Anda di halaman 1dari 12

Nama : Turjaun

Nim : G0220001

Prody : Aquacultur A 20

Mata kuliah : Biologi Laut

PLANKTON

I.PENDAHULUAN
Negara Indonesia mempunyai wilayah maritim dengan luas melebihi 5

juta km2 atau hampir dua kali luas daratannya. Pada satu sisi, laut merupakan
tempat hidup berbagai biota laut, pada sisi lain merupakan tempat terakhir
pembuangan limbah yang dialirkan melalui sungai. Semakin bertambahnya
aktivitas manusia diberbagai sektor kehidupan, menyebabkan peningkatan
jumlah dan jenis pencemar yang masuk ke lingkungan perairan laut. Hingga
akhirnya, suatu saat dapat melampaui ke- setimbangan air laut yang
mengakibatkan sistem perairan laut tercemar (Haryono & Agustono, 2004;
Romimohtarto & Juwana, 2009).
Pencemaran air laut dapat menyebabkan berkurangnya keanekaragaman
atau punahnya populasi organisme perairan seperti bentos, perifiton dan
plankton. Sistem ekologis perairan mempunyai kemampuan untuk
memurnikan kembali lingkungannya yang telah tercemar sejauh beban
pencemaran masih berada dalam batas daya dukung lingkungan yang
bersangkut- an (Nugroho, 2006).
Perubahan lingkungan dapat dipantau secara biologi, kimia dan fisika.
Secara biologis, kualitas suatu lingkungan dapat diketahui dengan adanya
kehadiran atau ketidakhadiran berbagai makhluk hidup sebagai bioindikator.
Bioindikator atau indikator biologis adalah jenis atau populasi makhluk hidup,
hewan, tumbuhan atau mikro- organisme yang kehadiran dan vitalitasnya dapat
memberikan respon terhadap perubahan kondisi lingkungan. Penggunaan
organisme indikator dalam penentuan kualitas air sangat bermanfaat karena
organisme tersebut akan memberikan
reaksi terhadap keadaan kualitas perairan. Dengan demikian, dapat
memperkuat penilaian kualitas perairan berdasarkan parameter fisika dan
kimia (Nugroho, 2006; Rissik et al., 2009). Salah satu biota yang memiliki
peranan penting di dalam perairan dan dapat dijadikan sebagai indikator
biologi adalah plankton.
II. PEMBAHASAN
1. Defenisi Plankton
Plankton merupakan sekelompok biota akuatik baik berupa tumbuhan
maupun hewan yang hidup melayang maupun terapung secara pasif di
permukaan perairan, dan pergerakan serta penyebarannya dipengaruhi oleh
gerakan arus walaupun sangat lemah (Sumich, 1992; Nybakken, J. W. 1993;
Arinardi, O. H., Trimaningsih, dan Sudirdjo. 1997.
Menurut Sumich (1999), plankton dapat dibedakan menjadi dua
golongan besar yaitu fitoplankton (plankton nabati) dan zooplankton
(plankton hewani).
a. Fitoplankton
Fitoplankton merupakan tumbuh-tumbuhan air dengan ukuran yang
sangat kecil dan hidup melayang di dalam air. Fitoplankton mempunyai
peranan yang sangat penting dalam ekosistem perairan, sama pentingnya
dengan peranan tumbuh-tumbuhan hijau yang lebih tingkatannya di
ekosistem daratan. Fitoplankton juga merupakan produsen utama
(Primary producer) zat-zat organik dalam ekosistem perairan, seperti
tumbuh-tumbuhan hijau yang lain. Fitoplankton membuat ikatan-ikatan
organik sederhana melalui fotosintesa (Hutabarat, dan Evans. 1986).
b. Zooplankton
Zooplankton merupakan plankton hewani, meskipun terbatas namun
mempunyai kemampuan bergerak dengan cara berenang (migrasi
vertikal). Pada siang hari zooplankton bermigrasi ke bawah menuju dasar
perairan. Migrasi dapat disebabkan karena faktor konsumen atau grazing,
yaitu dimana zooplankton mendekati fitoplankton sebagai mangsa, selain
itu migrasi juga terjadi karena pengaruh gerakan angin yang menyebabkan
upwelling atau downwelling (Sumich, 1999).

