorofil-a adalah intensitas cahaya dan nutrien yang
terdapat pada perairan yang menyebabkan bervariasinya produktivitas primer
dibeberapa perairan. Tingkat kesuburan perairan sangat tergantung pada
konsentrasi klorofil-a yang dapat dilihat dari besarnya konsentrasi klorofil-a suatu
perairan. Jika klorofil-a perairan tinggi, maka tingkat kesuburan perairan tersebut
akan tinggi dan sebaliknya, jika klorofil-a suatu perairan rendah, maka tingkat
kesuburan perairan tersebut akan rendah (Heron, dkk. 2018).
Klorofil-a sangat dibutuhkan pada rumput laut terutama klorofil-a. dalam klorofil-
a terkandung pigmen pigmen fotosisntesis. Fungsi utama pigmen kuning dan
orange tersebut dalam fotosíntesis adalah sebagai pigmen tambahan dan tersedia
sebagai pelindung photo- oksidan dan kelebihan cahaya yang diserap pada
intensitas cahaya tinggi di permukaan. Pada lapisan permukaan 20 cm terjadi
kerusakan klorofil a dan karotenoid oleh kelebihan intensitas cahaya dan pengaruh
radiasi ultraviolet yang dikenal dengan photoinhibition (hambatan oleh cahaya),
photo- damage (kerusakan oleh cahaya) dan photo- oxidation (oksidasi oleh
cahaya) yang disebabkan olehintensitas cahaya yang terlalu tinggi Adanya
intensitas cahaya yang tinggi akan menurunkan aktifitas nitrat reduktase.
Kandungan pigmen fotosintesis ini lebih besar dengan meningkatnya kedalaman).
Rumput laut yang hidup pada lapisan dalam akan menerima lebih sedikit cahaya
dengan panjang gelombang yang efektif untuk diserap oleh klorofil (violet dan
merah) yang mendorong proses fotosintesi (Syamsuddin, rajuddin. Dkk. 2017).
Nilai klorofil-a di perairan Teluk Lampung pada musim timur terlihat warna
kuning yang hampir merata menunjukkan nilai konsentrasi klorofil-a yang tinggi
terdapat pada setiap stasiun. Dimana nilai konsentrasi klorofil-a pada musim timur
memiliki kisaran yang paling tinggi dibandingkan dengan musim lainnya yaitu
2,85 mg/m3 – 3,28 mg/m3.Konsentrasi klorofil-a yang tinggi berhubungan
dengan adanya dampak curah hujan, aliran sungai, pengadukan dasar perairan,
serta terjadinya proses penaikan air pada lapisan air laut yang agak dalam menuju
ke lapisan permukaan air laut (Upwelling). Kelimpahan fitoplankton juga
dipengaruhi oleh curah hujan, pada musim timur yang memiliki intensitas curah
hujan yang sangat rendah yang menyebabkan terjadinya kelimpahan fitoplanton di
suatu perairan (Elza, 2018).
Produktivitas primer di perairan pantai akan tinggi jika didukung oleh berbagai
organisme seperti fitoplankton, mikroalga bentik, makroalga bentik dan makrofita.
Proses fotosintesis merupakan dasar bagi semua kehidupan dilaut, kecuali
organisme yang mampu berkemosintesis atau membuat makanan sendiri tanpa
bantuan sinar matahari. Produsen primer merupakan sumber makanan bagi semua
konsumen (seyo, 2019).
2.3 Suhu
Kondisi suhu udara di Indonesia menjadi lebih panas sepanjang abad dua puluh.
Suhuudara rata-rata tahunan telah bertambah kira-kira 0.3oC sejak tahun 1900.
Sementara itu tahun1990 menjadi decade terpanas abad ini. Tahun 1998 menjadi
tahun terpanas hampir 1 °C di atas rata-rata tahun1961-1990. Pemanasan ini telah
terjadi di semua musim sepanjang tahun. Curah hujan telah berkurang 2 hingga 3
persen diIndonesia dalam abad ini. Hampir seluruh pengurangan ini terjadi
selamaperiode bulan Desember – Februari. Rata-rata suhu udara di Indonesia
mengalami peningkatan berkisar 0,2 - 1°C yang terjadi sejak tahun 1970
sampaitahun 2008 akibat adanya pemanasan global. Dampak lain pemanasan
global yang merupakan salah satu aspek dari perubahan iklim adalah naiknya
permukaan air laut yang mengakibatkan menyusutnya luas lahan pertanian
(Wibisana, dkk. 2018). Peningkatan suhu mengakibatkan peningkatan viskositas,
reaksi kimia, evaporasi, volatilisasi, serta menyebabkan penurunan kelarutan gas
dalam air Peningkatan suhu juga menyebabkan terjadinya peningkatan
dekomposisi bahan organik oleh mikroba.
