Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN AIR

Pengaruh Perubahan Suhu Panas Media Air terhadap Membuka dan Menutup
Opeculum Benih Ikan Mas
Ditujukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktikum






Disusun oleh :
Muhamad Akmal Rizkifar 230210130034
Dini Widia Lestari 230210130035
Yohanes Roy Satria 230210130036

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERIKAN AN DAN ILMU
KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATIN ANGOR
2014

ii

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,
Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
Laporan Praktikum ini dengan baik namun tidak luput dari kesalahan. Laporan
Praktikum ini ditujukan untuk memenuhi Tugas Praktikum FISIOLOGI HEWAN
AIR.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga skami dapat memperbaiki bentuk maupun
isi laporan ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Lapora praktikum ini masih banyak kekurangan. Oleh kerena itu kami
berharap kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan laporan ini.

Jatinangor, Oktober 2014
Penyusun






iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. ii
DAFTAR ISI .............................................................................................................................iii
BAB I ........................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 1
1.2 Tujuan ....................................................................................................................... 2
1.3 Manfaat ..................................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................................. 3
2.1 SPESIES ................................................................................................................... 3
2.2 HABITAT ................................................................................................................. 5
2.3 PERKEMBANGBIAKAN........................................................................................ 6
2.4 SISTEM PERNAFASAN IKAN .............................................................................. 6
Sistem Pernapasan Ikan .................................................................................................... 7
2.5 Kebiasaan Makan .................................................................................................... 22
2.6 SUHU ...................................................................................................................... 23
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM ............................................................................... 24
3.1 Waktu dan Tempat ........................................................................................................ 24
3.2 Alat dan Bahan .............................................................................................................. 24
Alat .................................................................................................................................. 24
Bahan .............................................................................................................................. 25
3.3 Prosedur Kerja .............................................................................................................. 27
3.3.1 Prosedur Kerja untuk S uhu Panas ......................................................................... 27
3.3.1 Prosedur Kerja untuk S uhu Dingin ....................................................................... 28
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................ 22
4.1 HASIL PENGAMATAN ........................................................................................ 22
4.1.1 TABEL HASIL PENGAMATAN KELOMPOK ........................................... 22
iv

4.1.2 TABEL HASIL PENGAMATAN DATA 1 KELAS ..................................... 23
4.2 PEMBAHASAN ..................................................................................................... 25
4.2.1 PEMBAHASAN DATA KELOMPOK .......................................................... 25
4.2.2 PEMBAHASAN DATA KELAS ................................................................... 28
BAB V PENUTUP ................................................................................................................. 29
5.1 KESIMPULAN ....................................................................................................... 29
5.2 SARAN ................................................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 30
















v






1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Ikan merupakan hewan bersifat poikiolotermik, suhu tubuhnya
mengikuti suhu lingkungan. Bagi Hewan Akuatik, suhu media air merupakan
faktor pembatas, oleh karena itu perubahan suhu media air akan mempengaruhi
kandungan oksigen terlarut, yang akan berakibat pada laju pernafasan dan laju
metabolisme hewan akuatik tersebut.
Ikan adalah anggota vertebrata poikilotermik (berdarah dingin) yang hidup
di air dan bernapas dengan insang. Ikan merupakan kelompok vertebrata
yang paling beraneka ragam dengan jumlah spesies lebih dari 27,000 di
seluruh dunia. F isiologi ikan mencakup proses osmoregulasi, sistem
sirkulasi, sistem respirasi, bioenergetik dan metabolisme, pencernaan,
organ-organ sensor, sistem saraf, sistem endokrin dan reproduksi.
Insang dimiliki oleh jenis ikan (pisces). Insang berbentuk lembaran-
lembaran tipis berwarna merah muda dan selalu lembap. Bagian terluar dari
insang berhubungan dengan air, sedangkan bagian dalam berhubungan erat
dengan kapiler-kapiler darah. Tiap lembaran insang terdiri dari sepasang
filamen, dan tiap filamen mengandung banyak lapisan tipis (lamela). Pada
filamen terdapat pembuluh darah yang memiliki banyak kapiler sehingga
memungkinkan O
2
berdifusi masuk dan CO
2
berdifusi keluar. Insang pada
ikan bertulang sejati ditutupi oleh tutup insang yang disebut operkulum,
sedangkan insang pada ikan bertulang rawan tidak ditutupi oleh operkulum.
Insang tidak saja berfungsi sebagai alat pernapasan tetapi dapat pula
berfungsi sebagai alat ekskresi garam- garam, penyaring makanan, alat
pertukaran ion, dan osmoregulator. Beberapa jenis ikan mempunyai
2

