Anda di halaman 1dari 33

SIFAT-SIFAT ZOOPLANKTON, NEKTON, NEUSTON, DAN VERTEBRATA

AIR LAINNYA
MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Limnologi
Yang Dibimbing Oleh Dr. Hadi Suwono, M.Si dan Sitoresmi Prabaningtyas, S.Si,
M.Si

Oleh :
Kelompok 5
Nining Nurnaningsih (130342603497)
Putri Deviyan Nasari

(130342603483)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN ALAM DAN MATEMATIKA
JURUSAN BIOLOGI
September 2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ekosistem air terdiri dari perairan pedalaman (inland water) yang terdiri dari
daratan, perairan lepas pantai (off-shore water) dan perairan laut (sea water). Dari
ketiga bagian ekosistem air tersebut, perairan laut merupakan bagian yang terbesar.
Perairan adalah suatu kumpulan massa air pada suatu wilayah tertentu, baik yang
bersifat dinamis (bergerak atau mengalir) seperti laut dan sungai maupun statis
(tergenang) seperti danau. Perairan merupaka habitat sebagaian organisme untuk
melakukan kegiatannya sehari-hari. Ada beberapa organisme yang menyusun
ekosistem perairan, antara lain : plankton, neuston, nekton dan vertebrata air.
Berdasarkan bentuk kehidupan, habitat, dan kebiasaan hidupnya beberapa
organisme yang menyusun ekosistem perairan dapat digolongkan yaitu Zooplankton
merupakan organisme yang hanyut bebas dalam air dan daya renangnya sangat lemah
yang bersifat hewani, selain itu sangat beraneka ragam dan terdiri dari bermacam
larva dan bentuk dewasa yang mewakili hampir seluruh filum hewan. Nekton
merupakan kelompok organisme air yang mampu bergerak bebas, terutama diwakili
berbagai jenis ikan. Neuston adalah keseluruhan kelompok milroorganisme yang
hidup pada permukaan suatu perairan (algae, bakteri, protozoa). Sedangkan vertebrata
air adalah kelompok hewan yang memiliki tulang belakang yang umumnya memiliki
tubuh simetri bilateral, rangka dalam, dan berbagai sistem yang ada dalam tubuh.
Organisme-organisme tersebut memiliki banyak peranan dalam perairan.
Salah satu peranannya adalah sebagai penyusun rantai makanan sehingga dalam
peraiaran terjadi kestabilan ekosistem. Apabila terdapat ketidakhadiran salah satu
organisme tersebut, ekosistem perairan tidak akan seimbang. Sebagai contoh, apabila
zooplankton tidak ada dalam perairan, konsumen tingkat dua yang memanfaatkan
zooplankton sebagai pemenuhan energi setiap harinya akan ikut menghilang karena

berhentinya metabolisme pada tubuhnya. Selain itu kehadiran fitoplankton sebagai


produsen dalam perairan pun akan melimpah. Untuk memahami lebih lanjut
mengenai sifat-sifat zooplankton, nekton, neuston dan vertebrata air maka akan
dibahas lebih lanjut dalam makalah ini.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan terdapat beberapa rumusan
masalah yang muncul dan akan dibahas pada makalah ini, antar lain:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Bagaimana sifat-sifat zooplankton?


Bagaimana peranan zooplankton di air?
Apa saja jenis zooplankton di air?
Bagaimana teknik menghitung jumlah dan berat zoofitoplankton?
Bagaimana mengidentifikasi taksa nekton dan neuston?
Apa saja jenis-jenis vertebrata air?
Bagaimana peranan vertebrata air?

BAB II
ISI
2.1 Sifat-Sifat Zooplankton
Istilah plankton pertama kali digunakan oleh Victor Hensen direktur ekspedisi
Jerman pada tahun 1889, yang dikenal dengan Plankton Expedition yang khusus
dibiayai untuk menentukan dan membuat sitematika organisme laut, berasal dari
bahasa Yunani planktos, yang berarti menghanyut atau mengembara. Plankton
adalah organisme renik yang melayang-layang dalam air atau mempunyai
kemampuan renang yang sangat lemah, pergerakannya selalu dipengaruhi oleh
gerakan masa air (Djumanto, 2009).
Menurut Arinardi et. al (1994) menyatakan bahwa plankton dibagi dalam dua
golongan besar yaitu fitoplankton (plakton tumbuhan atau nabati) dan zooplankton
(plankton hewani). Penggolongn plankton secara fungsional dapat dibedakan menjadi
empat golongan utama, yaitu fitoplankton, zooplankton, bakterioplankton, dan
virioplankton (Nontji 2008). Zooplankton atau plankton hewani merupakan
suatu organisme yang berukuran kecil yang hidupnya terombang-ambing
oleh arus di perairan yang hidupnya sebagai hewan. Zooplankton
sebenarnya termasuk golongan hewan perenang aktif, memiliki alat gerak seperti
flagel ataupun silia yang dapat mengadakan migrasi secara vertikal pada beberapa
lapisan perairan, tetapi kekuatan berenang mereka adalah sangat kecil jika
dibandingkan dengan kuatnya gerakan arus itu sendiri ( Hutabarat dan Evans, 1986).,
Distribusi zooplankton mulai dari muara sungai hingga samudra, mulai dari perairan
tawar hingga asin, bahkan dari perairan tropis hingga kutub.
Hampir semua hewan yang mampu berenang bebas (nekton) atau yang hidup
di dasar laut (bentos) menjalani awal kehidupannya sebagai zooplankton yakni ketika
masih berupa telur dan larva yang kemudian menjelang dewasa sifat hidupnya yang
bermula sebagai plankton berubah menjadi nekton atau bentos. Berdasarkan daur
hidupnya zooplankton dibagi menjadi 3 kelompok yaitu : 1) Holoplankton, yang
seluruh daur hidupnya sebagai plankton (mulai dari telur, larva, hingga dewasa), 2)

Meroplankton, golongan ini menjalani kehidupannya sebagai plankton hanya pada


tahap awal dari daur hidup biota tersebut (pada tahap sebagai telur dan larva saja,
beranjak dewasa akan berubah menjadi nekton), 3) Tikoplankton, sebenarnya
bukanlah plankton yang sejatu karena biota ini dalam keadaan normalnya hidup di
dasar laut sebagai bentos, namun karena gerakan air ia bisa terangkat lepas dari dasar
dan terbawa arus sebagai plankton (Nontji, 2008).
Meroplankton terdiri atas larva dari filum Annelida, moluska, Byrozoa,
Echinodrmata, atau Planula dari filum Cnidaria, berbagai macam Nauplius yang
hidup didasar, juga telur dan tahap larva pada kebanyakan ikan. Sedangkan yang
termasuk holoplankton antara lain: Filum Arthropoda terutama subkelas Copepoda,
Chaetognata, Chordata kelas Appendiculata, Ctenophora, Protozoa, Annelida Ordo
Tomopteridae dan sebagian moluska. (Omori, 1978). Kelompok zooplankton yang
banyak terdapat di dalam ekosistem air adalah dari jenis Crustaceae (Copepoda dan
Cladocera) serta rotifera. Rotifera umumnya mempunyai ukuran tubuh terkecil,
ditandai dengan adanya organ cyliatoris yang disebut corona pada bagian anterior
tubuh. Cladocera mempunyai ukuran yang lebih besar dibandingkan dengan Rotifera
dan dapat mencapai ukuran 1-2 mm, sehingga dapat dilihat dengan mata telanjang
pada sampel air (Barus, 2001)
Berdasarkan ukurannya zooplankton dapat dikelompokkan menjadi
empat yaitu:

Tabel 1 Pengelompokan Zooplankton berdasarkan ukurannya (Djumanto, 2009)

Zooplankton bersifat heterotrofik, yaitu tidak dapat memproduksi bahan


makanannya, tapi sebagai konsumen bahan organik dan dikenal sebagai produser
sekunder maupun konsumer primer. Hal inidikarenakan zooplankton merupakan
pemangsa pertama terhadap phytoplankton dalam sistem jaring -jaring makanan.
Selanjutnya zooplankton merupakan mangsa bagi biota-biota laut lain di tropik level
diatasnya. Sebagian besar zooplankton menggantungkan sumber nutrisinya pada
materi organik, baik berupa fitoplankton maupun detritus. (Barus, 2001)
Menurut Arinardi, et al (1997) menyatakan bahwa zooplankton merupakan
kelompok plankter yang mempunyai cara makan holozoik.

Gambar 1. Zooplankton (left to right): Valdiviella sp., Sapphirina metalina


(Copepoda); Cyphlocaris sp.(Amphipoda), row 2: Cliocuspidate (Pteropoda),
(Thaliacea), Histioteuthis sp. (Cephalopoda), row 3 : Oxygyrus keraudreni
(Heteropoda), Conchoecissa plinthina (Ostracoda), Aglantha sp. (Hydrozoa), row 4:
Unidentified

Chaetogonath

with

(Siphonophora); Lucicutia sp.(Copepoda).

2.2 Peranan Zooplankton di air

acopepod,

Athorybia

rosacea

Zooplankton merupakan salah satu organisme yang sangat penting bagi


kehidupan organisme lain yang ada di perairan. Dalam perairan zooplankton berperan
sebagai kunci tingkat trofik terendah (fitoplankton) ke tingkatan trofik tertinggi (ikan)
dalam rantai makanan di perairan (Kaswadji, 2001). Berbagai studi telah
menunjukkan penurunan biomassa fitoplankton tergantung dari densitas dan ukuran
zooplankton pemangsa.

Perkembangan

fitoplankton

sangat

dipengaruhi

oleh

zooplankton dengan mengemukakan teori grazing, yang menyatakan jika di suatu


perairan terdapat populasi zooplankton yang tinggi maka populasi fitoplankton akan
menurun karena dimangsa oleh zooplankton. Ada hubungan yang sangat erat antara
fitoplankton dengan zooplankton, pada musim panas jumlah fitoplankton akan
melebihi zooplankton sedangkan pada musim penghujan jumlah fitoplankton
menurun akibat berkurangnya sinar matahari sehingga jumlah zooplankton melebihi
fitoplankton (Evendi, 2011).
Adapun pengamatan yang dilakuakan dengan melihat isi saluran pencernaan
untuk mengetahui jaring-jaring makan antara fitoplakton, zooplankton dan ikan. Hasil
pengamatan pada isi saluran pencernaan zooplankton di Ranu Grati memperlihatkan
bahwa zooplankton merupakan pemakan fitoplankton dan bakterioplankton.
Sedangkan isi saluan pencernaan ikan terdapat zooplankton, ikan yang memakan
zooplankton antara lain : Oreocromis mossambicus, Poecilia reticulata dan
Aplocheilus pancax (Suwono, 2011). Jaring- jaring makanan dapat digambarkan
seperti dibawah ini.

Aplocheilus pancax

Oreocromis mossambicus

Poecilia reticulata

Bakterioplankton

Zooplankton

Fitoplankton

Gambar 1. Jaring-jaring makanan di Ranu Grati, disusun berdasarkan hasil


pengamatan Suwono (2004).
Zooplankton memiliki peran dalam membawa karbon dioksida ke perairan
dalam karena mereka dapat berenang ke atas dan ke bawah (migrasi vertikal) dalam
sehari (Nybakken, 1992). Seperti yang diketahui bahwasannya karbon dioksida
merupakan senyawa yang menyebabkan pemansan global. Lingkungan perairan tawar
sering berubah karena perubahan lingkungan. Perubahan massa air yang disebabkan
pengaruh lingkungan akan berpengaruh pada dinamika biota perairan khususnya
zooplakton (Suwono, 2011). Secara tidak langsung dalam perairan zooplankton
menjadi penyeimbang iklim dengan menyebarkan karbon dioksida pada berbagai
lapisan perairan.
Kemelimpahan zooplankton akan menentukan kesuburan suatu perairan oleh
karena itu dengan mengetahui keadaan plankton di suatu daerah perairan, maka akan
diketahui kualitas perairan tersebut (Arinardi, 1997). Zooplankton memperoleh
nitrogen organik dan anorganik dari fitoplankton dan mikroorganisme, kemudian
mengekresikan nitrogen organik dalam feses yang akan mengendap atau menjadi
terlarut. Dalam perairan nitrogen memegang peranan penting dalam daur bahan
organik untuk menghasilkan asam amino yang merupakan bahan dasar penyusunan
protein.
Dalam bidang perikanan, dijadikan sebagai makanan larva ikan,dilakukan
melalui isolasi untuk mendapatkan satu spesis tertentu, misalnya Skeletonema.
Kemudian dibudidayakan pada bak-bak terkontrol pada usaha pembibitan ikan untuk
kepeluan makan larva ikan. Industri farmasi dan makanan suplemen, fitoplankton
yang mempunyai kandungan nutrisi yang tinggi digunakan sebagai makanan
suplemen bagi penderita gangguan pencernaan dan yang membutuhkan energi tinggi.
Contoh produk yang beredardari jenis Chlorella
2.3 Jenis-jenis Zooplanton
Arinardi et al., (1997) mengatakan bahwa zooplankton terdiri dari beberapa
filum hewan antara lain : filum Protozoa, Cnidaria, Ctenophora, Annelida, Crustacea,
Mollusca, Echinodermata, dan Chordata, Rotifera.Menurut Suwono (2011)

menyatakan zooplankton didominasi oleh 4 kelompok utama yaitu Protozoa, Rotifera,


dan dua subkelas Crustaceae yaitu Cladocera dan Cepopoda.
1. Protozoa
Protozoa merupakan hewan yang tubuhnya terdiri dari satu sel. Protozoa
memiliki bentuk bermacam-macam, ada yang tetap dan ada yang tidak tetap.
Protozoa hidup secara individu (soliter) dan ada pula yang membentuk koloni.
Potozoa memakan partikel bakteri (Suwono, 2011)
Protozoa adalah organisme bersel tunggal eukariot, sudah memiliki membrane
inti, memiliki RNA ribosom, dan membran endoplasmik. Laju pertumbuhan protozoa
optimal pada air yang bernutrisi baik. Dalam kondisi ini pertumbuhan populasinya
berkaitan langsung dengan suhu. Protozoa memiliki peranan penting dalam
penggunaan karbon organik dan nutrien lainnya melalui siklus materi. Populasi
protozoa sering berkembang baik pada air yang kadar oksigennya rendah, di mana
populasi bakteri tinggi, misalnya di lapisan hipolimnion pada danau meromitik. Hal
ini karena makanan protozoa terutama adalah bakteri. Selain itu protozoa tidak
membutuhkan cahaya untuk berfotosintesis (Suwono, 2011)
a. Flagelata
Flagelata merupakan komponen utama penyusun protozooplankton dalam
jumlahnya berlimpah di air. Flagellata hidup di kolom air bagian atas dan
distribusinya berkaitan dengan kedalaman distribusi cahaya, terutama flagellata yang
berklorofil. Flagellata yang umum adalah Dinoflagellata (Ceratium dan Peridinium),
Chrysomonadea (Dinobryon, Mallomonas, dan Synura) , Euglenoid (Euglena),
Volvocidae (Volvox dan Eudorina), Choanoflagellates (Astrosiga). Berdasarkan
ukurannya

dibedakan

menjadi

dua

kelompok

utama,

yaitu

heterotrophic

nanoflagellata (ukuran tubuh dibawah 15m) dan heterotrophic flagellata (ukuran


tubuh dalam kisaran > 15-200 m) (Suwono, 2011).

a.

b.

