Anda di halaman 1dari 31

PENELITIAN PERAIRAN LENTIK (BIOTILIK 2)

DI KOLAM UNIVERSITAS SANATA DHARMA KAMPUS III, PAINGAN

Dosen Pengampu:
Michael Hendra Aquan, S.Si., MEnvMgmt.

Disusun oleh:

Handrianus Eka Uma (221434020)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2022

1
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perairan air tawar (perairan darat) yaitu ekosistem perairan yang berada di daratan
baik itu terbentuk secara alami ataupun buatan seperti danau, waduk, sungai, parit dan rawa.
Ekosistem perairan di daratan secara umum terbagi atas 2 yaitu perairan mengalir (lotic
water) dan perairan menggenang (lentic water). Perairan menggenang 16 (perairan lentik)
yaitu perairan dimana aliran air lambat atau bahkan tidak ada dan massa air terakumulasi
dalam periode waktu yang lama, sehingga arus tidak menjadi faktor pembatas utama bagi
biota yang hidup didalamnya. Contoh perairan lentik antara lain: waduk, danau, kolam,
telaga, situ, belik, kolam dan lain-lain (Satino, 2012).
Dalam meneliti perairan lentik, parameter biologi yang diteliti adalah plankton Istilah
plankton diperkenalkan oleh Victor Hensen pada tahun 1887 yang berasal dari Bahasa
Yunani: “planktos‟ yang berarti hanyut atau mengembara. Plankton merupakan kelompok
organisme yang hanyut bebas, dengan kekuatan yang lemah untuk berenang sehingga
pergerakannya dikuasai oleh aliran perairan yang ditempatinya. Plankton mikroskopis yang
hidup di perairan memiliki kemampuan berenang yang lemah (Subagyo, 2012).
Plankton dapat digunakan sebagai indikator pencemaran air karena plankton sangat
sensitif terhadap perubahan alam, mereka menjadi penanda terbaik kualitas air dan khususnya
kondisi danau dan perairan lentik lainnya seperti waduk dan kolam. Salah satu alasan
mengapa plankton dipertimbangkan di danau adalah untuk memantau kualitas air danau
ketika ada sentralisasi fosfor dan nitrogen yang tinggi; sentralisasi ini dapat diindikasikan
oleh reproduksi plankton tertentu dengan laju yang meningkat. Ini adalah bukti kualitas air
yang buruk yang dapat mempengaruhi organisme lain yang hidup di badan air. Selain
menjadi indikator kesehatan, plankton juga merupakan makanan pokok bagi banyak
organisme yang lebih besar di danau. Dengan demikian plankton adalah kunci bagi
organisme danau, baik sebagai indikator kualitas air dan sebagai sumber makanan utama bagi
banyak ikan (Husamah & Rahardjanto, 2019).
Plankton juga memainkan peran penting dalam masalah organik pemburukan
biologis; tetapi jika populasi plankton terlalu besar, ini menciptakan masalah lain dalam
mengelola badan air. Ikan pada tahap kritis proses ekologi memainkan peran penting dengan
merumput plankton. Dua peran yang dimainkan oleh ikan sangat penting karena mereka
membantu dalam menjaga keseimbangan yang tepat dari plankton di kolam dan mengubah
nutrisi yang tersedia di air limbah menjadi bentuk yang dikonsumsi oleh manusia. Selain itu,

2
plankton tertentu seperti cyanobacteria menghasilkan racun yang berbahaya bagi
pertumbuhan ikan. Dengan demikian, plankton dapat disebut berguna atau berbahaya,
sehubungan dengan air limbah yang memberi makan ikan (Husamah & Rahardjanto, 2019).
Kondisi perairan dapat diketahui dengan melakukan kajian terhadap kelimpahan dan
komposis plankton, khususnya fitoplankton. Selain Fitoplankton, salah satu jenis lain
plankton adalah zooplankton. Nilai koefisien saprobik fitoplankton menjadi ukuran kualitas
perairan. Koefisien saprobik dapat diketahui dengan terlebih dahulu menghitung struktur
komunitas (Husamah & Rahardjanto, 2019).
Fitoplankton juga dikenal sebagai mikroalga, mirip dengan tanaman terestrial karena
mengandung klorofil dan membutuhkan cahaya matahari untuk hidup dan berkembang.
Sebagian besar cahaya dan berenang di bagian atas laut dan perairan lain seperti waduk dan
kolam, di mana cahaya meresap ke dalam air. Pengembangan dan fotosintesis terkait erat,
masing-masing menjadi fungsi penggunaan cahaya dan suplemen makanan. Ganggang cukup
peka terhadap kontaminasi, dan ini mungkin tercermin dalam tingkat populasi dan/atau laju
atau fotosintesis. Hal ini mempengaruhi perkembangan populasi atau fotosintesis, karena
sebagian besar ganggang sama sensitifnya dengan kontaminasi seperti spesies lain. Ketika
ada perubahan dalam keanekaragaman spesies fitoplankton, itu mungkin menunjukkan
pencemaran ekosistem perairan tertentu. Fitoplankton telah digunakan untuk pengamatan
yang berhasil terhadap kontaminasi air dan merupakan indikator yang berguna untuk kualitas
air. (Hosmani, 2014).
Zooplankton adalah hewan mikroskopis yang hidup di dekat permukaan tubuh air.
Mereka adalah perenang yang buruk, sebaliknya mengandalkan arus dan arus sebagai
mekanisme transportasi. Mereka memakan fitoplankton, bacterioplankton, atau detritus (yaitu
salju laut). Zooplankton merupakan sumber makanan penting untuk ikan. Mereka juga
memainkan peran penting sebagai Bioindikator dan membantu mengevaluasi tingkat
pencemaran air. Di komunitas air tawar, bersama dengan ikan, mereka adalah suplemen
makanan utama bagi banyak spesies laut lainnya. Mereka diasumsikan menjadi bagian
penting dalam menunjukkan kualitas air, eutrofikasi, dan produksi tubuh air tawar. Untuk
menentukan status badan air tawar, perlu untuk mengukur variasi musiman dan kehadiran
zooplankton (Hosmani, 2014).
Pencemaran ini dapat berupa pencemaran fisika – kimia khususnya (suhu, kecerahan,
pH, oksigen terlarut, nitrat, fosfat, amoniak dan BOD). Meskipun aspek fisika – kimia ini
pernah diteliti, namun para pakar dan pengelola perairan selalu menganjurkan bahwa

3
penelitian pencemaran perairan perlu dilaksanakan secara berkesinambungan mengingat
setiap waktu dapat saja terjadi perubahan lingkungan (Dundu dkk, 1993).
Selain parameter biologi, parameter fisik dan kimia juga diteliti dalam penelitian
biotilik perairan lentik di kolam USD seperti suhu, pH, oksigen terlarut (DO), nitrat, fosfat..
Parameter ini dapat menunjukkan bagaimana tingkat pencemaran dan pengaruhnya bagi
organisme yang hidup di perairan tersebut. Meskipun aspek fisik dan kimia ini pernah diteliti,
namun para pakar dan pengelola perairan selalu menganjurkan bahwa penelitian pencemaran
perairan perlu dilaksanakan secara berkesinambungan mengingat setiap waktu dapat saja
terjadi perubahan lingkungan (Tatangindatu dkk, 2013). Data kualitas air khususnya
parameter fisika – kimia agar dapat diketahui sejauh mana daya dukung kualitas air untuk
kehidupan organisme pada perairan kolam USD.

