Anda di halaman 1dari 19

PENGENALAN PLANKTON

NAMA : REGINA ELSHADDAI TIMANG

NIM : L011211048

KELAS : PLANKTONOLOGI A

KELOMPOK : 5 (LIMA)

ASISTEN : AULIA PUTRI

LABORATORIUM OSEONOGRAFI KIMIA

DEPERTEMEN ILMU KELAUTAN

FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Plankton adalah mikroorganisme di dalam perairan yang sebagian besar


hidupnya lebih banyak diatur oleh pergerakan air seperti arus, gelombang dan
sebagainya (Hasan et all., 2017).
Plankton berdasarkan jenisnya dibedakan menjadi: zooplankton (plankton
hewani) dan fitoplankton (plankton nabati) (Florensia, 2016).
Fitoplankton adalah tumbuhan yang hidupnya mengapung atau melayang di
dalam laut. Fitoplankton bersifat autotrofik dan berperan sebagai produsen primer,
karena fitoplankton mampu berfotosintesis yakni menyerap energi dari cahaya
matahari untuk mengubah bahan anorganik menjadi bahan organic. Ukurannya
sangat kecil, berkisar antara 2 – 200 µm. Fitoplankton yang bisa tertangkap dengan
jaring umunya tergolong dalam tiga kelompok utama, yaitu diatom, dinoflagellata,
dan alga biru (blue-green Algae). Di perairan Indonesia diatom paling sering d
ditemukan, baru kemudian dinoflagellata. Alga biru jarang dijumpai, tetapi sekali
muncul sekali muncul sering popolasinya sangat besar (Florensia, 2016).
Zooplankton sering disebut juga plankton hewan yang hidupnya mengapung
atau melayang di atas air. Zooplankton sebenarnya termasuk golongan hewan
perenang aktif, yang dapat mengadakan migrasi secara vertikal pada beberapa
lapisan perairan, tetapi kekuatan berenang mereka adalah sangat kecil jika
dibandingkan dengan kuatnya gerakan arus itu sendiri (Harris, 2012).
Ukurannya berkisar 0,2–2 mm, tetapi ada juga yang berukuran besar misalnya
ubur-ubur yang bisa berukuran sampai lebih dari satu meter yang mempunyai sifat
heterotrofik, yakni tidak dapat menghasilkan sendiri bahan organik makanannya,
sehingga kelangsungan hidupnya sangat bergantung kepada fitoplankton yang
menjadi bahan makanannya. Berdasarkan lamanya organisme tersebut berada
dalam fase planktonik, zooplankton dibedakan menjadi dua kelompok yaitu
holoplankton dan meroplankton. Holoplankton merupakan plankton yang seluruh
fase hidupnya berada dalam bentuk planktonik contohnya cladocera, kopepoda dan
rotifera. Kopepoda merupakan organisme yang mempunyai peranan penting dalam
ekosistem estuari, tidak hanya karena jumlah mereka yang melimpah, namun juga
karena peranan mereka dalam proses siklus nutrien dan transfer energi (Florensia,
2016).
Pertumbuhan zooplankton tergantung pada fitoplankton, tetapi karena
pertumbuhan zooplankton lebih lambat dari fitoplankton maka populasi maksimum
zooplankton baru tercapai beberapa waktu setelah populasi maksimum fitoplankton
berlalu. Reproduksi aseksual fitoplankton dapat membelah diri secara cepat, dan
dapat meningkatkan ukuran populasinya lebih cepat dan lebih besar, sedangkan
reproduksi seksual zooplankton lebih lambat sehingga populasi maksimum baru
tercapai beberapa waktu setelah populasi maksimum fitoplankton berlalu (Florensia,
2016).
Pemanfaatan biomasaa fitoplankton oleh zooplankton dilakukan melalui
aktivitas grazing. Aktivitas makan dari zooplankton dilakukan melalui mekanisme
filtrasi dan pemilihan makanan. Laju filtrasi yang dilakukan oleh zooplankton terkait
dengan ukuran tubuh, namun hal ini dapat bervariasi antar individu bergantung
pada kondisi suhu dan konsentrasi makanan (Florensia, 2016).

B. Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dilakukannya pratikum planktonologi yaitu untuk menambah


pemahaman mahasiswa terkait jenis dan klasifikasi plankton, serta menambah
keterampilan mahasiswa dalam mengidentifikasi plankton.

