Suhu adalah parameter yang menggambarkan derajat panas suatu benda. Semakin tinggi panas
suatu benda, maka semakin tinggi pula suhunya. Panas yang dipancarkan atau dirambatkan oleh
suatu benda merupakan bentuk energi yang dibebaskan oleh suatu benda melalui proses
tranformasi energi. Dengan demikian secara tidak langsung suhu dapat dipakai sebagai indikator
tentang besarnya energi yang dibebaskan oleh suatu benda.
Dalam suatu ekosistem, suhu dapat mengatur pertumbuhan dan penyebaran hewan yang hidup
didalamnya. Proses ini terjadi karena suhu mempengaruhi unsur fisik dan fisologis tubuh hewan.
Suhu yang terlalu tinggi dapat merusak enzim, sel, jaringan, organ, permiabilitas membran,
hormon serta menguapkan cairan tubuh. Sedangkan suhu yang terlalu rendah dapat menghambat
kerja enzim, hormon metabolisme dan pembekuan protoplasma.
Berdasarkan daya toleransi terhadap suhu, hewan dapa dikelompokan menjadi hewan
eurythermal dan hewan stenothermal. Hewan eurytermal adalah hewan yang mampu hidup pada
suhu lingkungan dalam kisaran yang luas. Ini artinya selisih antara suhu maksimum dan
minimum sangat luas. Hewan stenothermal adalah hewan yang mampu hidup pada suhu
lingkungan dalam kisaran yang sempit. Ini artinya selisih suhu maksimum dan minimum sempit.
Setiap hewan (organisme) memiliki titik kardinal suhu yang berbeda dengan hewan lainnya.
Titik kardinal adalah titik-titik yang menunjukkan batas suhu maksimum, suhu optimum dan
suhu minimum yang masih bisa diterima oleh hewan.
Suhu maksimum adalah suhu tertinggi yang masih memungkinkan hanya 50% anggota populasi
suatu hewan bertahan hidup. Suhu minimum adalah titik suhu terendah yang memungkinkan
hanya 50% anggota populasi suatu hewan bertahan hidup. Suhu optimum adalah nilai suhu yang
memungkinkan populasi suatu hewan menjalani hidup paling baik dan menghasilkan keturunan
paling banyak.
Konsep Plankton Dan Zooplankton
Plankton adalah kelompok organisme yang hidup melayang-layang di dalam air / kelompok biota
laut, selain bentos dan nekton, mempunyai daya renang yang sangat lemah, artinya mereka tidak
dapat melawan arus.
Plankton terbagi menjadi dua golongan utama yaitu fitoplankton yang merupakan plankton dari
golongan tumbuhan mikroskopis dan zooplankton yang merupakan plankton dari golongan
hewan yang hidup di laut dan sangat beraneka ragam, dimana terdiri dari bermacam bentuk larva
dan bentuk dewasa yang dimiliki hampir seluruh filum hewan.
Ukuran plankton sangat beraneka ragam, dari yang terkecil, yang disebut ultra plankton
berukuran 60-70 mikron, yang terlalu kecil untuk dikumpulkan dengan jaring plankton biasa dan
hanya dapat dikumpulkan dengan cara dikumpulkan dengan cara mengambil sejumlah besar air
laut.
Zooplankton dapat diklasifikasikan berdasarkan lama hidupnya sebagai plankton. Yang pertama
adalah holoplankton (plankton permanen) yakni organisme yang hidup sebagai plankton selama
hidupnya. Yang kedua adalah meroplankton (plankton temporer) yakni organisme yang hidup
sebagai plankton hanya sebagian dari siklus hidupnya, seperti selama masa telur atau fase larva.
Bagian terbesar dari zooplankton adalah anggota filum Arthropoda dan hampir semuanya
termasuk kelas Crustacea. Selain Copepoda yang sangat dominan, dalam krustasea
holoplanktonik juga terdapat anggota-anggota ordo Cladocera, subklas Ostracoda, ordo
Mysidacea, ordo Amphipoda, ordo Euphausiacea, dan ordo Decapoda. Kebanyakan krustasea
yang disebutkan ini adalah hewan-hewan holoplankton yang kecil.
Hewan benthos yang relatif mudah diidentifikasi dan peka terhadap perubahan lingkungan
perairan adalah jenis-jenis yang termasuk dalam kelompok invertebrata makro. Kelompok ini
lebih dikenal dengan benthos makroskopis.
Benthos makroskopis mempunyai peranan yang sangat penting dalam siklus nutrien di dasar
perairan. Dalam ekosistem perairan, benthos makroskopis berperan sebagai salah satu mata
rantai penghubung dalam aliran energi dan siklus dari alga planktonik sampai konsumen tingkat
tinggi.