B. Rumusan Masalah
1. Organisme plankton apa saja yang terdapat di kolam USD?
2. Bagaimana parameter fisik, kimia yang terdapat di kolam USD?
3. Bagaimana kesehatan air pada kolam USD?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui jenis plankton pada kolam USD Paingan
2. Untuk mengetahui parameter fisik, kimia dan biologi kolam USd Paingan
3. Untuk mengetahui kesehatan air pada Kolam USd Paingan

D. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
- Memberikan penegetahuan mengenai jenis plankton dan pengaruhnya pada
kesuburan air
- Pengimplenetasian dalam kehidupan sehar-hari untuk menjaga ekosistem perairan
lentik maupun lotik
- Menambah pengalaman dalam meneliti secara ilmiah
2. Bagi Pemerintah
- Memberikan pengetahuan ilmiah kepada pemerintah agar dapat mengambil
kebijakan yang tepat dalam menjaga perairan lentik dan lotik
- Mendapat masukkan secara ilmiah agar pemerintah dapat memberikan advokasi
kepada masyarakat agar menjaga ekosistem perairan

4
3. Bagi Masyarakat
- Memberikan pengetahuan kepada masyarakat bahwa semua unsur dalam
ekosistem perairan lentik maupun lotik memiliki keterkaitan.
- Menyadarkan masyarakat untuk mencintai lingkungan dengan menjaga ekosistem
perairan dan selalu menjaga kebersihannya.

5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. Plankton (Fitoplankton)
Di dalam perairan terdapat jasad-jasad hidup, dan salah satunya adalah plankton yang
merupakan organisme mikro yang melayang dalam air laut atau tawar.Pergerakannya secara
pasif tergantung pada angin dan arus. Plankton terutama terdiri dari tumbuhan mikroskopis
yang disebut fitoplankton dan hewan mikroskopis yang disebut zooplankton. Suatu perairan
dikatakan subur apabila mengandung banyak unsur hara atau nutrien yang dapat mendukung
kehidupan organisme dalam air terutama fitoplankton dan dapat mempercepat
pertumbuhannya (Harlina, 2021). .
Fitoplankton menduduki trofik level pertama dalam rantai makanan, sehingga
keberadaannya akan mendukung organisme trofik level selanjutnya. Sebagai produsen
primer, fitoplankton dapat melakukan proses fotosintesis untuk mengubah bahan anorganik
menjadi bahan organik dengan bantuan sinar matahari. Hasil fotosintesis dari produsen akan
digunakan bagi dirinya sendiri dan oleh organisme lain. Fitoplankton merupakan organisme
pertama yang terganggu karena adanya beban masukan yang diterima oleh perairan. Ini
disebabkan karena fitoplankton adalah organisme pertama yang memanfaatkan langsung
beban masukan tersebut (Harlina, 2021).
Oleh karena itu perubahan yang terjadi dalam perairan sebagai akibat dari adanya
beban masukan yang ada akan menyebabkan perubahan pada komposisi, kelimpahan dan
distribusi dari komunitas fitoplankton. Maka dari itu keberadaan fitoplankton dapat dijadikan
sebagai indikator kondisi kualitas perairan, selain itu fitoplankton dapat digunakan sebagai
indikator perairan karena sifat hidupnya yang relatif menetap, jangka hidup yang relatif
panjang dan mempunyai toleransi spesifik pada lingkungan. (Harlina, 2021).
Data selanjutnya adalah standar baku mutu Daerah Istimewa Yogyakarta, yakni:
Suhu (25-30 ०C), TDS (1000 mg/L), pH (6-8,5), Nitrat (0,2 mg/L), Fosfat (10 mg/L), DO (6
mg/L), (Harlina, 2021).

2. Suhu
Suhu adalah suatu sifat fisika perairan yang secara langsung dipengaruhi oleh adanya
radiasi dan perambatan ke dalam perairan. Suhu air mempunyai pengaruh yang sangat besar
terhadap proses kimiawi dan biologis dalam suatu perairan. Suhu air yang optimal di daerah

6
tropis biasanya berkisar 25°C-35°C. Suhu air yang ideal adalah perbedaan antara siang dan
malam tidak lebih dari 5°C, yaitu antara 25° sampai 30°C (Harlina, 2021).
Suhu air juga mempengaruhi pertukaran zat-zat atau metabolisme dari mahluk hidup
dan semakin tinggi suhu suhu, maka semakin sedikit Oksigen yang terlarut didalamnya.
Karena suhu air mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap proses kimiawi dalam
perairan. Suhu juga menyebabkan stratifikasi atau tingkat pelapisan air di mana suhu air di
permukaan lebih panas dibandingkan suhu air yang berada di lapisan bawahnya (Harlina,
2021).
Kisaran suhu air yang sangat diperlukan agar pertumbuhan ikan-ikan pada perairan
tropis dapat berlangsung berkisar antara 25-32°C. Kisaran suhu tersebut biasanya berlaku di
Indonesia sebagai salah satu negara tropis sehingga sangat menguntungkan untuk melakukan
kegiatan budidaya ikan. Suhu air sangat berpengaruh terhadap proses kimia, fisika dan
biologi di dalam perairan, sehingga dengan perubahan suhu pada suatu perairan akan
mengakibatkan berubahnya semua proses di dalam perairan (Harlina, 2021)..
Di dalam perairan, suhu air menjadi faktor yang mendapat perhatian lebih sebab
berkaitan dengan kehidupan hewan serta tumbuhan di dalam perairan. Suhu air juga
mempengaruhi metabolisme dari makhluk hidup yang tinggal di dalam air, sebab penyebaran
organisme antara di lautan dengan perairan tawar dibatasi oleh suhu air. Suhu air yang tinggi
akan meningkatkan laju pertumbuhan, dapat menekan kehidupan bahkan kematian dari
hewan – hewan jika suhu perairan sangat tinggi. Saat suhu rendah, ikan – ikan akan lebih
mudah terserang bakteri atau jamur, namun oksigen di dalam air menjadi lebih tinggi. Akan
tetapi suhu rendah akan memperlambat laju pernapasan serta denyut jantung, sehingga ada
kemungkinan ikan – ikan akan pingsan akibat dari kekurangan oksigen di dalam tubuhnya
(Harlina, 2021).

