FAKULTAS PETERNAKAN, KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG 2023 Pengertian Limnologi Limnologi adalah ilmu yang mempelajari dan menganalisis air tawar dan ekosistem air tawar, termasuk danau, sungai, rawa, dan sumber air lainnya. Limnologi mencakup studi tentang berbagai aspek fisik, kimia, biologi, dan ekologi ekosistem air tawar. Ekosistem Danau Danau merupakan bentukan alam berupa cekungan yang luas berisi air. Ada yang alami dan adapula yang buatan manusia. Di dalamnya terdapat interaksi baik komponen biotik maupun abiotiknya. Parameter Fisika: 1. Suhu Pengukuran suhu merupakan parameter yang penting dalam perairan, Menurut hokum Van’t Hoffs kenaikan suhu sebesar 10°C pada kisaran suhu yang masih ditolerir akan meningkatkan aktivitas fisiologis dari suatu organism meningkat 2-3 kali lipat (Barus, 2004). Kisaran suhu untuk organism perairan adalah sekitar 20-30°C (Sitorus, 2009). 2. pH Derajat keasaman merupakan salah satu faktor pembatas suatu perairan. Perairan umumnya memiliki kisaran tertentu untuk hidup yaitu, netral atau berada pada keadaan asam lemah hingga basa lemah (pH 7-8,5). 3. Oksigen Terlarut (DO) Proses fotosintesis dari fitoplankton yang menghasilkan oksigen dan difusi dari udara akan mempengaruhi kandungan oksigen terlarut 4. Kedalaman adalah parameter fisik yang menunjukan ukuran ketinggian air dari dasar perairan. 5. Kecerahan Kecerahan merupakan ekspresi sifat optik air yang disebabkan oleh adanya bahan padatan tersuspensi berupa partikel liat, lumpur dan partikel organik lainnya. Kecerahan optimum untuk kegiatan budidaya perikanan dalam suatu perairan berkisar antara 20-40 cm. Parameter Kimia: 1. pH: pH air mempengaruhi kelarutan nutrien dan polutan serta aktivitas biologis dalam danau. 2. Konsentrasi oksigen terlarut: Kehadiran oksigen terlarut penting bagi organisme aerobik dalam danau. 3. Konsentrasi nutrien: Termasuk konsentrasi nitrogen (amonia, nitrat, nitrit) dan fosfor (fosfat), yang dapat mempengaruhi pertumbuhan alga dan eutrofikasi danau. 4. Konsentrasi bahan organik terlarut: Bahan organik terlarut seperti humus dan lignin dapat mempengaruhi kualitas air dan siklus nutrien dalam danau. 5. Konsentrasi polutan: Meliputi bahan kimia seperti logam berat, pestisida, dan zat-zat polutan lainnya yang dapat berdampak negatif pada organisme danau. Parameter Biologi: 1. Fitoplankton: Mengukur kelimpahan dan komposisi fitoplankton yang merupakan produsen utama dalam rantai makanan danau. 2. Zooplankton: Mengukur kelimpahan dan komposisi zooplankton yang merupakan konsumen planktonik dan bagian penting dalam jaring makanan danau. 3. Makroinvertebrata: Mengamati kehadiran dan kelimpahan organisme makroinvertebrata seperti serangga air dan krustasea, yang memiliki peran penting dalam siklus nutrien dan rantai makanan. 4. Ikan: Mengukur kepadatan, biomassa, dan komposisi spesies ikan dalam danau. 5. Vegetasi air: Memantau jenis, kelimpahan, dan distribusi tumbuhan air seperti alga, teratai, dan ganggang di dasar danau Dinamika ekosistem danau Ekosistem danau merupakan salah satu ekosistem perairain air tawar yang memiliki keragaman yang membuat peristiwa saling makan memakan yang terjadi diantara kehidupan makhluk hidup di danau. Rantai makanan yang mungkin terjadi dalam ekosistem danau antara lain adalah Fitoplankton – zooplankton – udang kecil – ikan gabus – dekomposer. Berdasarkan contoh tersebut, salah satu konsumen tingkat dua dalam ekosistem danau adalah udang kecil. Prospek pengembangan akuakultur Selain fungsi utamanya sebagai pengendali bencana alam (banjir, erosi, dan kekeringan), juga dimanfaatkan oleh lainnya seperti: perikanan, pariwisata, sarana