Suhu adalah suatu besaran fisika yang menyatakan banyaknya bahang yang
terkandung dalam suatu benda. Secara alamiah sumber utama bahang dalam air
laut adalah matahari. Setiap detik matahari memancarkan bahang sebesar 1026
kalori dan setiap tempat dibumi yang tegak lurus ke matahari akan menerima
bahang sebanyak 0.033 kalori/detik. Dikenal dua istilah untuk menentukan
temperatur air laut yaitu temperatur insitu (selanjutnya disebut sebagai temperatur
saja) dan temperatur potensial. Temperatur adalah sifat termodinamis cairan
karena aktivitas molekul dan atom di dalam cairan tersebut. Semakin besar
aktivitas (energi), semakin tinggi pula temperaturnya. Temperatur menunjukkan
kandungan energi panas. Energi panas dan temperatur dihubungkan oleh energi
panas spesifik. Energi panas spesifik sendiri secara sederhana dapat diartikan
sebagai jumlah energi panas yang dibutuhkan untuk menaikkan temperatur dari
satu satuan massa fluida sebesar 1o. Temperatur permukaan bumi ditentukan
terutama oleh jumlah radiasi matahari yang diterima. Sekitar 70 % radiasi yang
datang sampai ke permukaan secara langsung atau tidak langsung. Jumlahnya
bervariasi terhadap lintang, musim dan waktu dan jumlah yang terserap
tergantung pada albedo di permukaan. Lautan mempunyai kapasitas termal yang
besar karena panas spesifik dan laten air yang tinggi dan bertindak sebagai
penyangga temperatur untuk permukaan bumi sebagai suatu kesatuan. Insolasi
tahunan di lintang rendah lebih besar dari di bagian kutub karena sudut datang
dimana matahari mengenai permukaan bumi, semakin tinggi lintang semakin kecil
sudutnya (Tampubolon, dkk. 2015).
Suhu adalah derajat panas atau dingin yang diukur berdasarkan skala tertentu
dengan menggunakan termometer. Satuan suhu yang biasa digunakan adalah
derajat celcius (0C). Sedangkan di Inggris dan beberapa Negara lainnya
dinyatakan dalam derajat Fahrenheit (0F). Suhu juga bisa diartikan sebagai suatu
sifat fisika dari suatu benda yang menggambarkan Energy kinetic rata-rata dari
pergerakan molekul-molekul. Dengan suhu manusia dapat mengetahui dan
mengembangkan suatu informasi dan suhu diukur untuk digunakan di banyak
kebutuhan seperti pertanian, farmasi, Klimatologi, dan Geofisika (Andrinta, dkk.
2017). Pengaruh suhu permukaan laut terhadap pertumbuhan fitoplankton secara
tidak langsung akan mempengaruhi konsentrasi klorofil-a suatu perairan. Suhu
minimal fitoplankton dapat melakukan proses fotosintesis adalah 5 0 C. Semakin
tinggi suhu dan semakin tinggi intensitas cahaya, maka proses fotosintesis
semakin tinggi. Suhu maksimal fitoplankton melakukan fotosintesis adalah 300 C.
Ini menggambarkan fitoplankton terdistribusi digradien suhu dari 5- 30 0 C
(Astrijaya, dkk. 2015).
Suhu permukaan laut (SPL) merupakan salah satu parameter yang banyak dipakai
untuk mendeteksi perubahan iklim salah satunya adalah perubahan ekosistem
yang terjadi di perairan pesisir pantai. Perubahan suhu yang ekstrim akan
menyebabkan biota yang ada di pesisir pantai mengalami gangguan, dan akibat
dari perubahan ini akan mengubah tatanan ekosistem yang ada. Dalam kaitannya
dengan fenomena alamtersebut peranan penginderaan jauh sangat menentukan
karena teknologi ini mampu untuk menjawab permasalahan tersebut, dan
teknologi ini memiliki keunggulan dalam memetakan area yang cukup besar serta
ditunjang dengan kemampuan multi temporal sehingga teknologi ini merupakan
jawaban yang tepat untuk dipakai dan dikembangkan (Sukojo dan Jaelani ,2018).
2.4 pH
Parameter asam basa suatu perairan sehingga memiliki dampak bagi kelangsungan
hidup biota laut merupakan derajat keasaman (pH) disuatu perairan (Soliha, dkk.