3. TDS (Total dissolved solid)


Total zat padat terlarut merupakan merupakan padatan yang terlarut dalam larutan baik
berupa zat organik maupun anorganik, yaitu semua mineral, garam, logam, serta kation-anion
yang terlarut di air. Secara umum, konsentrasi benda-benda padat terlarut merupakan jumlah
antara kation dan anion di dalam air (Rosarina, 2018).
TDS yang terdapat dalam air adalah salah satu penyebab utama air menjadi keruh dan
mengalami sedimen. Bila air yang diminum dibiarkan tanpa filter, total padatan terlarutnya
dapat menjadi penyebab berbagai penyakit, bahkan yang membahayakan. Maka dari itu, TDS
berguna untuk mengukur total gabungan zat organik dan anorganik pada cairan. Pemeriksaan

7
ini termasuk semua zat yang ada dalam air selain molekul H2O murni. Indikator umum dari
metode ini, yaitu mineral, garam, dan bahan organik lainnya.Ukuran yang digunakan untuk
mengukur air minum tersebut adalah Parts per million (ppm). Standar nilai total kepadatan
terlarut (TDS) baku mutu air yakni 1000 mg/L (Rosarina, 2018).

4. Oksigen Terlarut (DO)


Oksigen merupakan unsur yang sangat berperan dalam proses kehidupan dan
penghidupan yang normal di dunia ini. Tanpa oksigen proses respirasi dari organisme tidak
akan berjalan, sehingga tentunya akan diikuti oleh kematian. Begitu pula bahan bakar tidak
akan terbakar, logam tidak akan berkarat dan yang penting lagi zat-zat organik tidak akan
terurai atau mengalami pembusukan tanpa adanya oksigen (Harlina, 2021).
Oksigen terlarut adalah jumlah milligram mol oksigen per liter atau konsentrasi
kelarutan O2 dalam air. Kandungan oksigen terlarut dalam air sangat penting bagi kehidupan
dan penyebaran hewan dan tumbuhan air yang hidup didalamnya. Kandungan oksigen rendah
hanya didominasi oleh beberapa spesies saja. Spesies-spesies tertentu dari kelompok
makrozoobentos mempunyai tingkat penyesuaian yang berbeda terhadap oksigen terlarut dan
ada kelompok spesies yang dapat bertahan dalam kurun waktu yang terbatas, yaitu bila
konsentrasi oksigen terlarut mencapai 1 mg/l. DO adalah jumlah oksigen yang terlarut di
dalam air. Maksimum oksigen yang terlarut di dalam air dikenal dengan “oksigen jenuh”
(Harlina, 2021).
Oksigen masuk ke dalam air ketika permukaan air bergolak dan berasal dari proses
fotosintesis. Peningkatan salinitas dan suhu air akan menurunkan tingkat oksigen jenuh di
dalam air. Air yang mengandung oksigen jenuh cukup untuk mendukung kehidupan
organisme air, tetapi oksigen akan cepat habis bila organisma di perairan dalam jumlah yang
padat. Tingkat oksigen terlarut dipengaruhi oleh suhu, salinitas dan ketinggian dari
permukaan laut (dpl). Salinitas, suhu, dan ketinggian dpl meningkat maka oksigen
terlarutakan menurun. Oksigen terlarut di air laut lebih rendah dibanding dengan air tawar.
Faktor biologi yang mempengaruhi jumlah oksigen terlarut di dalam air adalah proses
respirasi dan fotosintesis. Respirasi mengurangi oksigen di dalam air sedangkan fotosintesis
menambah oksigen ke dalam air. Dari sisi lain oksigen terlarut akan berkurang akibat
organisme aerobik yang menghancurkan bahan organik di dalam air dan oleh respirasi
berbagai organisme yang ada di dalam air (Harlina, 2021). .

8
Oksigen terlarut sangat penting untuk respirasi metabolisme sebagian besar organisme
perairan. Dinamika penyebaran oksigen di danau dipengaruhi oleh keseimbangan antara
pemasukan dari atmosfer dan fotosintesis, serta hilangnya oksigen karena oksidasi biotis dan
kimia. Penyebaran oksigen penting untuk kebutuhan langsung berbagai organisme.
Mempengaruhi kelarutan dan ketersediaan unsur hara. Oleh karena itu, akan mempengaruhi
produktivitas ekosistem perairan. Kelarutan oksigen menurun dengan meningkatnya suhu.
Kelarutan oksigen sedikit menurun dengan tekanan atmosfir yang lebih rendah di daerah
altitude yang lebih tinggi, dan meningkat pada tekanan hidrostatis yang lebih besar di lapisan
perairan danau bagian dalam (Harlina, 2021).
Oksigen sangat dibutuhkan untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat
yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan reproduksi, dan Oksidasi
bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerobic (Harlina, 2021)..
Nilai DO biasanya diukur dalam bentuk konsentrasi ini menunjukkan jumlah oksigen
yang tersedia dalam suatu badan air. Semakin rendah nilai DO pada air, maka air tersebut
diindikasikan telah tercemar. Pengukuran DO juga bertujuan melihat sejauh mana badan air
mampu menampung biota air seperti ikan dan mikroorganisme. Penyebab utama
berkurangnya kadar oksigen terlarut dalam air disebabkan karena adanya zat pencemar yang
dapat mengkonsumsi oksigen. Zat pencemar tersebut terutama terdiri dari bahan-bahan
organik dan anorganik yang berasal dari berbagai sumber, seperti kotoran (hewan dan
manusia), sampah organik, bahan-bahan buangan dari industri dan rumah tangga (Harlina,
2021).

5. pH
Derajat Keasaman (pH) Derajat Keasaman (pH) adalah derajat keasaman yang
digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu
larutan. pH didefinisikan sebagai kologaritma aktivitas ion hidrogen (H+ ) yang terlarut.
Koefisien aktivitasi ion hidrogen tidak dapat diukur secara eksperimental, sehingga nilainya
didasarkan pada perhitungan teoritis. Skala pH bukanlah skala absolut. Ia bersifat relatif
terhadap sekumpulan larutan standar yang pH-nya ditentukan berdasarkan persetujuan
internasional. Air murni bersifat netral, dengan pH-nya pada suhu 25 °C ditetapkan sebagai
7,0. Larutan dengan pH kurang dari pada tujuh disebut bersifat asam, dan larutan dengan pH
lebih dari pada tujuh dikatakan bersifat basa atau alkali. Faktor-faktor yang mempengaruhi
pH air antara lain: 1). Sinar matahari, 2) Fotosintesis, dan 3). Suhu (Harlina, 2021).

