Anda di halaman 1dari 14

Pengaruh Suhu Terhadap Kehidupan Hewan

Suhu adalah parameter yang menggambarkan derajat panas suatu benda. Semakin tinggi panas
suatu benda, maka semakin tinggi pula suhunya. Panas yang dipancarkan atau dirambatkan oleh
suatu benda merupakan bentuk energi yang dibebaskan oleh suatu benda melalui proses
tranformasi energi. Dengan demikian secara tidak langsung suhu dapat dipakai sebagai indikator
tentang besarnya energi yang dibebaskan oleh suatu benda.

Dalam suatu ekosistem, suhu dapat mengatur pertumbuhan dan penyebaran hewan yang hidup
didalamnya. Proses ini terjadi karena suhu mempengaruhi unsur fisik dan fisologis tubuh hewan.
Suhu yang terlalu tinggi dapat merusak enzim, sel, jaringan, organ, permiabilitas membran,
hormon serta menguapkan cairan tubuh. Sedangkan suhu yang terlalu rendah dapat menghambat
kerja enzim, hormon metabolisme dan pembekuan protoplasma.

Berdasarkan daya toleransi terhadap suhu, hewan dapa dikelompokan menjadi hewan
eurythermal dan hewan stenothermal. Hewan eurytermal adalah hewan yang mampu hidup pada
suhu lingkungan dalam kisaran yang luas. Ini artinya selisih antara suhu maksimum dan
minimum sangat luas. Hewan stenothermal adalah hewan yang mampu hidup pada suhu
lingkungan dalam kisaran yang sempit. Ini artinya selisih suhu maksimum dan minimum sempit.

Setiap hewan (organisme) memiliki titik kardinal suhu yang berbeda dengan hewan lainnya.
Titik kardinal adalah titik-titik yang menunjukkan batas suhu maksimum, suhu optimum dan
suhu minimum yang masih bisa diterima oleh hewan.

Suhu maksimum adalah suhu tertinggi yang masih memungkinkan hanya 50% anggota populasi
suatu hewan bertahan hidup. Suhu minimum adalah titik suhu terendah yang memungkinkan
hanya 50% anggota populasi suatu hewan bertahan hidup. Suhu optimum adalah nilai suhu yang
memungkinkan populasi suatu hewan menjalani hidup paling baik dan menghasilkan keturunan
paling banyak.
Konsep Plankton Dan Zooplankton

Plankton adalah kelompok organisme yang hidup melayang-layang di dalam air / kelompok biota
laut, selain bentos dan nekton, mempunyai daya renang yang sangat lemah, artinya mereka tidak
dapat melawan arus.

Plankton terbagi menjadi dua golongan utama yaitu fitoplankton yang merupakan plankton dari
golongan tumbuhan mikroskopis dan zooplankton yang merupakan plankton dari golongan
hewan yang hidup di laut dan sangat beraneka ragam, dimana terdiri dari bermacam bentuk larva
dan bentuk dewasa yang dimiliki hampir seluruh filum hewan.

Ukuran plankton sangat beraneka ragam, dari yang terkecil, yang disebut ultra plankton
berukuran 60-70 mikron, yang terlalu kecil untuk dikumpulkan dengan jaring plankton biasa dan
hanya dapat dikumpulkan dengan cara dikumpulkan dengan cara mengambil sejumlah besar air
laut.

Plankton terkadang ditemukan terapung di permukaan air, di dasar, ataupun melayang-layang


memenuhi kolom air. Plankton ini ada yang bergerak aktif seperti hewan pada umumnya, tetapi
ada pula yang bisa melakukan assimilasi (photosynthesis) seperti halnya tumbuhan di daratan.

Zooplankton merupakan plankton hewani yang menjadi konsumen utama fitoplankton.


Selanjutnya dinyatakan meskipun jumlah, jenis, dan kepadatannya lebih rendah dari
fitoplankton, zooplankton membentuk kelompok yang lebih beranekaragam. Setidak-tidaknya
ada sembilan filum yang mewakili kelompok zooplankton ini dan ukurannya sangat beragam,
dari yang sangat kecil atau renik sampai yang garis tengahnya lebih dari 1 mikron.

