Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

BAB II
KAJIAN TEORI

Lingkungan adalah salah satu faktor penting dalam interaksi makhluk hidup dalam sistem
ekologi. Menurut Odum (1993), lingkungan adalah suatu sistem yang kompleks yang terdiri dari
sejumlah faktor lingkungan yang dapat dikategorikan menjadi 2 kelompok, yaitu :
1. Lingkungan abiotik, seperti tanah/lahan, cahaya matahari, suhu udara, air, nutrien, hara, dan
mineral.
2. Lingkungan biotik yaitu makhluk hidup di sekitarnya. Lingkungan merupakan sistem
kompleks yang dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup
dan merupakan ruang tiga dimensi, dimana makhluk hidupnya sendiri merupakan salah satu
bagiannya.
Lingkungan bersifat dinamis berubah setiap saat. Perubahan yang terjadi pada
lingkungan akan mempengaruhi makhluk hidup, respon makhluk hidup, serta kondisi makhluk
hidup. Setiap lingkungan memiliki karakteristik yang berbeda, antara lingkungan hidup daratan
dan perairan. Sehingga hal itu berakibat pada perbedaan organisasi komunitas yang menghuni
kedua lingkungan hidup tersebut. Perbedaan yang mencolok dan mudah diamati adalah
kelompok organisme yang hanyut bebas dalam laut dan sangat lemah daya renangnya.
Kelompok organisme sering disebut dengan plankton.
Plankton merupakan salah satu organisme penting yang ada di ekosistem air karena
plankton merupakan penyumbang fotosintesis terbesar di dalam air. Plankton terdiri dari sisa-sisa
hewan dan tumbuhan laut. Plankton adalah organisme yang menyumbang 80% kebutuhan
oksigen yang ada di bumi ini. Dengan kemampuannya berrespisari menghasilkan gelembung-
gelembung oksigen yang terdapat di dalam laut, oksigen tersebut terlepas ke udara dan menjadi
gas yang bisa kita nikmati sekarang (Sachlan, 1972). Plankton terdiri dari dua kelompok besar
organisme akuatik yang berbeda yaitu organisme fotosintetik atau fitoplankton dan organisme
non fotosintetik atau zooplankton.

A. Fitoplankton
Fitoplankton adalah tumbuhan mikroskopik (bersel tunggal, berbentuk filamen atau
berbentuk rantai) yang menempati bagian atas perairan (zona fotik) laut terbuka dan
lingkungan pantai. Nama fitoplankton diambil dari istilah Yunani, phyton atau "tanaman"
dan planktos berarti "pengembara" atau "penghanyut. Sebagian besar berbentuk
uniseluler/bersel tunggal, namun beberapa yang berbentuk filamen (yaitu sel-sel yang
berkembang seperti benang).
Salah satu fitoplankton adalah diatom dan alga. Koloni diatom dan dan alga biru-hijau
juga memproduksi rangkaian sel yang saling berhubungan. Tidak seluruh organisme
fotosintetik ini bersifat mikroskopis, contohnya alga multiseluler makroskopoik Sargassum
spp, yang merupakan hasil biomasa utama di Laut Sargasso di Atlantik Utara. Oleh karena
itu, bentuk plankton berbeda-beda, seperti pada tabel berikut:
Tabel 1.Kelompok plankton berdasarkan kategori ukuran
No. Kelompok Ukuran
1. Megaplankton 20-200 cm
2. Meraplankton 2-20 cm
3. Mesoplankton 0,2 mm 2 cm
4. Microplankton 20-200 m
5. Nanoplankton 2-20 m
6. Picoplankton 0,2-2 m
7. Fentoplankton 0,2 m

Fitoplankton merupakan mata rantai utama dalam penyediaan energi bagi
zooplankton, melalui proses fotosintesis yang dilakukannya, yang selanjutnya zooplankton
merupakan sumber energi bagi ikan atau karnivora kecil, berikutnya ikan atau karnivora
kecil merupakan sumber energi bagi ikan karnivora besar (Djuanda, 1980). Sedangkan
menurut Nybakken (1988), kestabilan populasi fitoplankton sangat dipengaruhi oleh
beberapa faktor biotik. Faktor biotik yang sangat mempengaruhi adalah zooplankton, yang
merupakan hewan herbivora yang kelangsungan hidupnya secara biologis tergantung pada
herbivora fitoplankton.
Anggota fitoplankton yang merupakan minoritas adalah berbagai alga hijau biru
(Cyanophyceae), kokolitofor (Coccolithophoridae, Haptophyceae), dan silicoflagellata
(Dictyochaceae, Chrysophyceae). Cyanophyceae laut hanya terdapat di laut tropik dan
sering sekali membentuk permadani filamen yang padat dan dapat mewarnai air
(Nybakken, 1992). Berikut adalah contoh dari fitoplankton:

Fitoplankton hanya dapat dijumpai pada lapisan permukaan saja karena mereka hanya
dapat hidup di tempat-tempat yang mempunyai sinar matahari yang cukup untuk melakukan
fotosintesis. Mereka akan lebih banyak dijumpai pada tempat yang terletak di daerah
continental shelf dan di sepanjang pantai dimana terdapat proses upwelling. Daerah ini
biasanya merupakan suatu daerah yang cukup kaya akan bahan-bahan organik (Hutabarat
dan Evans, 1985).

B. Zooplankton
Zooplankton merupakan plankton hewani yang terhanyut secara pasif karena
terbatasnya kempuan bergerak. Berbeda dengan fitoplankton, zooplankton hampir meliputi
seluruh filum hewan mulai dari protozoa (hewan bersel tunggal) sampai filum Chordata
(hewan bertulang belakang). Berikut gambar dari beberapa zooplankton:


Ada tiga katagori ukuran zooplankton yang dikenal dengan mikrozooplankton,
mesozooplankton, dan makrozooplankton. Mikrozooplankton meliputi zooplankton yang
dapat melewati plankton net dengan mata 202 m dan mesozooplankton adalah yang
tersangkut sedangkan makrozooplankton dapat ditangkap dengan planktonet dengan lebar
mata 505m. Berdasarkan sikulus hidupnya zooplankton ada yang selamanya sebagai
plankton (holoplankton) dan ada yang sebagian hidupnya (pada awal hidupnya) saja sebagai
plankton (meroplankton). Organisme meroplankton terutama terdiri dari larva planktonik
dan bentik invertebrata, bentik chordata dan nekton (ichtyoplankton).

Produktivitas Plankton
Menurut Odum (1983), produktivitas primer suatu sistem ekologi sebagai laju
penyimpanan energi radiasi melalui aktivitas fotosintesis dari produser atau organisme (terutama
tumbuhan hijau) dalam bentuk bahan organik yang dapat digunakan sebagai bahan pakan. Untuk
menghasilkan produksi primer, produser melakukan fotosintesis dengan bantuan cahaya matahari
yang ditangkap oleh pigmen-pigmen fotosintesis.
Fotosintesis adalah proses fisiologis dasar yang penting bagi nutrisi tanaman. Persamaan
umum prosesfotosintesis yang terjadi pada tumbuhan hijau adalah sbb:

Persamaan ini menunjukkan bahwa proses tersebut adalah sebuah reaksi reduksi-oksidasi. CO
2

direduksi dan H
2
O dioksidasi (Forti, 1969; Faliela, 1984).
Apabila produksi sekunder adalah produksi yang dihasilkan pada tingkat konsumer, maka
produktivitas sekunder sebenarnya meliputi banyak organisme pada tingkat konsumer seperti
herbivora dan karnivora.Akan tetapi biasanya produktivitas sekunder dihitung berdasarkan
produksi konsumer primer dalam hal ini zooplankton. Produksi dari populasi hewan mengacu
pada pembentukan biomassa baru dalam periode waktu tertentu. Ada dua pendekatan yang telah
diterapkan dalam studi produksi yaitu metode dinamika populasi dan metode pengaturan energi
(energy budget). Pendekatan dinamika populasi terkonsentrasi pada pertumbuhan biomassa
sedangkan pendekatan energy budget mengukur komponen-komponen konsumsi, respirasi dan
ekresi.
Ada permasalahan dalam menentukan produktivitas sekunder antara lain, perbedaan
ukuran pada tiap individu menyebabkan jumlah individu/satuan volume berbeda antara satu jenis
dengan jenis yang lain atau dalam jenis yang sama pada tahap siklus hidup yang berbeda.
Sebagai contoh pada jenis calanus yang siklus hidupnya melewati 6 fase nauplii dan 6 fase
kopepodite dengan masing-masing berbeda ukuran maka jumlah individu per satuan volume dari
tiap fase akan berbeda.Oleh karena itu diperlukan ada perbedaan dalam penghitungan untuk
masing-masing jenis zooplankton (Lewis,Jr. 1985)