2016). Perairan yang memiliki nilai pH= 7 dapat diartikan keadaan suatu perairan
bersifat netral, pH < 7 dapat mengindikasikan keadaan perairan bersifat asam,
sedangkan pH > 7 mengartikan bahwa keadaan suatu perairan bersifat basa. Nilai
minimum pH pada suatu perairan umumnya sebesar 7 – 8,5, nilai ini dianggap
ideal bagi kehidupan metabolisme air (Hidayat, 2017).
Kondisi kualitas di suatu perairan yang memiliki sifat sangat asam ataupun basa
jelas dapat membahayakan bagi kelangsungan biota laut, hal ini disebabkan oleh
terganggunya proses metabolism dan respirasi. Adanya perubahan sedikit saja
yang terjadi pada kadar pH akan berdampak pada perubahan reaksi fisiologi dari
berbagai jaringan maupun pada reaksi enzim dan lainnya. Secara umum nilai pH
pada perairanpesisir cenderung lebih rendah jika dibandingkan dengan nilai pH
pada perairan laut lepas, hal ini disebabkan oleh pengaruh masukan massa air
tawar dari sistem sungai bermuara (Hidayat, 2017).
Derajat keasaman air (pH) adalah indicator yang digunakan untuk menyatakan
tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Derajat
keasaman didefinisikan sebagai kologaritma aktivitas ion hidrogen (H+) yang
terlarut. Koefisienaktivitas ion hidrogen tidak dapat diukur secara eksperimental,
sehingga nilainya didasarkan pada perhitungan teoritis. Skala pH bukanlah
skala absolut. Beberapa dampak kesehatan jika kadar pH air tidak seimbang
adalah keseimbangan keasaman dan alkalinitas tubuh, mempertahankan tingkat
elektrolit, dan pH yang rendah kurang dari 7 (netral) maka akan dapat
mengakibatkan air tidak stabil dan mengalami perubahan warna, bau dan rasa
(Karangan, dkk. 2019).
pH adalah ukuran tingkat keasaman dari air atau besarnya konsentrasi ion H
dalam airdan merupakan gambaran keseimbangan antara asam (H+) dan basa (H-)
dalam air. Nilai sangat dipengaruhi oleh daya produktifitas suatu perairan.
Tambunan (2016). pH perairan dipakai sebagai salah satu untuk menyatakan baik
buruknya sesuatu perairan. Nilai pH yang normal adalah sekitar antara 6-8. Air
laut umumnya bersifat alkalis (pH > 7) karena bergaram. O2 terlarut merupakan
kebutuhan dasar untuk kehidupan hewan dan tanaman dalam air. Derajat
keasaman (pH) mempunyai pengaruh yang besar terhadap biota air sehingga
sering digunakan sebagai parameter atau sebagai petunjuk untuk menyatakan baik
buruknya keadaan perairan sebagai lingkungan hidup (Fardiez, 2020).
Alat pengukur pH perlu diketahui dalam praktek sehari-hari untuk tujuan tertentu.
Alat pengukur pH bermacam ragam dari yang sederhana dengan akurasi rendah
hingga yang canggih akurasi tinggi. Namun, kebanyakan orang memilih alat
pengukur pH yang paling sederhana dan mudah digunakan, terutama bila hanya
untuk mengetahui nilai pH secara kasar. Jenis alat pengukur pH bisa berupa kertas
(lakmus), elektode (logam, glass) atau elektronik. Kebanyakan mudah diperoleh
di pasar, apotik,ataupun toko-toko kimia. Meskipun demikian, ada baiknya kita
mengetahui prinsip dasar cara kerja alat pengukur dan metode mengukur pH
tersebut. Metode mengukur pH juga tidak kalah pentingnya untuk disesuaikan
dengan alat pengukur yang digunakan agar diperoleh hasil yang akurat (Trijayanto
dan Sukojo, 2015).
2.5 Kecerahan
Perairan yang jernih secara visual menandakan adanya kualitas air yang baik,
karena dalam air yang jernih umumnya kandungan partikel terlarut yang rendah.
Padaair yang mempunyai tingkat kecerahan tinggi, beberapa parameter kualitas
air yang terkait erat dengan bahan organik seperti NO 2 , H 2 S, dan NH 3
cenderung rendah. Kekeruhan suatu perairan pada umumnya disebabkan oleh dua
faktor, yaitu blooming plankton dan tersuspensinya partikel- partikel dasar
perairan. Partikel penyebab kekeruhan menyebabkan gangguan penetrasi cahaya
yang masuk dalam media air, sehingga dapat menyebabkan terhambatnya
pertumbuhan fitoplankton.Disamping itu keadaan blooming plankton juga dapat
menyebabkan kematian (Trimurti, 2022).