transportasi, sumber air irigasi pertanian, pembangkit listrik (PLTA), dan sebagainya. Pada perkembangannya, danau/waduk banyak dimanfaatkan guna memenuhi kebutuhan sumber protein melalui kegiatan budidaya ikan. Hingga tahun 2016, area danau/waduk yang telah dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya ikan mencapai 1.920 ha, menggunakan keramba jaring apung (KJA). Produksi ikan yang dihasilkannya cukup besar mencapai 502,3 ribu ton. Ekosistem Kolam Ekosistem kolam air tawar adalah salah satu jenis ekosistem air tawar yang lebih kecil, terisolasi, dan terbatas dalam ukuran. Meskipun ukurannya lebih kecil daripada danau, kolam air tawar memiliki karakteristik dan komponen ekologis yang serupa. Berikut adalah beberapa komponen penting dalam ekosistem kolam air tawar: 1. Air: Air adalah komponen utama dalam ekosistem kolam air tawar. Kualitas air, termasuk suhu, kekeruhan, oksigen terlarut, dan nutrien, mempengaruhi organisme dan proses ekologis di kolam. 2. Vegetasi air: Vegetasi air seperti tumbuhan air, alga, dan teratai berperan penting dalam ekosistem kolam. Mereka menyediakan tempat persembunyian, tempat berkembang biak, dan sumber makanan bagi organisme kolam lainnya. 3. Plankton: Plankton terdiri dari fitoplankton (alga mikroskopis) dan zooplankton (organisme hewan mikroskopis). Mereka merupakan produsen dan konsumen utama dalam rantai makanan kolam, serta menjadi sumber makanan bagi organisme lain seperti ikan kecil dan larva serangga air. 4. Ikan: Ikan kecil seperti ikan mas, ikan koi, atau ikan lainnya dapat hidup di kolam air tawar. Mereka berperan dalam rantai makanan, mengendalikan populasi plankton, dan memberikan keindahan visual dalam kolam. 5. Makroinvertebrata: Organisme makroinvertebrata seperti serangga air, kepiting, dan siput hidup di dasar danau dan berperan sebagai dekomposer dan konsumen dalam ekosistem kolam. 6. Burung dan Mamalia: Kolam air tawar sering menjadi habitat bagi berbagai spesies burung seperti bebek, bangau, dan serangga air. Mamalia seperti tupai air atau kodok juga bisa ditemukan di sekitar kolam. 7. Lingkungan fisik: Kedalaman kolam, suhu air, paparan sinar matahari, dan keberadaan substrat di dasar kolam mempengaruhi distribusi organisme dan proses ekologis di dalamnya. Rantai makanan adalah representasi aliran energi dan nutrisi dari satu organisme ke organisme lain dalam suatu ekosistem. Di dalam ekosistem kolam air tawar, terdapat berbagai rantai makanan yang saling terhubung. Berikut adalah contoh sederhana rantai makanan dalam ekosistem kolam: 1. Produsen: Fitoplankton, alga, dan tumbuhan air seperti eceng gondok adalah produsen utama dalam ekosistem kolam. Mereka menggunakan energi matahari melalui proses fotosintesis untuk menghasilkan makanan. 2. Konsumen Primer: Zooplankton, seperti daphnia atau rotifera, adalah konsumen primer yang memakan fitoplankton dan alga. Mereka mendapatkan energi dan nutrisi dari tumbuhan air. 3. Konsumen Sekunder: Ikan kecil seperti ikan mas atau ikan koi dapat menjadi konsumen sekunder dalam rantai makanan. Mereka memakan zooplankton sebagai sumber makanan utama. 4. Konsumen Tersier: Predator yang lebih besar seperti ikan predator seperti ikan mas koki atau ikan predator lainnya dapat menjadi konsumen tersier. Mereka memakan ikan kecil atau hewan lain dalam kolam. 5. Dekomposer: Organisme dekomposer seperti cacing tanah dan bakteri memainkan peran penting dalam menguraikan sisa-sisa organisme yang mati. Mereka menguraikan materi organik menjadi nutrien yang dapat digunakan kembali oleh produsen Berikut adalah beberapa prospek pengembangan akuakultur dalam ekosistem kolam: 1. Peningkatan produksi pangan: Akuakultur dapat menjadi sumber penting dalam memenuhi kebutuhan pangan yang terus meningkat. Dengan mengembangkan akuakultur dalam kolam, produksi ikan dan spesies akuatik lainnya dapat ditingkatkan secara efisien. 