Gambar 2. Jenis flagelata. a. Ceratium hirundinella dan b. Peridinium


b. Ciliata
Cilliata merupakan anggota protozoa dengan ciri utama sel tubuhnya memiliki
cilia. Cilia pada umumnya tersebar di semua permukaan sel. Dari tiga
kelompok ciliata, yaitu Oligotrichia (Strombidium dan Holteria) banyak
ditemukan di danau tropis, Choreotrichida (Tintinnidium, Tintinnopis, dan
Codonella) distribusinya di daerah temperate sampai tropis dan Haptoridae
(Askenasia dan Mesodinium) distribusinya secara luas dan berlimbah. Ciliata
mendapatkan nutrisi dengan cara fotosintesis; ada pula yang bersifat holozoic;
dan memakan bakteri, ganggang dan protista lain. Ciliata hidup di kolom air
bagian atas dan distribusinya berkaitan dengan kedalaman distribusi cahaya.
Ciliata merupakan zooplankton dari danau-danau yang eutrofik. Brberapa
contoh zooplankton yang tergolong ciliata antara lain, Paramecium caudatum,
Didinium, Stentor, Vorticella (Suwono, 2011)

Gambar 3. Strombidium
c. Sarcodina

Sarcodina merupakan protozoa yang sedikit ditemukan sebagai zooplankton


air tawar. Bahkan di danau eutrofik kelimpahan Sarcodina tidak terlalu besar.
Beberapa contoh zooplankton yang tergolong sarcodina antara lain Amoeba sp.,
Clamydomonas, Polytoma, Difluggia sp. , Actinophrys sol, Oplania ranarum
(Suwono,2011)

Gambar 4. Amoeba sp.


2. Rotifera
Dalam klasifikasi makhluk hidup, rotifera merupakan salah satu filum dari
kingdom animalia. Rotifera memiliki ukuran tubuh yang kecil ditandai dengan
terdapatnya silia yang disebut korona di bagian anterior tubuh. Rotifera merupakan
suatu kelompok penting hewan penyusunan komunitas plankton. Rotifera memiliki
variasi morfologi dan adaptasi. Rotifera yang banyak ditemukan adalah rotifera
betina. Rotifera jantan jarang dibentuk (karena umumnya bereproduksi secara
partenogenetik) dan umunya pendek hanya 2-3 hari saja. Kebanyakan rotifera bersifat
sesil (melekat) dan non-predator plankton. Rotifer yang bersifat omnivor
memasukkan makanan ke dalam tubuh melalui gerakan silia yang mengarahkan
aliran materi organik menuju mulut. Gerakan rotifer sangat lambat dan tergantung
pada gerakan silia di bagian perifer tubuhnya (Suwono, 2011)
Tubuh rotifera berbentuk silinder dengan panjang 150-1000 . Di bagian
anterior terdapat cekungan bersilia yang disebut korona. Gerakan silia berguna untuk
membantu gerak tubuh serta menggerakan makanan ke arah mulut. Tubuh tersusun
atas kepala, batang tubuh, dan kaki; yang pada umumnya tak dapat dibedakan dengan
jelas. Sistem organnya masih sangat sederhana. Dibagian kepala terdapat semacam
otak sebagai pusat saraf. Di batang tubuh terdapat system pencernaan, reproduksi,

dan system eskresi berupa protonefridia. Makanan rotifer berupa plankton dan
detritus (Suwono, 2011)
Kelimpahan rotifera berkaitan erat dengan keberadaan makrofita, terutama
pada tumbuhan yang memiliki daun; kerapatan rotifer dapat mencapai 25.000 per
liter. Ukuran makanan yang dikonsumsi rotifer bervariasi, mulai dari partikel
makanan berukuran garis tengah kurang dari 12m sampai yang berukuran 50m.
Perilaku makan rotifera berhubungan dengan jenis partikel makanan, ukuran
makanan, kepadatan dan bentuk partikel. Pemilihan makanan dilakukan oleh
beberapa rotifera dengan mekanisme penolakan dan penyaringan. Keberadaan
makanan dapat membatasi pertumbuhan populasi dan penyebaran rotifera. Ambang
batas konsentrasi makanan untuk rotifera adalah tinggi dibandingkan dengan
zooplankton yang lain (Suwono, 2011).
Rotifera dapat bereproduksi

secara

seksual

dan

aseksual

melalui

partenogenesis. Dalam kondisi stres, misalnya suhu terlalu panas atau musim salju
atau makanan berkurang, akan terjadi reproduksi secara seksual (miktik). Ketahanan
dan laju reproduksi rotifer berkaitan erat dengan sumber daya makanan dan suhu.
Makanan dan suhu juga menentukan keseimbangan reproduksi dan mortalitasnya
(angka kematian) (Suwono, 2011).

Gambar 5. Rotifera
C. Zooplankton Crustaceae
Crustaceae merupakan hewan tak bertulang belakang yang umumnya hidup di
perairan tawar; tetapi ada juga beberapa yang hidup di laut. Respirasi melalui

permukaan tubuh atau insang. Badan dibedakan secara jelas ada abdomen (perut) dan
cephalotorax (kepala-dada). Jadi segmen kepala dan dada menyatu. Di perairan tawar
plakton crustacea yang dominan adalah Cladocera dan Copepoda, keduanya
merupakan anggota kelas malacostraca (udang-udangan tingkat rendah).
1. Cladocera
Cladocera merupakan penyusun utama zooplankton. Ukuran tubuhnya
berkisar antara 0,2 sampai 0,3 mm. Tubuh cladocera tersusun atas kepala, dada dan
perut. Dada dan perut ditutup oleh karapak pada bagian belakang. Di kepala terdapat
sepasang mata majemuk, yang merupakan organ sensitif terhadap cahaya sehingga
disebut sebagai bintik mata. Cladocera memiliki dua pasang antena. Sepasang
antenna kedua berukuran besar berfungsi sebagai alat renang dan menjadi organ
utama untuk gerak (Suwono, 2011).
Cladocera merupakan hewan pemakan dengan menyaring (filter feeders),
dilengkapi dengan bulu-bulu yang sangat halus pada rongga mulut yang berfungsi
untuk menyaring makanan. Struktur mulut terdiri atas; mandibula berkhitin yang
berfungsi untuk menggiling makanan, sepasang maksila (rahang atas), dan medium
labrum yang mulut (Suwono, 2011).
Cladocera dapat bereproduksi secara seksual dan aseksual. Reproduksi secara
aseksual dilakukan dengan cara parthenogenesis yang dilakukan dalam kondisi yang
tidak menguntungkan. Reproduksi seksual dilakukan dengan cara betina diploid
menghasilkan telur-telur yang haploid yang jumlahnya ratusan. Telur tersebut
kemudian menetas dan berkembang menjadi anak-anak haploid. Telur yang telah
dibuahi, kemudian di simpan pada kantung telur yang ada di bagian dorsal betina.
Telur dilindungi oleh karapaks dan kemudian menetas dan berbentuk larva. Larva ini
kemudian menjadi dewasa. Cladocera merupakan salah satu ordo pada filum
Arthropoda dan kelas Crustaceae (Suwono, 2011).

a.

b.

c.