labirin yang merupakan perluasan ke atas dari insang dan membentuk
lipatan-lipatan sehingga merupakan rongga-rongga tidak teratur. Labirin
ini berfungsi menyimpan cadangan O
2
sehingga ikan taha n pada kondisi yang
kekurangan O
2
.
Mekanisme pernapasan pada ikan melalui 2 tahap, yakni inspirasi dan
ekspirasi. Pada fase inspirasi, 0
2
dari air masuk ke dalam insang kemudian O
2
diikat oleh kapiler darah untuk dibawa ke jaringan-jaringan yang
membutuhkan. Sebaliknya pada fase ekspirasi, CO
2
yang dibawa oleh darah
dari jaringan akan bermuara ke insang dan dari insang diekskresikan keluar
tubuh.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui prubahan suhu
media air terhadap membuka dan menutup operculum benih ikan mas yang
secara tidak langsung ingin mengetuhi laju pernafasan ikan tersebut.
1.3 Manfaat
Manfaat dari praktikum ini adaah dapat mengetahui prubahan suhu
media air terhadap membuka dan menutup operculum benih ikan mas yang
secara tidak langsung ingin mengetuhi laju pernafasan ikan tersebut.


3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 SPESIES
Ikan Mas (karper, Common Carp) yang di kenal di Indonesia memiliki nama
latin Cyprinus Carpio dari keluarga Cyprinid. Common Carp adalah strain asli Ikan
Mas yang mendominasi keberadaan ikan ini di perairan. Ikan Mas dapat hidup sendiri
maupun berkelompok di perairan tawar yang berlumpur.
Bentuk badan Ikan Mas pada umumnya adalah agak gemuk dengan tubuh
panjang membulat pada bagian perut dan pipih di bagian ekor. Perbandingan panjang
total dengan tinggi tubuhnya berkisar 2,3:1 hingga 3,5:1. Varian Common Carp ini
dapat tumbuh lebih cepat terutama di kolam budidaya berarus sedang. Warna
dominan pada tubuhnya coklat keemasan, varian warna lain pada ikan mas adalah
kuning, merah, hitam, putih dan corak kombinasi dari warna-warna tersebut.
Mulutnya dapat dilebarkan dengan struktur bibir lunak dan mempunyai dua pasang
sungut. Bagian kepala tanpa sisik, sedangkan seluruh tubuh dipenuhi sisik agak besar.
Varian lainnya adalah:
1) Wild Carp, yang
mempunyai bentuk tubuh langsing
memanjang dengan pertumbuhan
tubuh yang lebih lambat dan cocok dibudidayakan pada kolam budidaya
berarus deras.
2) Mirror Carp, dicirikan oleh baris sisik yang hanya ada di punggung, bagian
tengah badan ikan sepanjang garis dorsal dan bagian perut.
3) Leather Carp, nyaris seluruh tubuhnya tidak bersisik.
4

4) Kumpay (slayer), yang
semua sirip di tubuhnya lebih
panjang dari varian lain.