2. Diversifikasi produk: Ekosistem kolam memungkinkan pengembangan akuakultur yang beragam. Selain ikan, kolam dapat digunakan untuk budidaya udang, lobster, kepiting, tiram, dan spesies akuatik lainnya. Hal ini memungkinkan diversifikasi produk akuakultur yang dapat memenuhi permintaan pasar yang berbeda. 3. Penggunaan lahan yang efisien: Kolam dapat dibangun di lahan yang tidak terlalu luas, sehingga dapat dimanfaatkan di daerah dengan keterbatasan lahan. Akuakultur dalam kolam memungkinkan pemanfaatan lahan secara efisien dengan tingkat produksi yang tinggi. 4. Pengendalian lingkungan yang lebih baik: Dalam kolam, lingkungan dapat lebih terkendali dan dipantau dengan lebih baik dibandingkan dengan lingkungan alami seperti sungai atau danau. Faktor-faktor seperti kualitas air, suhu, nutrisi, dan predator dapat lebih mudah diatur dan dikontrol, menghasilkan kondisi optimal untuk pertumbuhan dan kesehatan organisme akuatik. 5. Keberlanjutan dan mitigasi dampak lingkungan: Dengan menggunakan metode akuakultur yang berkelanjutan, seperti penggunaan pakan yang efisien, manajemen limbah yang baik, dan pencegahan penyakit, dampak lingkungan negatif dapat dikurangi. Akuakultur dalam ekosistem kolam juga dapat membantu dalam pelestarian spesies ikan liar dengan mengurangi tekanan penangkapan di perairan alami Ekosistem sungai Ekosistem sungai adalah sistem ekologis yang terdiri dari air mengalir, organisme hidup, dan lingkungan fisik yang saling berinteraksi di sepanjang aliran sungai. Ekosistem sungai sangat beragam dan kompleks, dan memiliki peran penting dalam menyediakan habitat bagi berbagai spesies, siklus nutrien, dan menjaga keseimbangan ekologis. Berikut adalah beberapa komponen utama dalam ekosistem sungai: 1. Air: Air adalah elemen utama dalam ekosistem sungai. Aliran air yang terus-menerus memainkan peran penting dalam transportasi nutrien, oksigen, dan organisme hidup. Suhu air, tingkat keasaman (pH), kekeruhan, dan kualitas air lainnya mempengaruhi organisme yang hidup di dalamnya. 2. Vegetasi Riparian: Vegetasi riparian, seperti pohon dan tumbuhan yang tumbuh di tepi sungai, memiliki peran penting dalam menjaga kestabilan sungai dan menyediakan tempat bertelur, persembunyian, dan makanan bagi berbagai organisme. Akar vegetasi riparian membantu mengikat tanah, mencegah erosi, dan menyaring polutan yang masuk ke sungai. 3. Makroinvertebrata: Organisme makroinvertebrata seperti serangga air, krustasea, dan moluska hidup di sungai dan menjadi bagian penting dalam jaring makanan sungai. Mereka dapat berperan sebagai konsumen, pengurai, atau indikator kualitas air. 4. Ikan: Sungai adalah habitat alami bagi banyak spesies ikan. Ikan memiliki peran penting dalam rantai makanan sungai dan membantu menjaga keseimbangan ekosistem. Beberapa spesies ikan dapat bermigrasi dalam sungai untuk berkembang biak atau mencari sumber makanan. 5. Burung dan Mamalia: Sungai juga menjadi habitat bagi berbagai spesies burung air seperti burung camar, bangau, dan angsa liar. Mamalia seperti tupai air dan berang-berang juga dapat ditemukan di sekitar sungai. 6. Sedimen: Sedimen sungai, termasuk pasir, lumpur, dan kerikil, merupakan bagian penting dari ekosistem sungai. Sedimen dapat menyediakan habitat dan tempat bertelur bagi beberapa organisme, serta berperan dalam transportasi nutrien dan siklus biogeokimia. 