AIR LAINNYA
MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Limnologi
Yang Dibimbing Oleh Dr. Hadi Suwono, M.Si dan Sitoresmi Prabaningtyas, S.Si,
M.Si
Oleh :
Kelompok 5
Nining Nurnaningsih (130342603497)
Putri Deviyan Nasari
(130342603483)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ekosistem air terdiri dari perairan pedalaman (inland water) yang terdiri dari
daratan, perairan lepas pantai (off-shore water) dan perairan laut (sea water). Dari
ketiga bagian ekosistem air tersebut, perairan laut merupakan bagian yang terbesar.
Perairan adalah suatu kumpulan massa air pada suatu wilayah tertentu, baik yang
bersifat dinamis (bergerak atau mengalir) seperti laut dan sungai maupun statis
(tergenang) seperti danau. Perairan merupaka habitat sebagaian organisme untuk
melakukan kegiatannya sehari-hari. Ada beberapa organisme yang menyusun
ekosistem perairan, antara lain : plankton, neuston, nekton dan vertebrata air.
Berdasarkan bentuk kehidupan, habitat, dan kebiasaan hidupnya beberapa
organisme yang menyusun ekosistem perairan dapat digolongkan yaitu Zooplankton
merupakan organisme yang hanyut bebas dalam air dan daya renangnya sangat lemah
yang bersifat hewani, selain itu sangat beraneka ragam dan terdiri dari bermacam
larva dan bentuk dewasa yang mewakili hampir seluruh filum hewan. Nekton
merupakan kelompok organisme air yang mampu bergerak bebas, terutama diwakili
berbagai jenis ikan. Neuston adalah keseluruhan kelompok milroorganisme yang
hidup pada permukaan suatu perairan (algae, bakteri, protozoa). Sedangkan vertebrata
air adalah kelompok hewan yang memiliki tulang belakang yang umumnya memiliki
tubuh simetri bilateral, rangka dalam, dan berbagai sistem yang ada dalam tubuh.
Organisme-organisme tersebut memiliki banyak peranan dalam perairan.
Salah satu peranannya adalah sebagai penyusun rantai makanan sehingga dalam
peraiaran terjadi kestabilan ekosistem. Apabila terdapat ketidakhadiran salah satu
organisme tersebut, ekosistem perairan tidak akan seimbang. Sebagai contoh, apabila
zooplankton tidak ada dalam perairan, konsumen tingkat dua yang memanfaatkan
zooplankton sebagai pemenuhan energi setiap harinya akan ikut menghilang karena
BAB II
ISI
2.1 Sifat-Sifat Zooplankton
Istilah plankton pertama kali digunakan oleh Victor Hensen direktur ekspedisi
Jerman pada tahun 1889, yang dikenal dengan Plankton Expedition yang khusus
dibiayai untuk menentukan dan membuat sitematika organisme laut, berasal dari
bahasa Yunani planktos, yang berarti menghanyut atau mengembara. Plankton
adalah organisme renik yang melayang-layang dalam air atau mempunyai
kemampuan renang yang sangat lemah, pergerakannya selalu dipengaruhi oleh
gerakan masa air (Djumanto, 2009).
Menurut Arinardi et. al (1994) menyatakan bahwa plankton dibagi dalam dua
golongan besar yaitu fitoplankton (plakton tumbuhan atau nabati) dan zooplankton
(plankton hewani). Penggolongn plankton secara fungsional dapat dibedakan menjadi
empat golongan utama, yaitu fitoplankton, zooplankton, bakterioplankton, dan
virioplankton (Nontji 2008). Zooplankton atau plankton hewani merupakan
suatu organisme yang berukuran kecil yang hidupnya terombang-ambing
oleh arus di perairan yang hidupnya sebagai hewan. Zooplankton
sebenarnya termasuk golongan hewan perenang aktif, memiliki alat gerak seperti
flagel ataupun silia yang dapat mengadakan migrasi secara vertikal pada beberapa
lapisan perairan, tetapi kekuatan berenang mereka adalah sangat kecil jika
dibandingkan dengan kuatnya gerakan arus itu sendiri ( Hutabarat dan Evans, 1986).,
Distribusi zooplankton mulai dari muara sungai hingga samudra, mulai dari perairan
tawar hingga asin, bahkan dari perairan tropis hingga kutub.
