Anda di halaman 1dari 13

RESUME MATERI KULIAH LIMNOLOGI

Oleh:
Grace Lady First Bara
2213010078

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PETERNAKAN, KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2023
Pengertian Limnologi
Limnologi adalah ilmu yang mempelajari dan menganalisis air tawar dan
ekosistem air tawar, termasuk danau, sungai, rawa, dan sumber air lainnya.
Limnologi mencakup studi tentang berbagai aspek fisik, kimia, biologi, dan
ekologi ekosistem air tawar.
Ekosistem Danau
Danau merupakan bentukan alam berupa cekungan yang luas berisi air.
Ada yang alami dan adapula yang buatan manusia. Di dalamnya terdapat interaksi
baik komponen biotik maupun abiotiknya.
 Parameter Fisika:
1. Suhu
Pengukuran suhu merupakan parameter yang penting dalam perairan,
Menurut hokum Van’t Hoffs kenaikan suhu sebesar 10°C pada kisaran suhu yang
masih ditolerir akan meningkatkan aktivitas fisiologis dari suatu organism
meningkat 2-3 kali lipat (Barus, 2004). Kisaran suhu untuk organism perairan
adalah sekitar 20-30°C (Sitorus, 2009).
2. pH
Derajat keasaman merupakan salah satu faktor pembatas suatu perairan.
Perairan umumnya memiliki kisaran tertentu untuk hidup yaitu, netral atau berada
pada keadaan asam lemah hingga basa lemah (pH 7-8,5).
3. Oksigen Terlarut (DO)
Proses fotosintesis dari fitoplankton yang menghasilkan oksigen dan difusi
dari udara akan mempengaruhi kandungan oksigen terlarut
4. Kedalaman adalah parameter fisik yang menunjukan ukuran ketinggian air
dari dasar perairan.
5. Kecerahan
Kecerahan merupakan ekspresi sifat optik air yang disebabkan oleh adanya
bahan padatan tersuspensi berupa partikel liat, lumpur dan partikel organik
lainnya. Kecerahan optimum untuk kegiatan budidaya perikanan dalam suatu
perairan berkisar antara 20-40 cm.
 Parameter Kimia:
1. pH:
pH air mempengaruhi kelarutan nutrien dan polutan serta aktivitas biologis
dalam danau.
2. Konsentrasi oksigen terlarut:
Kehadiran oksigen terlarut penting bagi organisme aerobik dalam danau.
3. Konsentrasi nutrien:
Termasuk konsentrasi nitrogen (amonia, nitrat, nitrit) dan fosfor (fosfat),
yang dapat mempengaruhi pertumbuhan alga dan eutrofikasi danau.
4. Konsentrasi bahan organik terlarut:
Bahan organik terlarut seperti humus dan lignin dapat mempengaruhi
kualitas air dan siklus nutrien dalam danau.
5. Konsentrasi polutan: Meliputi bahan kimia seperti logam berat, pestisida,
dan zat-zat polutan lainnya yang dapat berdampak negatif pada organisme
danau.
 Parameter Biologi:
1. Fitoplankton: Mengukur kelimpahan dan komposisi fitoplankton yang
merupakan produsen utama dalam rantai makanan danau.
2. Zooplankton: Mengukur kelimpahan dan komposisi zooplankton yang
merupakan konsumen planktonik dan bagian penting dalam jaring
makanan danau.
3. Makroinvertebrata: Mengamati kehadiran dan kelimpahan organisme
makroinvertebrata seperti serangga air dan krustasea, yang memiliki peran
penting dalam siklus nutrien dan rantai makanan.
4. Ikan: Mengukur kepadatan, biomassa, dan komposisi spesies ikan dalam
danau.
5. Vegetasi air: Memantau jenis, kelimpahan, dan distribusi tumbuhan air
seperti alga, teratai, dan ganggang di dasar danau
 Dinamika ekosistem danau
Ekosistem danau merupakan salah satu ekosistem perairain air tawar yang
memiliki keragaman yang membuat peristiwa saling makan memakan yang terjadi
diantara kehidupan makhluk hidup di danau. Rantai makanan yang mungkin
terjadi dalam ekosistem danau antara lain adalah Fitoplankton – zooplankton –
udang kecil – ikan gabus – dekomposer. Berdasarkan contoh tersebut, salah satu
konsumen tingkat dua dalam ekosistem danau adalah udang kecil.