7. Mikroorganisme: Mikroorganisme seperti bakteri dan alga mikroskopis hidup di dalam air sungai dan memainkan peran penting dalam siklus nutrien dan dekomposisi materi organik. Pengembangan akuakultur dalam ekosistem sungai memiliki prospek yang berpotensi, namun perlu dikelola dengan hati-hati untuk meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan dan keberlanjutan ekosistem sungai. Berikut adalah beberapa prospek pengembangan akuakultur dalam ekosistem sungai: 1. Diversifikasi produk: Ekosistem sungai menyediakan habitat yang cocok untuk berbagai spesies ikan air tawar. Pengembangan akuakultur dalam ekosistem sungai dapat memungkinkan diversifikasi produk akuakultur. Berbagai spesies ikan seperti ikan mas, nila, patin, lele, dan ikan air tawar lainnya dapat dibudidayakan dalam skala yang lebih besar. 2. Peningkatan produksi pangan: Akuakultur di sungai dapat berkontribusi pada peningkatan produksi pangan untuk memenuhi kebutuhan protein manusia. Dengan mengembangkan budidaya ikan yang efisien dan berkelanjutan, ekosistem sungai dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap ketahanan pangan lokal dan nasional. 3. Pelestarian spesies: Akuakultur dalam ekosistem sungai juga dapat berperan dalam pelestarian spesies ikan yang terancam punah atau berada dalam kondisi terancam. Dengan mempertahankan populasi dan memperbanyak spesies yang langka, akuakultur dapat membantu menjaga keberlanjutan sumber daya genetik dan ekologi. 4. Pemberdayaan masyarakat lokal: Pengembangan akuakultur dalam ekosistem sungai dapat memberikan peluang bagi masyarakat lokal untuk terlibat dalam kegiatan ekonomi yang berkelanjutan. Masyarakat dapat terlibat dalam budidaya ikan, pembenihan, atau pemeliharaan akuakultur, yang dapat meningkatkan mata pencaharian dan kesejahteraan mereka.
Aspek biologi dalam perairan tawar meliputi klasifikasi organisme, termasuk
fitoplankton, zooplankton, benthos, dan tanaman tingkat tinggi. Berikut adalah penjelasan singkat tentang masing-masing kelompok organisme tersebut: Fitoplankton: Fitoplankton adalah organisme mikroskopis yang melakukan fotosintesis di dalam perairan tawar. Mereka terdiri dari berbagai jenis alga seperti diatom, alga hijau, cyanobacteria, dan dinoflagellata. Fitoplankton merupakan produsen utama dalam rantai makanan perairan tawar, mengubah energi matahari menjadi energi organik yang tersedia bagi organisme lain. Selain itu, mereka juga berperan dalam siklus nutrien dan oksigenasi air. Zooplankton: Zooplankton adalah organisme kecil yang hidup sebagai plankton di perairan tawar. Mereka termasuk hewan-hewan mikroskopis seperti rotifer, krustasea, dan larva serangga air. Zooplankton merupakan konsumen yang memakan fitoplankton atau organisme lain dalam rantai makanan perairan tawar. Mereka juga berperan penting dalam transfer energi dari produsen (fitoplankton) ke konsumen tingkat lebih tinggi seperti ikan. Benthos: Benthos merujuk pada organisme yang hidup di atau dekat dasar perairan tawar. Mereka termasuk berbagai jenis invertebrata seperti cacing, krustasea, siput, kepiting, dan serangga air yang menghuni substrat dasar seperti lumpur, pasir, atau bebatuan. Benthos berperan penting dalam siklus nutrien, dekomposisi bahan organik, dan sebagai makanan bagi organisme penghuni perairan tawar seperti ikan dan burung air. Tanaman Tingkat Tinggi: Tanaman tingkat tinggi dalam perairan tawar meliputi tumbuhan yang hidup di atau sekitar perairan seperti rumput air, teratai, eceng gondok, dan semak sungai. Tanaman ini memiliki akar, batang, dan daun yang khas dan berperan dalam menyediakan tempat persembunyian, makanan, dan habitat bagi berbagai organisme air. Selain itu, tanaman air juga berperan dalam menyaring nutrien dan