Hampir semua hewan yang mampu berenang bebas (nekton) atau yang hidup
di dasar laut (bentos) menjalani awal kehidupannya sebagai zooplankton yakni ketika
masih berupa telur dan larva yang kemudian menjelang dewasa sifat hidupnya yang
bermula sebagai plankton berubah menjadi nekton atau bentos. Berdasarkan daur
hidupnya zooplankton dibagi menjadi 3 kelompok yaitu : 1) Holoplankton, yang
seluruh daur hidupnya sebagai plankton (mulai dari telur, larva, hingga dewasa), 2)
Chaetogonath
with
acopepod,
Athorybia
rosacea
Perkembangan
fitoplankton
sangat
dipengaruhi
oleh
Aplocheilus pancax
Oreocromis mossambicus
Poecilia reticulata
Bakterioplankton
Zooplankton
Fitoplankton
dibedakan
menjadi
dua
kelompok
utama,
yaitu
heterotrophic
a.
b.
Gambar 3. Strombidium
c. Sarcodina
dan system eskresi berupa protonefridia. Makanan rotifer berupa plankton dan
detritus (Suwono, 2011)
Kelimpahan rotifera berkaitan erat dengan keberadaan makrofita, terutama
pada tumbuhan yang memiliki daun; kerapatan rotifer dapat mencapai 25.000 per
liter. Ukuran makanan yang dikonsumsi rotifer bervariasi, mulai dari partikel
makanan berukuran garis tengah kurang dari 12m sampai yang berukuran 50m.
Perilaku makan rotifera berhubungan dengan jenis partikel makanan, ukuran
makanan, kepadatan dan bentuk partikel. Pemilihan makanan dilakukan oleh
beberapa rotifera dengan mekanisme penolakan dan penyaringan. Keberadaan
makanan dapat membatasi pertumbuhan populasi dan penyebaran rotifera. Ambang
batas konsentrasi makanan untuk rotifera adalah tinggi dibandingkan dengan
zooplankton yang lain (Suwono, 2011).
Rotifera dapat bereproduksi
secara
seksual
dan
aseksual
melalui
partenogenesis. Dalam kondisi stres, misalnya suhu terlalu panas atau musim salju
atau makanan berkurang, akan terjadi reproduksi secara seksual (miktik). Ketahanan
dan laju reproduksi rotifer berkaitan erat dengan sumber daya makanan dan suhu.
Makanan dan suhu juga menentukan keseimbangan reproduksi dan mortalitasnya
(angka kematian) (Suwono, 2011).
Gambar 5. Rotifera
C. Zooplankton Crustaceae
Crustaceae merupakan hewan tak bertulang belakang yang umumnya hidup di
perairan tawar; tetapi ada juga beberapa yang hidup di laut. Respirasi melalui
permukaan tubuh atau insang. Badan dibedakan secara jelas ada abdomen (perut) dan
cephalotorax (kepala-dada). Jadi segmen kepala dan dada menyatu. Di perairan tawar
plakton crustacea yang dominan adalah Cladocera dan Copepoda, keduanya
merupakan anggota kelas malacostraca (udang-udangan tingkat rendah).
1. Cladocera
Cladocera merupakan penyusun utama zooplankton. Ukuran tubuhnya
berkisar antara 0,2 sampai 0,3 mm. Tubuh cladocera tersusun atas kepala, dada dan
perut. Dada dan perut ditutup oleh karapak pada bagian belakang. Di kepala terdapat
sepasang mata majemuk, yang merupakan organ sensitif terhadap cahaya sehingga
disebut sebagai bintik mata. Cladocera memiliki dua pasang antena. Sepasang
antenna kedua berukuran besar berfungsi sebagai alat renang dan menjadi organ
utama untuk gerak (Suwono, 2011).
Cladocera merupakan hewan pemakan dengan menyaring (filter feeders),
dilengkapi dengan bulu-bulu yang sangat halus pada rongga mulut yang berfungsi
untuk menyaring makanan. Struktur mulut terdiri atas; mandibula berkhitin yang
berfungsi untuk menggiling makanan, sepasang maksila (rahang atas), dan medium
labrum yang mulut (Suwono, 2011).
Cladocera dapat bereproduksi secara seksual dan aseksual. Reproduksi secara
aseksual dilakukan dengan cara parthenogenesis yang dilakukan dalam kondisi yang
tidak menguntungkan. Reproduksi seksual dilakukan dengan cara betina diploid
menghasilkan telur-telur yang haploid yang jumlahnya ratusan. Telur tersebut
kemudian menetas dan berkembang menjadi anak-anak haploid. Telur yang telah
dibuahi, kemudian di simpan pada kantung telur yang ada di bagian dorsal betina.