Kegunaan dilakukannya pratikum planktonologi adalah menambah


pengetahuan praktikan tentang bentuk-bentuk plankton serta dapat membedakan
antara fitoplankton dan zooplankton.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Plankton

Plankton adalah jasad atau organisme yang hidup melayang dalam air, tidak
bergerak atau bergerak sedikit dan selalu mengikuti pergerakan/arus air (hewan,
tumbuhan, archaea atau bakteri). Yang menempati zona pelagic samudra, laut
atau air tawar. Plankton ditentukan oleh niche ekologi mereka dari pada
taksonomi filogenetik atau klasifikasi. Mereka menyediakan sumber makanan
penting yang lebih besar, lebih dikenal organism aquatic seperti ikan dan cetacea.
Meskipun berukuran mikro dalam ukuran, plankton termasuk dalam berbagai
ukuran seperti ubur-ubur (Saprobik et al., 2015).

Plankton merupakan organisme perairan yang keberadaannya dapat


menjadi indikator perubahan kualitas biologi perairan sungai. Plankton memegang
peran penting dalam mempengaruhi produktivitas primer perairan sungai.
Beberapa organisme plankton bersifat toleran dan mempunyai respon yang
berbeda terhadap perubahan kualitas perairan. (Desmawati et al., 2020).

Plankton melakukan migrasi harian, yaitu migrasi yang dilakukan dalam


waktu satu hari atau kurang untuk pergi dan kembali. Migrasi berfungsi untuk
mengatur ukuran populasi. Hewan yang meninggalkan populasi atau habitatnya
(emigrasi) untuk tidak kembali lagi mengurangi kepadatan kelompok asalnya.
Masuknya hewan ke habitat lain (imigrasi), meningkatkan populasi dihabitat
tersebut. Imigrasi biasanya terjadi di lingkungan yang kepadatan populasinya
rendah. Kelimpahan plankton sangat dipengaruhi adanya migrasi. Migrasi dapat
terjadi akibat dari kepadatan populasi, tetapi dapat pula disebabkan oleh kondisi
fisik lingkungan, misalnya perubahan suhu dan arus. Kerapatan populasi plankton
dapat berubah-ubah sejalan dengan waktu, naik turunnya kerapatan populasi itu
terjadi dalam batas-batas tertentu. batas atas kerapatan ditentukan oleh berbagai
faktor, seperti aliran energi atau produktivitas ekosistem, laju metabolisme
organisme tersebut (Dewanti, 2018).

B. Fitoplankton

fitoplankton adalah organisme mikroskopik yang hidupnya melayang dekat dengan


permukaan air. Hal ini didasarkan pada fakta bahwa secara umum, fitoplankton
mempunyai peranan penting sebagai produser primer perairan, mempunyai siklus
hidup yang pendek, dan banyak spesiesnya yang sensitif terhadap perubahan
lingkungan. Keberadaan fitoplankton dapat dijadikan sebagai bioindikator adanya
perubahan lingkungan perairan yang disebabkan oleh ketidakseimbangan suatu
ekosistem akibat pencemaran. (Desmawati et all., 2020)

Fitoplankton terutama diatom merupakan produser primer terbanyak di perairan,


mereka terdapat disemua bagian lautan tetapi melimpah dipermukaan massa air yang
terdapat banyak nutrient sehingga akan mempengaruhi kesuburan suatu perairan,
Keberadaan fitoplankton sebagai produsen primer di perairan sangat tergantung pada
unsur hara dan kualitas lingkungan pada daerah tersebut. Fitoplankton juga
bergantung pada kondisi beberapa faktor, seperti kedalaman, kecerahan, suhu, arus,
salinitas, pH, oksigen terlarut (DO), dan nutrien. Adapun faktor biotik yang
mempengaruhi adalah distribusi dan predasi (Sundari, 2016).