2. Pergolongan Plankton Atas Dasar Ukuran dan Daur Hidup


a. Pergolongan Plankton Atas Dasar Ukuran
Berdasarkan ukurannya, Nontji (2008, hlm. 18-19) mengelompokkan
plankton menjadi beberapa kelompok, yaitu sebagai berikut:
1) Plankton jaring (netplankton): plankton yang dapat tertangkap dengan
jaring dengan mata jaring (mesh size) berukuran 20 ,um, atau dengan kata
lain plankton berukuran lebih besar dari 20 ,um.
2) Nanoplankton: plankton yang lolos dari jaring, tetapi lebih besar dari
2,um. Atau berukuran 2-20 ,um.
3) Ultrananoplankton: plankton yang berukuran lebih kecil dari 2 µm.
Namun seiring dengan kemajuan teknologi, plankton juga di bagi
menjadi beberapa yaitu:
1) Megaplankton (20-200 cm)
Ada juga yang menyebutnya megaloplankton. Banyak ubur-ubur
termasuk dalam golongan ini. Ubur-ubur Schyphomedusa, misalnya bisa
mempunyai ukuran diameter payungnya sampai lebih dari satu meter,
sedangkan umbai-umbai tentakelnya bisa sampai beberapa meter
pajangnya. Plankton raksasa yang berukuran terbesar di dunia adalah
ubur-ubur Cyanea arctica yang payungnya bisa berdiameter lebih dua
meter dan dengan panjang tentake1 30 m lebih .
2) Makroplankton (2-20 cm)
Contohnya adalah eufausid, sergestid, pteropod. Larva ikan banyak pula
termasuk dalam golongan ini.
3) Mesoplankton (0,2-20 mm)
Sebagian besar zooplankton berada dalam kelompok ini, seperti kopepod,
amfipod, ostrakod, kaetognat. Ada juga beberapa fitoplankton yang
berukuran besar masuk dalam golongan ini seperti Noctiluca.
4) Mikroplankton (20 -200 µm)
Fitoplankton adalah yang paling umum ditemukan dalam golongan ini,
seperti diatom dan dinoflagellata.
5) Nanoplankton (2-2 µm)
Kelompok ini terlalu kecil untuk ditangkap dengan menggunakan jaring
plankton. Misalnya, kokolitoforid dan berbagai mikroflagellata.
b. Pergolongan Plankton Atas Dasar Daur Hidup