Telur dilindungi oleh karapaks dan kemudian menetas dan berbentuk larva. Larva ini
kemudian menjadi dewasa. Cladocera merupakan salah satu ordo pada filum
Arthropoda dan kelas Crustaceae (Suwono, 2011).
a.
b.
c.
berbeda. Diatom mampu dicernanya tetapi beberapa ganggang mungkin tidak mampu
dicerna (Suwono, 2011).
Copepoda bereproduksi secara seksual. Copepoda memiliki variasi periode
kawin yang berbeda antar spesies, ada yang kawin sepanjang tahun ada pula yang
hanya pada periode tertentu. Copepoda kaya akan protein, lemak, asam amino
esensial yang dapat mempercepat pertumbuhan, meningkatkan daya tahan tubuh,
serta mencerahkan warna pada udang dan ikan. Kandungan DHA copepoda yang
tinggi
dapat
menyokong
perkembangan
mata
dan
meningkatkan
derajat
kelulushidupan larva. Selain itu kandungan lemak copepoda yang tinggi dapat
menghasilkan pigmentasi yang lebih baik bagi larva ikan (Suwono, 2011).
a.
b.
d.
c.
Keterangan:
D = Jumlah plankter per satuan volume
q = Jumlah plankter dalam subsample
f = Fraksi yang diambil (volume subsample per volume sampel)
v = Volume air tersaring
2 Cara Kedua
Pencacahan plankton pada Sedgwick-rafter cell juga dapat dilakukan dengan cara
lain.
1) Isi penuh Sedgwick-rafter cell dengan sampel plankton dan tutup dengan cover
gelas secara baik sehingga tidak ada rongga udara di dalamnya.
2) Letakkan Sedgwick-rafter cell berisi sampel plankton tersebut di bawah
mikroskop yang lensa okulernya dilengkapi dengan micrometer okuler whipple.
3) Cacah jumlah plankton dari 10 lapangan pandang teratur dan berurutan.
Pada setiap lapang pandang hitunglah jumlah tiap jenis plankton yang terlihat. Jumlah
plankter persatuan volume dapat ditentukan dengan rumus,
Keterangan:
D = Jumlah plankter per satuan volume
q = Jumlah plankter dalam 10 pandangan
s = Jumlah lapang pandang Sedgwick-rafter cell
lp = Jumlah lapang pandang yang digunakan
p = Volume subsample
v = Volume air tersaring
Apabila terdapat plankter yang terletak pada garis batas okuler micrometer
Whipple di sebelah atas dan di sebelah kiri garis dimasukkan ke dalam perhitungan
sedang pada garis batas bawah dan sebelah kanan tidak. Hal ini bukanlah hal mutlak,
yang terpenting adalah dilakukan secara konsisten.
3 Cara ke-III
Metode subsample pada cara III ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut,
1) Mengambil 0,04 ml sampel yang telah diaduk homogen dengan pipet ukur 1
ml.
2) Subsample diteteskan pada objek glass dan tutup dengan cover glass
berukuran 18x18 mm.
3) Diletakkan dibawah mikroskop, diambil secara acak 20 pandangan yang
meliputi seluruh permukaan cover glass.
4) Diameter dari pandangan harus ditentukan terlebih dahulu dengan micrometer
okuler.
5) Pada setiap pandangan dihitung semua jenis plankton yang terlihat.
Jumlah plankter dalam satuan volume dapat ditentukan dengan rumus:
Keterangan:
D = Jumlah plankter persatuan volume
q = Jumlah plankter dalam 20 pandangan
p = Volume subsample
c = Luas cover glass (324 mm2)
lp = Luas 20 pandangan (mm2)
v = Volume air tersaring
Cara tersebut sangat tidak praktis dan kemungkinan terjadi kesalahan dalam
perkiraan kepadatan jumlah plankter sangat besar, walaupun pencacahan plankton
tidak dilakukan hanya pada 20 lapang pandang tetapi pada seluruh permukaan cover
glass.