C. Zooplankton

Zooplankton sering disebut juga plankton hewan yang hidupnya mengapung atau
melayang di atas air. Zooplankton sebenarnya termasuk golongan hewan perenang
aktif, yang dapat mengadakan migrasi secara vertikal pada beberapa lapisan perairan,
tetapi kekuatan berenang mereka adalah sangat kecil jika dibandingkan dengan
kuatnya gerakan arus itu sendiri (Florensia, 2016)
Ukurannya berkisar 0,2–2 mm, tetapi ada juga yang berukuran besar misalnya
ubur-ubur yang bisa berukuran sampai lebih dari satu meter yang mempunyai sifat
heterotrofik, yakni tidak dapat menghasilkan sendiri bahan organik makanannya,
sehingga kelangsungan hidupnya sangat bergantung kepada fitoplankton yang
menjadi bahan makanannya. Zooplankton sangat kaya akan jenis. ada hewan yang
seluruh daur hidupnya tetap sebagi plankton, disebut holoplakton (Florensia, 2016).
Adapula yang hanya sebagian dari daur hidupnya sebagai plankton. Kehidupan
sebagai plankton dijalaninya hanya pada tahap awal, sebagai telur atau larva
sedangkan bila telah dewasa hidup sebagai nekton (berenang bebas) atau bentos
(hidup di dasar laut). Plankton yang bersifat sementara ini disebut meroplankton.
Acapkali bentuk larva sebagai plankton sangat jauh bedanya dengan bentuk
dewasanya Diantara hewan-hewan yang bersifat planktonik di ekosistem estuari,
zooplankton merupakan kelompok yang paling melimpah jumlahnya. Zooplakton
memegang peranan penting dalam siklus rantai makanan di estuari karena
zooplankton menjadi salah satu perantara yang mengkonversi energi dari tumbuhan
menjadi energi pada hewan (Florensia, 2016).
BAB III
PEMBAHASAN

A. Plankton

1. Plankton berdasarkan fungsi

Secara fungsional menggolongkan plankton menjadi empat golongan, yaitu:


Fitoplankton merupakan organisme yang bersifat autotrof, yakni yang
menghasilkan bahan makanan sendiri sehingga berperan sebagai produsen
primer; Zooplankton merupakan organisme yang bersifat heterotrof yang
berperan sebagai konsumen primer di perairan (Fazriati, 2019).
Bakterioplankton merupakan bakteri yang hidup sebagai plankton dan
berperan dalam nutrient cycle dalam ekosistem laut. Biota laut yang mati akan
diuraikan oleh bakteri sehingga akan menghasilkan unsur hara yang nantinya
akan digunakan oleh fitoplankton untuk membantu proses fotosintesis;
Virioplankton merupakan virus yang hidup sebagai plankton dan memiliki
fungsi sebagai daur karbon di ekosistem laut (Fazriati, 2019).

2. Plankton berdasarkan ukuran

Karena ada implikasi signifikan ekologi dan fisiologis ukuran tubuh di


plankton, kita menggunakan ukuran plankton sebagai langkah pertama dalam
klasifikasi. (Florensia, 2016).
Berbagai kategori ukuran plankton adalah sebagai berikut:

1. megaplankton adalah organisme mengambang besar yang melebihi 20 cm


seperti ubur-ubur yang sangat besar.
2. macroplankton (2-20 cm) termasuk organisme terlihat besar seperti krill,
panah cacing, ubur-ubur sisir dan ubur-ubur.
3. mesoplankton (0,2-20 mm) sangat umum dan dapat dilihat dengan mata
telanjang; mereka beragam dan termasuk copepoda, cladocerans, salps kecil,
larva banyak organisme bentik dan ikan, dan lain-lain.
4. microplankton (20-200 m ) termasuk besar plankton nabati (besar bersel
tunggal atau rantai pembentuk diatom, dinoflagel- lates), foraminiferans,
ciliates, nauplii (tahap awal krustasea seperti copepoda dan teritip), dan lain-
lain.
5. nanoplankton (2-20 m ) termasuk nabati plankton kecil (sebagian besar
bersel tunggal diatom), flagelata (baik sintetik photosyn- dan heterotrofik),
ciliates kecil, radiolaria, coccolithophorids dan lain-lain
6. picoplankton (0,2-2 m) sebagian besar bakteri (disebut bakteriologis
plankton). Mereka membutuhkan setidaknya 400 s perbesaran untuk deteksi
dan penghitungan. plankton laut bahkan lebih kecil (kurang dari 0,2 um)
(Florensia, 2016).