Pembudidayaan Ikan Mas sebagai ikan konsumsi telah lama dilakukan oleh
bangsa China sejak 400 tahun SM. Ikan yang berasal dari daratan Asia ini
penyebarannya merata di daratan Asia, Eropa, sebagian Amerika Utara dan Australia.
Campur tangan manusia dalam pemijahan telah melahirkan banyak ras-ras
Ikan Mas. Ikan Mas yang di kenal sebagai Koi adalah juga Ikan Mas dengan variasi
ornamen yang sederhana. Dan para pemijah yang mahir mampu mempertahankan
indukan dari generasi ke generasi sehingga bentuk dan warna Koi turunannya tidak
kembali seperti Ikan Mas (Common Carp).
Pembudidayaan Ikan Mas di Jawa, Sumatra dan daerah lainnya di Indonesia
dilakukan di empang, kolam budidaya modern, keramba apung pada danau atau
waduk dan keramba air deras pada sungai. Untuk mempercepat pertumbuhan ikan
mas pada kolam budi daya modern adalah dengan menggunakan sistem air deras.
Berdasarkan literatur, Common Carp atau Ikan Mas dapat mencapai berat 40
kg dengan panjang badan mencapai 3 meter. Ikan ini tumbuh menjadi dewasa dan
memijah pada tahun ke tiga dan dapat hidup hingga 50 tahun. Namun di Indonesia
Ikan Mas dengan berat diatas 10 kg sudah sulit ditemukan. Di Indonesia, Ikan Mas
mempunyai nama khas sendiri berdasar bentuk, warna dan wilayah penyebarannya
5

seperti Karper, Lauk Mas, Mas Majalaya, Punten, Nyonya, Kaca, Kancra Domas,
Kumpay, Lokal, dan lain sebagainya.
Kini ikan mas menjadi salah satu spesis ikan air tawar yang paling populer
dijadikan target pancing pada tempat-tempat khusus mancing atau yang biasa disebut
kolam pemancingan.
2.2 HABITAT
kan Mas hidup di alam bebas pada sungai berarus tenang sampai sedang dan
area perairan air tawar lainnya seperti danau, waduk dan situ. Ikan ini menempati
perairan dengan kedalaman yang dangkal sampai sedang, dapat hidup dan
berkembang biak dengan baik di wilayah perairan dengan ketinggian 150-600 meter
dpl dengan suhu kisaran 25-30 C. Ikan Mas menyukai perairan hangat dengan warna
air yang agak keruh yang banyak menyediakan pakan alami. Ikan Mas adalah ikan air
tawar yang mampu hidup di air payau seperti tambak atau rawa-rawa di pesisir
maupun muara sungai dengan kadar garam 25-30%.
Tempat yang sangat ideal bagi Ikan Mas di perairan air tawar diantaranya
adalah:
1) Ceruk atau area kecil yang terdalam pada suatu dasar perairan.
2) Sungai berair tenang yang terlindungi oleh rindangmya pepohonan.
3) Pinggiran sungai yang dilengkapi obyek pelindung seperti pohon tumbang
dan batu besar.
4) Tepian danau yang dipenuhi tanaman air seperti teratai, tunjung, ganggang air
dan lain-lain.
Ikan Mas menyukai suatu tempat tertentu bukan hanya karena tersedianya
banyak pakan alami tetapi juga adanya tumbuhan air yang berguna sebagai tempat
memijah dan berlindung. Ikan Mas dapat beradaptasi dengan baik sehingga mampu
hidup menyebar di perairan air tawar di seluruh pelosok Indonesia.
6

Ketika mancing, tentunya para penggemar mancing ikan mas dapat dengan
mudah menentukan titik hotspot mancing yang baik pada kolam pancing harian,
kolam pancing lomba atau pada empang galatama.