Keberadaan hewan bentos pada suatu perairan, sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor
lingkungan, baik biotik maupun abiotik. Faktor biotik yang berpengaruh diantaranya adalah
produsen, yang merupakan salah satu sumber makanan bagi hewan bentos. Adapun faktor
abiotik adalah fisika-kimia air yang diantaranya: suhu, arus, oksigen terlarut (DO), kebutuhan
oksigen biologi (BOD) dan kimia (COD), serta kandungan nitrogen (N), kedalaman air, dan
substrat dasar.
Sebagian atau seluruh siklus hidup benthos berada di dasar perairan, baik yang sesil, merayap
maupun menggali lubang. Hewan ini memegang beberapa peran penting dalam perairan seperti
dalam proses dekomposisi dan mineralisasi material organik yang memasuki perairan serta
menduduki beberapa tingkatan trofik dalam rantai makanan.
Benthos membantu mempercepat proses dekomposisi materi organik. Hewan bentos, terutama
yang bersifat herbivor dan detritivor, dapat menghancurkan makrofit akuatik yang hidup maupun
yang mati dan serasah yang masuk ke dalam perairan menjadi potongan-potongan yang lebih
kecil, sehingga mempermudah mikroba untuk menguraikannya menjadi nutrien bagi produsen
perairan.
Sebagai organisme dasar perairan, bentos mempunyai habitat yang relatif tetap. Dengan sifatnya
yang demikian, perubahan-perubahan kualitas air dan substrat tempat hidupnya sangat
mempengaruhi komposisi maupun kelimpahannya. Komposisi maupun kelimpahan
makrozoobenthos bergantung pada toleransi atau sensitivitasnya terhadap perubahan
lingkungan. Setiap komunitas memberikan respon terhadap perubahan kualitas habitat dengan
cara penyesuaian diri pada struktur komunitas. Dalam lingkungan yang relatif stabil, komposisi
dan kelimpahan benthos makroskopis relatif tetap.
Keberadaan hewan benthos pada suatu perairan, sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor
lingkungan, baik biotik maupun abiotik. Faktor biotik yang berpengaruh terhadap kehidupan
benthos diantaranya adalah fitoplankton sebagai produsen yang merupakan salah satu sumber
makanan utama bagi hewan benthos.
Adapun faktor abiotik yang berpengaruh terhadap kehidupan benthos adalah kondisi fisika-kimia
air yang diantaranya: suhu, arus, pasang surut, oksigen terlarut (DO), kebutuhan oksigen biologi
(BOD) dan kimia (COD), kandungan nitrogen (N), kedalaman air, dan substrat dasar.
Suhu merupakan fungsi dari intensitas energi panas. Suhu perairan sangat berpengaruh pada
suhu tubuh benthos. Kenaikan suhu akan menyebabkan kenaikan metabolisme benthos, sehingga
kebutuhan oksigen terlarut menjadi meningkat.
Kenaikan suhu perairan 10 C akan meningkatkan kecepatan metabolisme 2 kali lipat. Perubahan
suhu dapat mempengaruhi perubahan komposisi hewan benthos pada suatu perairan atau
mempengaruhi kelimpahan dan keanekaragamannya baik cepat ataupun dengan perlahan.
Arus merupakan faktor yang membatasi penyebaran organisme benthos di suatu perairan.
Pergerakan arus merupakan hal yang penting di perairan dangkal subtidal. Pengaruh arus
membuat partikel dan nutrien bersirkulasi sehingga tercukupi sumber makanan bagi biota yang
hidup di perairan tersebut termasuk benthos.
Arus yang kecil menyebabkan benthos jarang ditemui terhempas di pantai. Sehingga secara
ekologi, arus laut yang lebih kecil menunjang kelangsungan hidup benthos dan memudahkan
penelitian identifikasi benthos.
Derajat keasaman (pH) digunakan untuk menggambarkan kondisi asam dan basa suatu
lingkungan. Selain berpengaruh langsung terhadap organisme benthos di perairan, pH juga
berpengaruh secara tidak langsung, melalui daya racun dari bahan pencemar. Setiap jenis
benthos atau organisme perairan lainnya mempunyai toleransi yang berbeda-beda terhadap nilai
pH.
Namun pada umumnya biota air dapat hidup layak pada kisaran pH 5 9. Jika perairan
mengalami perubahan yang mendadak sehingga nilai pH melampaui kisaran tersebut, akan
mengakibatkan tekanan fisiologis biota yang hidup di dalamnya dan berakhir dengan kematian.
Kedalaman perairan mempengaruhi jumlah dan jenis hewan benthos. Secara teori dikatakan
bahwa perbedaan variasi dari jumlah spesies antara kedalaman 0,2 4 m adalah kecil. Secara
tidak langsung kecerahan perairan juga akan mempengaruhi komunitas benthos di perairan.