9
Derajat keasaman adalah suatu ukuran dari konsentrasi ion hidrogen, yang
menunjukan suasana asam atau basa. Derajat keasaman merupakan indikator baik buruknya
lingkungan air, sehingga angka pH ini digunakan untuk memperoleh gambaran tentang daya
produksi potensial air. Skala pH berkisar antara 0 sampai 14, pH 6 adalah bersifat netral
artinya air tersebut tidak bersifat asam dan tidak basa. apabila nilai pH dibawah 6, berarti air
tersebut bersifat asam. dan juga apabila pH di atas 6, maka air tersebut bersifat basa. Perairan
yang produktif dan ideal bagi kehidupan hewan bentos. memiliki derajat keasaman pH air
berkisar 6,5-6,8. Nilai pH di atas 9,2 atau kurang dari 4,8 bisa membunuh ikan dan pH di atas
10,8; dan kurang dari 5,0 akan berakibat fatal bagi ikan-ikan jenis tilapia. Air dengan pH
rendah terjadi di daerah tanah yang bergambut. Nilai pH yang tinggi terjadi di perairan
dengan kandungan alga tinggi, dimana proses fotosintesis membutuhkan banyak CO2. pH
akan meningkat hingga atau lebih tinggi jika bikarbonat diserap dari air. Untuk melawan
kondisi pH yang rendah atau tinggi ikan akan memproduksi lendir di kulitnya dan di bagian
dalam insang. Nilai pH juga mempunyai pengaruh yang signifikan pada kandungan
ammonia, H2S, CHN dan logam berat pada ikan. Pada pH rendah akan meningkatkan potensi
untuk kelarutan logam berat. Peningkatan nilai pH hingga 1 angka akan meningkatkan nilai
konsentrasi ammonia di dalam air hingga 10 kali lipat dari semula. Stabilisasi pH dipengaruhi
oleh aktivitas respirasi dan fotosintesis. Respirasi akan menurunkan pH, dan sebaliknya
fotosintesis menaikan nilai pH (Harlina, 2021).

6. Nitrat
Nitrogen merupakan salah satu bagian unsur yang terpenting dari protoplasma, oleh
karena itu merupakan zat yang bernilai tinggi dalam ekosistem perairan. Nitrogen merupakan
salah satu unsur penting bagi pertumbuhan organisme dan proses pembentukan protoplasma,
serta merupakan salah satu unsur utama pembentukan protein. Pada umumnya nitrogen
diabsorbsi oleh fitoplankton dalam bentuk nitrat (NO3 – N) dan ammonia (NH3 – N).
Fitoplankton lebih banyak menyerap NH3 – N dibandingkan dengan NO3 – N karena lebih
banyak dijumpai di perairan baik dalam kondisi aerobik maupun anaerobik.
Senyawa-senyawa nitrogen ini sangat dipengaruhi oleh kandungan oksigen dalam air,
pada saat kandungan oksigen rendah nitrogen berubah menjadi amonia (NH3) dan saat
kandungan oksigen tinggi nitrogen berubah menjadi nitrat (NO3 ). Unsur nitrogen bersifat
“inert”, artinya tidak mudah digunakan begitu saja secara langsung oleh kebanyakan hewan
maupun tumbuhan. Sehingga nitrogen mempunyai aktivitas biologis yang sangat kecil. Gas
ini memasuki semua tubuh organisme, tetapi umumnya keluar lagi tanpa berperan penting

10
dalam proses hidup organisme tersebut. Nitrogen baru dapat dipergunakan sebagai penyusun
elemen-elemen tubuh organisme apabila sudah dalam keadaan terikat (Harlina, 2021).
Bahan organik seperti sisa pakan, kotoran ikan, plankton dan tumbuhan air yang mati
akan menghasilkan ammonia (NH3) yang larut dalam air. Amonia merupakan hasil akhir dari
dari proses metabolisme protein. Amonia dalam bentuk terisolasi merupakan racun bagi ikan.
Toksisitas ammonia berkaitan erat dengan pH, dan sedikit terkait dengan suhu dan DO Pada
pH tinggi, Total ammonia berubah menjadi bentuk tak terionisasi (dalam bentuk bebas). Pada
pH 7, ammonia dalam bentuk tak terionisasi yang beracun < 1 %, selanjutnya semakin
meningkat, pada pH 8: 5-9 %, pada pH 9: 30-50 %, dan pada pH 10: 80-90 %. Fluktuasi pH
sendiri berkaitan dengan nilai alkalinitas yang rendah (kadar alkalinitas yang baik > 20 mg/l
CaCO3). Kadar amonia akan meningkat jika suhu naik dan kadar DO rendah. Batas
maksimal kadar amonia total pada air kolam atau perairan umum untuk budidaya ikan air
tawar adalah di bawah 0,016 ppm ( 1 ppm: 1 mg/lt ). Ammonia total sebesar 0,08 ppm sudah
mengakibatkan penurunan nafsu makan dan pertumbuhan. Ammonia total sebesar 0,3 ppm
menyebabkan kerusakan pada insang sehingga ikan kekurangan oksigen (Harlina, 2021).

7. Fosfat
Fosfat unsur hara P merupakan salah satu unsur hara yang penting disamping N,
untuk metabolisme sel dalam plankton atau tanaman air. Fosfor memainkan peran utama di
dalam metabolisme biologis. Dibandingkan dengan mikronutrien lain yang dibutuhkan oleh
biota (Harlina, 2021).
Fosfat dalam ekosistem perairan dapat terdapat dalam bentuk senyawa organik seperti
protein ataupun gula, sebagian dalam bentuk kalsium fosfat (CaPO4) dan besi fosfat (FePO4)
anorganik. Fosfat tersedia melimpah dalam perairan dalam bentuk ortofosfat. Senyawa
anorganik ini dihasilkan oleh bakteri melalui pemecahan fosfat organik dari organisme yang
mati. Fosfat dalam ekosistem perairan digunakan oleh phytoplankton untuk pertumbuhan.
Perairan kondisi kandungan fosfat rendah, phytoplankton akan mengeluarkan enzim alkaline
fosfatase yang akan mengikat fosfat bebas menjadi fosfat organic. Sumber fosfat dalam
perairan menggenang dapat berasal dari sungai yang membawa fosfat dari erosi, limbah
pertanian, rumah tangga dan limbah industri (Harlina, 2021).
Fosfat dalam ekosistem perairan tidak diperlukan dalam jumlah yang besar seperti
oksigen, nitrogen maupun karbon, tetapi fosfat sering menjadi faktor pembatas bagi
pertumbuhan plankton. Kondisi ini disebabkan karena fosfat dalam ekosistem perairan tidak