Selain menggunakan talam pencacah dan cover glass seperti yang diuraikan di
atas, pencacahan plankton juga dapat dilakukan dengan menggunakan talam
pencacah lain. Hal penting yang perlu diperhatikan dan diketahui adalah jumlah
volume dan kedalaman talam pencacah tersebut. Selain itu juga harus diketahui
ukuran plankton yang akan dicacah. Zooplankton tidak mungkin dicacah dengan
menggunakan Haemocytometer, Improve Naeubouer, atau Petroff Houser, karena
ukuran rata-rata individu zooplankton relative lebih besar dari 0,2 mm.
Tabel 1. Beberapa jenis alat yang dipergunakan dalam mencacah sel plankton
Berdasarkan ke-tiga cara pencacahan plankton dapat di ketahui bahwa hal yang
terpenting dan harus diketahui secara pasti adalah,
1. Jumlah volume air yang berhasil tersaring oleh plankton net (dalam liter atau
meter kubik). Sebelum jaring plankton diturunkan, pada bagian tengah mulut
jaring dipasang flow meter untuk mengukur volume air yang tersaring. Volume air
yang tersaring dihitung dengan formula berikut (Djumanto at al,.2009):
V=Rxaxp
Keterangan:
V = volume air tersaring (m3)
R = jumlah rotasi baling-baling flow meter
a = luas mulut jaring (m2)
p = panjang kolom air yang ditempuh untuk satu kali putaran
2. Jumlah volume sampel yang tertampung dalam botol plankton net (dalam
milliliter)
3. Jumlah volume subsample yang diambil (dalam mililiter)
4. Memperhitungkan apabila dilakukan pengenceran terhadap sampel plankton
4 Cara Umum
Apapun tipe talam pencacahannya kepadatan plankter dalam volume tertentu dapat
dihitung dengan mempergunakan rumus berikut,
Keterangan:
D = Jumlah plankter per satuan volume
q = Jumlah plankter dalam subsampel
p = Volume subsample
I = Volume sampel
v = Volume air tersaring
Contoh: Misalkan volume air tersaring 15 m3, volume sampel 10 ml, volume
subsample 1 ml. berdasarkan hasil pencacahan diperoleh jumlah Ceratium
focus sebanyak 7 sel dalam sub sampel. Maka jumlah Ceratium focus m3
dapat diketahui dengan cara:
Perhitungannya:
D = (I/p) q (1/v)
D = (10/1) 7 (1/15)
D = 5 sel/ m3
A. Pisces
Menurut Webb (1981) pisces merupakan Gnathostomata yang memiliki
tubuh yang ditutupi oleh sisik tulang dermal. Hewan ini memiliki anggota gerak
yang berpasangan berupa sirip, kepala berhubungan langsung dengan tubuh dan
pada umumnya tidak mempunyai gerakan bebas, tidak mempunyai dermal
internal. Umumnya bernafas dengan insang, memiliki lima lengkung insang,
lidah jika ada letaknya pada dasar mulut, tidak dapat bergerak bebas, tidak
mempunyai kantung allantoik dan hidup di air
1. Polypteriformes, memiliki paru-paru yang bersama-sama dengan insang
dipergunakan untuk bernafas, merupakan ikan air tawar yang terdapat di
Afrika, contoh: Polypterus sp. (bichir)
punggung dan perut. Memiliki gigi hanya terdapat pada rahang, tengkorak tipe
diapsid. Langit-langit sekunder sangat panjang terdiri dari tulang-tulang maksila,
palatin, dan pterigoid. Lubang hidung dalam terdapat di belakang pterigoid dan
berklep yang menutup jika moncong terendam. Lubang kloaka longitudinal dan
penis tidak berpasangan. Rusuk berkepala dua dan terdapat pada hampir semua
vertebrae. Contoh: Osteolaemus sp., Gavialis sp.
3. Squamata, termasuk ke dalam ordo ini kelompok kadal dan ular. Ordo ini memiliki
tubuh yang ditutupi sisik epidermis bertanduk yang secara periodik mengelupas
sebagian-sebagian atau keseluruhan. Osteoderm biasanya tidak ada tapi pada
beberapa jenis Squamata terdapat pada kepala dan tempat lain. Kepala pada
dasarnya tipe diapsid, arkade bawah tidak sempurna atau tidak ada dan arkade atas
juga sering demikian. Tidak memiliki tulang kuadratojugal (penghubung tulang
kuadrat dan jugal) sehingga memungkinkan terjadinya gerakan kinesis (pergerakkan
tengkorak akibat posisi tulang kuadrat). Lubang hidung berpasangan. Sering
memiliki mata pineal pada kelompok kadal tapi pada kelompok ular tidak
ditemukan. Memiliki lubang kloaka transversal dan pada yang jantan terdapat dua
hemipenis. Organ Jacobson berkembang baik dan terpisah sempurna dari rongga
hidung. Contoh dari kelompok kadal (subordo Sauria):. Varanus sp., Gecko sp.;
kelompok ular (subordo Serpentes): Typhlops sp., Liasis fuscus.