2.3 PERKEMBANGBIAKAN
Seperti ikan-ikan lainnya, cara berkembang biak Ikan Mas adalah bertelur.
Masa pijahnya (breeding season) bisa terjadi sepanjang tahun. Tetapi di perairan
alami daerah tropis masa kawinnya adalah pada saat awal musim hujan di mana saat
itu terjadi rangsangan dari aroma tanah kering yang tergenang oleh air.
Sang Betina akan bertelur pada perairan dangkal dekat tumbuhan air yang
tembus sinar matahari, telur-telurnya menempel pada dedaunan. Pada kondisi yang
ideal dan bersuhu hangat, telur-telur tersebut akan menetas dalam 5 hingga 8 hari.
Pada kolam budidaya, telur-telur yang menempel pada media pemijahan
dipindahkan ke kolam lain agar didapat hasil yang maksimal. Hal ini dilakukan
mengingat induk betina maupun induk jantan malas menjaga telur-telur tersebut.
Setelah menetas, anak-anak ikan mas akan dibesarkan selama beberapa hingga
menjadi layak konsumsi dengan berat lebih kurang 250 gram. Untuk pancingan
biasanya adalah Ikan Mas yang telah mencapai berat 500 gram ke atas.
2.4 SISTEM PERNAFASAN IKAN
Hewan Vertebrata telah memiliki sistem sirkulasi yang fungsinya antara
lain untuk mengangk ut gas pernapasan (O2) dari tempat penangkapan gas menuju
sel-sel jaringan. Begitu pula sebaliknya, untuk mengangkut gas buangan
(CO2) dari sel sel jaringan ke tempat pengeluarannya. Mekanisme
pernapasan pada hewan Vertebrata beragam. S imaklah uraian di bawah ini agar
Anda lebih memahami mekanisme pernapasan pada hewan Vertebrata khususnya
ikan.
7

Sistem Pernapasan Ikan
Ikan bernapas menggunakan insang. Insang berbentuk lembaran- lembaran
tipis berwarna merah muda dan selalu lembap. Bagian terluar dari insa ng
berhubungan dengan air, sedang bagian dalam berhubungan erat dengan
kapilerkapiler darah. Tiap lembaran insang terdiri dari sepasang filamen dan tiap
filamen mengandung banyak lapisan tipis (lamela). Pada filamen terdapat
pembuluh darah yang memiliki ba nyak kapiler, sehingga memungkinkan O2
berdifusi masuk dan CO2 berdifusi keluar.
Pada ikan bertulang sejati (Osteichthyes) insangnya dilengkapi dengan tutup
insang (operkulum), sedangkan pada ikan bertulang rawan (Chondrichthyes)
insangnya tidak mempunyai tutup insang. Selain bernapas dengan insang, ada
pula kelompok ikan yang bernapas dengan gelembung udara (pulmosis), yaitu
ikan paru-paru (Dipnoi). Insang tidak hanya berfungsi sebagai alat
pernapasan, tetapi juga berfungsi sebagai alat ekskresi garam- garam, penyaring
makanan, alat pertukaran ion, dan osmoregulator.
a. Sistem Pernafasan Pada Ikan Bertulang Sejati
Salah satu contoh ikan bertulang sejati yaitu ikan mas. Insang ikan mas
tersimpan dalam rongga insang yang terlindung oleh tutup insang (operkulum).
Perhatikan Gambar 7.16. Insang ikan mas terdiri dari lengkung insang yang
tersusun atas tulang rawan berwarna putih, rigi- rigi insang yang berfungsi untuk
menyaring air pernapasan yang melalui insang, dan filamen atau lembaran insang.
F ilamen insang tersusun atas jaringan lunak, berbentuk sisir dan berwarna merah
muda karena mempunyai banyak pembuluh kapiler darah dan merupakan cabang
dari arteri insang. Di tempat inilah pertukaran gas CO2 dan O2 berlangsung.
8


Gas O2 diambil dari gas O2 yang larut dalam air melalui insang secara difusi.
Dari insang, O2 diangkut darah melalui pembuluh darah ke seluruh jaringan tubuh.
Dari jaringan tubuh, gas CO2 diangkut darah menuju jantung. Dari jantung
menuju insang untuk melakukan pertukaran gas. Proses ini terjadi secara terus-
menerus dan berulang- ulang.
Mekanisme pernapasan ikan bertulang sejati dilakukan melalui mekanisme
inspirasi dan ekspirasi. Perhatikan Gambar 7.17.