3. Plankton berdasarkan daur hidup


plankton berdasarkan daur hidupnya menjadi 3 golongan yaitu :
a) Holoplankton Dalam kelompok ini termasuk plankton yang seluruh daur
hidupnya dijalani sebagai plankton, mulai dari telur, larva, hingga
dewasa. Kebanyakan zooplankton termasuk dalam golongan ini.
Contohnya kopepod, amfipod, salpa, kaetognat. Fitoplankton juga
umunya adalah holoplankton (mulyadi, 2012).

b) Meroplankton Plankton dari golongan ini menjalani kehidupannya


sebagai plankton hanya ada pada tahap awal dari daur biota tersebut,
yakin pada tahap sebagai telur dan larva saja. Beranjak dewasa ia akan
berubah menjadi nekton, yakni hewan yang dapat aktif berenang
bebas, atau sebagai bentos yang hidup menetap atau melekat didasar
laut. Oleh sebab itu meroplankton sering pula disebut sebagai plankton
sementara. Meroplankton ini sangat banyak ragamnya dan umunya
mempunyai bentuk yang sangat berbeda dari bentuk dewasanya. Larva
krustasea seperti udang dan kepiting mempunyai perkembangan larva
yang bertingkat-tingkat dengan bentuk yang sedikitpun tidak
menunjukan persamaan dengan bentuk yang dewasa (mulyadi, 2012).

c) Titoplankton sebenarnya bukanlah plankton yang sejati karena biota ini


dalam keadaan normalnya hidup di dasar laut sebagi bentos. Namun
karena gerakan air seperti arus, pasang surut, dan pengadukan
menyebabkan ia bisa terangkat lepas dari dasar dan terbawa arus
mengembara sementara sebagi plankton. Beberapa jenis alga diatom
normalnya hidup didasar, tetapi dapat terangkut dan hanyut sebagai
plankton. Demikian pula ada beberapa jenis hewan seperti amfipod,
kumasea, dan isopod, yang normalnya hidup sebagai bentos didasar
laut tetapi dapat telepas dan terbawa hanyut dan menjalani kehidupan
sementara sebagai plankton (mulyadi, 2012).

4. Plankton berdasarkan sebar horizontal


Berdasarkan sebaran horizontalnya mengelompokkan plankton menjadi
beberapa kelompok, yaitu Plankton neritrik dan Plankton oseanik. Plankton
neritrik merupakan plankton yang hidup di perairan pantai dan payau dengan
kadar salinitas yang rendah. Biasanya plankton neritrik merupakan campuran
dari plankton laut dan plankton air tawar. Sedangkan Plankton oseanik
merupakan plankton yang hidup di samudera lepas yang memiliki kadar
salinitas tinggi (Fazriati, 2019)

5. Plankton berdasarkan sebar vertical


sebaran vertikalnya, plankton dikelompokkan menjadi tiga kelompok yakni
Epiplankton adalah plankton yang hidup di lapisan permukaan perairan hingga
kedalaman kisaran 100 m; Mesoplankton adalah yang hidup di lapisan tengah
perairan dengan kedalaman 100-400 m. Pada lapisan ini yang umum
ditemukan adalah zooplankton; Hipoplankton merupakan plankton yang hidup
di kedalaman lebih dari 400 m. Kelompok plankton yang hidup di lapisan ini
adalah batiplankton dan abisoplankton (Fazriati, 2019).

B. Parameter Fisika dan Kimia Terhadap Plankton

a. Suhu
suhu air di permukaan dapat dipengaruhi oleh kondisi meteorologi seperti
curah hujan, kelembapan udara, penguapan, suhu udara, kecepatan angina,
dan intensitas radiasi matahari. suhu suatu badan air dipengaruhi oleh musim,
sirkulasi udara, ketinggian dari permukaan, waktu dalam hari, sirkulasi udara,
penutupan awan, dan aliran serta kedalaman badan air. Suhu sangat berperan
dalam mengendalikan kondisi ekosistem perairan. Organisme akuatik memiliki
kisaran suhu tertentu (batas atas dan bawah) untuk keberlangsungan
pertumbuhannya. suhu yang optimum untuk pertumbuhan fitoplankton di
perairan berkisar antara 20C - 30C (ambarwati, 2019).