polutan, serta menjaga kualitas air di ekosistem perairan tawar. Klasifikasi organisme dalam perairan tawar mencakup beragam spesies dari setiap kelompok tersebut. Setiap kelompok organisme ini saling berhubungan dan berkontribusi dalam menjaga keseimbangan ekosistem perairan tawar serta berperan dalam siklus nutrien dan rantai makanan yang kompleks. Factor fisika dan kimia perairan memiliki hubungan yang erat dengan aspek biologi dalam ekosistem perairan. Berikut adalah beberapa contoh hubungan tersebut: Suhu: Suhu air mempengaruhi aktivitas biologis organisme perairan. Organisme air umumnya memiliki rentang suhu yang dapat mereka toleransi untuk pertumbuhan, reproduksi, dan metabolisme yang optimal. Perubahan suhu yang signifikan dapat mempengaruhi kelimpahan dan distribusi spesies, serta mempengaruhi kecepatan reaksi biokimia dalam tubuh organisme. Kualitas air: Kualitas air, termasuk parameter fisika dan kimia seperti pH, oksigen terlarut, kekeruhan, dan konsentrasi zat-zat terlarut (misalnya nitrogen dan fosfor), mempengaruhi kelangsungan hidup organisme perairan. Perubahan drastis dalam kualitas air, seperti peningkatan polutan atau penurunan oksigen terlarut, dapat mengganggu keseimbangan ekosistem dan menyebabkan kerugian keanekaragaman hayati. Cahaya: Penetrasi cahaya matahari ke dalam perairan mempengaruhi pertumbuhan dan produktivitas fitoplankton dan tanaman air. Fitoplankton melakukan fotosintesis menggunakan energi matahari, dan ketersediaan cahaya yang cukup penting untuk produksi makanan dan oksigen dalam ekosistem perairan. Kehadiran vegetasi perairan seperti rumput air dan teratai juga bergantung pada intensitas cahaya yang cukup untuk fotosintesis. Arus air: Arus air dalam perairan tawar membawa nutrien, oksigen, dan organisme ke berbagai tempat. Arus air yang kuat dapat mempengaruhi sebaran dan penyebaran organisme, termasuk fitoplankton, zooplankton, dan larva ikan. Arus air juga dapat mempengaruhi pola makan, reproduksi, dan pola hidup organisme yang tergantung pada pergerakan air. Kepadatan dan struktur substrat: Faktor fisik seperti kepadatan dan struktur substrat dasar perairan (misalnya lumpur, pasir, atau batu) mempengaruhi keberadaan organisme benthik. Organisme seperti invertebrata benthik dan ikan dasar tergantung pada substrat yang sesuai untuk mencari makanan, berkembang biak, dan melindungi diri. Perubahan dalam kepadatan atau komposisi substrat dapat mempengaruhi keberagaman dan kelimpahan organisme benthik. Hubungan antara faktor fisika dan kimia perairan dengan aspek biologi sangat kompleks dan saling terkait dalam menjaga keseimbangan ekosistem perairan. Perubahan dalam parameter fisika dan kimia perairan dapat memiliki dampak signifikan pada organisme yang hidup di dalamnya, termasuk fitoplankton, zooplankton, benthos, dan tanaman tingkat tinggi. Oleh karena itu, pemantauan dan pemeliharaan kualitas air yang baik sangat penting untuk menjaga keberlanjutan ekosistem perairan Produktivitas perairan merujuk pada kemampuan ekosistem perairan untuk menghasilkan biomassa, yaitu jumlah total organisme hidup, melalui proses fotosintesis oleh produsen primer. Produktivitas perairan dapat diukur dalam hal produksi primer dan produksi sekunder. Berikut adalah penjelasan mengenai populasi, komunitas, dan produktivitas dalam konteks perairan: Populasi: Populasi adalah kelompok individu organisme yang serupa, dari spesies yang sama, yang hidup dalam suatu wilayah perairan tertentu. Misalnya, populasi ikan dalam suatu danau, populasi fitoplankton dalam sungai, atau populasi serangga air di kolam. Populasi berinteraksi satu sama lain dan dengan lingkungan fisik dan kimia