Interaksi antara kekeruhan dengan kedalaman akan mempengaruhi penetrasi cahaya matahari
sehingga produktifitas mikroalga bentik yang merupakan salah satu sumber makanan hewan
benthos akan terganggu.
Komposisi hewan benthos tergantung pada sumber makanan yang tersedia. Perairan yang keruh
dapat mempengaruhi keberadaan populasi hewan benthos, karena partikel tersuspensi dapat
mengganggu sistem pernafasan pada insang akibatnya akan menggangu pertumbuhannya.
Keadaan substrat dasar juga sangat berpengaruh terhadap keberadaan benthos pada suatu
perairan. Substrat dasar yang dimaksud adalah tekstur dasar perairan tempat benthos melekat.
Subtrat berpasir tidak menyediakan tempat yang stabil bagi organisme karena aksi gelombang
secara terus menerus menggerakkan pertikel subtrat.
Tekstur dasar sangat dipengaruhi oleh kecepatan arus, apabila arus di tempat tersebut kuat maka
partikel yang berukuran besar akan mengendap lebih dahulu. Sebaliknya apabila arusnya lemah
maka partikel yang berukuran kecil yang akan banyak dijumpai di daerah tersebut.
Salinitas akan mepengaruhi penyebaran benthos karena organisme laut hanya dapat beradaptasi
terhadap perubahan yang kecil dan lambat. Adaptasi terkait salinitas umumnya menyangkut
kemampuannya dalam merubah tekanan osmotik di dalam tubuh benthos agar sesuai dengan
lingkungannya.
Bahan organik merupakan salah satu komponen penyusun sedimen yang berasal dari sisa-sisa
makluk hidup. Keberadaan bahan organik diperlukan secara langsung maupun tidak langsung
oleh benthos. Penggunaan secara langsung misalnya bahan organik diperlukan benthos sebagai
bahan makanan.
Pemanfaatan secara tidak langsung misalnya benthos memakan fitoplankton yang tergantung
pada bahan organik untuk pembuatan makanan sendiri. Sumber penting bahan organik dilautan
berasal dari muara sungai. Sebagian lagi berasal dari lautan itu sendiri.
Dalam siklus hidupnya lalat buah mempunyai 4 stadium hidup yaitu telur, instar 1, instar 2,
instar 3, pupa dan imago. Lalat buah betina memasukkan telur kedalam kulit buah atau di dalam
luka buah secara berkelompok. Lalat buah betina bertelur sekitar 15 butir. Telur biasanya
berwarna putih dan berada diatas media.
Setelah menetas instar 1 biasanya berada pada dasar media, kemudian bergerak keatas media
pada fase instar 2. Pada fase instar 3 mendekati daerah sekitar tutup botol dan fase pupa
menempel pada bagian pinggir permukaan media. Pada akhirnya memasuki fase imago
(dewasa).
busuk. Drosophila telah digunakan secara bertahun-tahun dalam kajian genetika dan perilaku
hewan. Lalat buah dan Artrophoda lainnya mempunyai kontruksi modular, suatu seri segmen
yang teratur. Segmen ini menyusun tiga bagian tubuh utama, yaitu; kepala, thoraks, dan
abdomen.
Seperti hewan simetris bilateral lainnya, Drosophila ini mempunyai poros anterior dan posterior
sitoplasmik yang sudah ada di dalam telur memberi informasi posisional untuk penempatan
kedua poros ini bahkan sebelum fertilisasi. Setelah fertilisasi, akhirnya akan memicu struktur
larva instar II larva instar III pupa imago. Perkembangan dimulai segera setelah terjadi
fertilisasi, yang terdiri dari dua periode. Pertama, periode embrionik di dalam telur pada saat
fertilisasi sampai pada saat larva muda menetas dari telur dan ini terjadi dalam waktu kurang
lebih 24 jam. Dan pada saat seperti ini, larva tidak berhenti-berhenti untuk makan.
Periode kedua adalah periode setelah menetas dari telur dan disebut perkembangan
postembrionik yang dibagi menjadi tiga tahap, yaitu larva, pupa, dan imago (fase seksual dengan
perkembangan pada sayap). Formasi lainnya pada perkembangan secara seksual terjadi pada saat
dewasa.
Telur Drosophila berbentuk benda kecil bulat panjang dan biasanya diletakkan di permukaan
makanan. Betina dewasa mulai bertelur pada hari kedua setelah menjadi lalat dewasa dan
meningkat hingga seminggu sampai betina meletakkan 50-75 telur perhari dan mungkin
Telur Drosophila dilapisi oleh dua lapisan, yaitu satu selaput vitellin tipis yang mengelilingi
sitoplasma dan suatu selaput tipis tapi kuat (Khorion) di bagian luar dan di anteriornya terdapat
dua tangkai.tipis. Korion mempunyai kulit bagian luar yang keras dari telur tersebut.
