Puji syukur penulis kehadirat Allah Subhanahu wa ta’ala atas rahmatnya maka penulis
dapat menyelesaikan penyusunan Makalah ini yang Faktor yang mepengaruhi pertumbuhan
krustacea, penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Biologi Krustacea
Kawasan Wallaacea.
Dalam penulisan ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi mengingat kemampuan yang di miliki penulis. Untuk itu kritik dan
saran dari semua pihak sangat diharapkan demi penyempurnaan penulisan makalah ini.
Dalam penulisan ini penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan dan kerjasama yang
diberikan oleh semua pihak, khususnya dosen dan teman-teman yang memberikan ide dan
masukan sehingga tugas ini dapat diselesaikan dengan baik dan lancar.
NURUL KISWA
DAFTAR ISI
SAMPUL……………………………………………………...……………………………………
KATA PENGANTAR……………...………………………………………………………………
I. PENDAHULUAN…………………………………….……………………………………
II. TINJAUAN PUSTAKA………………………………….………………………………...
III. KESIMPULAN…………………………………….……………………………………….
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Crustacea merupakan invertebrate yang memiliki 6 kelas yang meliputi Branchiopoda,
Remipedia, Cephalocarida, Maxillopoda, Ostracodadan Malacostraca. Crustacea dapat hidup di
sungai, laut, payau atau daerah mangrove, namun crustacea yang dapat hidup di lingkungan
tersebut hanya jenis tertentu. Rahayu dan Setyadi (2009) menyatakan bahwa jumlah jenis
terbesarhanya dari dua suku yaitu: Ocypodidae (daerah pantai dekat muara sungai)
danSesarmidae (daerah kering, memanjatakar dan batang pohon mangrove).
Crustacea (cangkang yang keras) mencakup udang, kepiting, lobster,udang karang, remis
dan kerabat mereka. Sebagian besar spesies hidup di laut,tetapi banyak yang hidup di air tawar,
dan beberapa seperti sow bug,menempati daerah lembap di darat. Sebagian besar crustacea hidup
bebas dansoliter, beberapa spesies hidup berkelompok dan terdapat dalam kumpulanyang sangat
banyak, sedangkan spesies lain bersifat komensalisme atauparasit. Crustacea dapat bertahan
hidup dan berkembang biak jika kondisi lingkungan habitatnya sesuai dengan kisaran yang dapat
ditoleransi oleh tubuhnya seperti suhu, pH air, serta salinitas air.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut permasalahan yang dapat dirumuskan adalah bagaimana faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan krustasea.
C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan krustasea.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Krustasea (Crustacea) adalah hewan yang termasuk dalam filum arthropoda (hewan
beruas-ruas).12Sebagian besar crustacea hidup akuatis, danbernapas dengan insang.
Eksoskeleton keras, terdiri dari kitin yang berlendir dan mempunyai antena sepasang. Alat-alat
tambahan bersifat tipikalbiramus(bercabang dua). Kepala terbentuk sebagai persatuan segmen-
segmen,kadang-kadang bersatu dengan dada membentuk sefalotoraks (cephalus:kepala, thorax:
dada).
Pertumbuhan merupakan pertambahan ukuran berupa panjang atau bobot dalam waktu
tertentu. Salah satu faktor lain yang dapat menyebabkan penurunan tingkat kelangsungan hidup
udang galah yaitu faktor lingkungan. Udang galah sangat rentan terhadap kualitas media
pemeliharaan yang kurang baik. Pemberian pakan terutama pakan pelet akan berpotensi
menurunkan kualitas air media pemeliharaan. Semakin tinggi kepadatan ikan, maka feses dan
urin yang dikeluarkan akan semakin banyak. Sisa pakan yang terdapat di dasar wadah
merupakan komponen yang dapat memicu peningkatan ammonia. Amonia ini masih dalam
kisaran yang layak karena ditandai dengan kelangsungan hidup udang yang tinggi. Persentase
amonia bebas meningkat dengan meningkatnya nilai pH dan suhu perairan, apabila konsentrasi
tinggi dapat mempengaruhi kehidupan udang (Boyd,1990).
Udang hidup disemua jenis habitat perairan dengan 89% diantaranya hidup di perairan
laut, 10% diperairan air tawar dan 1% diperairan teresterial. Udang laut merupakan tipe yang
tidak mampu atau mempunyai kemampuan terbatas dan mentolerir perubahan salinitas.