perairan. Pertumbuhan, reproduksi, dan mortalitas populasi ikan akan mempengaruhi dinamika populasi secara keseluruhan. Komunitas: Komunitas perairan terdiri dari berbagai populasi organisme yang hidup bersama-sama dalam suatu ekosistem perairan. Misalnya, komunitas perairan tawar dapat terdiri dari populasi ikan, fitoplankton, zooplankton, benthos, dan tanaman air tingkat tinggi. Komunitas perairan memiliki interaksi yang kompleks, seperti kompetisi antara spesies, pemangsaan, simbiosis, dan ketergantungan makanan. Komposisi, struktur, dan interaksi dalam komunitas perairan mempengaruhi stabilitas dan keanekaragaman ekosistem perairan. Produktivitas: Produktivitas perairan mengacu pada tingkat produksi biomassa di dalam ekosistem perairan. Produktivitas primer adalah produksi biomassa oleh produsen primer seperti fitoplankton dan tanaman air melalui proses fotosintesis. Produktivitas sekunder adalah produksi biomassa oleh konsumen atau heterotrof, seperti ikan dan hewan air lainnya, melalui konsumsi produsen atau konsumen lainnya. Produktivitas perairan sangat penting karena mendukung rantai makanan dan menjaga kelangsungan hidup organisme di dalamnya. Produktivitas perairan dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti ketersediaan nutrien, intensitas cahaya, suhu, dan stabilitas ekosistem. Faktor- faktor ini akan mempengaruhi kelimpahan dan distribusi organisme, interaksi dalam komunitas, dan siklus energi dan nutrien dalam perairan. Pemahaman tentang produktivitas perairan membantu dalam pengelolaan dan konservasi ekosistem perairan, termasuk upaya pengelolaan sumber daya perikanan dan pelestarian keanekaragaman hayati Perhitungan nilai produktivitas perairan tawar dapat melibatkan beberapa indikator, tergantung pada tujuan dan parameter yang ingin diukur. Berikut adalah beberapa indikator yang umum digunakan dalam menghitung nilai produktivitas perairan tawar: Produksi primer: Produksi primer adalah jumlah biomassa yang dihasilkan oleh produsen primer seperti fitoplankton dan tanaman air melalui fotosintesis. Nilai produktivitas dapat dihitung dengan mengukur tingkat produksi biomassa per unit luas perairan dalam periode waktu tertentu. Metode pengukuran yang umum digunakan termasuk pengambilan sampel plankton dan analisis kandungan klorofil sebagai indikator kepadatan fitoplankton. Produksi sekunder: Produksi sekunder adalah jumlah biomassa yang dihasilkan oleh konsumen atau organisme heterotrof melalui konsumsi produsen atau organisme lain dalam rantai makanan. Untuk menghitung produktivitas sekunder, perlu dilakukan estimasi pertumbuhan biomassa konsumen (misalnya ikan) dan mengurangi tingkat mortalitasnya. Ini melibatkan pengamatan dan pemantauan populasi konsumen, termasuk data pertumbuhan, reproduksi, dan tingkat kelangsungan hidup. Indeks produktivitas: Selain perhitungan langsung, ada juga penggunaan indikator indirek yang mencerminkan produktivitas perairan tawar. Misalnya, indeks trofik adalah ukuran tingkat ketersediaan nutrien dan kejernihan air. Indeks ini menggambarkan status trofik perairan dan dapat memberikan gambaran tentang potensi produktivitasnya. Kesimpulan tentang kelayakan perairan tawar untuk perikanan budidaya didasarkan pada nilai produktivitas yang dihitung dan faktor-faktor lain seperti kualitas air, kesesuaian suhu, dan ketersediaan pakan alami atau pakan buatan. Jika nilai produktivitas perairan tawar menunjukkan tingkat produksi biomassa yang cukup untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan organisme budidaya, serta jika kondisi perairan memenuhi persyaratan yang diperlukan, maka dapat dianggap layak untuk perikanan budidaya