Berdasarkan daur hidupnya, Nontji (2008, hlm. 18-19) mengelompokkan


plankton menjadi beberapa kelompok, yaitu sebagai berikut:
1) Holoplankton
Holoplankton adalah kelompok plankton yang seluruh daur hidupnya
dijalani sebagai plankton. Contohnya: Copepoda, amfipod dan kaetognat.
2) Meroplankton
Meroplankton adalah kelompok plankton yang hanya pada tahap awal
daur hidupnya dijalani sebagai plankton, yakni pada tahap telur dan larva
saja. Contohnya telur dan larva ikan.
3) Tikoplankton
Tikoplankton bukanlah plankton sejati, karena biota ini dalam keadaan
normal hidup di dasar laut sebagai bentos. Namun arus air dan pasang
surut menyebabkan ia terangkat dan lepas dari dasar dan kemudian
terbawa arus dan mengembara sementara sebagai plankton. Contohnya
beberapa jenis diatom Bacillariophyceae).
3. Klasifikasi Taksa fitoplankton dan Zooplankton
a. Taksa Fitoplankton
Karakteristik yang khas dari fitoplankton adalah memiliki pigmen-
pigmen fotosintesis yang menyebabkan timbulnya kenampakan warna yang
berbeda dari setiap jenisnya. Adanya perbedaan dalam  zat warna/pigmen
fotosintesis ini  dijadikan sebagai dasar dari klasifikasi taksa fitoplankton.
b. Taksa Zooplankton
Suatu spesis zooplankton dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan
seperti suhu, cahaya, nutrien, oksigen kecerahan air dan arus air dapat
mempengaruhi kelimpahandari spesis tersebut.
4. Adaptasi Plankton
Adapun tujaun dari adaptasi dilakukan untuk menghindari predator,
meningkatkan produktifitas, menghemat energi, mencari makan, menyesuaikan
diri dengan perubahan suhu lingkungan.
Jenis-jenis adaptasi
a. Adaptasi fitoplankton
Fitoplankton merupakan organisme mikropik akuatik yang bersifat
autrotof atau mampu melakukan fotosintesis untuk keberlasungan hidupnya
dan fitoplankton bersifat produsen diperairan.
Adaptasi fitoplankton berlangsung siang dan malam. Pada saat malam
hari tersedianya nutrisi akan meningkat di dalam perairan sehingga
fitopalnton akan berimigrasi ke tempat tersebut untuk mendapatkan nutrisi.
Sedangkan pada siang hari fitopalnkton akan berimigrasi kepermukaan
untuk mendapatkan cahaya sebagai komponen keberlansungan proses
fotosintesis.
b. Adaptasi Zooplankton
Adapun adaptasi zooplankton dengan cara, pada siang hari plankton
akan menuju ke arah dasar perairan dan pada malam hari plankton berada
dipermukaan perairan.
5. Fitoplnkton dan Produksi Primer
Pada ekosistem perairan, keberadaan cahaya dan unsu hara pada air
merupakan faktor utama yang mengontrol laju produksi primer fitoplankton.
Hubungan antara produksi primer fitoplankton dengan keberadaan intensitas
cahaya dan unsur hara pada air dilakukan dengan menggunakan oksigen botol
terang dan gelap.
6. Pengertian Produktivitas Primer dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Produktivitas Primer
Produktivitas primer adalah suatu proses pembentukan senyawa-senyawa
organik melalui proses fotosintesis. Proses fotosintesis sendiri dipengaruhi oleh
faktor konsentrasi klorofil a, serta intensitas cahaya matahari. Nilai produktivitas
primer dapat digunakan sebagai indikasi tentang tingkat kesuburan suatu
ekosistem perairan.
Faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya produktivitas primer
perairan bisa dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Faktor kimia seperti kandungan fosfat dan nitrat adalah merupakan hara
yang penting untuk pertumbuhan dan reproduksi fitoplankton.
2. Bila dikaitkan dengan faktor fisika dan level air maka pada level air yang
rendah dengan tersedianya sinar matahari menghasilkan produktivitas primer
yang tinggi.
3. Faktor biologi seperti perbandingan komposisi biomassa fito dan zoo, bahwa
jumlah individu dalam populasi fitoplankton jauh lebih besar dibandingkan
dengan jumlah individu dalam populasi zooplankton, dan karena yang
melakukan fotosintesa didalam ekosistem perairan adalah fitoplankton, ini
berakibat langsung terhadap tingginya produktivitas primer

7. Klasifikasi taksa Fitoplankton dan Zooplankton

1. Fitoplankton

a. Divisi Cyanophyta
Dikenal sebagai sebuah filum bakteri yang mendapatkan kebutuhan
energinya melalui fotosintetis dan sering juga disebut alga biru-hijau
b. Kingdom : Plantae
c. Divisi : Cyanophyta

d. Klas : Cyanophyceae
e. Ordo : Chroococcales
f. Species : Chroococcus turgidus
g. Ordo : Chamaesiphonales
h. Ordo : Nostocales
i. Species : Gloeocapsa sp.
j. Species : Merismopedia sp.
k. Species : Microcystis sp.
l. Species : Arthrospira sp.
m. Species : Spirulina sp.