 Prospek pengembangan akuakultur
Selain fungsi utamanya sebagai pengendali bencana alam (banjir, erosi, dan
kekeringan), juga dimanfaatkan oleh lainnya seperti: perikanan, pariwisata, sarana
transportasi, sumber air irigasi pertanian, pembangkit listrik (PLTA), dan
sebagainya.
Pada perkembangannya, danau/waduk banyak dimanfaatkan guna memenuhi
kebutuhan sumber protein melalui kegiatan budidaya ikan. Hingga tahun 2016,
area danau/waduk yang telah dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya ikan
mencapai 1.920 ha, menggunakan keramba jaring apung (KJA). Produksi ikan
yang dihasilkannya cukup besar mencapai 502,3 ribu ton.
Ekosistem Kolam
Ekosistem kolam air tawar adalah salah satu jenis ekosistem air tawar yang
lebih kecil, terisolasi, dan terbatas dalam ukuran. Meskipun ukurannya lebih kecil
daripada danau, kolam air tawar memiliki karakteristik dan komponen ekologis
yang serupa. Berikut adalah beberapa komponen penting dalam ekosistem kolam
air tawar:
1. Air:
Air adalah komponen utama dalam ekosistem kolam air tawar. Kualitas
air, termasuk suhu, kekeruhan, oksigen terlarut, dan nutrien,
mempengaruhi organisme dan proses ekologis di kolam.
2. Vegetasi air:
Vegetasi air seperti tumbuhan air, alga, dan teratai berperan penting dalam
ekosistem kolam. Mereka menyediakan tempat persembunyian, tempat
berkembang biak, dan sumber makanan bagi organisme kolam lainnya.
3. Plankton:
Plankton terdiri dari fitoplankton (alga mikroskopis) dan zooplankton
(organisme hewan mikroskopis). Mereka merupakan produsen dan
konsumen utama dalam rantai makanan kolam, serta menjadi sumber
makanan bagi organisme lain seperti ikan kecil dan larva serangga air.
4. Ikan:
Ikan kecil seperti ikan mas, ikan koi, atau ikan lainnya dapat hidup di
kolam air tawar. Mereka berperan dalam rantai makanan, mengendalikan
populasi plankton, dan memberikan keindahan visual dalam kolam.
5. Makroinvertebrata: Organisme makroinvertebrata seperti serangga air,
kepiting, dan siput hidup di dasar danau dan berperan sebagai dekomposer
dan konsumen dalam ekosistem kolam.
6. Burung dan Mamalia: Kolam air tawar sering menjadi habitat bagi
berbagai spesies burung seperti bebek, bangau, dan serangga air. Mamalia
seperti tupai air atau kodok juga bisa ditemukan di sekitar kolam.
7. Lingkungan fisik: Kedalaman kolam, suhu air, paparan sinar matahari, dan
keberadaan substrat di dasar kolam mempengaruhi distribusi organisme
dan proses ekologis di dalamnya.
Rantai makanan adalah representasi aliran energi dan nutrisi dari satu
organisme ke organisme lain dalam suatu ekosistem. Di dalam ekosistem kolam
air tawar, terdapat berbagai rantai makanan yang saling terhubung. Berikut adalah
contoh sederhana rantai makanan dalam ekosistem kolam:
1. Produsen: Fitoplankton, alga, dan tumbuhan air seperti eceng gondok
adalah produsen utama dalam ekosistem kolam. Mereka menggunakan
energi matahari melalui proses fotosintesis untuk menghasilkan makanan.
2. Konsumen Primer: Zooplankton, seperti daphnia atau rotifera, adalah
konsumen primer yang memakan fitoplankton dan alga. Mereka
mendapatkan energi dan nutrisi dari tumbuhan air.
3. Konsumen Sekunder: Ikan kecil seperti ikan mas atau ikan koi dapat
menjadi konsumen sekunder dalam rantai makanan. Mereka memakan
zooplankton sebagai sumber makanan utama.
4. Konsumen Tersier: Predator yang lebih besar seperti ikan predator seperti
ikan mas koki atau ikan predator lainnya dapat menjadi konsumen tersier.
Mereka memakan ikan kecil atau hewan lain dalam kolam.