Zooplankton dapat diklasifikasikan berdasarkan lama hidupnya sebagai plankton. Yang pertama
adalah holoplankton (plankton permanen) yakni organisme yang hidup sebagai plankton selama
hidupnya. Yang kedua adalah meroplankton (plankton temporer) yakni organisme yang hidup
sebagai plankton hanya sebagian dari siklus hidupnya, seperti selama masa telur atau fase larva.
Bagian terbesar dari zooplankton adalah anggota filum Arthropoda dan hampir semuanya
termasuk kelas Crustacea. Selain Copepoda yang sangat dominan, dalam krustasea
holoplanktonik juga terdapat anggota-anggota ordo Cladocera, subklas Ostracoda, ordo
Mysidacea, ordo Amphipoda, ordo Euphausiacea, dan ordo Decapoda. Kebanyakan krustasea
yang disebutkan ini adalah hewan-hewan holoplankton yang kecil.

Pengertian Tentang Benthos

Hewan benthos yang relatif mudah diidentifikasi dan peka terhadap perubahan lingkungan
perairan adalah jenis-jenis yang termasuk dalam kelompok invertebrata makro. Kelompok ini
lebih dikenal dengan benthos makroskopis.

Benthos makroskopis mempunyai peranan yang sangat penting dalam siklus nutrien di dasar
perairan. Dalam ekosistem perairan, benthos makroskopis berperan sebagai salah satu mata
rantai penghubung dalam aliran energi dan siklus dari alga planktonik sampai konsumen tingkat
tinggi.

Keberadaan hewan bentos pada suatu perairan, sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor
lingkungan, baik biotik maupun abiotik. Faktor biotik yang berpengaruh diantaranya adalah
produsen, yang merupakan salah satu sumber makanan bagi hewan bentos. Adapun faktor
abiotik adalah fisika-kimia air yang diantaranya: suhu, arus, oksigen terlarut (DO), kebutuhan
oksigen biologi (BOD) dan kimia (COD), serta kandungan nitrogen (N), kedalaman air, dan
substrat dasar.

Sebagian atau seluruh siklus hidup benthos berada di dasar perairan, baik yang sesil, merayap
maupun menggali lubang. Hewan ini memegang beberapa peran penting dalam perairan seperti
dalam proses dekomposisi dan mineralisasi material organik yang memasuki perairan serta
menduduki beberapa tingkatan trofik dalam rantai makanan.
Benthos membantu mempercepat proses dekomposisi materi organik. Hewan bentos, terutama
yang bersifat herbivor dan detritivor, dapat menghancurkan makrofit akuatik yang hidup maupun
yang mati dan serasah yang masuk ke dalam perairan menjadi potongan-potongan yang lebih
kecil, sehingga mempermudah mikroba untuk menguraikannya menjadi nutrien bagi produsen
perairan.

Berdasarkan ukurannya, benthos dapat digolongkan ke dalam kelompok benthos mikroskopik


atau mikrozoobenthos dan benthos makroskopik yang disebut juga dengan makrozoobenthos.
Benthos makroskopis dapat mencapai ukuran tubuh sekurang-kurangnya 3 - 5 mm pada saat
pertumbuhan maksimum. Benthos makroskopis dapat ditahan dengan saringan No. 30 Standar
Amerika. Benthos makroskopis juga merupakan organisme yang tertahan pada saringan yang
berukuran besar dan sama dengan 200 sampai 500 mikrometer.

Berdasarkan keberadaannya di dasar perairan, maka makrozoobenthos yang hidupnya merayap


di permukaan dasar perairan disebut dengan epifauna, seperti Crustacea dan larva serangga.
Sedangkan makrozoobenthos yang hidup pada substrat lunak di dalam lumpur disebut dengan
infauna, misalnya Bivalve dan Polychaeta.

Organisme yang termasuk benthos makroskopis diantaranya adalah: Crustacea, Isopoda,


Decapoda, Oligochaeta, Mollusca, Nematoda dan Annelida. Taksa-taksa tersebut mempunyai
fungsi yang sangat penting di dalam komunitas perairan karena sebagian dari padanya
menempati tingkatan trofik kedua ataupun ketiga. Sedangkan sebagian yang lain mempunyai
peranan yang penting di dalam proses mineralisasi dan pendaurulangan bahan-bahan organik,
baik yang berasal dari perairan maupun dari daratan.