A) Fase Inspirasi Ikan
Gerakan tutup insang ke samping dan selaput tutup insang tetap menempel
pada tubuh mengakibatkan ro ngga mulut bertambah besar, sebaliknya celah
belakang insang tertutup. Akibatnya, tekanan udara dalam rongga mulut lebih
kecil daripada tekanan udara luar. Celah mulut membuka sehingga terjadi
aliran air ke dalam rongga mulut. Perhatikan gambar di samping.

B) Fase Ekspirasi Ikan
Setelah air masuk ke dalam rongga mulut, celah mulut menutup. Insang
kembali ke kedudukan semula diikuti membukanya celah insang. Air dalam mulut
mengalir melalui celah-celah insang dan menyentuh lembaran- lembaran insang.
Pada tempat ini terjadi pertukaran udara pernapasan. Darah melepaskan CO2 ke
dalam air dan mengikat O2 dari air.
Pada fase inspirasi, O2 dan air masuk ke dalam insang, kemudian O2
diikat oleh kapiler darah untuk dibawa ke jaringan-jaringan yang membutuhkan.
Sebaliknya pada fase ekspirasi, CO2 yang dibawa oleh darah dari jaringan akan
bermuara ke insang, dan dari insang diekskresikan keluar tubuh.
2.5 Kebiasaan Makan
Setiap hewan memiliki tingkah laku (behavior) yang berbeda-beda. Pada ikan,
khususnya Ikan Mas, selain mengenal spesis, perkembangbiakan dan habitat maka
kebiasaan makan (feeding habit) juga penting untuk diketahui, karena pengetahuan
ini akan menjadi petunjuk bagi pemancing dalam menentukan umpan, mengetahui
waktu makan, selera makan dan sebagainya.
Ikan Mas masuk golongan omnivora dan sangat rakus. Ia gemar mengaduk-
aduk dasar perairan untuk mencari makan. Makanan alaminya meliputi tumbuhan air,
lumut, cacing, keong, udang, kerang, larva serangga dan organisma lainnya yang ada
di perairan baik yang terdapat pada dasar perairan, pertengahan maupun permukaan
air.
Sedangkan pakan buatan diperkenalkan oleh manusia pada Ikan Mas di kolam
budidaya, kolam pancing dan pada tempat-tempat dimana manusia membuang sisa
makanan. Pakan buatan (umpan) dibuat manusia dengan cara meniru aroma atau
bentuk dari pakan alami.

Cara makan ikan ini cukup unik yakni dengan membuka mulutnya lebar-lebar
dan kemudian menyedot makanannya seperti alat penghisap. Jadi umpan berstruktur
lembut dengan bentuk partikel kecil sangat cocok untuk Ikan Mas. Dalam kondisi
nafsu makan yang tinggi, apapun yang dianggapnya makanan akan dihisap kemudian
dicicipi dan yang bukan makanan akan dibuang dengan cara disemburkan. Tentunya
pola makan ini merupakan petunjuk berharga bagi pemancing ikan mas, karena
sangat membantu dalam pendeteksian sambaran menggunakan pelampung dan
membantu dalam menentukan titik lontaran.
Secara insting, Ikan Mas membutuhkan asupan makanan tambahan yang
diperlukan tubuh untuk tumbuh dan berkembangbiak. Jadi selain rasa lapar,
pemenuhan kebutuhan gizi dan protein juga akan merangsang nafsu makan Ikan Mas.
Dan dipercaya bahwa makanan dengan kandungan protein tinggi memiliki aroma
wangi yang khas. Sehingga umpan yang dibuat dari bahan campuran keju, susu, telur,
mentega akan sangat cocok digunakan sebagai bahan umpan tambahan.
Ikan Mas cenderung galak mencari makan di pagi hari saat sinar matahari
menghangati perairan dan menjelang sore hari. Jadi saat-saat tersebut juga dapat
menjadi acuan kapan Ikan Mas mencari makan. Sedangkan beberapa faktor yang
mempengaruhi pola makan Ikan Mas adalah kandungan oksigen pada air, tingkat
keasaman, tingkat kejernihan air dan kondisi kesehatan ikan itu sendiri.
2.6 SUHU
Suhu merupakan ukuran derajat panas atau dinginnya suatu benda. Alat yang
digunakan untuk mengukur suhu adalah termometer.



BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum F isiologi Hewan Air dengan judul Pengaruh Perubahan S uhu terhadap
Laju Gerakan Membuka dan Menutupnya Operculum Ikan Mas dilakukan pada :
Waktu : Kamis, 09 Oktober 2014
Tempat : Laboratorium Akuakultur Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Padjadjaran
3.2 Alat dan Bahan
Di dalam pelaksanaan praktikum ini digunakan alat-alat dan bahan berikut ini:
Alat
1. Beaker glass, sebagai tempat untuk pengamatan ikan mas

2. Hand counter, sebagai alat untuk menghitung membuka dan menutupnya
operculum ikan mas



3. Stopwatch, sebagai alat untuk mengukur waktu pengamatan
4. Termometer, sebagai alat untuk mengukur suhu air dalam pengamatan
5. 2 toples/wadah sebagai tempat hidup ikan mas sebelum dan sesudah Pengamatan.
Bahan
1. Air bersih,digunakan sebagai media hidup ikan mas
2. Air panas, digunakan untuk menaikkan suhu air dalam pengamatan
3. Es batu, digunakan untuk menurunkan suhu air dalam pengamatan
4. 3 ekor benih ikan mas, sebagai objek percobaan dalam pengmatan






3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Prosedur Kerja untuk S uhu Panas
Dalam percobaan ini langkah- langkah ya ng harus diperhatikan antara lain :
1.Siapkan sebuah beaker glass 1000 ml sebagai wadah perlakuan dan dua buah
toples/wadah plastik sebagai tempat ikan yang belum dan yang sudah diamati.
2.Ambil sebanyak 3 ekor benih ikan mas dari akuarium stok, lalu masukkan ke
dalam salah satu toples/ wadah plastik yang telah diberi media air.
3.Isi beaker glass dengan air secukupnya ( volumenya ), lalu ukur
suhunya dengan termometer dan catat hasilnya.
4. Pengamatan akan dilakukan dengan tiga perlakuan yaitu :
a. T1 = untuk suhu kamar (. 0,5 C)
b. T2 = untuk suhu 3 C di atas suhu kamar
5. Masukan satu persatu ikan uji ke dalam beaker glass yang sudah diketahui
suhunya (perlakuan a) kemudian hitung banyaknya membuka & menutup
operculum ik an tersebut selama satu menit dengan menggunakan hand counter dan
stop watch sebagai penunjuk waktu dan diulang sebanyak tiga kali untuk masing
masing ikan. Data yang diperoleh dicatat pada kertas lembar kerja yang telah tersedia.
6. Setelah selesai dengan ikan uji pertama dilanjutkan dengan ikan uji berikutnya
sampai ke tiga ikan tersebut teramati. Ikan yang telah diamati dimasukkan ke dalam
wadah plastik lain yang telah disediakan
7. Setelah selesai dengan perlakuan a, dilanjutkan dengan perlakuan b dengan men
gatur suhu air pada beaker glass agar sesuai dengan suhu yang diinginkan
dengan cara menambah air panas dari water bath sedikit demi sedikit.