5. Dekomposer: Organisme dekomposer seperti cacing tanah dan bakteri
memainkan peran penting dalam menguraikan sisa-sisa organisme yang
mati. Mereka menguraikan materi organik menjadi nutrien yang dapat
digunakan kembali oleh produsen
Berikut adalah beberapa prospek pengembangan akuakultur dalam ekosistem
kolam:
1. Peningkatan produksi pangan: Akuakultur dapat menjadi sumber penting
dalam memenuhi kebutuhan pangan yang terus meningkat. Dengan
mengembangkan akuakultur dalam kolam, produksi ikan dan spesies
akuatik lainnya dapat ditingkatkan secara efisien.
2. Diversifikasi produk: Ekosistem kolam memungkinkan pengembangan
akuakultur yang beragam. Selain ikan, kolam dapat digunakan untuk
budidaya udang, lobster, kepiting, tiram, dan spesies akuatik lainnya. Hal
ini memungkinkan diversifikasi produk akuakultur yang dapat memenuhi
permintaan pasar yang berbeda.
3. Penggunaan lahan yang efisien: Kolam dapat dibangun di lahan yang tidak
terlalu luas, sehingga dapat dimanfaatkan di daerah dengan keterbatasan
lahan. Akuakultur dalam kolam memungkinkan pemanfaatan lahan secara
efisien dengan tingkat produksi yang tinggi.
4. Pengendalian lingkungan yang lebih baik: Dalam kolam, lingkungan dapat
lebih terkendali dan dipantau dengan lebih baik dibandingkan dengan
lingkungan alami seperti sungai atau danau. Faktor-faktor seperti kualitas
air, suhu, nutrisi, dan predator dapat lebih mudah diatur dan dikontrol,
menghasilkan kondisi optimal untuk pertumbuhan dan kesehatan
organisme akuatik.
5. Keberlanjutan dan mitigasi dampak lingkungan: Dengan menggunakan
metode akuakultur yang berkelanjutan, seperti penggunaan pakan yang
efisien, manajemen limbah yang baik, dan pencegahan penyakit, dampak
lingkungan negatif dapat dikurangi. Akuakultur dalam ekosistem kolam
juga dapat membantu dalam pelestarian spesies ikan liar dengan
mengurangi tekanan penangkapan di perairan alami
Ekosistem sungai
Ekosistem sungai adalah sistem ekologis yang terdiri dari air mengalir,
organisme hidup, dan lingkungan fisik yang saling berinteraksi di sepanjang aliran
sungai. Ekosistem sungai sangat beragam dan kompleks, dan memiliki peran
penting dalam menyediakan habitat bagi berbagai spesies, siklus nutrien, dan
menjaga keseimbangan ekologis. Berikut adalah beberapa komponen utama dalam
ekosistem sungai:
1. Air: Air adalah elemen utama dalam ekosistem sungai. Aliran air yang
terus-menerus memainkan peran penting dalam transportasi nutrien,
oksigen, dan organisme hidup. Suhu air, tingkat keasaman (pH),
kekeruhan, dan kualitas air lainnya mempengaruhi organisme yang hidup
di dalamnya.
2. Vegetasi Riparian: Vegetasi riparian, seperti pohon dan tumbuhan yang
tumbuh di tepi sungai, memiliki peran penting dalam menjaga kestabilan
sungai dan menyediakan tempat bertelur, persembunyian, dan makanan
bagi berbagai organisme. Akar vegetasi riparian membantu mengikat
tanah, mencegah erosi, dan menyaring polutan yang masuk ke sungai.
3. Makroinvertebrata: Organisme makroinvertebrata seperti serangga air,
krustasea, dan moluska hidup di sungai dan menjadi bagian penting dalam
jaring makanan sungai. Mereka dapat berperan sebagai konsumen,
pengurai, atau indikator kualitas air.
4. Ikan: Sungai adalah habitat alami bagi banyak spesies ikan. Ikan memiliki
peran penting dalam rantai makanan sungai dan membantu menjaga
keseimbangan ekosistem. Beberapa spesies ikan dapat bermigrasi dalam
sungai untuk berkembang biak atau mencari sumber makanan.
5. Burung dan Mamalia: Sungai juga menjadi habitat bagi berbagai spesies
burung air seperti burung camar, bangau, dan angsa liar. Mamalia seperti
tupai air dan berang-berang juga dapat ditemukan di sekitar sungai.