Gambar 6. Beberapa jenis cladocera. a. Bosmina sp., b. Moina


micrura, c. Daphnia obtusa.
2. Copepoda
Salah satu kelompok zooplankton yang merupakan pemangsa utama
fitoplankton adalah copepoda yang tergolong dalam Crustacea Subkelas Copepoda.
Zooplankton jenis ini seringkali dijumpai mendominasi dan banya memangsa diatom
dibandingkan dengan zooplankton yang lainnya. Hal ini disebabkan karena copepoda
memiliki kemampuan memecahkan dinding sel diatom yang kerangkanya dari silikat.
Oleh karena itu copepoda memiliki peranan penting sebagai salah satu rantai
penghubung antara fitoplankton dengan konsumer atau tingkatan tropik yang lebih
tinggi (Suwono, 2011)
Copepoda merupakan anggota zooplankton dari kelas Crustaceae. Copepoda
dikelompokkan kedalam tiga kelompok subordo, yaitu Calanoida, Cyclopoida, dan
Hepacticopoda. Bagian mulut dari subordo harpacticoidae dapat digunakan untuk
memotong partikel sedimen atau bagian tubuh makrovegetsi. Herpacticoidea aktif
mengejar dan menangkap makanan yang berupa partikel tumbuhan maupun hewan.
Makanan ditangkap oleh maxilla (rahang) atas kemudian didorong oleh rahang bawah
untuk masuk ke saluran pencernaan. Berbagai partikel makanan dicerna dengan cara

berbeda. Diatom mampu dicernanya tetapi beberapa ganggang mungkin tidak mampu
dicerna (Suwono, 2011).
Copepoda bereproduksi secara seksual. Copepoda memiliki variasi periode
kawin yang berbeda antar spesies, ada yang kawin sepanjang tahun ada pula yang
hanya pada periode tertentu. Copepoda kaya akan protein, lemak, asam amino
esensial yang dapat mempercepat pertumbuhan, meningkatkan daya tahan tubuh,
serta mencerahkan warna pada udang dan ikan. Kandungan DHA copepoda yang
tinggi

dapat

menyokong

perkembangan

mata

dan

meningkatkan

derajat

kelulushidupan larva. Selain itu kandungan lemak copepoda yang tinggi dapat
menghasilkan pigmentasi yang lebih baik bagi larva ikan (Suwono, 2011).

a.

b.

d.

c.

Gambar 7. Beberapa jenis copepoda. a. Argulus indicus, b. Calanoida, c. Cyclopoida,


d. Thermocyclops hyalinus
2.4 Menghitung Jumlah dan Berat Zoofitoplankton
Menurut Nontji (2008), pengambilan contoh fitoplankton sejak lama orang
menggunakan jaring plankton (plankton net), kemudian berkembang dalam
berbagai variasi bentuk dan ukuran. Dalam pengoperasiannya jaring plankton
dapat ditarik horizontal permukaan laut dari kapal atau perahu, dengan kecepatan
rendah sekitar 2 knot (m/jam) selama beberapa menit. Berapa lama jaring ini
ditarik memerlukan pertimbangan dan pengalaman sendiri dan disesuaikan
dengan kondisi perairan setempat. Jaring plankton yang telah di angkat dari
perairan, harus segera disemprotkan dari luar plankton yang masih menempel
pada bagian dalam badan jaring dapat turun semua masuk ke botol penampung.
Pengambilan sampel di perairan dangkal (>10 m) dilakukan secara horizontal
dengan menarik jaring selama 5 menit di bawah permukaan air. Di laut yang
relatif jeluk (>200 m), pengambilan fitoplankton hanya dibatasi mulai dari
kejelukan 150 m ke atas sampai 0 m (permukaan laut), sedangkan untuk
zooplankton, mulai dari kejelukan 200 m ke atas sampai permukaan laut (0 m)
(Nontji, 2008).
Umumnya analisis plankton yang mudah dilakukan adalah pengukuran
biomassa (berat kering dan berat basah) dan pencacahan plankter. Pengukuran
biomassa bertujuan untuk mengetahui banyaknya plankton secara kuantitatif
tanpa mengidentifikasi. Ini merupakan cara yang praktis dan sederhana
namun kurang teliti karena sering terbawa materi lain di luar plankton.
Pengukuran biomassa plankton yang berukuran besar diambil sampel
lapangan yang sudah diawetkan. Akan tetapi, jika kondisi memungkinkan
dapat digunakan sampel yang sudah disisipkan dicuci air tawar agar kadar
garam dan pengawet hilang. Selanjutnya dengan jarring ukuran mesh size 64
atau 75m dan dikeringkan. Setelah dikeringkan sampel tersebut dimasukkan
kedalam kertas timah dan ditimbang untuk memperoleh nilai berat basah.
Pengukuran berat kering dapat dilakukan dengan cara sampel yang telah

ditimbang berat basahnya dimasukkan oven dengan suhu konstan 60 oC


selama 24 jam, selanjutnya dimasukkan dalam desikator dan setelah itu
ditimbang menggunakan timbangan digital untuk mengetahui nilai berat
keringnya (Asriyana dan Yuliana, 2012)
Pencacahan plankton dengan cara menghitung jumlah plankter per satuan
volume akan merupakan informasi yang lebih teliti, karena dapat
memberikan gambaran yang lebih pasti mengenai kepadatan plankton di
suatu tempat. Kepadatan plankton dapat digunakan untuk mengetahui
penyebaran atau distribusi plankton dalam suatu area.
1. Pencacahan (Menghitung) Plankton.
Menurut Wardhana (2003) menyatakan pada satu sampel plankton dapat
terdiri atas ribuan bahkan jutaan sel atau individu plankton. Oleh karena itu
mencacah seluruh sampel akan membutuhkan waktu yang lama. Untuk
mempermudah umumnya dilakukan mengencerkan sampel yang diperoleh
dan diambil sebagian kecil sampel. Tata cara pencacahan seperti ini disebut
metoda subsampel. Cara pencacahan dengan metoda subsampel pada
dasarnya dilakukan dengan mencuplik sebagian kecil (sub sampel) sampel
plankton dan dicacah di bawah mikroskop. Besar kecilnya volume subsampel
akan sangat bergantung pada alat yang tersedia serta kepekatan sampel.
Terdapat beberapa cara pencacahan plankton dengan metoda subsample .
1 Cara Pertama.
Adapun langkah yang dapat dilakukan pada pencacahan cara I,
1) Menuangkan sampel plankton ke dalam gelas piala bervolume 250 ml.
2) Volume sampel dapat diencerkan menjadi 100-200 ml (bergantung pada
kepekatan sampel) dengan cara menambah atau mengurangi larutan
pengawetnya.
3) Diaduk hingga homogen.
4) Ambil subsampelnya dengan mempergunakan pipet stempel bervolume 0,1
(untuk fitoplankton) atau 2,5 ml (untuk zooplankton).
5) Subsampel dituangkan ke dalam talam pencacah.
6) Talam pencacah yang sering digunakan adalah sedwick rafter cell untuk
fitoplankton dan Bogorov atau yang sejenis untuk zooplankton.