2.6 Nitrit
Nitrat atau Nitrit merupakan wujud utama nitrogen di suatu perairan yang
memiliki sifat stabil serta sebagai nutrient utama bagi pertumbuhan fitoplankton.
Senyawa ini berasal dari proses oksidasi sempurna pada senyawa nitrogen di
perairan melalui proses difusi. Proses oksidasi amoniak berubah menjadi nitrit dan
nitrat disebutdengan nitrifikasi, proses ini penting dalam daur nitrogen serta
berlangsung pada kondisi aerob. Proses oksidasi ammonia menjadi nitrit dibantu
oleh bakteriNitrosomonas, sementara itu bakteri Nitrobacter membantu proses
oksidasi nitritmenjadi nitrat (Hidayat, 2017). Nutrien umumnya ada dalam bentuk
inorganik sepertinitrit, fosfat dan silikat yang memiliki peran penting dalam
proses metabolisme tubuhfitoplankton di ekosistem perairan. Kesuburan suatu
perairan dapat diketahui melalui keberadaan nutren-nutrien yang ada di perairan
tersebut. Nitrit berperan dalam prosessintesa protein yang dibutuhkan dalam
pertumbuhan fitoplankton. Sedangkan fosfat bertugas menyediakan nutrisi bagi
proses pertumbuhan dan metabolisme dalam kehidupan fitoplankton (Paiki dan
Kalor, 2017).
2.7 Orthofosfat
Kandungan fosfat dalam air merupakan salah satu nutrisi penting untuk
pertumbuhan fitoplankton lebih lanjut. Pada perairan yang memiliki
kandungan fosfat berlebihakan mengakibatkan terjadinya eutrofikasi. Fosfat
merupakan salah satu bentuk fosfor yang diperlukan oleh sumber utama fosfat
yang terbentuk dari pelapukan batu- batuan (weathering), limbah organic seperti
detergen, buangan industry, pengadukan dasar laut, sungai serta hasil penguraian
bahan organik di perairan (Suardiani, Dkk. 2018).
Adanya kandungan nitrat yang rendah dan tinggi pada kondisi tertentu dapat
disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain adanya arus yang membawa
nitrat dan kelimpahan fitoplankton. Distribusi horisontal kadar nitrat semakin
tinggi menuju ke arah pantai dan kadar tertinggi biasanya ditemukan di
perairanmuara. Hal ini diakibatkan adanya sumber nitrat dari daratan berupa
buangan limbah yang mengandung nitrat (Patty, 2015). Tingginya konsentrasi
ortofosfatjuga dapat diakibatkan karena adanya pengaruh arus saat menuju pasang
yang bergerak dari timur ke barat. Sehingga massa air sungai yang membawa
limbah- limbah organik dari kegiatan pertanian, pemukiman serta perikanan
ketika sampai di laut akan terbawa oleh arus ke arah barat. Selain itu,
temperatur jugamerupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingginya
konsentrasi ortofosfat (Purwadi, dkk. 2016).
3.3.3.2 Kecerahan
Langkah-langkah pengukuran kecerahan menggunakan Secchi disk yaitu
memasukkan disk ke dalam perairan, catat kedalaman ketikadisk hampir
menghilang. Selanjutnya Angkat perlahan-lahan dan catat kedalaman ketika disk
mulai terlihat kembali. Kedalaman secchi merupakan rata-rata kedalaman dari
hilang dan muncul kembali.
3.3.3.3 pH
Langkah-langkah pengukuran pH menggunakan kertas pH indikator yaitu
masukkan kertas pH indikator ke dalam air sampel, amati perubahan warna pada
kertas pH indkator,Saat kertas masih lembab, cocokkan warna yang muncul
dengan skala Amati perubahan warna pada kertas pH indkator,Saat kertas masih
lembab, cocokkan warna yang muncul dengan skala yang terdapat pada kemasan.
3.3.3.4 Orthofsfat
Langkah langkah pengambilan fosfat yaitu ambil 5 mL sampel, masukan ke dalam
masing masing botol kaca 1 dan 2 kedalam botol kaca 2 tambahkan 1 tetes reagen
PO4-1 dan satu sendok reagen PO4-2 tutup dan kocok botol kaca,diamkan selama
30 detik – 60 detik. Kemudian tambahkan 2 tetes reagen PO4-3, tutup dan kocok
kembali. Diamkan selama 10 menit, baca dan cocokan warna sesuai dengan
standar warna, dengan menempatkan botol kaca1 dan posisi 1 dan botol kaca 2
pada posisi 2. Nilai yang berada di tengah tengah dapat diperkirakan. Setelah
digunakan, cuci botol kaca, keringkan, dantutup kembali.