Usahakan pada saat pengamatan berlangsung suhu air turun pada kisaran toleransi
0,5 C.
8. Data hasil pengamatan ditabulasi seperti tabel di hasil pengamatan
3.3.1 Prosedur Kerja untuk S uhu Dingin
Dalam percobaan ini langkah- langkah ya ng harus diperhatikan antara lain :
1.Siapkan sebuah beaker glass 1000 ml sebagai wadah perlakuan dan dua buah
toples/wadah plastik sebagai tempat ikan yang belum dan yang sudah diamati.
2.Ambil sebanyak 3 ekor benih ikan mas dari akuarium stok, lalu masukkan ke
dalam salah satu toples/ wadah plastik yang telah diberi media air.
3.Isi beaker glass dengan air secukupnya ( volumenya ), lalu ukur
suhunya dengan termometer dan catat hasilnya.
4. Pengamatan akan dilakukan dengan tiga perlakuan yaitu :
a. T1 = untuk suhu kamar (. 0,5 C)
b. T2 = untuk suhu 3 C di bawah suhu kamar
5. Masukan satu persatu ikan uji ke dalam beaker glass yang sudah diketahui
suhunya (perlakuan a) kemudian hitung banyaknya membuka & menutup
operculum ik an tersebut selama satu menit dengan menggunakan hand counter dan
stop watch sebagai penunjuk waktu dan diulang sebanyak tiga kali untuk masing
masing ikan. Data yang diperoleh dicatat pada kertas lembar kerja yang telah tersedia.
6. Setelah selesai dengan ikan uji pertama dilanjutkan dengan ikan uji berikutnya
sampai ke tiga ikan tersebut teramati. Ikan yang telah diamati dimasukkan ke dalam
wadah plastik lain yang telah disediakan

7. Setelah selesai dengan perlakuan a, dilanjutkan dengan perlakuan b dengan men
gatur suhu air pada beaker glass agar sesuai dengan suhu yang diinginkan
dengan cara menambah es batu sedikit demi sedikit. Usahakan pada saat
pengamatan berlangsung suhu air turun pada kisaran toleransi 0,5 C.
8. Data hasil pengamatan ditabulasi seperti tabel di hasil pengamatan


















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL PENGAMATAN

4.1.1 TABEL HASIL PENGAMATAN KELOMPOK

Tabel 1: Banyaknya bukaan operculum ikan mas pada suhu kamar (t = 25 C)
Ikan
Ulangan
Rata Rata
I II III
1 112 132 154 133
2 103 124 108 112
3 130 134 132 132
Rata-rata keseluruhan = 126

Tabel 2: Banyaknya bukaan operculum ikan mas pada suhu kamar + 3
o
C (t = 28 C)
Ikan
Ulangan
Rata rata
I II III
1 239 238 221 233
2 130 167 174 157
3 177 207 192 192
Rata-rata keseluruhan = 194







Tabel 3: Banyaknya bukaan operculum ikan mas pada suhu kamar - 3
o
C (t = 22C)
Ikan
Ulangan
Rata rata
I II III
1 124 127 131 128
2 97 95 99 97
3 134 117 119 123
Rata-rata keseluruhan = 116

4.1.2 TABEL HASIL PENGAMATAN DATA 1 KELAS
KELOMPOK SUHU
IKAN KE
1 2 3
1
25 C 156 118 139,7
28 C 180 158 172,7
22 C 123,3 115 125
2
23 C 136 126 137
26 C 181 160 170
22 C 115 113 117
3
25 C 123,33 126 126,67
28 C 156,33 158,67 152,67
22 C 176,33 167 161,67
4
25 C 165 155 166
28 C 203 210 217
22 C 128 128 125
5
24 C 141,6 155,3 155,6
27 C 266,3 288,6 276,6
21 C 91,3 115,3 109,3
6
25 C 131,33 137,67 123,67
28 C 153,67 166,33 166,67
21 C 106,33 116,67 115,33
7
25 C 124 164 145
28 C 140 203 185
22 C 62 122 103