Alga dari filum Chlorophyta tumbuh dengan baik pada kisaran suhu 30C -
35C sedangkan Diatom tumbuh dengan baik pada suhu 20C - 30C.
Peningkatan suhu dalam suatu perairan dapat menyebabkan peningkatan
kecepatan metabolisme dan respirasi organisme air yang selanjutnya
mengakibatkan konsumsi oksigen meningkat. Selain itu, peningkatan suhu
perairan sebesar 10C dapat menyebabkan terjadinya peningkatan konsumsi
oksigen oleh organisme akuatik sekitar 2 - 3 kali lipat dari konsumsi oksigen
normal. Akan tetapi, peningkatan suhu ini disertai dengan penurunan kadar
oksigen terlarut, sehingga keberadaan oksigen seringkali tidak mampu
memenuhi kebutuhan oksigen bagi organisme akuatik untuk melakukan proses
metabolisme dan respirasi. Peningkatan suhu juga menyebabkan terjadinya
peningkatan dekomposisi bahan organik oleh mikroba. meningkatnya suhu
perairan akan diikuti dengan meningkatnya laju fotosintesis oleh fitoplankton.
Akan tetapi laju fotosintesis dapat menurun secara signifikan setelah suhu
perairan mencapai titik tertentu. Hal tersebut dikarenakan fitoplankton selalu
menyesuaikan diri terhadap lingkungan (beradaptasi) terhadap kisaran suhu
tertentu. Suhu optimum untuk pertumbuhan fitoplankton pada perairan tropis
berkisar antara 25C - 32C. suhu optimum bagi pertumbuhan fitoplankton pada
suatu perairan berkisar antara 20C - 30C (ambarwati, 2019).

b. Kecerahan
Nilai kecerahan air menunjukkan kedalaman perairan yang dapat ditembus
oleh cahaya matahari. Hal tersebut berkaitan dengan proses fotosintesis
fitoplankton dan migrasi harian zooplankton. Bagi fitoplankton intensitas cahaya
merupakan salah satu faktor penting dalam pertumbuhan dan proses
fotosintesis. Sementara zooplankton cenderung akan menjauhi lapisan perairan
yang dapat ditembus cahaya matahari dan akan naik ke lapisan perairan
dengan tingkat intensitas cahaya matahari yang rendah untuk mencari makan.
Oleh sebab itu, zooplankton banyak ditemukan di perairan pada malam hari.
Kecerahan air pada suatu perairan bergantung pada warna dan kekeruhan.
Kecerahan merupakan ukuran transparansi perairan, yang ditentukna secara
visual dengan menggunakan alat secchi disk. Nilai kecerahan dinyatakan
dalam satuan meter. Nilai ini dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu
pengukuran, kekeruhan, dan padatan tersuspensi, serta ketelitian orang yang
melakukan pengukuran. Untuk melakukan pengukuran kecerahan sebaiknya
dilakukan pada saat cuaca cerah. (ambarwati, 2019).

c. Derajat Keasaman (pH)


Derajat keasaman (pH) merupakan salah satu parameter yang dapat
menentukan produktivitas suatu perairan. Nilai pH pada suatu perairan memiliki
peranan penting pada proses kimia dan biologi yang dapat menentukan
kualitas perairan. Organisme perairan akan hidup dengan baik pada perairan
dengan nilai pH yang berkisar 6.5 – 8.5. Perubahan pH dapat menyebabkan
perubahan dalam reaksi fisiologik pada berbagai jaringan maupun pada reaksi
enzim. nilai pH menunjukkan tingkat keasaman atau kebasaan suatu perairan.
Perairan yang memiliki nilai pH 7 artinya kondisi perairan tersebut bersifat
netral. Perairan dengan nilai pH kurang dari 7 artinya kondisi perairan tersebut
bersifat asam. Sedangkan perairan yang memiliki nilai pH lebih dari 7 artinya
kondisi perairan tersebut bersifat basa. Biota perairan sebagian besar sangat
sensitive terhadap perubahan pH. Selain itu, biota perairan lebih menyukai
perairan dengan nilai pH 7 – 8.5. Perairan laut Indonesia umumnya memiliki pH
yang bervariasi antara 6-8.5, nilai pH maksimum terdapat pada zona
fotosintesis yang menunjukkan fenomena mencegah pembentukan HCO yang
berasal dari CO (ambarwati, 2019).

d. Dissolve Oxygen (DO)


Kadar oksigen terlarut atau DO (Dissolve Oxygen) di dalam suatu
perairan alami bervariasi tergantung pada suhu, salinitas, turbulensi air, dan
tekanan atmosfer. Kadar oksigen akan semakin berkurang dengan
meningkatnya suhu, ketinggian dan berkurangnya tekanan atmosfer. Semakin
tinggi suatu tempat dari permukaan laut maka tekanan atmosfer akan semakin
rendah, sehingga mengakibatkan semakin sedikitnya oksigen yang terlarut
dalam air, kadar oksigen pada perairan alami biasanya kurang dari 10 mg/l.
Sumber oksigen terlarut yang masuk dalam perairan alami berasal dari difusi
oksigen yang terdapat di atmosfer yaitu sekitar 35% dan dari aktivitas
fotosintesis oleh tumbuhan air dan fitoplankton (ambarwati, 2019).