7) Plankton dicacah dan diidentifikasi di bawah mikroskop dengan perbesaran


sampai 25-200 kali bergantung pada ukuran plankter. Pencacahan dilakukan
dengan cara menghitung seluruh plankter yang tampak pada talam pencacah.
8) Jarum sonde digunakan selama proses identifikasi, untuk membolak-balik
plankton.
Kepadatan plankton dalam sel atau individu per satuan volume dapat diketahui
dengan mempergunakan rumus,

Keterangan:
D = Jumlah plankter per satuan volume
q = Jumlah plankter dalam subsample
f = Fraksi yang diambil (volume subsample per volume sampel)
v = Volume air tersaring
2 Cara Kedua
Pencacahan plankton pada Sedgwick-rafter cell juga dapat dilakukan dengan cara
lain.
1) Isi penuh Sedgwick-rafter cell dengan sampel plankton dan tutup dengan cover
gelas secara baik sehingga tidak ada rongga udara di dalamnya.
2) Letakkan Sedgwick-rafter cell berisi sampel plankton tersebut di bawah
mikroskop yang lensa okulernya dilengkapi dengan micrometer okuler whipple.
3) Cacah jumlah plankton dari 10 lapangan pandang teratur dan berurutan.
Pada setiap lapang pandang hitunglah jumlah tiap jenis plankton yang terlihat. Jumlah
plankter persatuan volume dapat ditentukan dengan rumus,

Keterangan:
D = Jumlah plankter per satuan volume
q = Jumlah plankter dalam 10 pandangan
s = Jumlah lapang pandang Sedgwick-rafter cell
lp = Jumlah lapang pandang yang digunakan

p = Volume subsample
v = Volume air tersaring
Apabila terdapat plankter yang terletak pada garis batas okuler micrometer
Whipple di sebelah atas dan di sebelah kiri garis dimasukkan ke dalam perhitungan
sedang pada garis batas bawah dan sebelah kanan tidak. Hal ini bukanlah hal mutlak,
yang terpenting adalah dilakukan secara konsisten.
3 Cara ke-III
Metode subsample pada cara III ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut,
1) Mengambil 0,04 ml sampel yang telah diaduk homogen dengan pipet ukur 1
ml.
2) Subsample diteteskan pada objek glass dan tutup dengan cover glass
berukuran 18x18 mm.
3) Diletakkan dibawah mikroskop, diambil secara acak 20 pandangan yang
meliputi seluruh permukaan cover glass.
4) Diameter dari pandangan harus ditentukan terlebih dahulu dengan micrometer
okuler.
5) Pada setiap pandangan dihitung semua jenis plankton yang terlihat.
Jumlah plankter dalam satuan volume dapat ditentukan dengan rumus:

Keterangan:
D = Jumlah plankter persatuan volume
q = Jumlah plankter dalam 20 pandangan
p = Volume subsample
c = Luas cover glass (324 mm2)
lp = Luas 20 pandangan (mm2)
v = Volume air tersaring
Cara tersebut sangat tidak praktis dan kemungkinan terjadi kesalahan dalam
perkiraan kepadatan jumlah plankter sangat besar, walaupun pencacahan plankton
tidak dilakukan hanya pada 20 lapang pandang tetapi pada seluruh permukaan cover
glass.

Selain menggunakan talam pencacah dan cover glass seperti yang diuraikan di
atas, pencacahan plankton juga dapat dilakukan dengan menggunakan talam
pencacah lain. Hal penting yang perlu diperhatikan dan diketahui adalah jumlah
volume dan kedalaman talam pencacah tersebut. Selain itu juga harus diketahui
ukuran plankton yang akan dicacah. Zooplankton tidak mungkin dicacah dengan
menggunakan Haemocytometer, Improve Naeubouer, atau Petroff Houser, karena
ukuran rata-rata individu zooplankton relative lebih besar dari 0,2 mm.
Tabel 1. Beberapa jenis alat yang dipergunakan dalam mencacah sel plankton

Berdasarkan ke-tiga cara pencacahan plankton dapat di ketahui bahwa hal yang
terpenting dan harus diketahui secara pasti adalah,
1. Jumlah volume air yang berhasil tersaring oleh plankton net (dalam liter atau
meter kubik). Sebelum jaring plankton diturunkan, pada bagian tengah mulut
jaring dipasang flow meter untuk mengukur volume air yang tersaring. Volume air
yang tersaring dihitung dengan formula berikut (Djumanto at al,.2009):
V=Rxaxp
Keterangan:
V = volume air tersaring (m3)
R = jumlah rotasi baling-baling flow meter
a = luas mulut jaring (m2)
p = panjang kolom air yang ditempuh untuk satu kali putaran
2. Jumlah volume sampel yang tertampung dalam botol plankton net (dalam
milliliter)
3. Jumlah volume subsample yang diambil (dalam mililiter)
4. Memperhitungkan apabila dilakukan pengenceran terhadap sampel plankton
4 Cara Umum
Apapun tipe talam pencacahannya kepadatan plankter dalam volume tertentu dapat
dihitung dengan mempergunakan rumus berikut,

Keterangan:
D = Jumlah plankter per satuan volume
q = Jumlah plankter dalam subsampel
p = Volume subsample
I = Volume sampel
v = Volume air tersaring
Contoh: Misalkan volume air tersaring 15 m3, volume sampel 10 ml, volume
subsample 1 ml. berdasarkan hasil pencacahan diperoleh jumlah Ceratium
focus sebanyak 7 sel dalam sub sampel. Maka jumlah Ceratium focus m3
dapat diketahui dengan cara:
Perhitungannya:
D = (I/p) q (1/v)
D = (10/1) 7 (1/15)
D = 5 sel/ m3

Gambar 8. Langkah Skematis Pengamatan Jumlah Plankton dalam Subsample


(Sumber: Wardana, 2003)

2.5 Mengidentifikasi taksa nekton dan neuston di lokasi yang dipelajari


A. Nekton
Nekton merupakan kelompok organisme air yang mampu bergerak bebas,
terutama diwakili oleh berbagai jenis ikan yang hidup di perairan lotik dan lentik.
Ikan adalah organisme air yang bernafas dengan insang dan dapat bergerak atau
berenang dengan menggunakan siring (fin) (Barus, 2001)
Sifat Nekton
1.
2.
3.
4.