11
pernah ditemukan dalam bentuk gas sehingga tidak ada fiksasi seperti pada nitrogen dan juga
fosfat sangat reaktif membentuk ikatan yang kuat di dalam substrat(Harlina, 2021)..
Sedangkan berdasarkan kadar fosfat total diklasifikasikan menjadi : (a) Kesuburan
rendah kadar fosfat 0 - 0,02 mg/liter;(b) Kesuburan sedang kadar fosfat 0,21 - 0,05 mg/liter;
dan (c) Kesuburan tinggi kadar fosfat 0,010 - 0,1 mg/liter (Harlina, 2021).
Fosfat sering dianggap sebagai faktor yang sangat menentukan dalam
mempertahankan siklus biokimia. Hal ini didasarkan atas kenyataan bahwa fosfat sangat
diperlukan dalam transfer energi dalam sel dan biasanya terdapat di perairan dalam jumlah
sedikit. Hal ini sering menyebabkan definisi zat hara yang dapat menekan pertumbuhan
fitoplankton yang akhirnya mengurangi produktivitas perairan. Fosfat organic yang larut serta
melayang-layang sebagai seston (Harlina, 2021).

12
BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif. Dalam penelitian
dengan metode kuantitatif, data yang dikumpulkan bersifat kuantitatif atau dapat
dikuantitatifkan dengan menghitung atau mengukur. Sehingga data kuantitatif lebih
banyak berupa angka bukan kata-kata atau gambar. Sehingga data penelitian kuantitatif
dapat berupa skala ordinal, nominal, interval ataupun rasio (Paramita dkk, 2021).
Penelitian kuantitatif meneliti data secara deduktif. Hal ini terjadi karena hipotesis
disusun berdasarkan teori yang sudah ada. Teori tersebut menggambarkan keadaan
secara umum suatu konsep, maka analisis penelitian kuantitatif dilakukan dari umum ke
khusus, bukan sebaliknya. Instrumen yang digunakan dalam mengumpulkan data
hendaknya dapat dipercaya (valid) dan andal (reliabel). Sehingga diperlukan langkah-
langkah dalam penyusunan instrumen yang baik (Paramita dkk, 2021).
Peneliti kemudian menganalisis penelitian menggunakan metode kualitatif. Metode
kualitatif bersifat deskriptif. Penelitian kualitatif bersifat mendeskripsikan ‘makna data’
atau fenomena yang dapat ditangkap oleh peneliti, dengan menunjukkan bukti-buktinya.
Pemaknaan terhadap fenomena itu banyak bergantung pada kemampuan dan ketajaman
peneliti dalam menganalisisnya Kepedulian utama penelitian kualitatif adalah pada
"makna". Dalam penelitian kualitatif, keikutsertaan peneliti dalam suatu proses atau
interaksi dengan tatanan (setting) yang menjadi objek penelitiannya merupakan salah
satu kunci keberhasilan (Abdussamad, 2021).
Dalam keikutsertaan itu, peneliti tidak menangkap makna sesuatu dari sudut
pandangannya sendiri sebagai orang luar, tetapi dari pandangan dia sebagai subjek yang
ikut serta dalam proses dan interaksi tersebut. Dengan demikian pemaknaan yang dibuat
akan lebih berarti dalam mengungkap gejala tersebut (Abdussamad, 2021). Dalam
konteks penelitian perairan lentik ini, peneliti menjelaskan data kuantitatif dari parameter
fisik, kimia dan biologi secara deskriptif (kualitatif). Peneliti akan menjelaskan penelitian
ini secara deskriptif dan melihat hasil dari penelitian ini kemudian melihat makna atau
artinya.

13
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian bioltilik perairan lentik dilakukan di Kolam USD Kampus Tiga, Paingan
Yogyakarta pada Kamis, 24 November 2022.

C. Alat dan Bahan


Alat Bahan
 Botol UC (2 buah)  Air kolam
 TDS  Larutan iodin
 Jaring plankton
 Nitrogen meter
 Termometer
 Fosfat meter
 pH meter
 Mikroskop
 Kaca preparat
 Pipet tetes
 Botol DO
 Tali rafia
 Termometer alkohol

D. Langkah Kerja
- Parameter Fisik
1. Suhu Air

Disiapkan air yang telah diambil

Disiapkan thermometer alkohol dan dicelupkannya ke dalam air


selama 1 menit

Dilihat hasil pengukuran dan pengukuran dilakukan sebanyak 3


kali

14
Hasil pengukuran dirata-rata

2. TDS

Disiapkan air yang telah diambil

Disiapkan TDS yang dinetralkan terlebih dahulu dengan aquades

Dicelupkan TDS ke dalam air dan diukur sebanyak 3 kali, setiap


dilakukan pengukuran diharuskan untuk dicuci terlebih dahulu
dengan aqudes

Hasil pengukuran dirata-rata

- Parameter Kimia
1. pH Air

Disiapkan air yang telah diambil

Dinetralkan pH meter dengan aquades

Dicellupkan ujung pH meter ke dalam air dan dilakukan


sebanyak 3 kali

Hasil dirata-rata

15
2. DO Parameter

Disiapkan air yang telah diambil

Dicuci botol DO dengan air kolam

Dimasukan sampel air ke dalam botol DO ( usahakan tidak ada


gelembung yang masuk) dan botol ditutup

Dieteskan larutan manganous dan larutan alkali-azide regent ditetes


sebanyak 5 kali ke dalam botol DO dan dikocok

Dimasukan larutan sulphuric acid solution dan diteteskan sebanyak 10


kali ke dalam botol DO setelah larutan yang tadi diendapkan

Dimasukkan campuran sampel ke dalam gelas DO yang dicuci dengan


5 ml larutan sampel

Diteteskan larutan starch ke dalam sampel sebanyak 1 kali dan Sampel


dikocok hingga berubah warna jadi ungu

Diteteskan larutan HI3810-0 titrant solution yang diambil


menggunakan jarum suntik dan pipet tetes sampai ditunjukkan angka
0 dan tidak bergelembung.

Dilakukan titrasi dengan dineteskan larutan ke dalam suntikan dan ke


dalam gelas DO hingga air berubah menjadi bening

16
Diamati angka-angka yang ditunjukkan suntikan, apabila angka diatas
5 maka angka tersebut dikalikan dengan 10, jika angka di bawah 5
maka percobaan diulangi lagi dan hasil dari angka suntikan dikali 5

3. Nitrogen

Disiapkan air yang telah diambil

Dimasukan air ke dalam gelas ebanyak 10 ml

Dimasukan bubuk reagen nitrat HI 3874-0

Ditutup gelas dan dikocok secara vertikal selama 1 menit

Ditunggu salama 4 menit untuk dilihat perubahan warna, setelah itu


dipindahkan air pada gelas ke indikator sebanyak 5 ml

Dibandingkan warna sampel dengan indikator

Hasil yang didapat dikali dengan 4,43.