Peranan Plankton dalam Ekosistem Laut
Pada ekosistem laut setidaknya ada tiga komponen organisme yang hidup didalamnya
bila diklasifikasikan berdasarkan kemampuan pergerakannya yaitu organisme planktonik,
organisme nektonik dan organisme bentik. Organisme planktonik meliputi organisme yang
memiliki pergerakan lemah dan tidak mampu mempertahankan posisinya dari pergerakan arus
air. Termasuk didalamnya adalah plankton baik yang bersifat nabati (fitoplankton) maupun
hewani (zooplankton).
Organisme nektonik adalah organisme yang memiliki pergerakan yang kuat dan mampu
mempertahankan posisinya dari pengaruh arus. Kemampuan pergerakan ini merupakan ciri khas
organisme jenis ini sehingga organisme ini dapat memperoleh makanannya dengan memangsa,
menghindari pemangsaan, serta menghindari kondisi lingkungan yang tidak cocok bagi
kehidupannya. Organisme ini sebagian besar terdiri dari ikan, reptil, dan invertebrata
cepalopoda. Sedangkan organisme bentik adalah organisme dengan pergerakan yang sangat
terbatas dan oleh karena itu organisme ini banyak terdapat pada daerah bentik (dasar perairan).
Organisme bentik umumnya dari jenis organisme yang hidup menancap, membuat lubang
(burrowing) atau merayap didasar perairan. Beberapa contoh organisme menancap misalnya
lamun, karang, teritip, tiram, dan remis. Contoh organisme pembuat lubang antara lain cacing,
kima, kerang, dan keong. Beberapa jenis crustacean seperti udang dan kepiting merupakan
organisme yang hidup merayap.
Pada ekosistem perairan organisme utama yang mampu memanfaatkan energi cahaya
adalah tumbuhan hijau terutama fitoplankton. Fitoplankton merupakan organisme autotrof yaitu
organisme yang mampu menghasilkan bahan organik dari bahan anorganik melalui proses
fotosintesis dengan bantuan cahaya. Sebagai organissme autotrof, fitoplankton berperan sebagai
produser primer yang mampu mentransfer energi cahaya menjadi energi kimia berupa bahan
organik pada selnya yang dapat dimanfaatkan oleh organisme lain pada tingkat tropis diatasnya.
Fitoplankton merupakan produser terbesar pada ekosistem laut. Pada ekosistem akuatik sebagian
besar produktivitas primer dilakukan oleh fitoplankton (Parsons dkk, 1984). Steeman-Nielsen
(1975) menyatakan bahwa kurang lebih 95% produksi primer di laut berasal dari fitoplankton.


Sebagai produser primer, fitoplankton menduduki tingkatan terbawah pada piramida
makanan (Gambar 14), artinya fitoplanktonlah yang mendukung seluruh kehidupan di laut.
Dengan kata lain, fitoplankton menduduki tropik level paling randah dan berperan mentranfer
energi matahari dan mendistribusikan energi tersebut pada organisme laut melaui rantai
makanan. Apabila dilihat bentuk piramida makanan maka bisa diartikan bahwa semakin ke atas
ukuran individu bertambah sedangkan jumlah individu menurun. Sebaliknya jumlah fitoplankton
jauh lebih besar dibanding zooplankton dan ikan tetapi ukurannya jauh lebih kecil.
Bahan organik hasil proses fotosintesis dapat dimanfaatkan oleh zooplankton yang
menduduki tropik level kedua pada piramida makanan. Pada tingkat tropik ini zooplankton
berperan sebagai organisme herbivora atau konsumer primer. Sebagian besar zooplankton
memakan fitoplankton atau detritus dan memiliki peran penting dalam dalam rantai makanan
pada ekosistem perairan. Beberapa spesies memperoleh makanan melalui uptake langsung dari
bahan organik yang terlarut. Zooplankton pada dasarnya mengumpulkan makanan melalui
mekanisme feelter feeding atau raptorial feeding. Zooplankton filter feeder menyaring seluruh
makanan yang melewati mulutnya sedangkan pada raptorial feeder sebagian makanannya di
keluarkan kembali. Proses saling memangsa antar satu dengan yang lainnya disebut rantai
makanan (food chain) sedangkan rangkaian rantai makanan disebut jaring makanan (food web).
Pada rantai makanan maupun pada jaring makanan fitoplankton menempati tempat yang
terendah sebagai produser primer. Rantai makanan grazing di laut dimulai dari fitoplankton
sebagai produser dan zooplankton sebagai konsumer (grazer). Apabila terjadi kematian baik
fitoplankton maupun zooplankton maka akan menjadi mata rantai pertama dalam rantai makan
detritus (detritus food chain). Kedua rantai makanan tersebut menjadi siklus dasar dalam
produksi di laut.