Kelompok ini biasanya hidup terbatas pada daerah terjauh pada estuary umumnya mempunyai
salinitas 30% atau lebih. Kelompok udang yang mempunyai kemampuan untuk mentolerirvariasi
penurunan salinitas sampai dibawah 30% adalah hidup di daerah terestrial dan menembus hulu
estuari dengan tingkat kejauhan bervariasisesuai dengan kemampuan spesies untuk mentolerir
penurunan tingkat salinitas.
Halver (1972) mengemukakan bahwa kecepatan pertumbuhan udang tergantung pada
jumlah pakan yang diberikan, ruang, suhu, kedalaman air dan faktor-faktor lain. Pertumbuhan
pada udang terlihat dari proses pergantian kulit atau molting. Pada saat penelitian terjadi proses
pergantian kulit. Proses pergantian kulit terjadi setiap udang galahmengalami perkembangan
tubuh. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kurniasih (2008) bahwa untuk meningkatkan ukuran
dan bobot tubuh udang,diperlukan proses pergantian kulit (molting) secaraperiodik. Pada saat
molting, udang mengganti kulitnya dengan yang baru apabila kalsium dalam tubuh udang sudah
terpenuhi. Jika belum terpenuhi, udang akan memakan eksoskeletonnya sendiri untuk segera
membentuk kulit baru.
Kondisi optimal udang dapat melakukan ganti kulit setiap 20-40hari sekali. Walaupun
begitu, frekuensi tersebut masih dipengruhi olehumur udang, semakin tua akan semakin jarang
ganti kulit. Sedangkanbenih udang lebih sering mengalami ganti kulit biasanya setiap 5-10
harisekali. Sebelum ganti kulit biasanya udang tidak mempunyai nafsumakan, tidak banyak
bergerak, dan mata terlihat suram karena hormonyang mengatur pergantian kulit yang terdapat
pada tangkai mata sedangaktif. Setelah kulit lama terlepas dari badannya, udang dalam
kondisilemah dan kulit baru belum mengeras. Pada saat inilah udang mengalami pertumbuhan
yang pesat. Pertumbuhan tersebut dibantu dengan penyerapan sejumlah besar air.Pergantian kulit
ini meliputi seluruh bagian kulit udang, yaitu dari ujung antena sampai ujung telson. Kadang-
kadang ditemukan kulit udang yang masih utuh sehingga kelihatan seperti udang sebenarnya.
Proses ganti kulit berlangsung sekitar 5 menit dan antara 2-6 jam kemudian biasanya kulit udang
yang baru sudah keras kembali.
Faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan udang galah yang optimal yaitu lingkungan
seperti parameter kualitas air media pemeliharaannya. Menurut Boyd (1991) pada pH di bawah
4,5 atau di atas 9,0 udang akan mudah sakit, lemah dan nafsu makan menurun, bahkan
cenderung keropos dan berlumut, apabila nilai pH lebih besar dari 10 akan bersifat lethal bagi
udang. Oksigen Terlarut (DO) berkisar antara 6,9–7,8 mg/l, kisaran ini masih memenuhi
persyaratan kualitasair untuk pemeliharaan udang galah yaitu minimal 4 mg/l air (Khairuman
dan Amri2004).
Duya. N dan R. Noveria. 2019. Jenis-jenis Crustacea di Cagar alam Teluk Klowe Pulau Enggano
Kabupaten Bengkulu Utara. Jurnal Konservasi Hayati Vol. 10 No. 01. Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,Universitas Bengkulu
Irianti,. D.S.A., A. Yustiati. H. Hamdani,. 2016. Kelangsungan Hidup Dan Pertumbuhan Udang
Galah (Macrobrachium rosenbergii) Yang Diberi Kentang Pada Media Pemeliharaan.
Jurnal Perikanan Kelautan Vol. VII No. 1. Universitas Padjajaran
Syafrudin. 2016. Identifikasi Jenis Udang (Crustacea) di daerah aliran sungai (DAS) Kahayan
kota Palangkaraya Provinsi Kalimantan Tengah [skripsi]. Institut Agama Islam Negeri
Palangkaraya, Palangkaraya. 74 hal.