Organisme yang dapat bergerak bebas


Organisme consumer di daerah pelagic, aktif berenang umunnya invertebrate
Memiliki masa hidup yang lebih panjang (invertebrate : 1 tahun, ikan : 5-10 tahun)
Migrasi biasanya berkaitan dengan siklus reproduksi, ikan tuna migrasi dari feeding
ground ke breeding ground (ribuan kilometer)
B. Neutson
Menurut Widianingsih, dkk (2008) neuston merupakan biota plankton yang
tinggal pada lapisan permukaan sampai dengan kedalaman 10 mm. Istilah neuston
terkadang hanya merujuk pada organisme yang mengambang atau yang bergantung
pada tegangan permukaan untuk mengapung. Neutson terdiri dari beberapa spesies
ikan (flying fish), kumbang (whirligig beetle, Familia Gyrinidae), protozoa, bakteri,
laba-laba (fishing spider dan diving bell spider), water strider (Familia Gerridae) dan
strider (Familia Veliidae). Sedangkan menurut (Barus, 2001) menyatakan bahwa
neutson merupakan kelompok mikroorganisme yang hidup pada permukaan suatu
perairan (Algae, Bakteri, Protozoa), seperti misalnya Epineuston yang hidup pada
permukaan dan terkena langsung udara bebas (Gerridae, Vellidae, Grynidae, termasuk
beberapa jenis Collembola) dan Hyponeuston yang hidup pada bagian permukaan air
sebelah dalam (Hydra, Planaria, lava insekta, dll).

Gambar 8. Water strider (Familia Gerridae)


C. Identifikasi taksa nekton dan neuston
Teknik atau pencuplikan nekton dan neuston dari perairan yang paling
mudah umumnya dapat dilakukan dengan menyaring sejumlah massa air
dengan jaring. Pengambilan sampel neuston dapat menggunkan jaring
plankton untuk neutson yang berukuran mikroorganisme. Ada beberapa model
plankton net yang dikembangkan sesuai dengan manfaatnya. Misalnya jala
plankton yang dimodifikasi sehingga dapat digunakan untuk mencuplik
zooplankton pada kedalaman tertentu, contohnya Juday Plankton Trap (Suwono,
2011). Selanjutnya dilakukan Identifikasi sesuai Wickstead (1965), Yamaji (1976)
dan Taylor (1994).

Berdasarkan metode penelitian yang dilakukan Junaidi (2014) di perairan Danau


Siombak Kecamatan Medan Marelan Kota Medan menunjukkan bahwa pengambilan
sampling nekton dilakukan menggunakan metode purposive sampling, yang
merupakan teknik pengambilan sampel dengan memperhatikan pertimbanganpertimbangan yang dibuat oleh peneliti. Nekton diambil menggunakan alat tangkap
jala. Satu stasiun terdiri 3 titik. Setiap pengambilan sampel pada setiap titik
memerlukan waktu +15 menit, sehingga total waktu pengamatan adalah +1 jam
perstasiun. Sampel nekton yang didapat dilakukan perendaman dalam formalin 10%
Nekton selanjutnya di identifikasi untuk jenis ikan menggunakan buku Kottelat et al.
(1993) dan udang buku James G. Needham dan Paul R. Needham (1992).

2.6 Jenis-jenis Vertebrata Air


Menurut (Storer, 1957) Vertebrata merupakan salah satu subfilum dari filum
Chordata yang memiliki tulang belakang yang terdiri dari vertebrae. Secara mendasar
Chordata (chorda = notochord) mempunyai struktur yang berbeda dengan
Invertebrata. Letak dari sistem saraf Chordata sebelah dorsal, sedangkan pada
Invertebrata letaknya ventral. Filum Chordata terdiri atas 3 subfilum.

A. Pisces
Menurut Webb (1981) pisces merupakan Gnathostomata yang memiliki
tubuh yang ditutupi oleh sisik tulang dermal. Hewan ini memiliki anggota gerak
yang berpasangan berupa sirip, kepala berhubungan langsung dengan tubuh dan
pada umumnya tidak mempunyai gerakan bebas, tidak mempunyai dermal
internal. Umumnya bernafas dengan insang, memiliki lima lengkung insang,
lidah jika ada letaknya pada dasar mulut, tidak dapat bergerak bebas, tidak
mempunyai kantung allantoik dan hidup di air
1. Polypteriformes, memiliki paru-paru yang bersama-sama dengan insang
dipergunakan untuk bernafas, merupakan ikan air tawar yang terdapat di
Afrika, contoh: Polypterus sp. (bichir)

Gambar 9. Polypterus sp.

2. Anguilliformes, memiliki larva bentuk daun (leptocephalus) pada daur hidupnya,


bersifat katadromus (berkembang biak di laut, dewasa hidup di perairan tawar),
contoh: Anguilla sp. (sidat).

Gambar 10. Anguilla sp


3. Osteoglossiformes, merupakan ikan-ikan yang memiliki lidah yang bertulang dan
mempunyai sisik dengan ornamen yang komplek, contoh: Osteoglosum sp.
(arwana), Scleropagus sp. (ikan kayangan), Notopterus sp., Arapaima sp.

Gambar 11. Scleropagus sp.


4. Cypriniformes, ikan mas dan sebangsanya termasuk ordo ini. Memiliki aparatus
Weber (tulang pendengaran) dan ruas vertebra kedua dan ketiga bersatu, sungut
jika ada pendek dan terdapat pada rahang atas, contoh: Serrasalmus sp. (piranha),
Pygnocentrus sp. (piranha),Cyprinus sp. (ikan mas), Carassius sp. (ikan koki),
Osteochilus sp. (nilem), Puntius sp. (tawes, beunteur), Nemachilus sp. (jeler),
Rasbora sp. (parai).

Gambar 12. Pygnocentrus sp.


5. Siluriformes, ikan dari ordo ini memiliki tubuh tanpa sisik, tapi mungkin ditutupi
dengan pelat-pelat tulang, sungut terdapat pada rahang atas maupun rahang bawah,
contoh: Clarias sp. (lele), Pangasius sp.(jambal), Glytosternum sp.(kehkel), Arius

sp.(manyung), Mystus sp.(baung, sengal), Malapterurus sp.(ikan lele listrik).


6. Atheriniformes, merupakan ikan pencari makan di permukaan, sirip pelvik tanpa
duri dan letaknya di daerah thoraks atau abdomen. Contoh: Dermogenys sp.
(julung-julung), Poecilia sp. (Guppy), Panchax sp. (ikan kepala timah).
7. Synbranchiformes, tidak memiliki sirip pektoral dan pelvik dengan sirip ekor
memanjang dan lancip. Contoh : Monopterus sp. (belut)
8. Perciformes, merupakan ikan yang paling besar jenisnya yang hidup di air
tawar maupun di air laut di seluruh dunia. Bentuk tubuh umumnya lebar atau
agak silindris, dengan sisik stenoid. Pada sirip pelvik terdapat satu duri dan lima
jari-jari. Contohnya: Tilapia sp. (mujair), Osphronemus sp. (gurami), Betta sp.
B. Amphibia
Menurut Webb (1981) amphibia merupakan tetrapoda yang memiliki kulit
tak bersisik, ada kelenjar epidermis untuk menjaga agar permukaan kulit tetap
lembab juga penting untuk pernafasan. Kepala melekat pada satu tulang leher yang
berhubungan dengan tengkorak pada dua tonjolan (condylus).
1. Urodela, dikenal juga sebagai kelompok dari berbagai jenis salamander,
merupakan Amphibia dengan ekor yang berkembang baik pada individu
dewasa, vertebra postsacral tidak membentuk urostyl, leher tampak terlihat
jelas. Kelompok ini memiliki kaki depan dan belakang yang sama panjang,
radius dan ulna tidak bersatu, juga tibia dan fibulanya. Gelang bahu dan
gelang panggul sederhana, bagian tulang usus tidak memanjang. Vetrebra
presakral berjumlah antara 30-100 ruas, batang tubuh tidak memendek.
Contoh: Hynobius sp., Ambystoma sp. , Necturus sp.
2. Apoda, dikenal sebagai Amphibia yang tidak memiliki kaki, merupakan amfibi dari
daerah hutan tropis. Ordo ini merupakan Amphibia dengan ekor yang sangat
direduksi bahkan tidak ada pada yang dewasa, tidak memiliki gelang bahu, gelang
panggul, dan anggota badan, tubuh seperti cacing. Mata direduksi dan umumnya
ditutupi oleh kulit berpigmen atau tulang kepala. Memiliki organ tentakular sensorik
dari sisi otak menonjol keluar melalui orbita atau melalui lubang di muka sebelah
mata. Memiliki vertebra banyak sekali, bisa mencapai 250 ruas. Paru-paru kiri-kiri
umumnya rudimenter, paru-paru kanan berkembang berupa tabung. Contoh:
Ichthyopis sp.
3. Anura merupakan kelompok terbesar dari Amphibia yang masih hidup dan