3.3.3.5 Nitrit
Langkah-langkah pengambilan sampel nitrit yaitu ambil sebanyak 5 ml sampel,
masukkan kedalam masing masing botol kaca 1 dan 2. Menambahkan Reagen A
kedalam botol kaca 2 tutup dan kocok botol. Diamkan selama 1 menit, tambahkan
2 tetes Reagen B tutup dan homogenkan. Diamkan selama satu 1 menit.
Kemudianbaca dan cocokkan warna tersebut dengan standar warna. Setelah
digunakan botol dicuci dan dikeringkan
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan pada stasiun 4 dan kemudian
dilakukan identifikasi terdapat 3 jenis plankton, diantaranya Selenastrum
Gracilememiliki bentuk sel seperti bulan sabit, membentuk kurva, ujungnnya
runcing seperti duri, hidup berkoloni dan juga soliter, sel berkoloni 6 sampai 12
hngga 32, memiliki kloroplas, panjangnya berkisar 13- 15um dan lebar berkisar 2-
8 um, habitatnya air tawar dan air laut. Schroederia Segitera, berukuran sekitar
100 µm, memiliki sel dengan pigmen, memiliki kromatophores rumput hijau atau
kuning hijau. Berbentuk kumparan, sedikit melengkung (lunate) atau segitiga,
piramida atau tidak tetap. Bersifat uniseluler tidak berflagel dan pada umumnya
tidak bergerak. Habitatnya di daerah akuatik . Nitzchia sp. hidup dengan koloni
sel (heterotrof) koloni sel tersebut membentuk rantai yang melingkar dan lurus
dengan ukuran sel berkisar kurang dari 10 µm-50 µm umumnya. Hasil
pengamatan menunjukkan sel koloni dengan pigmen pada sel kehijauan, memiliki
setae yang mengelilingi sel, terdapat pada kedua katup satae yang ukurannya
berbeda. Habitat species ini di air tawar yang tidak mengalir. Penyebaran plankton
di dalam air tidak sama pada kedalaman yang berbeda. Tidak samanya
penyebaran plankton dalam badan air disebabkan adanya perbedaan suhu, kadar
oksigen, intensitas cahaya dan faktor abiotik lainnya di kedalaman air yang
berbeda. Selain itu kepadatan plankton pada suatu badan air sering bervariasi
antar lokasi (Nugroho, 2017). Hal ini menunjukkan bahwa perairan kurang subur
dan ada indikasi turunnya kualitas air, hal ini sesuai dengan pernyataan rangpan
Isti'anah, dkk (2015). Perubahan komposisi dan kemelimpahan plankton di
perairan berhubungan erat dengan tingkat salinitas perairan, suhu, penetrasi
cahaya, ketersediaan nutrien, kecepatan arus, kedalaman dan pemangsaan oleh
predator Penyebaran plankton di dalam air tidak sama pada kedalaman yang
berbeda. Tidak samanya penyebaran plankton dalam badan air disebabkan adanya
perbedaan suhu, kadar oksigen, intensitas cahaya dan faktor abiotik lainnya di
kedalaman air yang berbeda. Selain itu kepadatan plankton pada suatu badan air
sering bervariasi antar lokasi. Pada lokasi bagian pinggir pada suatu badan air
kepadatan planktonnya biasanya lebih padat dibandingkan bagian tengah.
4.3 Klorofil A
Adapun hasil pengamatan klorofil-a pada praktikum kali ini adalah sebagai
berikut.
630 nm 0,021 A
674 nm 0,036 A
664 nm 0,053 A
750 nm 0,037 A
Nilai Produktivitas Primer Kotor (GPP) dan Produktivitas Primer Bersih (NPP)
yang di dapatkan di praktikum kali ini ialah pada inkubasi 2 jam dari pukul
09.00 – 11.00di dapat GPP sebesar 0,1 mg dan NPP sebesar 0,7 mg. Pada
pukul 09.00 – 13.00yaitu GPP sebesar -0,4 mg dan NPP sebesar 0,2 mg. Pada
pukul 09.00 – 15.00 yaitudi dapat GPP sebesar 1,1 mg dan NPP sebesar -0,4
mg dan terakir pukul 09.00 –17.00 di dapat GPP sebesar 0,5 mg dan NPP
sebesar -0,6 mg. Produktivitas primer merupakan hasil dari proses fotosintesis
fitoplankton dan tumbuhan air dimana di dalam air akan dihasilkan senyawa
organik dan oksigen yang sangat dibutuhkan oleh organisme akuatik. Di dalam
suatu ekosistem dikenal adanya produsen dan konsumen,sehingga juga dikenal
adanya produktivitas oleh produsen dan produktivitas oleh konsumen (Djumara,
2017).