BAB III

Ira di prosedur kerja tambahin ini abis langkah mengidentifikasi
planton

1. Menghitung indeks keanekaragaman plankton dengan menggunakan rumus :
(



Ket :
H : Indeks keaneragaman plankton
Ni : jumlah individu genus ke i
N : Jumlah total individu
Kisaran total indeks keanekaragaman plankton dapat diklasifikasikan sebagai berikut
modifikasi Wilm and Dorris (1986) dalam Mason (1981) :
a. H > 2,3026 : keanekaragaman kecil dan kestabilan komunitas
rendah
b. 2,3026 <H> 6,9078 : keanekaragaman sedang dan kestabilan komunitas
Sedang
c. H < 6,9078 : keanekaragaman tinggi dan kestabila komunitas
tinggi.
2. Menghitung indeks keseragaman (Maguran, 1982), dengan rumus :




Keterangan
E : indeks keseragaman
H : Indeks keanekaragaman
N : jumlah genus A
Indeks keseragaman berkisar antara 0-1. Apabila nilai E pada tiap titik semakin
mendekati 1 sebaran individu antar jenis merata dan jika nilai E pada titik semakin
mendekati 0 sebaran individu antar jenis tidak merata atau jenis tertentu yang
dominan.
3. Menghitung indeks dominansi indeks dominansi plankton dengan rumus :


Keterangan :
D : Indeks dominansi
Ni : jumlah individu genus ke i
N : Jumlah total individu
Apabila nilai D pada tiap tititk semakin mendekati 1 maka trdapat genus yang
mendominasi, dan jika nilai d pada titik semakin mendekati 0 maka tidak ada genus
yg mendominasi.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel :1 Perhitungan indeks keanekarahaman, indeks keseragaman, dan indeks
dominansi plakton


No
Genus

Jum
-lah
Jenis Plankton
Indeks
Keanekara-
gaman H
Indeks
Keserga
-man

Indeks
Domina
n-si (%)
Fito-
plankton
Zoo-
plankton
1 Pediastrum 25 v

0,21347 0,0009
2 Diatom 15 v

0,15497 0,0005
3 Desmid 10 v

0,11754 0,0004
4 Gammarus lacustris 5

v
0,07093 0,0002
5 Closteriosis 15 v

0,15497 0,0005
6 Pandorina 15 v

0,15497 0,0005
7 Ulothrix kutzing 15 v

0,15497 0,0005
8 Chlorochytrium 5 v

0,07093 0,0002
9 Euglena 5 v

0,07093 0,0002
10 Closteriopsis longissima 40 v

0,27559 0,0014
11 Anisonema ovale 35

v
0,25754 0,0012
12 Lemanea annulata 45 v

0,29144 0,0016
13 Leptothrix ochracea 30 v

0,23697 0,0011
14 leptotrix 15 v

0,15497 0,0005
15 Closteriopsis longissima 10 v

0,11754 0,0004
Jumlah 285 13 2
2,49776 0,44188 0,0100
B. Analisis Data
Berdasarkan data hasil praktikum pada tabel 1 pengamatan plankton yang diambil
dari Danau UNESA dapat diketahui bahwa ditemukan 2 kelompok plankton yaitu
fitoplankton dan zooplankton dengan jumlah genus fitoplankton 13 dan genus zooplankton 2
dan jumlah seluruhnya 15 genus. Jumlah individu fitoplankton dan zooplankton secara
keseluruhan terdapat 285 individu. Untuk indeks keanekaragaman secara keseluruhan
nilainya sebesar 2,497763 dan Indeks keseragaman secara kelseuruhan nilainya sebesar
0,441887. Serta untuk perhitungan Indeks dominansi fitoplankton dan zooplankton yang
paling banyak ditemukan yaitu dari genus Lemanea annulata dari jenis fitoplankton dengan
jumlah 45 individu yang didaptkan nilai indeks dominasi sebesar 0,0016.

C. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data di atas, dapat diketahui bahwa
keanekaragaman plankton di danau UNESA tergolong sedang dan kestabilan komunitasnya
sedang . Hal ini dapat diketahui pada jenis plankton yang ditemukan yaitu, 2 kelompok
plankton yaitu fitoplankton dan zooplankton dengan jumlah genus fitoplankton hanya 13dan
genus zooplankton 2 dan jumlah seluruhnya 15 genus. Jumlah individu fitoplankton dan
zooplankton secara keseluruhan terdapat 285 individu. Untuk indeks keanekaragaman secara
keseluruhan nilainya sebesar 2,49776 yang berarti keanekaragaman sedang dan kestabilan
komunitas sedang dan Indeks keseragaman secara keseluruhan nilainya sebesar 0,44188
sebaran individu antar jenis tidak merata atau jenis tertentu yang dominan. Kriteia nilai
tersebut ditentukan oleh Magguran (1982) yaitu nilai indeks keseragaman antara 0-1, apabila
mendekati 1 maka nilai keseragamannya merata dan bila mendekati 0 maka nilai
keseragamannya tidak merata. Serta untuk perhitungan Indeks dominansi fitoplankton dan
zooplankton yang paling banyak ditemukan yaitu dari genus Lemanea annulata dari jenis
fitoplankton dengan jumlah 45 individu yang didapatkan nilai indeks dominasi sebesar
0,0016.
Pada data hasil praktikum mengenai kelompok plankton yang ditemukan di Danau
UNESA diketahui bahwa jumlah genus pada fitoplankton lebih banyak dari pada
zooplankton yaitu fitoplankton terdapat 13 genus dan zooplankton hanya terdapat 2 genus.
Hal ini dikarenakan pada saat praktikum yaitu pada saat pengambilan sampel air yang
disaring planktonnya menggunakan plankton net dilakukan pada siang hari. Genus
fitoplankton yaitu plankton yang dapat melakukan fotosintesis biasanya terjadi di permukaan
air karena pada permukaan air memang intensitas cahaya bagus. Selain itu juga kandungan
Mineral-mineral besi (hanya pada jumlah yang sesuai) menyebabkan ledakan fitoplankton
tertentu. Zat besi untuk fitoplankton perairan pada dasarnya berasal dari endapan debu-debu
atmosfer pada permukaan air.
Pada siang hari fitoplankton yang merupakan kelompok plankton yang dapat
memproduksi makanan sendiri dengan melakukan fotosintesis, yaitu proses mensintesis
makanan dengan bantuan cahaya sedang melakukan proses tersebut. Dan pada saat
pengambilan sampel air, air yang dibuat sampel adalah pada permukaan air, pada saat
tersebut fitoplankton melakukan proses fotosintesis sehingga data hasil praktikum
menunjukkan lebih banyak genus dari fitoplankton lebih banyak daripada genus
zooplankton. Sebaliknya sedikitnya genus zooplankton yang ditemukan dikarenakan
zooplankton tidak bisa memproduksi makanan sendiri melalui proses fotosintesis, dan
zooplankton kurang aktif pada siang hari, biasanya zooplankton cenderung aktif pada malam
hari untuk mencari sumber makanan.
Selain itu fitoplankton memiliki peran sebagai produsen tingkat pertama dalam rantai
makanan di ekosistem perairan. Fitoplankton sebagai makanan bagi organisme perairan
lainnya, di antaranya adalah zooplankton dan ikan. Sehingga transfer energi dari produsen
ke konsumen dapat seimbang dan teratur.
Perbedaan jumlah fitoplankton dan zooplankton yang berbeda juga dipengaruhi
oleh beberapa faktor, di antaranya adalah keberadaan cahaya dan nutrien. Semua ekosistem
plankton dikendalikan oleh adanya energi matahari, dan hal ini membatasi produksi primer
permukaan air dan juga dikendalikan oleh kualitas air dan cahaya. Penyebab yang kedua
adalah adanya nutrien. Walaupun wilayah danau yang luas mempunyai cahaya yang
berlimpah, namun mereka mengalami produksi primer kecil karena keberadaan nutrien
seperti nitrat, phosphate dan silikat yang sedikit. Hal ini disebabkan karena sirkulasi dan
stratifikasi dari kedalaman danau. Walaupun sebagian besar plankton ditemukan di
permukaan air, sesungguhnya mereka ada di seluruh permukaan air. Pada kedalaman, tidak
terjadi produksi primer, zooplankton menggunakan materi organik yang tenggelam yang
berasal dari air permukaan atas. Material yang terus menerus tenggelam ini menjadi semakin
besar jika ada ledakan plankton.
Pada data hasil praktikum mengenai jumlah kelesuruhan individu plankton yang
ditemukan di Danau UNESA diketahui bahwa terdapat 285 individu yang ditemukan baik
zooplankton ataupun fitoplankton dengan nilai indeks keanekaragaman sebesar 2,49776.
Nilai tersebut berdasarkan parameter yang ditentukan oleh Wilhm dan Doris (1986)
mencerminkan nilai keanekaragaman yang sedang dan kestabilan komunitasnya sedang atau
bisa dikatakan Danau UNESA tercemar namun masih dalam batasan sedang. Nilai indeks
keanekaragaman yang cenderung rendah tersebut dipengaruhi beberapa oleh faktor-faktor
fisika dan kimia air yakni suhu, DO, CO
2,
kecerahan, pH, dan Salinitas.

BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan hasil, analisis, dan pembahasan data dapat disimpulkan bahwa :
1. Keanekaragaman plankton di Danau UNESA sedang. Hal ini dapat diketahui dari indeks
keanekaragaman secara keseluruhan nilainya sebesar 2,49776 yang berarti keanekaragaman
sedang dan kestabilan komunitas sedang
2. Indeks keanekaragaman plankton yang terdapat di Danau UNESA memiliki rata-rata 2,49776.
3. Indeks keseragaman plankton yang terdapat di Danau UNESA memiliki rata-rata 0,44188 yang
menandakan sebaran individu antar jenis tidak merata atau jenis tertentu yang dominan.
4. Indeks dominansi plankton yang terdapat di Danau UNESA memiliki rata-rata 0,0100 yangberarti
di dominasi inividu tertentu dari genus Lemanea annulata dari jenis fitoplankton dengan
jumlah 45 individu.

B. Saran
Dari praktikum yang telah dilakukan disarankan pada saat pengambilan air danau
yang akan dituangkan ke Plankton net dilakukan pelan-pelan dan hati-hati, agar plankton
dapat terjaring sempurna.










DAFTAR PUSTAKA

Odum, E.P. 1993. Dasar-dasar Ekologi. Terjemahan Tjahjono Samingan. Edisi Ketiga.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Sachlan, M. 1972. Planktonologi. Jakarta: Correspondense Course Center.
Djuanda, T. 1980. Kehidupan dalam setetes embun. Bandung: ITB.
Nybakken, J. W. 1988. Biologi Laut suatu Pendekatan Ekologi. Jakarta: Gramedia.
Nybakken, J. W. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologi. Jakarta: Gramedia.
Hutabarat, S. dan S.M, Evans, 1985. Pengantar Oseanografi. Jakarta: Universitas Indonesia
Press.
Forti. G. 1969. Light Energy Utilization in Photosynthesis. In Goldman, C. R. Primary
Production in Aquatic Environments. University of California Press.
Faliela, I. 1984. Marine Ecology Processis. New York: Springer-Verlag.
Lewis, Jr. 1985. Zooplankton Community Analysis.
Maguran. 1982. Limnology. New York: Graw Hill
Parsons, T.R., M.Takahashi dan B. Hargrave. 1984. BiologicalOceanographic Processes. 3rd
editition. Oxford: Pergamon Press.
Steeman-Nielsen, E. 1975. Marine Photosinthesis with Emphasis on the Ecological Aspect.
Elseiver Oceanography Series 13. Elseiver Sci. Publ. Co. Amsterdam.
Sunarto. 2008. Karakteristik Biologi dan Peranan Plankton bagi Ekosistem Laut. Jatinangor:
Universitas Padjadjaran.
Wilm and Dorris.1986 dalam Mason 1981. Analys Plankton. Publ. Co. Amsterdam







Lampiran


Diatom Pediastrum

Desmid Gammarus lacustris






Euglena Anisonema ovale






Closteriopsis longissima Leptothrix ochracea

Anda mungkin juga menyukai