tersebar luas di seluruh dunia kecuali daerah kutub dan daerah-daerah


ekstrim lainnya. Individu dewasanya tidak memiliki ekor, vertebra postsacral
bersatu membentuk urostyle. Tidak ada leher yang jelas. Kaki belakang lebih
besar dari pada kaki depan. Radius dan bersatu, begitu pula tibia dan fibula.
Memiliki mata yang besar dengan kelopak yang besar yang dapat digerakkan.
Vertebra presacral berjumlah 5-9 ruas, karena itu tubuhnya pendek. Paruparu kiri dan kanan sama besar. Contoh: Leiopelma sp., Ascaphus sp., Rana
sp., Mantella sp., Bufo sp., Cerato sp., Hyla sp., Phyllomedusa sp., Litoria
sp., Microhyla sp. dan sebagainya.
C. Reptilia
Menurut Webb (1981) umumnya reptilia tubuh ditutupi oleh kulit dari sisik
tanduk dan sering diperkuat dengan osteoderm tulang. Biasanya tidak mempunyai
kelenjar epidermal dan bersifat kedap air. Pada kebanyakan reptil anggota badan
cenderung berorientasi lateral serupa dengan Amphibia, tapi sering mengalami
reduksi misalnya pada jenis kadal tertentu dan bahkan hilang terutama pada bangsa
ular. Reptilia terdiri atas 4 ordo, dalam uraian di bawah dijelaskan hanya 3 ordo yaitu
Chelonia, Crocodilia, dan Squamata.
1. Chelonia merupakan Reptilia yang memiliki tubuh yang ditutupi oleh rumah yang
terdiri dari sebuah karapak pada bagian dorsal dan sebuah plastron pada bagian
ventral yang tersusun atas sejumlah tulang dermal yang biasanya ditutupi perisai dari
zat tanduk. Ordo ini memiliki rahang tanpa gigi tapi dilengkapi paruh dari zat
tanduk. Memiliki tengkorak yang tidak mempunyai lubang temporal (anapsid), tapi
daerah temporal sering tidak ada tepinya. Hanya memiliki satu lubang hidung.
Lubang kloaka longitudinal (memanjang) hampir bulat dan penis tunggal. Jumlah
vertebrae direduksi, ruas-ruas tulang leher mempunyai persendian yang kompleks
dan ruas-ruas vertebrae badan kecuali ruas yang pertama tidak dapat digerakkan
karena bersatunya lengkung saraf dengan karapaks. Contoh: Chelus sp.,
Hydromedusa sp., Chelodina sp., Testudo sp., Emys sp., Chelonia sp., Caretta sp.,
Eretmochelys sp., Trionyx sp..
2. Crocodilia, reptilia yang mempunyai tubuh yang ditutupi oleh sisik epidermal
dengan lapisan tanduk yang tebal, osteoderm terdapat di bawah sisik terutama pada

punggung dan perut. Memiliki gigi hanya terdapat pada rahang, tengkorak tipe
diapsid. Langit-langit sekunder sangat panjang terdiri dari tulang-tulang maksila,
palatin, dan pterigoid. Lubang hidung dalam terdapat di belakang pterigoid dan
berklep yang menutup jika moncong terendam. Lubang kloaka longitudinal dan
penis tidak berpasangan. Rusuk berkepala dua dan terdapat pada hampir semua
vertebrae. Contoh: Osteolaemus sp., Gavialis sp.
3. Squamata, termasuk ke dalam ordo ini kelompok kadal dan ular. Ordo ini memiliki
tubuh yang ditutupi sisik epidermis bertanduk yang secara periodik mengelupas
sebagian-sebagian atau keseluruhan. Osteoderm biasanya tidak ada tapi pada
beberapa jenis Squamata terdapat pada kepala dan tempat lain. Kepala pada
dasarnya tipe diapsid, arkade bawah tidak sempurna atau tidak ada dan arkade atas
juga sering demikian. Tidak memiliki tulang kuadratojugal (penghubung tulang
kuadrat dan jugal) sehingga memungkinkan terjadinya gerakan kinesis (pergerakkan
tengkorak akibat posisi tulang kuadrat). Lubang hidung berpasangan. Sering
memiliki mata pineal pada kelompok kadal tapi pada kelompok ular tidak
ditemukan. Memiliki lubang kloaka transversal dan pada yang jantan terdapat dua
hemipenis. Organ Jacobson berkembang baik dan terpisah sempurna dari rongga
hidung. Contoh dari kelompok kadal (subordo Sauria):. Varanus sp., Gecko sp.;
kelompok ular (subordo Serpentes): Typhlops sp., Liasis fuscus.
D. Aves
Menurut Webb (1981) aves adalah Vertebrata yang paling mudah dikenali.
Sebagian besar tubuhnya ditutupi oleh bulu, tapi kaki bagian bawah ditutupi oleh
sisik seperti reptil.
1. Anseriformes, merupakan burung air awar, termasuk ke dalam kelompok ini
angsa dan bebek. Burung ini memiliki bulu lebat dan kedap air dengan warna
yang bervariasi. Contoh: Cygnus sp., Anser sp., Dendrocygna sp., Anas sp..
2. Ciconiiformes, burung ini umumnya hidup di rawa-rawa atau tepi perairan.
Bulu bervariasi tapi mempunyai tekstur yang longgar. Memiliki kaki dan tiga
jari yang panjang, kaki keempat direduksi. Termasuk ke dalam kelompok ini
adalah bangau. Contoh: Ardea sp., Ardeola sp., Egretta sp., Nycticorax sp.,
Leptotilos sp., Ciconia sp., Threskiornis sp.
E. Mamalia

Menurut Webb (1979) Memiliki tubuh yang ditutupi rambut, menyusui


anaknya, bersifat

homoiotermis

dan endotermis. Jantung dengan empat kamar,

peredaran darah paru-paru dan peredaran sistemik jelas terpisah.