4.5.2 Kecerahan
Definisi dari kecerahan adalah jarak yang bisa ditembus cahaya dalam kolom air
dan kedalaman merupakan fungsi dari kecerahan, sedangkan kekeruhan air adalah
suatu ukuran bias cahaya di dalam air yang menunjukkan derajat kegelapan di
dalam suatu perairan yang disebabkan adanya partikel- partikel yang hidup
maupun yang mati yang dapat mengurangi transmisi cahaya. Semakin besar
nilai kecerahan akan meningkatkan hasil produktifitas primer dalam bentuk
biomassa yang merupakan pendukung utama kehidupan komunitas pada
lingkungan tertentu (Tait, 2016).
4.5.3 pH
Nilai pengukuran pH yang di dapat ialah sebesar 6. Klasifikasi nilai pH dalam
perikanan dibagi menjadi 3 bagian yaitu, nilai pH yang berkisar antara 6 - 9,0
adalah nilai yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangbiakkan, nilai pH
yang kurang dari 6 dan lebih dari 9 di klasifikasikan pertumbuhan akan terhambat
dan pada nilai pH 4 dan 11 masing-masing merupakan titik kematian asam dan
basa. Jika pH air lebih rendah dari 5 dan lebih tinggi dari 9 mengindikasikan
perairan tersebut telah tercemar sehingga kehidupan biota air akan terganggu dan
tidak layak digunakan. pH rata- rata yaitu berkisar 7,9 – 8,3 mendukung
kehidupan cacing, karena pH optimum untuk pertumbuhan Annelida yakni antara
6 – 8. Pada pH netral atau nilai pHmendekati alkali merupakan kondisi yang
paling menguntungkan untuk Tubificidae dan Lumbriculidae (Labbaik, 2018).
4.5.4 Orthoposfat
Berdasarkan hasil analisis, konsentrasi kandungan fosfat pada stasiun pengukuran
berkisar 0,05 mg/L. Fosfor dalam perairan tawar ataupun air limbah pada
umumnya dalam bentuk fosfat, yaitu ortofosfat, fosfat terkondensasi seperti
pirofosfat,metafosfat dan polifosfat serta fosfat yang terikat secara organik
(adenosinmonofosfat). Phosfat merupakan salah satu bentuk senyawa yang
terdapat dalamperairan. Unsur phosfat terdapat dalam bentuk senyawa phosfat
organik dan anorganik. Senyawa phosfat organik terdapat dalam tubuh organisme
sedangkan senyawa phosfat anorganik terdapat dalam bentuk orthofosphat (Wasfi,
2015). Phosfat juga merupakan senyawa kimia yang sangat penting untuk
menunjang kehidupan organisme di perairan. Phosfat berperan dalam
pertumbuhan organisme dan merupakan salah satu faktor penentu kesuburan
perairan (Salmin, 2015).
4.5.5 Nitrit
Berdasarkan hasil analisis konsentrasi nitrit di embung unila didapat kandungan
nitrit sebesar 0,01. Nitrat merupakan salah satu nutrient senyawa yang penting
dalamsintesa protein hewan dan tumbuhan. Konsentrasi nitrat yang tinggi di
perairan dapat menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan organisme perairan
apabila didukung oleh ketersedian nutrient. Nitrifikasi yang merupakan proses
oksidasi amonia menjadinitrit dan nitrat adalah proses yang penting dalam siklus
nitrogen dan berlangsung pada kondisi aerob. Oksidasi ammonia menjadi nitrit
dilakukan oleh bakteri nitrosomonas, sedangkan oksidasi nitrit menjadi nitrat
dilakukan oleh nitrobacter(Baigo Hamuna1, 2018).
V. KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan Adapun kesimpulan yang di ambil pada praktikum yang tersebut
yaitu:
1. Produktivitas primer dalam bentuk plankton dianggap salah satu unsur yang
penting pada salah satu mata rantai perairan. Kesuburan atau produktivitas
primer pada Embung Universitas Lampung meliputi plankton, DO, CO2, dan
lain-lain. Produktivitas primer merupakan energi utama yang mendasari
struktur tropik ekosistem perairan dan merupakan tanggapanterhadap kondisi
fisik-kimia yang ada. Perubahan masukan unsur hara ke dalam perairan akan
berpengaruh terhadap produktivitas primer.