D. Aves
Menurut Webb (1981) aves adalah Vertebrata yang paling mudah dikenali.
Sebagian besar tubuhnya ditutupi oleh bulu, tapi kaki bagian bawah ditutupi oleh
sisik seperti reptil.
1. Anseriformes, merupakan burung air awar, termasuk ke dalam kelompok ini
angsa dan bebek. Burung ini memiliki bulu lebat dan kedap air dengan warna
yang bervariasi. Contoh: Cygnus sp., Anser sp., Dendrocygna sp., Anas sp..
2. Ciconiiformes, burung ini umumnya hidup di rawa-rawa atau tepi perairan.
Bulu bervariasi tapi mempunyai tekstur yang longgar. Memiliki kaki dan tiga
jari yang panjang, kaki keempat direduksi. Termasuk ke dalam kelompok ini
adalah bangau. Contoh: Ardea sp., Ardeola sp., Egretta sp., Nycticorax sp.,
Leptotilos sp., Ciconia sp., Threskiornis sp.
E. Mamalia
homoiotermis
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Sifat zooplankton yaitu Zooplankton atau plankton hewani merupakan
suatu organisme yang berukuran kecil yang hidupnya terombangambing oleh arus di lautan bebas yang hidupnya sebagai hewan
2. Peranan zooplankton dalam perairan yaitu sebagai kunci tingkat trofik
terendah (fitoplankton) ke tingkatan trofik tertinggi (ikan) dalam rantai
makanan di perairan, zooplankton memiliki peran dalam membawa karbon
dioksida ke perairan dalam karena mereka dapat berenang ke atas dan ke
Daftar Pustaka
Arinardi et al. 1997. Plankton : Fitoplankton dan Zooplankton. Jakarta : PT Gramedia
Pustaka Utama.
Asriyana dan Yuliyana.2012.Produktivitas Perairan Fenomena Red Tide Kejadian
Perubahan Warna di Perairan Secara Dramatis Diakibatkan (blooming) dari
Fitoplankton.Jakarta:Bumi Aksara
Barus, T.A. 2002. Pengantar Limnologi. Malang:Jurusan Biologi FMIPA Universitas
Negeri Malang.
Bougis, P.1976.Marine Plankton Ecology.Amsterdam:North-Holand.Publishing Co.
Djumanto & Pontororing, Tumpak Sidabutar Hanny. 2009. Pola Sebaran Horizontal
dan Kerapatan Plankton di Perairan Bawean. Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta LON-LIPI, Jakarta, Universitas Sam Ratu Langi, Manado,
Universitas Pattimura, Ambon.
Effendi,H.2011. Telaah Kualitas Air: Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Hutabarat, S & Evans, S. M. (1986). Kunci Identifikasi Zooplankton. Jakarta: UI Press.
Junaidi, Aidil.2014. Struktur Komunitas Nekton Di Danau Siombak Kecamatan
Medan Marelan Kota Medan.Medan: Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara
Kaswadji, R. 2001. Keterkaitan Ekosistem Di Dalam Wilayah Pesisir. Bogor:Fakultas
Perikanan dan Kelautan IPB.
Kusrini, M.D., L.F. Skerratt, S. garland, l. Berger & W. Endarwin, 2008,
Chytridiomycosis in frog Mount Gede Pangrango, Indonesia. Diseases of
Aquatic Organisms 87:187-194.
Lingkungan Periaran. Kanisius: Yogyakarta.
Nontji, Anugrah. 1993. Laut Nusantara. Jakarta : Djambatan.
Nybakken, James W. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta :
Gramedia.
Odum, E. P.1993. Dasar-dasar Ekologi. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.
Wisnu.2003.Teknik
Sampling,
Analisis,
dan
Pengawetan
dkk.2008.Produktivitas
Demak.Demak:Ilmu Kelautan
Biomassa
Copepoda
di
Perairan