4. Fosfat

Disiapkan air yang telah diambil


17
Dimasukan air ke dalam gelas sebanyak 10 ml

Dimasukan bubuk fosfat HI 3833-0

Gelas ditutup dan dikocok secara horizontal sampai bubuk


tercampur rata

Dipindahkan air pada gelas ke indikator sebanyak 5 ml dan ditunggu


selama 1 menit

Dibandingkan warna sampel dengan indikator

- Parameter Biologi
1. Pengambilan Plankton

Disiapkan jaring, tali rafia dan botol UC

Botol UC dilapisi dengan lakban hitam

Mulut botol UC dimasukkan ke bagian ujung dari jaring dan diikat


dengan tali raffia

Dimasukan botol ke dalam kolam dengan kedalaman 0,5 meter dan


digerakan secara horizontal
18
Botol diangkat dan dineteskan 5 kali larutan iodin

Botol ditutup dan disimpan selama 24 jam dalam kulkas

2. Pengamatan Plankton

Disiapkan sampel plankton

Diambil sampel pada bagian bawah botol dengan menggunakan pipet tetes
dan diletakan ke kaca preparat yang sebelumnya dibersihkan dengan
aquades

Diamati kaca preparat di bawah mikroskop dan diidentifikasi jenis dan


jumlah plakton

Difoto hasil pengamatannya

E. Cara Analisis
Peneliti menjelaskan data kuantitatif dari parameter fisik, kimia dan biologi secara
deskriptif (kualitatif). Peneliti akan menjelaskan penelitian ini secara deskriptif dan
melihat hasil dari penelitian ini kemudian melihat makna atau artinya. Dalam penelitian
ini, parameter fisik kimia yang diteliti adalah suhu (°C), TDS (ppm). pH Nitrat (mg/L),
Fosfat (mg/L), DO (mL). Sedangkan parameter biologinya adalah pengambilan plankton
dan diamati menggunakan mikroskop. Peneliti akan menganalisis semua data ini secara
deskriptif (kualitatif).

19
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Tabulasi Plankton dalam Penelitian Biotilik 2 (Perairan Lentik) di Kolam USD,
Paingan

No Nama Plankton Gambar Plankton yang Gambar Plankton


yang didapat didapat (Buku/Google lens)

1. Desmidiaceae

2. Haematococcaceae

3 Oocystaceae

20
4 Hydrodictyaceae

5 Hydrodictyaceae

6 Merismopediaceae

21
7 Oocystaceae

8 Fragilariaceae

9 Selenastraceae

22
10 Euglenaceae

11 Desmidiaceae

12 Hydrodictyaceae (1)

13 Hydrodictyaceae (2)

23
14 Euglenaceae

15 Chroococcaceae

16 Haematococcaceae

17 Euglenaceae

24
Tabulasi Data Fisik dan Kimia Penelitian Biotilik Perairan Lentik di Kolam USD,
Paingan

Kelompok Rata-rata Rata-rata Rata-rata Rata-rata Rata-rata DO (mL)


TDS Suhu (°C) Fosfat Nitrat pH
(ppm) (mg/L) (mg/L)

1 66,30 28,60 0,30 0 7,80 6,00

2 63,00 28.93 1,30 0 8.10 9.30

3 60,00 29,80 1,70 0 8,07 6,00

4 60,00 29,10 0 0 7,50 9,00

5 61,00 28,30 1,60 0 8,50 9,00

6 61,00 28,50 0,33 0 8,63 6,30

Hasil 61,88 28,87 0,87 0 8,01 7,06

B. Pembahasan
1. Parameter Biologi (Fitoplankton)
Setelah melakukan penelitian biotilik di kolam USD Paingan (perairan lentik),
peneliti menemukan plankton yang ada di kolam USD. Jenis plankton yang kami
dapatkan adalah fitoplankton. Fitoplankton tersebut adalah Desmidiaceae,
Haematococcaceae, Oocystaceae, Hydrodictyaceae, Merismopediaceae,
Oocystaceae, Fragilariaceae, Selenastraceae, Euglenaceae, Hydrodictyaceae,
Euglenaceae, Chroococcaceae, Euglenaceae. Semua fitoplankton ini adalah famili.
Sesuai dengan penjelasan di tinjauan pustaka, fitoplankton sangat penting dalam
perairan kolam karena merupakan tingkat trofik pertama.
Fitoplankton merupakan produsen primer utama di perairan umum yang
memiliki peran penting dalam mempertahankan kesehatan struktur dan fungsi
ekosistem danau. Secara umum, telah diyakini bahwa fitoplankton dan jenis-jenis alga
biru hijau sensitif terhadap perubahan akibat penyuburan perairan. Dampak

25
meningkatnya kesuburan perairan danau yang tidak diinginkan adalah tingginya
akumulasi biomassa fitoplankton hingga terbentuknya kondisi anoksik pada perairan
dan munculnya jenis jenis fitoplankton beracun yang menyebabkan kematian ikan
serta menurunkan fungsi ekosistem danau juga mengganggu kesehatan masyarakat.
Oleh karena itu, penggunaan fitoplankton sebagai alat untuk menilai status ekosistem
perairan terus dikembangkan dan diterapkan (Sulastri, 2018).
Karena pentingnya peran fitoplankton sebagai alat monitoring status
kesuburan perairan dan kualitas air, para ahli di bidang fitoplankton terus
mengembangkan dan menguji sensitivitas indeks fitoplankton untuk menilai status
kesuburan perairan seperti yang dikembangkan Padisák dkk pada tahun 2006
(Pasztaleniec, 2016).
Pada dasarnya, karakteristik fitoplankton yang umum digunakan untuk
mengklasifikasikan status trofik perairan mencakup struktur dan fungsi fitoplankton.
Karakteristik struktur fitoplankton meliputi biomassa, komposisi, dan indeks
fitoplankton serta sifat kimia lingkungan habitat fitoplankton. Selanjutnya,
karakteristik fungsi fitoplankton adalah sifat metabolismenya, seperti laju fotosintesis,
respirasi, dan kecepatan penyerapan unsur hara (Sulastri, 2018).
Fitoplankton merupakan organisme yang memiliki peran penting dalam
ekosistem perairan, yakni menempati komponen dasar dalam jaring-jaring makanan
dan berperan dalam proses transfer energi pada tingkat trofik yang lebih tinggi. Oleh
sebab itu, fitoplankton merupakan parameter penting dalam mengukur tingkat
produktivitas perairan danau. Pertumbuhan dan suksesi fitoplankton sangat
dipengaruhi faktor-faktor fisik dan kimiawi, seperti suhu, intensitas cahaya, dan unsur
hara. Telah diketahui bahwa unsur hara merupakan faktor pembatas pertumbuhan
fitoplankton. Oleh karena itu, apabila masukan unsur dari wilayah tangkapan air atau
dari luar sistem danau tinggi, unsur hara tersebut mendorong pertumbuhan
fitoplankton dan penyuburan perairan atau eutrofikasi. Efek penyuburan perairan
danau adalah berlimpahnya tumbuhan air atau fitoplankton dan, pada tahap mencapai
blooming, dapat menurunkan kecerahan perairan, kematian ikan secara massal, serta
penurunan kualitas air atau penurunan oksigen terlarut (Sulastri, 2018)
Oleh karena itu, dalam menginterpretasikan status lingkungan perairan danau,
diperlukan para ilmuwan yang memiliki keterampilan dan pengetahuan di bidang
fitoplankton guna membantu pihak pengelola perairan danau dalam mengatasi
permasalahan dan mengambil kebijakan pengelolaannya. Buku ini disusun guna