e. Salinitas
Salinitas perairan menggambarkan kandungan garam dalam suatu
perairan. Garam tersebut merupakan berbagai ion yang terlarut dalam air
termasuk garam dapur/NaCl. Salinitas pada suatu perairan memiliki pengaruh
yang cukup besar terhadap distribusi plankton secara horizontal maupun
vertical, Plankton hidup dengan baik pada perairan yang memiliki nilai salinitas
antara 28 – 34 ppt. Distribusi salinitas di perairan dapat dipengaruhi oleh curah
hujan, pola sirkulasi air, penguapan, dan aliran sungai, perairan yang memiliki
tingkat curah hujan tinggi dapat menurunkan kadar salinitas di perairan.
Sedangkan perairan dengan kadar salinitas tinggi biasanya perairan tersebut
memiliki tingkat penguapan yang tinggi. Secara vertical, salinitas air laut akan
semakin besar dengan bertambahnya kedalaman. Selain itu, adanya
pergerakan massa air yang bersalinitas tinggi di lapisan dalam perairan
(upwelling) juga dapat meningkatkan kadar salinitas di permukaan perairan
(ambarwati, 2019).

f. Nitrat (NO)
Nitrat merupakan bentuk utama nitrogen di suatu perairan. Nitrat
merupakan sumber makanan utama (nutrient) bagi pertumbuhan fitoplankton
yang bersifat stabil. Konsentrasi nitrat di suatu perairan hampir tidak pernah
lebih dari 0.1 mg/L. Apabila konsentrasi nitrat (NO) di suatu perairan lebih dari
0.2 mg/l, maka dapat mengakibatkan eutrofikasi atau blooming algae pada
perairan tersebut. Di suatu peraian, konsentrasi nitrat (NO) dapat digunakan
untuk menilai tingkat kesuburan perairan (ambarwati, 2019).

g. Fosfat (PO)
Fosfor merupakan unsur esensial yang sangat penting bagi fitoplankton.
Bagi fitoplankton fosfor digunakan dalam hal pembentukan klorofil-a dan
transfer energi sel. Apabila dis uatu perairan konsentrasi nitrat kurang dari 0,02
mg/l maka dapat menghambat pertumbuhan fitoplankton. Oleh sebab itu, fosfor
dapat dikatakan sebagai salah satu faktor pembatas pertumbuhan fitoplankton.
Sumber fosfat di perairan secara alami berasal dari dari dekomposisi bahan
organik dan pelapukan batuan mineral. Selain itu, limbah industri dan domestik
dari kegiatan antropogenik yang masuk ke perairan laut banyak mengandung,
unsur hara fosfat berpengaruh terhadap kelimpahan fitoplankton di suatu
perairan. Secara alami senyawa fosfat berasal dari proses-proses penguraian
atau dekomposisi dari bahan-bahan organik. Selain itu, fosfat juga banyak
terkandung dalam buangan limbah-limbah industri, pertanian, maupun
peternakan yang masuk ke perairan laut dan terurai oleh bakteri. Tingginya
konsentrasi fosfat di suatu perairan dapat menyebabkan terjadinya blooming
algae yang berdampak buruk bagi hewan-hewan di perairan. Selain itu,
perairan dengan konsentrasi fosfat yang tinggi juga dapat mengakibatkan
dominansi pada spesies fitoplankton tertentu (ambarwati, 2019).

C. Fungsi Plankton di Perairan

Plankton memegang peranan penting dalam suatu perairan. Plankton memiliki


fungsi ekologi sebagai produsen primer dan awal mata rantai dalam jaring
makanan, sehingga plankton sering dijadikan skala ukuran ksuburan perairan.
Plankton adalah organisme renik yang hidup melayang-layang mengikuti
pergerakan air. Plankton dalam perairan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu
phytoplakton dan zooplankton. Phytoplankton adalah organisme renik yang hidup
melayang-layang mengikuti pergerakan air yang berasal dari jasad nabati,
sedangkan zooplankton adalah oranisme renik yang hidup melayang-layang
mengikuti pergerakan air yang berasal dari jasad hewani (soliha et al., 2016).

