CUT FEBRIYARINI
1911101010078
NOVEMBER,2019
BAB I
ISI
1.1. FITOPLANTON
Fitoplankton adalah salah satu komponen biotik yang berperan penting dalam
ekosistem air. Fitoplankton merupakan organisme autotrof yang dapat menghasilkan
makanannya sendiri melalui proses fotosintesis. Fotosintesis yaitu proses perubahan senyawa
karbon yang difiksasi oleh organisme autotrof (fitoplankton) melalui sintesis zat-zat organik
dari senyawa anorganik seperti CO2 dah H2O dengan menggunakan energi matahari.
Fitoplankton dapat dijadikan indikator biologi sebagai penghasil oksigen dan bahan organik
yang dapat menentukan kesuburan perairan (fase trofik) dan pencemaran di dalam perairan
(Sihombing, 2015).
Pada waktu siang hari saat matahari bersinar cerah merupakan saat yang baik untuk
fitoplankton melakukan proses fotosintesis, sehingga fitoplankton melakukan migrasi vertikal
ke permukaan air untuk melakukan fotosintesis. Menurut pendapat Sofarini (2014) bahwa
pada perairan yang tenang Chlorophyta merupakan filum yang paling banyak ditemukan
dibanding pada perairan lainnya. Namun demikian dari jumlah selnya, maka filum
Chyanophyta (blue green algae) merupakan yang paling besar. Filum Chyanophyta jarang
dijumpai tetapi sekali muncul populasinya sangat besar. Filum Chrysophyta merupakan jenis
plankton yang lebih mampu beradaptasi terhadap perubahan intensitas cahaya matahari
dibandingkan jenis plankton lainnyaWalaupun hampir semua fitoplankton adalah fotoautotrof
obligat, ada beberapa fitoplankton yang miksotrofik dan ada juga spesies tak berpigmen yang
merupakan heterotrof (yang ini dinamakan sebagai zooplankton). Jenis-jenis ini, yang paling
dikenal adalah dinoflagellata seperti genus Noctiluca dan Dinophysis, memperoleh karbon
organiknya dengan memakan organisme atau material detritus lainnya.
Zat hara yang merupakan bahan makanan bagi fitoplankton umumnya diperoleh dari
daratan sekitarnya dan berasal dari berbagai limbah industri. Fitoplankton merupakan
komponen utama rantai makanan bagi biota laut sehingga keberadaan zat hara dan
fitoplankton merupakan salah satu indikator kesuburan perairan. Seiring dengan
perkembangan aktivitas manusia, berbagai faktor lingkungan dapat mempengaruhi kondisi
perairan ini, misalnya faktor fisika-kimia perairan, perubahan musim dan berbagai limbah
pertanian, industri maupun perkotaan. Fungsi perairan sering berubah akibat perubahan
struktur dan kuantitas plankton yang meliputi fungsi dan tingkat kemampuan perairan sebagai
pendukung kehidupan organisme
1.2 ZOOPLANKTON
Zooplankton adalah kategorisasi untuk organisme kecil yang termasuk protozoa kecil
dan metazoa besar. Kepentingan ekologi dari zooplankton termasuk foraminifera, radiolaria
dan dinoflagellate. Zooplankton metazoa penting termasuk cnidaria seperti ubur-ubur,
crustacea seperti copepoda dan krill, moluska seperti pteropoda dan chordate.
Zooplankton dapat dijumpai mulai dari perairan pantai, perairan estuaria di depan
muara sampai ke perairan di tengah samudra, dan perairan tropis hingga ke perairan kutub.
Hampir semua hewan yang mampu berenang bebas (nekton) atau yang hidup di dasar laut
(bentos) menjalani awal kehidupannya sebagai zooplankton, yakni ketika masih berupa telur
dan larva. Baru dikemudian hari, menjelang dewasa, sifat hidupnya yang semula sebagai
plankton berubah menjadi nekton atau bentos. Coelenterata, Nematoda, Chaetognata, dan
Annelida merupakan filum dari zooplankton yang bersifat meroplankton. Fase meroplankton
terjadi saat masih berupa larva. Misalnya Pada coelenterata, larvanya disebut planula.
Sihombing, Ika Novalia. 2015. Kajian Kesuburan Perairan Berdasarkan Unsur Hara (N,P)
dan Fitoplankton di Sungai Tulung Demak.Diponegoro Journal of Maquares.
Sofarini, Dini. 2014. Keberadaan dan Kelimpahan Fitoplankton sebagai Salah Satu
Indikator Kesuburan Lingkungan Perairan di Waduk Riam Kanan.EnviroScienteae