26
membantu pendidikan dalam mempelajari pengetahuan di bidang fitoplankton dan
habitatnya (Sulastri, 2018).

2. Parameter Fisik dan Kimia


Data selanjutnya adalah standar baku mutu Daerah Istimewa Yogyakarta,
yakni: Suhu (25-3०C), TDS (1000 mg/L), pH (6-8,5), Nitrat (0,2 mg/L), Fosfat (10
mg/L), DO (6 mg/L) (Harlina, 2021).
Dalam penelitian ini, parameter fisik kimia yang diteliti adalah suhu (°C),
TDS (ppm). pH Nitrat (mg/L), Fosfat (mg/L), DO (mL). Peneliti secara berkelompok
dibagi dalam enam titik kolam USD Paingan. Dalam setiap penelitian, sesuai dengan
langkah penelitian, peneliti melakukan penelitian dengan mengambil tiga data yang
kemudian dirata-rata. Setelah dikumpulkan data parameter fisik kimia yang ada, rata-
rata hasil pengukurannya adalah sebagai berikut: suhu (28,87°C), TDS (61,88 ppm),
pH (8,01), Nitrat (0 mg/L), Fosfat (0,87 mg/L), DO (7,06 mg/L).
Berdasarkan tinjauan pustaka dalam bab II, data ini dapat menjelaskan
bagaimana situasi yang ada di kolam USD Paingan secara fisik kimia dan
pengaruhnya bagi organisme yang ada dalam kolam.
Suhu adalah suatu sifat fisika perairan yang secara langsung dipengaruhi oleh
adanya radiasi dan perambatan ke dalam perairan. Suhu air mempunyai pengaruh
yang sangat besar terhadap proses kimiawi dan biologis dalam suatu perairan. Suhu
air yang optimal di daerah tropis biasanya berkisar 25°C-35°C. Suhu air yang ideal
adalah perbedaan antara siang dan malam tidak lebih dari 5°C, yaitu antara 25°
sampai 30°C (Harlina, 2021).
Kisaran suhu air yang sangat diperlukan agar pertumbuhan ikan-ikan pada
perairan tropis dapat berlangsung berkisar antara 25-32°C. Kisaran suhu tersebut
biasanya berlaku di Indonesia sebagai salah satu negara tropis sehingga sangat
menguntungkan untuk melakukan kegiatan budidaya ikan. Suhu air sangat
berpengaruh terhadap proses kimia, fisika dan biologi di dalam perairan, sehingga
dengan perubahan suhu pada suatu perairan akan mengakibatkan berubahnya semua
proses di dalam perairan. Suhu pada kolam USD Paingan adalah 28,87°C. Artinya,
suhu ini masih memungkinkan ikan bisa hidup. Dari pengamatan kami, banyak ikan
yang ada di kolam USD Paingan.

27
TDS yang didapatkan dalam penelitian adalah 61,88 ppm dan tandar TDS
adalah 1000 mg/L). Artinya, kolam USD memang termasuk tercemar namun masih
layak dihuni oleh ikan-ikan.
pH yang didapatkan dalam penelitian di kolam USD adalah 8,01. Air murni
bersifat netral, dengan pH-nya pada suhu 25 °C ditetapkan sebagai 7,0. Larutan
dengan pH kurang dari pada tujuh disebut bersifat asam, dan larutan dengan pH lebih
dari pada tujuh dikatakan bersifat basa atau alkali. Faktor-faktor yang mempengaruhi
pH air antara lain: 1). Sinar matahari, 2) Fotosintesis, dan 3). Suhu (Harli Derajat
keasaman adalah suatu ukuran dari konsentrasi ion hidrogen, yang menunjukan
suasana asam atau basa.
Derajat keasaman merupakan indikator baik buruknya lingkungan air,
sehingga angka pH ini digunakan untuk memperoleh gambaran tentang daya produksi
potensial air. Skala pH berkisar antara 0 sampai 14. pH 6 adalah bersifat netral artinya
air tersebut tidak bersifat asam dan tidak basa. apabila nilai pH dibawah 6, berarti air
tersebut bersifat asam. dan juga apabila pH di atas 6, maka air tersebut bersifat basa.
Perairan yang produktif dan ideal bagi kehidupan hewan bentos memiliki derajat
keasaman pH air berkisar 6,5-6,8. Nilai pH di atas 9,2 atau kurang dari 4,8 bisa
membunuh ikan dan pH di atas 10,8; dan kurang dari 5,0 akan berakibat fatal bagi
ikan-ikan jenis tilapia. Dari penjelasan ini, kita dapat menemukan bahwa pH kolam di
USD Paingan bersifat basa dan masih bisa ditempati oleh ikan-ikan.
Bahan organik seperti sisa pakan, kotoran ikan, plankton dan tumbuhan air
yang mati akan menghasilkan ammonia (NH3) yang larut 143 dalam air. Amonia
merupakan hasil akhir dari dari proses metabolisme protein. Amonia dalam bentuk
terisolasi merupakan racun bagi ikan. Toksisitas ammonia berkaitan erat dengan pH,
dan sedikit terkait dengan suhu dan DO Pada pH tinggi. Pada pH 8 seperti kolam
USD Paingan, amonia yang ada 5-9 % dan beberapa jenis ikan masih bisa hidup.
Nitrat yang didapatkan dalam penelitian adalah 0 mg/L. Sedangkan baku
mutu Nitrat adalah 0,2 mg/L. Pada umumnya nitrogen diabsorbsi oleh fitoplankton
dalam bentuk nitrat (NO3 – N) dan ammonia (NH3 – N). Fitoplankton lebih banyak
menyerap NH3 – N dibandingkan dengan NO3 – N karena lebih banyak dijumpai di
perairan baik dalam kondisi aerobik maupun anaerobik. Senyawa-senyawa nitrogen
ini sangat dipengaruhi oleh kandungan oksigen dalam air, pada saat kandungan
oksigen rendah nitrogen berubah menjadi amonia (NH3) dan saat kandungan oksigen
tinggi nitrogen berubah menjadi nitrat (NO3 ). Unsur nitrogen bersifat “inert”, artinya