D. Jenis-Jenis Plankton
A. Fitoplankton
1. Klasifikasi Micrasterias americana

(Sumber : protist.i.hosei.ac.jp)

Kingdom : Plantae
Phylum : Charophyta

Class : Conjugatophyceae

Ordo : Desmidiales
Family : Desmidiaceae
Genus : Micrasterias
Spesies : Micrasterias americana
(H.Croasdale, 1977)
(Anggara, 2017)
2. Eudorina Sphaerica

(sumber : freethoughtblogs.com)
Kingdom : Plantae
Phylum : Chlorophyta
Class : Chlorophyceae
Ordo : Chlamydomonadales
Family : Volvocaceae
Genus : Eudorina
Spesies : Eudorina Sphaerica (Guiry et
all., 2019) (Wijaya, 2019).
3. Netrium digitus

(Sumber : http://protist.i.hosei.ac.jp)
Kingdom : Plante
Phylum : Chlorophyta
Class : Conjugatophyceae
Ordo : Zygnematales
Family : Mesotaeniaceae
Genus : Netrium
Spesies : Netrium digitus (Itzigsohn
et all., 1856)(Wijaya, 2019)

4. Oscillatoria spirulinoides

(Sumber : naturaevision.wordpress.com)
Kingdom : Bacteria
Phylum : Cyanobacteria
Class : chyanophyceae
Ordo : Oscillatoriales
Family : Oscillatoriaceae
Genus : Oscillatoria
Spesies : Oscillatoria spirulinoides
(Woronichin, 1932)
(Wijaya.2019)
5. Ulothrix speciosa

(Sumber : https://eol.org)
 Kingdom : Plantae
Phylum : Chlorophyta
Class : Ulvophyceae
Ordo : Ulotrichales
Family : Ulotrichaceae
Genus : Ulothrix
Spesies : Ulothrix speciosa (Kützing,
1849) (Wijaya.2019)

2. Zooplankton

1. Acanthocyclops robustus

(Sumber : cfb.unh.edu)
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Copepoda
Order : Cyclopoida
  Family : Cyclopidae
 Genus : Acanthocyclops
 Spesies : Acanthocyclops robustus (Sars
G.O., 1863)(Wijaya.2019)

2. Daphnia magna

(sumber: https://en.wikipedia.org)
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Branchiopoda
Order : Diplostraca
Family : Daphniidae
  Genus : Daphnia
 Spesies : Daphnia magna
(magna Straus, 1820)
(Wijaya.2019)

3. Epischura lacustris

(sumber: https://en.wikipedia.org)
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Copepoda
  Order : Calanoida
  Family : Temoridae
  Genus : Epischura
Spesies : Epischura lacustris
(Forbes S.A., 1882)(Wijaya.2019)

4. Bosmina longirostris

(sumber: http://cfb.unh.edu)
Kingdom : Animalia
Pylum : Arthrophoda
Class : Branchiopoda
Ordo : Anomopoda
Famili : Bosminidae
Genus : Bosmina
Spesies : Bosmina longirostris (O.F.
Müller, 1785)(Wijaya.2019)

5. Calanus finmarchicus

(Sumber: https://www.researchgate.net)
Kingdom : Animalia
Pylum : Arthropoda
Class : Copepoda
Ordo : Calanoida
Famili : Calanidae
Genus : Calanus
Spesies : Calanus finmarchicus
(Gunnerus, J. E, 1770)
(Wijaya.2019)
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Plankton merupakan organisme perairan yang keberadaannya dapat
menjadi indikator perubahan kualitas biologi perairan sungai. Plankton terbagi
menjadi 2 yaitu fitoplankton dan zooplankton, fitoplankton adalah organisme
mikroskopik yang hidupnya melayang dekat dengan permukaan air. Dan
Zooplankton adalah organisme hewan yang hidup melayang-layang dalam air,
seluruh pergerakan hidupnya tergantung oleh arus dan merupakan salah satu
tiang penopang kehidupan dalam bioekosistem laut karena plankton tersebut
menduduki tingkat dasar dari rantai makanan perairan. Secara fungsional
menggolongkan plankton menjadi empat golongan, yaitu: Fitoplankton
merupakan organisme yang bersifat autotrof, Zooplankton merupakan
organisme yang bersifat heterotrof, Bakterioplankton merupakan bakteri yang
hidup sebagai plankton dan berperan dalam nutrient cycle dalam ekosistem
laut, Virioplankton merupakan virus yang hidup sebagai plankton. Plankton
memiliki ukuran yang bervariasi yaitu Megaplankton yaitu organisme planktonik
yang berukuran dari 2-20 cm; Makroplankton yang berukuran > 500 μm
Mikroplankton berukuran antara 20-200 μm
Nanoplankton merupakan organisme planktonik yang sangat kecil, yang
berukuran 2-20 μm;
Ultraplankton organisme planktonik yang berukuran kurang dari 2 μm. plankton
berdasarkan daur hidupnya menjadi 3 golongan yaitu :
1). Holoplankton
2). Meroplankton
3). Titoplankton