Sebagai organisme dasar perairan, bentos mempunyai habitat yang relatif tetap. Dengan sifatnya
yang demikian, perubahan-perubahan kualitas air dan substrat tempat hidupnya sangat
mempengaruhi komposisi maupun kelimpahannya. Komposisi maupun kelimpahan
makrozoobenthos bergantung pada toleransi atau sensitivitasnya terhadap perubahan
lingkungan. Setiap komunitas memberikan respon terhadap perubahan kualitas habitat dengan
cara penyesuaian diri pada struktur komunitas. Dalam lingkungan yang relatif stabil, komposisi
dan kelimpahan benthos makroskopis relatif tetap.

Pengaruh Berbagai Faktor Lingkungan Terhadap Kehidupan Benthos

Keberadaan hewan benthos pada suatu perairan, sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor
lingkungan, baik biotik maupun abiotik. Faktor biotik yang berpengaruh terhadap kehidupan
benthos diantaranya adalah fitoplankton sebagai produsen yang merupakan salah satu sumber
makanan utama bagi hewan benthos.

Adapun faktor abiotik yang berpengaruh terhadap kehidupan benthos adalah kondisi fisika-kimia
air yang diantaranya: suhu, arus, pasang surut, oksigen terlarut (DO), kebutuhan oksigen biologi
(BOD) dan kimia (COD), kandungan nitrogen (N), kedalaman air, dan substrat dasar.

Suhu merupakan fungsi dari intensitas energi panas. Suhu perairan sangat berpengaruh pada
suhu tubuh benthos. Kenaikan suhu akan menyebabkan kenaikan metabolisme benthos, sehingga
kebutuhan oksigen terlarut menjadi meningkat.

Kenaikan suhu perairan 10 C akan meningkatkan kecepatan metabolisme 2 kali lipat. Perubahan
suhu dapat mempengaruhi perubahan komposisi hewan benthos pada suatu perairan atau
mempengaruhi kelimpahan dan keanekaragamannya baik cepat ataupun dengan perlahan.

Arus merupakan faktor yang membatasi penyebaran organisme benthos di suatu perairan.
Pergerakan arus merupakan hal yang penting di perairan dangkal subtidal. Pengaruh arus
membuat partikel dan nutrien bersirkulasi sehingga tercukupi sumber makanan bagi biota yang
hidup di perairan tersebut termasuk benthos.

Arus yang kecil menyebabkan benthos jarang ditemui terhempas di pantai. Sehingga secara
ekologi, arus laut yang lebih kecil menunjang kelangsungan hidup benthos dan memudahkan
penelitian identifikasi benthos.
Derajat keasaman (pH) digunakan untuk menggambarkan kondisi asam dan basa suatu
lingkungan. Selain berpengaruh langsung terhadap organisme benthos di perairan, pH juga
berpengaruh secara tidak langsung, melalui daya racun dari bahan pencemar. Setiap jenis
benthos atau organisme perairan lainnya mempunyai toleransi yang berbeda-beda terhadap nilai
pH.

Namun pada umumnya biota air dapat hidup layak pada kisaran pH 5 9. Jika perairan
mengalami perubahan yang mendadak sehingga nilai pH melampaui kisaran tersebut, akan
mengakibatkan tekanan fisiologis biota yang hidup di dalamnya dan berakhir dengan kematian.

Kedalaman perairan mempengaruhi jumlah dan jenis hewan benthos. Secara teori dikatakan
bahwa perbedaan variasi dari jumlah spesies antara kedalaman 0,2 4 m adalah kecil. Secara
tidak langsung kecerahan perairan juga akan mempengaruhi komunitas benthos di perairan.

Interaksi antara kekeruhan dengan kedalaman akan mempengaruhi penetrasi cahaya matahari
sehingga produktifitas mikroalga bentik yang merupakan salah satu sumber makanan hewan
benthos akan terganggu.

Komposisi hewan benthos tergantung pada sumber makanan yang tersedia. Perairan yang keruh
dapat mempengaruhi keberadaan populasi hewan benthos, karena partikel tersuspensi dapat
mengganggu sistem pernafasan pada insang akibatnya akan menggangu pertumbuhannya.

Keadaan substrat dasar juga sangat berpengaruh terhadap keberadaan benthos pada suatu
perairan. Substrat dasar yang dimaksud adalah tekstur dasar perairan tempat benthos melekat.
Subtrat berpasir tidak menyediakan tempat yang stabil bagi organisme karena aksi gelombang
secara terus menerus menggerakkan pertikel subtrat.