28
tidak mudah digunakan begitu saja secara langsung oleh kebanyakan hewan maupun
tumbuhan. Sehingga nitrogen mempunyai aktivitas biologis yang sangat kecil. Nitrat
yang ada di kolam USD Paingan ini sedikit lebih tinggi dari standar baku mutu nitrat
dan tidak mengganggu kesehatan yang ada pada ekosistem kolam USD.
Seperti dalam bab 2, Standar baku Fosfat dalam air adalah (a) Kesuburan
rendah kadar fosfat 0 - 0,02 mg/liter;(b) Kesuburan sedang kadar fosfat 0,21 - 0,05
mg/liter; dan (c) Kesuburan tinggi kadar fosfat 0,010 - 0,1 mg/liter (Harlina, 2021).
Sedangkan yang kami dapatkan adalah 0,87 mg/L. Artinya, fosfat yang ada di kolam
USD Paingan termasuk tinggi dan membantu pertumbuhan fitoplankton sehingga bisa
dikonsumsi oleh ikan.
Fosfat sering dianggap sebagai faktor yang sangat menentukan dalam
mempertahankan siklus biokimia. Hal ini didasarkan atas kenyataan bahwa fosfat
sangat diperlukan dalam transfer energi dalam sel dan biasanya terdapat di perairan
dalam jumlah sedikit. Hal ini sering menyebabkan definisi zat hara yang dapat
menekan pertumbuhan fitoplankton yang akhirnya mengurangi produktivitas perairan.
DO atau oksigen terlarut yang didapatkan dalam penelitian adalah 7,06 mg/L.
Sedangkan standar baku mutunya adalah 6 mg/L. Artinya, kolam USD masih
termasuk sehat karena menyediakan oksigen yang cukup bagi organisme dalam air.
Nilai DO biasanya diukur dalam bentuk konsentrasi ini menunjukkan jumlah oksigen
yang tersedia dalam suatu badan air. Semakin rendah nilai DO pada air, maka air
tersebut diindikasikan telah tercemar. Pengukuran DO juga bertujuan melihat sejauh
mana badan air mampu menampung biota air seperti ikan dan mikroorganisme.
Penyebab utama berkurangnya kadar oksigen terlarut dalam air disebabkan karena
adanya zat pencemar yang dapat mengkonsumsi oksigen. Zat pencemar tersebut
terutama terdiri dari bahan-bahan organik dan anorganik yang berasal dari berbagai
sumber, seperti kotoran (hewan dan manusia), sampah organik, bahan-bahan buangan
dari industri dan rumah tangga. Sejauh pengamatan kami, kotoran ikan yang ada
dalam kolam sangat mempengaruhi DO di dalam kolam tersebut.

29
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Organisme plankton yang terdapat di kolam USD Paingan adalah Desmidiaceae,
Haematococcaceae, Oocystaceae, Hydrodictyaceae, Merismopediaceae, Oocystaceae,
Fragilariaceae, Selenastraceae, Euglenaceae, Hydrodictyaceae, Euglenaceae,
Chroococcaceae, Euglenaceae.
2. Hasil pengukuran parameter fisik, kimia yang terdapat di kolam USD adalah sebagai
berikut: suhu (28,87°C), TDS (61,88 ppm), pH (8,01), Nitrat (0 mg/L), Fosfat (0,87
mg/L), DO (7,06 mL).
3. Air di kolam USD memang tercemar (tidak terlalu parah) dari data yang ada sehingga
masih memungkinkan adanya fitoplankton dan ikan-ikan hidup.

B. Refleksi
Penelitian biotilik pada perairan lentik ini lebih mudah dibandingkan dengan
penelitian biotilik pada perairan lotik mengalir) karena peneliti tidak perlu mencari ke sana ke
kemari planktonnya seperti mencari benthos. Saya sangat senang mengikuti dinamika
penelitian yang terjadi. Penelitian ini memberi pelajaran kepada saya untuk tetap menjaga
kesehatan diri dari pengaruh luar apapun.
Plankton sebagai tingkat trofik yang paling bawah atau primer adalah penentu
banyaknya organisme ikan yang mengkonsumsinya. Plankton menjadi sumber makanan
untuk ikan yang ada di kolam. Kualitas plankton yang sehat akan membuat ikan menjadi
sehat dan melimpah. Oleh karena itu, apa yangs aya makan dan minum harus yang sehat
sehingga saya sehat secara fisik dan diikuti oleh kesehatan mental.

30
DAFTAR PUSTAKA

Abdussamad, H. Z. (2021). Metode Penelitian Kualitatif. Makassar: Syakir Media Press.

Harlina. (2021). Limnologi Kajian Menyeluruh Mengenai Perairan Darat. Samarinda:


Gunawana Lestari.

Hosmani, S. (2014). Freshwater Plankton Ecology: A Review. J Res Manage Technol. 3, 9.

Husamah & Rahardjanto, A. (2019). Bioindikator: Teori dan Aplikasi dalam Biomonitoring.
Malang: UMM Press.

Paramita, R. W. D., Rizal, N., Sulistyani, R. B. (2021). Metode Penelitian Kuantitatif. Jawa
Timur: Widya Gama Press.

Pasztaleniec, A. (2016). An advanced phytoplankton trophic index: Test and validation with a
nationwide lake survey in Poland. International Review of Hydrobiology, 101, 25.

Rosarina & Laksanawati. (2018). Studi Kualitas Air Sungai Cisadane Kota Tangerang
Ditinjau Dari Parameter Fisika. Jurnal Teknik Industri Universitas Muhammadiyah
Tangerang, 3 (2), 40.

Satino. (2012). Materi Kuliah Limnologi. Yogyakarta: FMIPA UNY.

Subagyo, A. (2012). Keanekaragaman Plankton di Waduk Wadaslintang Kab. Wonosobo


sebagai Alternatif Sumber Belajar Materi Keanekaragaman Hayati Untuk SMA Kelas
X Semester II. Yogyakarta : FMIPA UNY.

Sulastri. (2018). Fitoplankton Danau-Danau di Pulau Jawa: Keanekaragaman dan Perannya


sebagai Bioindikator Perairan. Jakarta: LIPI Press.

Tatangindatu, F., Kalesaran, O., Rompas, R. (2013). Studi Parameter Fisika Kimia Air pada
Areal Budidaya Ikan di Danau Tondano, Desa Paleloan, Kabupaten Minahasa.
Budidaya Perairan 1 (2), 9.

31

Anda mungkin juga menyukai