2. Dengan dilakukan nya praktikum dengan menggunakan parameter kualitas air
didapatkan hasil yaitu perairan Embung Universitas Lampung kurang subur.
Hal tersebut karena konsentrasi klorofil-a pada suatu perairan sangat
tergantung pada ketersediaan nutrien dan intensitass cahaya matahari. Bila
Nutrien dan intensitas matahari cukup tersedia, maka konsentrasi klorofil-a
akan tinggi dan sebaliknya.
3. Produktivitas primer dari suatu ekosistem didefinisikan sebagai jumlah energi
cahaya yang diserap dan kemudian disimpan oleh organisme-organisme
produser melalui kegiatan fotosintesis dan kemosintesis dalamsuatu periode
waktu tertentu. Pengukuran kandungan klorofil-a fitoplankton merupakan
salah satu alat pengukuran kesuburan suatu perairan yang dinyatakan dalam
bentuk produktivitas primer. Klorofil-a fitoplankton adalah suatu pigmen aktif
dalam sel tumbuhan yang mempunyai peran penting dalam berlangsungnya
proses fotosintesis perairan. Embung merupakan perairan yang tenang (lentik),
sehingga tingginya aktivitas penduduk disekitar waduk akan menyebabkan
beban masukan berupa limbah pertanian (pestisida), limbah rumah tangga
(domestik) akan tinggi. Sehingga menyebabkan terjadinya perubahan fisik .
kimia yang akan mempengaruhi produktivitas primer perairan. Selain itu
tingginya nilai produktivitas primer juga dipengaruhi oleh kedalaman dan
kandungan klorofil-a dalam perairan. Kedalaman suatu perairan akan berpengaruh
terhadap masuknya cahaya matahari kedalam perairan tersebut, semakin dalam
perairan maka akan berpengaruh pada kemampuan fitoplankton dalam
berfotosintesis.
5.2 Saran
Saran dalam praktikum pang kali ini diharapkan mahasiswa gar lebih berhati-hati
alam melakukan uji coba parameter fisika, kimia dan biologi yang dilakukan
EmbungUniversitas Lampung. Agar tidak terjadi sesuatu hal yang tidak di
inginkan. Dalam untuk alat dan bahan yang digunakan lebih dilengkapi kembali
serta menjaga alat danbahan yang digunakan untuk melancarkan proses uji coba.
DAFTAR PUSTAKA
Akmal, Rajuddin Syamsuddin, Dody Dh. Trijuno, Ambo Tuwo. 2017. Morfologi,
Kandungan Klorofil A, Pertumbuhan, Produksi, Dan Kandungan
KaraginanRumput Laut Kappaphycus Alvarezii Yang Dibudidayakan Pada
Kedalaman Berbeda. Jurnal Rumput Laut Indonesia. 2(2):39-50.
Andrinta, 2017. Alat Ukur Suhu Udara Digital Berbasis Atmega 32. Fakultas Ilmu
Komputer Dan Teknologi Informasi Jurusan Ilmu Komputer : USU.
Aprilia, P.S., 2019. Hubungan Struktur Komunitas Fitoplankton Dan Kualitas Air
Di Perairan Tongas Kabupaten Probolinggo. Universitas Islam Negeri
Sunan Ampel, Surabaya.
Astrijaya, S., Andi Agussalim Dan Mohammad Rasyid Ridho. 2015. Akurasi
Nilai Konsentrasi Klorofil-A Dan Suhu Permukaan Laut Menggunakan
DataPenginderaan Jauh Di Perairan Pulau Alanggantang Taman Nasional
Sembilang. Jurnal. FMIPA. Universitas Sriwijaya.
Fahmi Dan D.E.D Setyono, 2015. Kondisi Lingkungan Pesisir Dan Perairan
Probolinggo, Jawa Timur. LIPI Press, Jakarta. 190hlm.
Garini Bonita et al., 2021. Kandungan Klorofil-a dan Kelimpahan di Perairan
Kendal,Jawa Tengah. Journal of Marine Reasearch, Vol 10 No. 1: 102- 108.
Gunawan, Elza Anggarini, Andi Agussalim Dan Heron Surbakti. 2019. Pemetaan
Sebaran Klorofil-A Menggunakan Citra Satelit Landsat Multitemporal Di
TelukLampung Provinsi Lampung. Maspari Journal, 11(2):49-58.