Tekstur dasar sangat dipengaruhi oleh kecepatan arus, apabila arus di tempat tersebut kuat maka
partikel yang berukuran besar akan mengendap lebih dahulu. Sebaliknya apabila arusnya lemah
maka partikel yang berukuran kecil yang akan banyak dijumpai di daerah tersebut.
Salinitas akan mepengaruhi penyebaran benthos karena organisme laut hanya dapat beradaptasi
terhadap perubahan yang kecil dan lambat. Adaptasi terkait salinitas umumnya menyangkut
kemampuannya dalam merubah tekanan osmotik di dalam tubuh benthos agar sesuai dengan
lingkungannya.

Fluktuasi salinitas di perairan dapat menyebabkan peningkatan rata-rata metabolisme di atas


tingkat normalnya. Untuk dapat hidup normal hewan bentos harus berada pada rentangan
salinitas antara 25 - 40.

Bahan organik merupakan salah satu komponen penyusun sedimen yang berasal dari sisa-sisa
makluk hidup. Keberadaan bahan organik diperlukan secara langsung maupun tidak langsung
oleh benthos. Penggunaan secara langsung misalnya bahan organik diperlukan benthos sebagai
bahan makanan.

Pemanfaatan secara tidak langsung misalnya benthos memakan fitoplankton yang tergantung
pada bahan organik untuk pembuatan makanan sendiri. Sumber penting bahan organik dilautan
berasal dari muara sungai. Sebagian lagi berasal dari lautan itu sendiri.

Tahapan Perkembangan Lalat Buah


Serangga adalah salah satu organisme yang memiliki keanekaragaman tertinggi. Kondisi ini
diikuti dengan perkembangan yang relatif cepat dan dalam jumlah yang banyak. Hal ini
menyebabkan serangga dapat mempertahankan kelangsungan hidup masing-masing spesies.
Selain itu waktu yang diperlukan untuk perkembangan dari fase awal sampai dewasa relatif
singkat.

Sebagian besar kelompok serangga mengalami metamorphosis dalam perkembangannya.


Metamorphosis adalah perubahan wujud makhluk hidup dari fase larva hingga menjadi dewasa.
Setiap serangga memiliki fase khas yang berbeda untuk setiap tahap perkembangan. Hal ini
memudahkan pengamatan dan cara mempelajarinya.
Lalat buah adalah (Drosophila sp) adalah salah satu serangga yang banyak dipelajari terkait
perkembangan serangga. Perkembangbiakan mudah diamati secara langsung dengan tehnik yang
sederhana. Fase setiap perkembanganya lengkap dan tidak memerlukan waktu yang lama serta
mudah untuk dikembangbiakkan.

Dalam siklus hidupnya lalat buah mempunyai 4 stadium hidup yaitu telur, instar 1, instar 2,
instar 3, pupa dan imago. Lalat buah betina memasukkan telur kedalam kulit buah atau di dalam
luka buah secara berkelompok. Lalat buah betina bertelur sekitar 15 butir. Telur biasanya
berwarna putih dan berada diatas media.

Setelah menetas instar 1 biasanya berada pada dasar media, kemudian bergerak keatas media
pada fase instar 2. Pada fase instar 3 mendekati daerah sekitar tutup botol dan fase pupa
menempel pada bagian pinggir permukaan media. Pada akhirnya memasuki fase imago
(dewasa).

Kajian Tentang Lalat Buah (Drosophila melanogaster)


Drosophila melanogaster merupakan jenis lalat buah yang dapat ditemukan di buah-buahan

busuk. Drosophila telah digunakan secara bertahun-tahun dalam kajian genetika dan perilaku

hewan. Lalat buah dan Artrophoda lainnya mempunyai kontruksi modular, suatu seri segmen

yang teratur. Segmen ini menyusun tiga bagian tubuh utama, yaitu; kepala, thoraks, dan

abdomen.

Seperti hewan simetris bilateral lainnya, Drosophila ini mempunyai poros anterior dan posterior

(kepala-ekor) dan poros dorsoventral (punggung-perut). Pada Drosophila, determinan

sitoplasmik yang sudah ada di dalam telur memberi informasi posisional untuk penempatan

kedua poros ini bahkan sebelum fertilisasi. Setelah fertilisasi, akhirnya akan memicu struktur

yang khas dari setiap segmen.