6. Sedimen: Sedimen sungai, termasuk pasir, lumpur, dan kerikil, merupakan
bagian penting dari ekosistem sungai. Sedimen dapat menyediakan habitat
dan tempat bertelur bagi beberapa organisme, serta berperan dalam
transportasi nutrien dan siklus biogeokimia.
7. Mikroorganisme: Mikroorganisme seperti bakteri dan alga mikroskopis
hidup di dalam air sungai dan memainkan peran penting dalam siklus
nutrien dan dekomposisi materi organik.
Pengembangan akuakultur dalam ekosistem sungai memiliki prospek yang
berpotensi, namun perlu dikelola dengan hati-hati untuk meminimalkan dampak
negatif terhadap lingkungan dan keberlanjutan ekosistem sungai. Berikut adalah
beberapa prospek pengembangan akuakultur dalam ekosistem sungai:
1. Diversifikasi produk: Ekosistem sungai menyediakan habitat yang cocok
untuk berbagai spesies ikan air tawar. Pengembangan akuakultur dalam
ekosistem sungai dapat memungkinkan diversifikasi produk akuakultur.
Berbagai spesies ikan seperti ikan mas, nila, patin, lele, dan ikan air tawar
lainnya dapat dibudidayakan dalam skala yang lebih besar.
2. Peningkatan produksi pangan: Akuakultur di sungai dapat berkontribusi
pada peningkatan produksi pangan untuk memenuhi kebutuhan protein
manusia. Dengan mengembangkan budidaya ikan yang efisien dan
berkelanjutan, ekosistem sungai dapat memberikan kontribusi yang
signifikan terhadap ketahanan pangan lokal dan nasional.
3. Pelestarian spesies: Akuakultur dalam ekosistem sungai juga dapat
berperan dalam pelestarian spesies ikan yang terancam punah atau berada
dalam kondisi terancam. Dengan mempertahankan populasi dan
memperbanyak spesies yang langka, akuakultur dapat membantu menjaga
keberlanjutan sumber daya genetik dan ekologi.
4. Pemberdayaan masyarakat lokal: Pengembangan akuakultur dalam
ekosistem sungai dapat memberikan peluang bagi masyarakat lokal untuk
terlibat dalam kegiatan ekonomi yang berkelanjutan. Masyarakat dapat
terlibat dalam budidaya ikan, pembenihan, atau pemeliharaan akuakultur,
yang dapat meningkatkan mata pencaharian dan kesejahteraan mereka.

Aspek biologi dalam perairan tawar meliputi klasifikasi organisme, termasuk


fitoplankton, zooplankton, benthos, dan tanaman tingkat tinggi. Berikut adalah
penjelasan singkat tentang masing-masing kelompok organisme tersebut:
 Fitoplankton: Fitoplankton adalah organisme mikroskopis yang melakukan
fotosintesis di dalam perairan tawar. Mereka terdiri dari berbagai jenis alga
seperti diatom, alga hijau, cyanobacteria, dan dinoflagellata. Fitoplankton
merupakan produsen utama dalam rantai makanan perairan tawar,
mengubah energi matahari menjadi energi organik yang tersedia bagi
organisme lain. Selain itu, mereka juga berperan dalam siklus nutrien dan
oksigenasi air.
 Zooplankton: Zooplankton adalah organisme kecil yang hidup sebagai
plankton di perairan tawar. Mereka termasuk hewan-hewan mikroskopis
seperti rotifer, krustasea, dan larva serangga air. Zooplankton merupakan
konsumen yang memakan fitoplankton atau organisme lain dalam rantai
makanan perairan tawar. Mereka juga berperan penting dalam transfer
energi dari produsen (fitoplankton) ke konsumen tingkat lebih tinggi
seperti ikan.
 Benthos: Benthos merujuk pada organisme yang hidup di atau dekat dasar
perairan tawar. Mereka termasuk berbagai jenis invertebrata seperti cacing,
krustasea, siput, kepiting, dan serangga air yang menghuni substrat dasar
seperti lumpur, pasir, atau bebatuan. Benthos berperan penting dalam
siklus nutrien, dekomposisi bahan organik, dan sebagai makanan bagi
organisme penghuni perairan tawar seperti ikan dan burung air.