Karangan, Dkk. 2019. Uji Keasaman Air Dengan Alat Sensor Ph Di Stt Migas
Balikpapan. Jurnal Keilmuan Teknik Sipil. Volume 2 Nomor 1
Labbaik, M. I., 2018. Status Pencemaran Lingkungan Sungai Badung Dan Sungai
Mati Di Provinsi Bali Berdasarkan Bioindikator Phylum Annelida.
Journalnof Marine Science And Aquatic., 4(2) : 304-315
Merina, G., I. J. Zakaria, & Chairul. 2016. Produktivitas Primer Fitoplankton dan
Analisis Fisika Kimia di Perairan Laut Pesisir Barat Sumatera Barat. Jurnal
Metamorfosa, 3(2):112-119.
Mulkan Nuzapril, Seyo Budi Susilo & James P. Panjaitan. 2019. Sebaran
Produktivitas Primer Kaitannya Dengan Kondisi Kualitas Air Di Perairan
Karimun Jawa. Jurnal Segara. 15(1): 9-17
Mandal, S., Hikaru, H., Anupam, P., Hans, B., Smith, S.L., Kaiw,
W.,&Hidekatsu, Y.2016.A 1D Physical-Biological Model Of The Impact Of
Highly Intermittent Phytoplankton Distributions. Journal Ofplankton
Research,38(4):964-976.
Nuzapril, M., Susilo, S.B., Panjaitan, J.P., 2017. Estimasi Produktivitas Primer
Perairan Berdasarkan Konsentrasi Klorofil-a yang Di Ekstrak dari Citra
Satelit ANDSAT-8 di Perairan Kepulauan Karimun Jawa. J. Penginderaan
Jauh 14,25–36.
Paiki, K., Kalor, J. D., Indrayani, E., & Dimara, L. 2018. Distribusi Kelimpahan
Dan Keanekaragaman Zooplankton Di Perairan Pesisir Yapen Timur,
Papua.Maspari Journal. 10(2); 199-205.
Prasasti, Lutfhi, Hastiadi Hasan, And Tuti Puji Lestari. 2021. "Analisis
Kesesuaian Perairan Sungai Serabek Desa Sekura Kecamatan Teluk
Keramat Kabupaten Sambas Untuk Usaha Budidaya Perikanan." Jurnal
Borneo Akuatika 3(1).
Pribadi, R.N., Badrus Z., & Purwono.2016. Pengaruh Luas Penutupan Kiambang
(Salvinia Molesta) Terhadap Penurunan COD, Amonia, Nitrit, Dan Nitrat
Pada Limbah Cair Domestik (Grey Water) Dengan Sistem Kontinyu. Jurnal
Teknik Lingkungan. 5(4).
Putra, 2014. Kajian Kualitas Air Laut Dan Indeks Pencemaran Berdasarkan
Parameter Fisika Kimia Di Perairan Distrik Depapre. Jayapura. Journal
Ilmu Lingkungan. 16(1) : 35-43
Ramadhan, & I. A. Yusanti. 2020. Studi Kadar Nitrat dan Fosfat Perairan Rawa
Banjiran Desa Sedang Kecamatan Suak Tapeh Kabupaten Banyuasin. Jurnal
Ilmu-Ilmu Perikanan dan Budidaya Perairan, 15(1): 37-41.
Saragi, Jandri Fan Ht. 2021. "Sosialisasi Pembuatan Dan Penggunaan
Secchi Disk." Abdi Sabha (Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat) 2(1):
141-147.
Sukojo, B. M., & Jaelani, L. M.2018. Studi Perubahan Suhu Permukaan Laut
Menggunakan Satelit Aqua Modis. Geoid, 7(1), 73-78.
Wibisana, H., Sukojo, Dkk. 2018. Penentuan Model Matematis Yang Optimal
Suhu Permukaan Laut Di Pantai Utara Gresik Berbasis Nilai Reflektan Citra
Satelit Aqua Modis.Geomatika, 24(1), 31-38.
LAMPIRAN
Dokumentasi
Gambar Keterangan
ecerahan menggunakansechidisk
Rumus C = 𝐶𝑎 𝑥 𝑉
𝑉
Keterangan
C = kosentrasi klorofil-a (µg/l)
Ca = kosentrasi klorofil-a dari koreksi optic
= 11,85 (D664-D750) – 1,54 (D647-D647-D750) – 0,08 (D630-D750)
V = volume akhir ekstrak (ml)
V = volume sampel (ml)
= 0,0076968
= 56,5 x (0,0076968)0,61
= 2,901
PEMBAGIAN TUGAS