Metamorfosis pada Drosophila termasuk metamorfosis sempurna, yaitu dari telur larva instar I

larva instar II larva instar III pupa imago. Perkembangan dimulai segera setelah terjadi

fertilisasi, yang terdiri dari dua periode. Pertama, periode embrionik di dalam telur pada saat

fertilisasi sampai pada saat larva muda menetas dari telur dan ini terjadi dalam waktu kurang

lebih 24 jam. Dan pada saat seperti ini, larva tidak berhenti-berhenti untuk makan.

Periode kedua adalah periode setelah menetas dari telur dan disebut perkembangan

postembrionik yang dibagi menjadi tiga tahap, yaitu larva, pupa, dan imago (fase seksual dengan

perkembangan pada sayap). Formasi lainnya pada perkembangan secara seksual terjadi pada saat

dewasa.

Telur Drosophila berbentuk benda kecil bulat panjang dan biasanya diletakkan di permukaan

makanan. Betina dewasa mulai bertelur pada hari kedua setelah menjadi lalat dewasa dan

meningkat hingga seminggu sampai betina meletakkan 50-75 telur perhari dan mungkin

maksimum 400-500 buah dalam 10 hari.

Telur Drosophila dilapisi oleh dua lapisan, yaitu satu selaput vitellin tipis yang mengelilingi

sitoplasma dan suatu selaput tipis tapi kuat (Khorion) di bagian luar dan di anteriornya terdapat

dua tangkai.tipis. Korion mempunyai kulit bagian luar yang keras dari telur tersebut.
Larva Drosophila berwarna putih, bersegmen, berbentuk seperti cacing, dan menggali dengan

mulut berwarna hitam di dekat kepala. Untuk pernafasan pada trakea, terdapat sepasang spirakel

yang keduanya berada pada ujung anterior dan posterior.

Saat kutikula tidak lunak lagi, larva muda secara periodik berganti kulit untuk mencapai ukuran

dewasa. Kutikula lama dibuang dan integumen baru diperluas dengan kecepatan makan yang

tinggi. Selama periode pergantian kulit, larva disebut instar. Instar pertama adalah larva sesudah

menetas sampai pergantian kulit pertama. Dan indikasi instar adalah ukuran larva dan jumlah

gigi pada mulut hitamnya.

Sesudah pergantian kulit yang kedua, larva (instar ketiga) makan hingga siap untuk membentuk

pupa. Pada tahap terakhir, larva instar ketiga merayap ke atas permukaan medium makanan ke

tempat yang kering dan berhenti bergerak. Dan jika dapat diringkas, pada Drosophila, destruksi

sel-sel larva terjadi pada prose pergantian kulit (molting) yang berlangsung empat kali dengan

tiga stadia instar : dari larva instar 1 ke instar II, dari larva instar II ke instar III, dari instar III ke

pupa, dan dari pupa ke imago.

Selama makan, larva membuat saluran-saluran di dalam medium, dan jika terdapat banyak

saluran maka pertumbuhan biakan dapat dikatakan berlangsung baik. Larva yang dewasa

biasanya merayap naik pada dinding botol atau pada kertas tissue dalam botol. Dan disini larva

akan melekatkan diri pada tempat kering dengan cairan seperti lem yang dihasilkan oleh kelenjar

ludah dan kemudian membentuk pupa.


Saat larva Drosophila membentuk cangkang pupa, tubuhnya memendek, kutikula menjadi keras

dan berpigmen, tanpa kepala dan sayap disebut larva instar 4. Formasi pupa ditandai dengan

pembentukan kepala, bantalan sayap, dan kaki. Puparium (bentuk terluar pupa) menggunakan

kutikula pada instar ketiga. Pada stadium pupa ini, larva dalam keadaan tidak aktif, dan dalam

keadaan ini, larva berganti menjadi lalat dewasa.

Struktur dewasa tampak jelas selama periode pupa pada bagian kecil jaringan dorman yang sama

seperti pada tahap embrio. Pembatasan jaringan preadult (sebelum dewasa) disebut anlagen.

Fungsi utama dari pupa adalah untuk perkembangan luar dari anlagen ke bentuk dewasa.