B. Saran
Dalam laboratorium pratikum planktonologi agar lebih ditingkatkan susunan
duduk perkelompok dan kursi agar lebih diperbanyak lagi. Alat – alat dalam
laboratorium yang tidak digunakan kiranya disimpan kembali karena kami harus
lebih berhati-hati saat menaruh buku memiliki ketakutan saat menyengol gelas
kaca sehingga dapat jatuh dan pecah. Dan saran asisten agar tetap semangat
mendampingi kami, kami tahu banyak karakter yang berbeda-beda di setiap
kelompok maka tentu akan sulit untuk mengatur.
DAFTAR PUSTAKA

Afif Abdullah, Widianingsih, Hartati Retno. 2014. Komposisi dan kelimpahan plankton
di perairan pulau gusung kepulauan selayar Sulawesi selatan. Program Studi Ilmu
Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro Kampus
Tembalang. JOURNAL OF MARINE RESEARCH Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014,
Halaman 324-331.
Desmawati Iska, Ameivia Aldyra, Ardanyanti Leny Brilyan. 2020. Studi Pendahuluan
Kelimpahan Plankton di Perairan Darat Surabaya dan Malang. Institut Teknologi
Sepuluh Nopember.

Dewanti, L.P.P., Putra, I. D. N. N., &Faiqoh,E. (2018). Hubungan kelimpahan dan


keanekaragaman fitoplankton dengan kelimpahan dan keanekaragaman
zooplankton di perairan pulau serang, bali. Journal of marine and aquatic sciences,
4(2), 324-335.

Fazriati Aulia. 2019. Kelimpahan dan keanekaragaman plankton di situ bagendit


kabupaten garut. Program studi Pendidikan biologi fakultas keguruna dan ilmu
Pendidikan. Universitas pasundan bandung.

Florensia Claudia. 2016. Stuktur komunitas plankton di estuary cipatireman pantai


sindangkerta kecamatan cipatujah kabupaten tasikmalaya. Program studi
Pendidikan biologi fakultas keguruan dan ilmu Pendidikan. Universitas pasundan
bandung

Hasan O.D Soebhakti, Sudinno Dinno, Danapraja Sopiyan, Suhaedy Endang,


Djunnaidah Iin Siti. 2017. Diversitas Plankton dan Kualitas Perairan Waduk Darma
kabupaten kuningan jawa barat. Sekolah Tinggi Perikanan,Jurusan Penyuluhan
Perikanan Jalan Cikaret No. 2 Bogor, Jawa Barat. Jurnal Penyuluhan Perikanan dan
Kelautan 11(3) : Halaman: 144-159.

Harris. (2012). Hubungan Antara Kelimpahan Fitoplankton dengan Parameter Fisik-


Kimiawi Perairan Di Teluk Jakarta. Jurnal Akuatika. Vol. III No.2: 169-179.

Mulyadi Hanung agus. 2012. Zooplankton,strategi daur hidup, biodiversitas dan faktor
lingkungan.

Muliyana Ambarwati. 2019. Pengaruh faktor fisika-kimia perairan terhadap kelimpahan


dan keanekaragaman plankton di ekosistem terumbu karang alam dan buatan
perairan pltu paiton. Program studi ilmu kelautan fakultas sains dan teknologi.
Universitas islam negeri sunan ampel Surabaya.

Soliha Eha, Rahayu S.Y. Srie, Triastinurmiatiningsih. 2016. Kualitas air dan
Keanekaragaman plankton di danau cikaret, cibinong, bandung. Program Studi
Biologi, FMIPA, Universitas Pakuan, Bogor. Ekologia, Vol. 16 No.2.

Sundari, P.P.K. 2016. Identifikasi Fitoplankton Di Perairan Sungai Pepe Sebagaisalah


Satu Anak Sungai Bengawan Solo Di Jawa Tengah. Prosiding Seminar Nasional
Pendidikan dan Saintek 2016. Hal 1006- 1011

Wijaya meilissa chintya. 2019. Planktonologi klasifikasi plankton.  Fakultas perikanan


universitas pekalongan.

Anda mungkin juga menyukai