Larva Drosophila berwarna putih, bersegmen, berbentuk seperti cacing, dan menggali dengan
mulut berwarna hitam di dekat kepala. Untuk pernafasan pada trakea, terdapat sepasang spirakel
Saat kutikula tidak lunak lagi, larva muda secara periodik berganti kulit untuk mencapai ukuran
dewasa. Kutikula lama dibuang dan integumen baru diperluas dengan kecepatan makan yang
tinggi. Selama periode pergantian kulit, larva disebut instar. Instar pertama adalah larva sesudah
menetas sampai pergantian kulit pertama. Dan indikasi instar adalah ukuran larva dan jumlah
Sesudah pergantian kulit yang kedua, larva (instar ketiga) makan hingga siap untuk membentuk
pupa. Pada tahap terakhir, larva instar ketiga merayap ke atas permukaan medium makanan ke
tempat yang kering dan berhenti bergerak. Dan jika dapat diringkas, pada Drosophila, destruksi
sel-sel larva terjadi pada prose pergantian kulit (molting) yang berlangsung empat kali dengan
tiga stadia instar : dari larva instar 1 ke instar II, dari larva instar II ke instar III, dari instar III ke
Selama makan, larva membuat saluran-saluran di dalam medium, dan jika terdapat banyak
saluran maka pertumbuhan biakan dapat dikatakan berlangsung baik. Larva yang dewasa
biasanya merayap naik pada dinding botol atau pada kertas tissue dalam botol. Dan disini larva
akan melekatkan diri pada tempat kering dengan cairan seperti lem yang dihasilkan oleh kelenjar
dan berpigmen, tanpa kepala dan sayap disebut larva instar 4. Formasi pupa ditandai dengan
pembentukan kepala, bantalan sayap, dan kaki. Puparium (bentuk terluar pupa) menggunakan
kutikula pada instar ketiga. Pada stadium pupa ini, larva dalam keadaan tidak aktif, dan dalam
Struktur dewasa tampak jelas selama periode pupa pada bagian kecil jaringan dorman yang sama
seperti pada tahap embrio. Pembatasan jaringan preadult (sebelum dewasa) disebut anlagen.
Fungsi utama dari pupa adalah untuk perkembangan luar dari anlagen ke bentuk dewasa.
Dewasa pada Drosophila melanogaster dalam satu siklus hidupnya berusia sekitar 9 hari. Setelah
keluar dari pupa, lalat buah warnanya masih pucat dan sayapnya belum terbentang. Sementara
itu, lalat betina akan kawin setelah berumur 8 jam dan akan menyimpan sperma dalam jumlah
Pada ujung anterior terdapat mikrophyle, tempat spermatozoa masuk ke dalam telur. Walaupun
banyak sperma yang masuk ke dalam mikrophyle tapi hanya satu yang dapat berfertilisasi
dengan pronuleus betina dan yang lainnya segera berabsorpsi dalam perkembangan jaringan
embrio.
Suhu Lingkungan
Drosophila melanogaster mengalami siklus selama 8-11 hari dalam kondisi ideal. Kondisi ideal
yang dimaksud adalah suhu sekitar 25-28C. Pada suhu ini lalat akan mengalami satu putaran
siklus secara optimal. Sedangkan pada suhu rendah atau sekitar 180C, waktu yang diperlukan
untuk menyelesaikan siklus hidupnya relatif lebih lama dan lambat yaitu sekitar 18-20 hari. Pada
suhu 30C, lalat dewasa yang tumbuh akan steril.
Intensitas Cahaya
Drosophila melanogaster lebih menyukai cahaya remang-remang dan akan mengalami
pertumbuhan yang lambat selama berada di tempat yang gelap.
1). Warna tubuh kuning kecoklatan dengan cincin berwarna hitam di tubuh bagian belakang.
2). Berukuran kecil, antara 3-5 mm.
3). Urat tepi sayap (costal vein) mempunyai dua bagian yang terinteruptus dekat dengan
tubuhnya.
6). Mata majemuk berbentuk bulat agak ellips dan berwana merah.
7). Terdapat mata oceli pada bagian atas kepala dengan ukuran lebih kecil dibanding mata
majemuk.
8). Thorax berbulu-bulu dengan warna dasar putih, sedangkan abdomen bersegmen lima dan
bergaris hitam.
9). Sayap panjang, berwarna transparan, dan posisi bermula dari thorax.
4). Terdapat sisir kelamin (sex comb) pada lalat buah jantan, sedangkan pada betina tidak.
5). Ujung abdomen tumpul dan lebih hitam pada jantan, sedangkan pada betina ujung abdomen
runcing