Dewasa pada Drosophila melanogaster dalam satu siklus hidupnya berusia sekitar 9 hari. Setelah

keluar dari pupa, lalat buah warnanya masih pucat dan sayapnya belum terbentang. Sementara

itu, lalat betina akan kawin setelah berumur 8 jam dan akan menyimpan sperma dalam jumlah

yang sangat banyak dari lalat buah jantan.

Pada ujung anterior terdapat mikrophyle, tempat spermatozoa masuk ke dalam telur. Walaupun

banyak sperma yang masuk ke dalam mikrophyle tapi hanya satu yang dapat berfertilisasi

dengan pronuleus betina dan yang lainnya segera berabsorpsi dalam perkembangan jaringan

embrio.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Siklus Hidup Drosophila Melanogaster

Suhu Lingkungan
Drosophila melanogaster mengalami siklus selama 8-11 hari dalam kondisi ideal. Kondisi ideal
yang dimaksud adalah suhu sekitar 25-28C. Pada suhu ini lalat akan mengalami satu putaran
siklus secara optimal. Sedangkan pada suhu rendah atau sekitar 180C, waktu yang diperlukan
untuk menyelesaikan siklus hidupnya relatif lebih lama dan lambat yaitu sekitar 18-20 hari. Pada
suhu 30C, lalat dewasa yang tumbuh akan steril.

Ketersediaan Media Makanan


Jumlah telur Drosophila melanogaster yang dikeluarkan akan menurun apabila kekurangan
makanan. Lalat buah dewasa yang kekurangan makanan akan menghasilkan larva berukuran
kecil. Larva ini mampu membentuk pupa berukuran kecil, namun sering kali gagal berkembang
menjadi individu dewasa. Beberapa dapat menjadi dewasa yang hanya dapat menghasilkan
sedikit telur. Viabilitas dari telur-telur ini juga dipengaruhi oleh jenis dan jumlah makanan yang
dimakan oleh larva betina (Shorrocks, 1972).

Tingkat Kepadatan Botol Pemeliharaan


Botol medium sebaiknya diisi dengan medium buah yang cukup dan tidak terlalu padat. Selain
itu, lalat buah yang dikembangbiakan di dalam botol pun sebaiknya tidak terlalu banyak, cukup
beberapa pasang saja. Pada Drosophila melanogaster dengan kondisi ideal dimana tersedia
cukup ruang (tidak terlalu padat) individu dewasa dapat hidup sampai kurang lebih 40 hari.
Namun apabila kondisi botol medium terlalu padat akan menyebabkan menurunnya produksi
telur dan meningkatnya jumlah kematian pada individu dewasa.

Intensitas Cahaya
Drosophila melanogaster lebih menyukai cahaya remang-remang dan akan mengalami
pertumbuhan yang lambat selama berada di tempat yang gelap.

Ciri Umum Drosophila melanogaster

Adapun ciri umum dari Drosophila melanogaster diantaranya:

1). Warna tubuh kuning kecoklatan dengan cincin berwarna hitam di tubuh bagian belakang.
2). Berukuran kecil, antara 3-5 mm.

3). Urat tepi sayap (costal vein) mempunyai dua bagian yang terinteruptus dekat dengan

tubuhnya.

4). Sungut (arista) umumnya berbentuk bulu, memiliki 7-12 percabangan.

5). Crossvein posterior umumnya lurus, tidak melengkung.

6). Mata majemuk berbentuk bulat agak ellips dan berwana merah.

7). Terdapat mata oceli pada bagian atas kepala dengan ukuran lebih kecil dibanding mata

majemuk.

8). Thorax berbulu-bulu dengan warna dasar putih, sedangkan abdomen bersegmen lima dan

bergaris hitam.

9). Sayap panjang, berwarna transparan, dan posisi bermula dari thorax.

Perbedaan Lalat Buah Jantan Dan Betina (Drosophila melanogaster)

Berikut ini adalah perbedaan lalat buah jantan dan betina :

1). Ukuran tubuh jantan lebih kecil dari betina.


2). Sayap jantan lebih pendek dari sayap betina.

4). Terdapat sisir kelamin (sex comb) pada lalat buah jantan, sedangkan pada betina tidak.

5). Ujung abdomen tumpul dan lebih hitam pada jantan, sedangkan pada betina ujung abdomen

runcing

Anda mungkin juga menyukai