n. Species : Lyngbya sp
2. Zooplankton

Klasifikasi berdasarkan kedalaman

a. Pleuston,organisme yang hidup di laut, sebagian tubuhnya mencul di


permukaan air. Mereka kadang dipisahkan sebagi plankton karena
distribusinya lebih banyak disebabkan oleh angin dari pada arus, misalnya :
Physalia dan Velella (hydrozoa)
b. Neuston, organisme yang hidup beberapa sampai 10 m pada lapisan
permukaan air
c. 3. Plankton Epipelagis, plankton yang hidup kurang dari 300 m di bawah
permukaan air pada siang hari
d. Plankton Mesopelagis, plankton yang hidup antara 300 -1 000 m di bawah
permukaan air pada siang hari
e. Plankton Bathypelagis, plankton yang hidup antara 1000 m dan 3000 - 4000
m pada siang hari
f. Plankton abyssopelagis, plankton yang hidup lebih dalam dari antara 3000 –
4000 m
g. Plankton Epibentik (plankton demersal atau palnkton dasar), plankton yang
hidup dekat dasar dan kadang-kadang kontak dengan dasar perairan
h. Klasifikasi berdasarkan hidupnya sebagai plankton
III. PENUTUP
Fisika dan kimia yang telah diteliti menunjukkan kondisi perairan
zooplankton yang belum memenuhi standar penggunaan pengairan bagi
masyarakat dibutuhkan peran masyarakat sekitar agar dapat menjaga kebersihan
pengairan hal ini akan mempengaruhi populasi zooplankton. Dengan menimbulkan
banyaknya sedium yang terkandung dalam perairan menyebabkan fitoplanton tidak
dapat melakukan fotosintesis yang akhirnya mempengaruhi firoplanton menjadi
rendah. Rendahnya firoplanton maka memicu produktiviras primer rendah karena
fitoplanton menjadi makanan zooplanton. Karna faktor makanan juga sangat
memegang dalam produktiviras primer zooplanton di perairan.

IV. DAFTAR PUSTAKA

Arinardi, O. H., Trimaningsih, dan Sudirdjo. 1997. Pengantar tentang Plankton


serta Kisaran Kelimpahan dan Plankton Predominan di Sekitar Pulau Jawa
dan Bali. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi-LIPI, Jakarta.

Haryono dan W. Agustono. 2004. Kinetika bioakumulasi logam berat


kadmium oleh fitoplankton Chlorella sp lingkungan perairan laut.
Jurnal Penelitian Sains & Teknologi. 5(2): 89-103.
Hutabarat, S and S. M. Evans. 1986. Pengantar Oceanografi. Universitas Indonesia
(UI-Press). Jakarta.

Isnansetyo. A, dan Kurniastuty, 1995. Teknik Kultur Phytoplankton dan


Zooplankton,Kanisius, Yogyakarta.

Nugroho, A. 2006. Bioindikator kualitas air. Penerbit Universitas Trisakti.


Jakarta.

Nybakken, J. W. 1993. Biologi Laut. Suatu Pendekatan Ekologis. PT. Gramedia.


Jakarta.

Nontji, A. 2008. Tiada Kehidupan di Bumi Tanpa Keberadaan Plankton.Lembaga


Ilmu Pengetahuan Indonesia. Pusat Penelitian Oseanografi, Jakarta.

Romimohtarto, K. dan S. Juwana. 2009. Biologi laut. Ilmu pengetahuan


tentang biologi laut. Djambatan. Jakarta.

Rissik, D., D. van Senden, M. Doherty, T. Ingleton, P. Anjani, L. Bowling,


M. Gibbs, M. Gladtone, T. Kobayasi, I. Suthers, and E. Freneman.
2009. Plankton-related environmental and water-quality issues. In:
Plankton: Giude to their ecology and monitoring for water quality (I.M.
Suthers and D. Rissik, Eds). CSIRO Publishing. Australia.

Sumich, J. L. 1992. An Introduction to the biology of Marine Life. The United


States of America. Fifth Edition. Wm. C. Brown Publishers. New York.

Sachlan, M. 1982. Planktonologi. UNDIP: Semarang.

Anda mungkin juga menyukai