 Tanaman Tingkat Tinggi: Tanaman tingkat tinggi dalam perairan tawar
meliputi tumbuhan yang hidup di atau sekitar perairan seperti rumput air,
teratai, eceng gondok, dan semak sungai. Tanaman ini memiliki akar,
batang, dan daun yang khas dan berperan dalam menyediakan tempat
persembunyian, makanan, dan habitat bagi berbagai organisme air. Selain
itu, tanaman air juga berperan dalam menyaring nutrien dan polutan, serta
menjaga kualitas air di ekosistem perairan tawar.
Klasifikasi organisme dalam perairan tawar mencakup beragam spesies dari
setiap kelompok tersebut. Setiap kelompok organisme ini saling berhubungan dan
berkontribusi dalam menjaga keseimbangan ekosistem perairan tawar serta
berperan dalam siklus nutrien dan rantai makanan yang kompleks.
Factor fisika dan kimia perairan memiliki hubungan yang erat dengan aspek
biologi dalam ekosistem perairan. Berikut adalah beberapa contoh hubungan
tersebut:
 Suhu: Suhu air mempengaruhi aktivitas biologis organisme perairan.
Organisme air umumnya memiliki rentang suhu yang dapat mereka
toleransi untuk pertumbuhan, reproduksi, dan metabolisme yang optimal.
Perubahan suhu yang signifikan dapat mempengaruhi kelimpahan dan
distribusi spesies, serta mempengaruhi kecepatan reaksi biokimia dalam
tubuh organisme.
 Kualitas air: Kualitas air, termasuk parameter fisika dan kimia seperti pH,
oksigen terlarut, kekeruhan, dan konsentrasi zat-zat terlarut (misalnya
nitrogen dan fosfor), mempengaruhi kelangsungan hidup organisme
perairan. Perubahan drastis dalam kualitas air, seperti peningkatan polutan
atau penurunan oksigen terlarut, dapat mengganggu keseimbangan
ekosistem dan menyebabkan kerugian keanekaragaman hayati.
 Cahaya: Penetrasi cahaya matahari ke dalam perairan mempengaruhi
pertumbuhan dan produktivitas fitoplankton dan tanaman air. Fitoplankton
melakukan fotosintesis menggunakan energi matahari, dan ketersediaan
cahaya yang cukup penting untuk produksi makanan dan oksigen dalam
ekosistem perairan. Kehadiran vegetasi perairan seperti rumput air dan
teratai juga bergantung pada intensitas cahaya yang cukup untuk
fotosintesis.
 Arus air: Arus air dalam perairan tawar membawa nutrien, oksigen, dan
organisme ke berbagai tempat. Arus air yang kuat dapat mempengaruhi
sebaran dan penyebaran organisme, termasuk fitoplankton, zooplankton,
dan larva ikan. Arus air juga dapat mempengaruhi pola makan, reproduksi,
dan pola hidup organisme yang tergantung pada pergerakan air.
 Kepadatan dan struktur substrat: Faktor fisik seperti kepadatan dan
struktur substrat dasar perairan (misalnya lumpur, pasir, atau batu)
mempengaruhi keberadaan organisme benthik. Organisme seperti
invertebrata benthik dan ikan dasar tergantung pada substrat yang sesuai
untuk mencari makanan, berkembang biak, dan melindungi diri.
Perubahan dalam kepadatan atau komposisi substrat dapat mempengaruhi
keberagaman dan kelimpahan organisme benthik.
Hubungan antara faktor fisika dan kimia perairan dengan aspek biologi sangat
kompleks dan saling terkait dalam menjaga keseimbangan ekosistem perairan.
Perubahan dalam parameter fisika dan kimia perairan dapat memiliki dampak
signifikan pada organisme yang hidup di dalamnya, termasuk fitoplankton,
zooplankton, benthos, dan tanaman tingkat tinggi. Oleh karena itu, pemantauan
dan pemeliharaan kualitas air yang baik sangat penting untuk menjaga
keberlanjutan ekosistem perairan
Produktivitas perairan merujuk pada kemampuan ekosistem perairan untuk
menghasilkan biomassa, yaitu jumlah total organisme hidup, melalui proses
fotosintesis oleh produsen primer. Produktivitas perairan dapat diukur dalam hal
produksi primer dan produksi sekunder. Berikut adalah penjelasan mengenai
populasi, komunitas, dan produktivitas dalam konteks perairan:
 Populasi: Populasi adalah kelompok individu organisme yang serupa, dari
spesies yang sama, yang hidup dalam suatu wilayah perairan tertentu.