1. Monotremata, merupakan mammalia yang masih bertelur dan mempunyai
kloaka. Tidak mempunyai puting susu.Terdapat sebuah kantung marsupial
temprorer yang disokong oleh tulang epipubik. Platypus sp.
2. Cetacea, berbagai jenis paus dan lumba-lumba termasuk pada kelompok ini.
Ukuran dari Eutheria kelompok ini mulai sedang sampai sangat besar. Tubuh
seperti ikan dengan kepala memanjang dan kadang-kadang runcing. Tidak
mempunyai leher dan beberapa jenis memiliki sirip punggung. Anggota tubuh
anteriorlebar seperti dayung, jari-jari tertanam dan tidak berkuku, tidak
mempunyai anggota tubuh belakang, ekor panjang dengan berakhir dengan
semacam sirip ekor. Lubang hidung di bagian atas kepala. Di bawah kulitnya
terdapat lapisan lemak yang tebal. Contoh: Orcaella brevirostris, Inia
geoffrensis

Gambar 13. Inia geoffrensis


2.6 Peranan vertebrata air
1. Sebagai sumber makanan kaya akan protein, misalnya ikan salmon
2. Sisa ikan dibuat tepung dan makanan ternak
3. Sebagai sumber mata pencaharian, misalnya budidaya ikan
4. Sebagai pengendali hama alami (natural biological control), memakan hama
serangga yang ada dialam. misalnya dilahan pertanian ular mengendalikan
populasi tikus
5. Reptil sebagai pengendalian ikan, menurut Animal Bytes dari Busch Gardens,
buaya dan aligator juga mencegah kelebihan populasi spesies ikan di wilayah
pesisir dan lahan basah, yang penting dalam menjaga ekosisitem air yang
sehat dan seimbang. Sebuah ekosistem perairan yang sehat adalah penting
untuk perikanan yang membuat hidup mereka dalam lingkungan.

6. Sebagai sarana kegiatan rekreasi, misalnya memancing ikan, pengamatan


burung
7. Sebagai objek penelitian bagi para ilmuwan, mahasiswa, ataupun peneliti

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Sifat zooplankton yaitu Zooplankton atau plankton hewani merupakan
suatu organisme yang berukuran kecil yang hidupnya terombangambing oleh arus di lautan bebas yang hidupnya sebagai hewan
2. Peranan zooplankton dalam perairan yaitu sebagai kunci tingkat trofik
terendah (fitoplankton) ke tingkatan trofik tertinggi (ikan) dalam rantai
makanan di perairan, zooplankton memiliki peran dalam membawa karbon
dioksida ke perairan dalam karena mereka dapat berenang ke atas dan ke

bawah, selain itu kemelimpahan zooplankton juga menentukan kesuburan


suatu perairan oleh karena itu dengan mengetahui keadaan plankton di suatu
daerah perairan, maka akan diketahui kualitas perairan tersebut.
3. Taksa zooplanton diantaranya, protozoa, rotifera, annelida, mollusca,
arthropoda
4. Analisis plankton yang mudah dilakukan adalah pengukuran biomassa (berat
kering, berat basah, atau volume plankton) dan pencacahan plankter. Tetapi
analisis biomassa kurang akurat sehingga menggunakan pencacahan plankter.
5. Teknik atau pencuplikan nekton dan neuston dari perairan yang paling
mudah umumnya dapat dilakukan dengan menyaring sejumlah massa air
dengan jaring. identifikasi dilakukan menggunakan buku identifikasi
6. Jenis-jenis vertebrata yang juga hidup di perairan yaitu pisces, amphibia,
reptilia, aves, dan mamalia.
7. Peranan vertebrata air yaitu sebagai sumber protein yang tinggi, sebagai
bahan penelitian, sebagai rekreasi/ hiburan, dan sebagai natural biological
control.

Daftar Pustaka
Arinardi et al. 1997. Plankton : Fitoplankton dan Zooplankton. Jakarta : PT Gramedia
Pustaka Utama.
Asriyana dan Yuliyana.2012.Produktivitas Perairan Fenomena Red Tide Kejadian
Perubahan Warna di Perairan Secara Dramatis Diakibatkan (blooming) dari
Fitoplankton.Jakarta:Bumi Aksara
Barus, T.A. 2002. Pengantar Limnologi. Malang:Jurusan Biologi FMIPA Universitas
Negeri Malang.
Bougis, P.1976.Marine Plankton Ecology.Amsterdam:North-Holand.Publishing Co.
Djumanto & Pontororing, Tumpak Sidabutar Hanny. 2009. Pola Sebaran Horizontal
dan Kerapatan Plankton di Perairan Bawean. Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta LON-LIPI, Jakarta, Universitas Sam Ratu Langi, Manado,
Universitas Pattimura, Ambon.
Effendi,H.2011. Telaah Kualitas Air: Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Hutabarat, S & Evans, S. M. (1986). Kunci Identifikasi Zooplankton. Jakarta: UI Press.
Junaidi, Aidil.2014. Struktur Komunitas Nekton Di Danau Siombak Kecamatan
Medan Marelan Kota Medan.Medan: Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara
Kaswadji, R. 2001. Keterkaitan Ekosistem Di Dalam Wilayah Pesisir. Bogor:Fakultas
Perikanan dan Kelautan IPB.
Kusrini, M.D., L.F. Skerratt, S. garland, l. Berger & W. Endarwin, 2008,
Chytridiomycosis in frog Mount Gede Pangrango, Indonesia. Diseases of
Aquatic Organisms 87:187-194.
Lingkungan Periaran. Kanisius: Yogyakarta.
Nontji, Anugrah. 1993. Laut Nusantara. Jakarta : Djambatan.
Nybakken, James W. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta :
Gramedia.
Odum, E. P.1993. Dasar-dasar Ekologi. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.

Omori, M.1978.Zooplankton fisheries of the world: A review.Marine Biology


48(3):199-205
Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Identifikasi Ikan Jilid I. Jakarta:Bina Cipta.
Sachlan, M. 1966. Planktonologi. Universitas Diponegoro. Semarang.
Sachlan, M.1982.Planktonologi.Jakarta:Directorat Jendral Perikanan
Storer, T.I., and R.L. Usinger, 1957, General Zoology, Mc Graw Hill Book Co.
Inc.,New York.
Sugianto. 2004. Ekologi Kuantitatif. Usaha Nasional. Surabaya
Suwono, Hadi. 2011. Limnologi : Konsep Dasar dan Pembelajaran. Malang :
Bayumedia Publishing.
Wardhana,

Wisnu.2003.Teknik

Sampling,

Analisis,

dan

Pengawetan

Plankton.Jakarta:Balai Pengembangan dan Pengujian Mutu Perikanan


Webb, J.E, J.A. Walwork and J.H. Elgord, 1979, Guide to Living Mammals, The Mc
Millan Press Ltd., New Delhi.
Webb, J.E, J.A. Walwork and J.H. Elgord, 1981, Guide to Living Fishes, The Mc
Millan Press Ltd., London.
Webb, J.E, J.A. Walwork and J.H. Elgord, 1981, Guide to Living Amphibians, The Mc
Millan Press Ltd., London.
Webb, J.E, J.A. Walwork and J.H. Elgord, 1981, Guide to Living Reptilians, The Mc
Millan Press Ltd., New Delhi.
Wicktead, J.H.1976.Marine Zooplankton.London:Institute of Biology Studies in
Biology
Widianingsih,

dkk.2008.Produktivitas

Demak.Demak:Ilmu Kelautan

Biomassa

Copepoda

di

Perairan

Anda mungkin juga menyukai