Misalnya, populasi ikan dalam suatu danau, populasi fitoplankton dalam
sungai, atau populasi serangga air di kolam. Populasi berinteraksi satu
sama lain dan dengan lingkungan fisik dan kimia perairan. Pertumbuhan,
reproduksi, dan mortalitas populasi ikan akan mempengaruhi dinamika
populasi secara keseluruhan.
 Komunitas: Komunitas perairan terdiri dari berbagai populasi organisme
yang hidup bersama-sama dalam suatu ekosistem perairan. Misalnya,
komunitas perairan tawar dapat terdiri dari populasi ikan, fitoplankton,
zooplankton, benthos, dan tanaman air tingkat tinggi. Komunitas perairan
memiliki interaksi yang kompleks, seperti kompetisi antara spesies,
pemangsaan, simbiosis, dan ketergantungan makanan. Komposisi,
struktur, dan interaksi dalam komunitas perairan mempengaruhi stabilitas
dan keanekaragaman ekosistem perairan.
 Produktivitas: Produktivitas perairan mengacu pada tingkat produksi
biomassa di dalam ekosistem perairan. Produktivitas primer adalah
produksi biomassa oleh produsen primer seperti fitoplankton dan tanaman
air melalui proses fotosintesis. Produktivitas sekunder adalah produksi
biomassa oleh konsumen atau heterotrof, seperti ikan dan hewan air
lainnya, melalui konsumsi produsen atau konsumen lainnya. Produktivitas
perairan sangat penting karena mendukung rantai makanan dan menjaga
kelangsungan hidup organisme di dalamnya.
Produktivitas perairan dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti
ketersediaan nutrien, intensitas cahaya, suhu, dan stabilitas ekosistem. Faktor-
faktor ini akan mempengaruhi kelimpahan dan distribusi organisme, interaksi
dalam komunitas, dan siklus energi dan nutrien dalam perairan. Pemahaman
tentang produktivitas perairan membantu dalam pengelolaan dan konservasi
ekosistem perairan, termasuk upaya pengelolaan sumber daya perikanan dan
pelestarian keanekaragaman hayati
Perhitungan nilai produktivitas perairan tawar dapat melibatkan beberapa
indikator, tergantung pada tujuan dan parameter yang ingin diukur. Berikut adalah
beberapa indikator yang umum digunakan dalam menghitung nilai produktivitas
perairan tawar:
 Produksi primer: Produksi primer adalah jumlah biomassa yang dihasilkan
oleh produsen primer seperti fitoplankton dan tanaman air melalui
fotosintesis. Nilai produktivitas dapat dihitung dengan mengukur tingkat
produksi biomassa per unit luas perairan dalam periode waktu tertentu.
Metode pengukuran yang umum digunakan termasuk pengambilan sampel
plankton dan analisis kandungan klorofil sebagai indikator kepadatan
fitoplankton.
 Produksi sekunder: Produksi sekunder adalah jumlah biomassa yang
dihasilkan oleh konsumen atau organisme heterotrof melalui konsumsi
produsen atau organisme lain dalam rantai makanan. Untuk menghitung
produktivitas sekunder, perlu dilakukan estimasi pertumbuhan biomassa
konsumen (misalnya ikan) dan mengurangi tingkat mortalitasnya. Ini
melibatkan pengamatan dan pemantauan populasi konsumen, termasuk
data pertumbuhan, reproduksi, dan tingkat kelangsungan hidup.
 Indeks produktivitas: Selain perhitungan langsung, ada juga penggunaan
indikator indirek yang mencerminkan produktivitas perairan tawar.
Misalnya, indeks trofik adalah ukuran tingkat ketersediaan nutrien dan
kejernihan air. Indeks ini menggambarkan status trofik perairan dan dapat
memberikan gambaran tentang potensi produktivitasnya.
Kesimpulan tentang kelayakan perairan tawar untuk perikanan budidaya
didasarkan pada nilai produktivitas yang dihitung dan faktor-faktor lain seperti
kualitas air, kesesuaian suhu, dan ketersediaan pakan alami atau pakan buatan.
Jika nilai produktivitas perairan tawar menunjukkan tingkat produksi biomassa
yang cukup untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan organisme
budidaya, serta jika kondisi perairan memenuhi persyaratan yang diperlukan,
maka dapat dianggap layak untuk perikanan budidaya

Anda mungkin juga menyukai