8
25 C 149 175 175
28 C 214 207 210
22 C 111 103 122
9
25 C 111 134,33 144,67
22 C 142 128,67 375
28 C 172,33 131,33 161
10
26 C 120 124 159
29 C 156 172 176
23 C 115 125 148
11
25 C 133 112 132
28 C 233 157 192
22 C 127 97 123
12
27 C 172 193 176
30 C 235 241 236
23 C 169 120 185
13
27 C 189 195 199
30 C 225 244 226
23 C 212 225 211
14
27 C 141 151 160
30 C 205 217 210
21 C 116 121 133
15
26 C 217 219 216
29 C 168 194 187
23 C 162 167 170
16 26 C 163 160 149
29 C 187 186 185
23 C 137 160 132
17 26 C 199 189 193
29 C 184 204 229
23 C 135 151 147
18 26 C 196 177 240
29 C 249 203 253
23 C 140 141 184
19 26 C 163 142 152
23 C 134 100 112
29 C 192 156 160
20 27 C 139 113 138
24 C 78 55 80

30 C 159 161 179
21 23 C 137 177 140
26 C 166 189 169
20 C 137 143 123
22 27 C 131 140 139
30 C 184 172 188
24 C 102 104 112
23 25 C 160 129 130
17 C 62 60 39
30 C 201 186 175
24 27 C 133 113 131
24 C 113 105 99
30 C 145 131 140
25 25 C 189 93 118
28 C 196 121 137
22 C 142 92 94
26
26 C 136 121 159
29 C 153 196 180
23 C 125 113 132


4.2 PEMBAHASAN
4.2.1 PEMBAHASAN DATA KELOMPOK

1. Pengaruh Perubahan Suhu Panas Terhadap Membuka / Menutup Operculum Benih
Ikan Mas

a. Pada suhu kamar 25

Pada percobaan pertama berdasarkan hasil penelitian yang kami dapatkan
pada suhu kamar bukaan operculum sangat bervariasi antara ikan 1-3, ada yang
bukaan operculumnya semakin banyak dari menit ke menit, ada pula yang bukaan
operculumnya semakin sedikit dari menit ke menitnya. Menurut kami itu mungkin

dikarenakan perbedaan ukuran, umur, serta keadaan ikan tersebut pada saat diambil
apakah dalam keadaan rilex atau mungkin stress, bisa juga dikarenakan ikan
beradaptasi dengan lingkungannya (media air yang baru) sehingga menyebabkan
bukaan operculumnya tidak stabil.
b. Pada suhu 28 C

Pada percobaan kedua pada saat suhu dinaikan, ternyata bukaan operculum
dari ikan ke 1-3 mengalami kenaikan yang signifikan. Sebagai contoh pada ikan
pertama dengan suhu kamar saat menit pertama bukaan operculum sebanyak 132,67
kali, setelah suhunya dinaikan 3C bukaan operculum ikan tersebut naik menjadi
232,67 kali. Hasil pengamatan praktikum pertama menunjukan bahwa makin suhu
meningkat maka gerakan membuka menutupnya overculumpun semakin meningkat.
Hal ini dikarenakan adaptasi dengan suhu tinggi, ukuran ikan, umur ikan, dan
tingkat stres yang dialami ikan ujicoba. Adaptasi dengan suhu tinggi dilakukan
dengan cara mempercepat lajur respirasinya.
Sementara itu ukuran dan umur ikan mempengaruhi kerja organ
pernapasannya. Bila ukuran ikan lebih besar maka akan gerakan membuka dan
menutupnya operculum akan lebih besar dibandingkan dengan ukuran ikan yang
lebih kecil. Sementara itu umur ikan yang lebih tua gerakan membuka dan
menutupnya operculum akan lebih lambat dibandingkan yang lebih muda.
Selain itu bisa saja karena suhu panas maka metabolisme meningkat, karena
pada saat suhu naik oksigen berkurang, mengakibatkan bukaan operculum ikan
menjadi lebih sering. Itu artinya ikan tersebut lebih sering mengambil oksigen, karena
saat suhu naik ikan tersebut kekurangan oksigen. Dan pada saat bukaan
operculumnya semakin berkurang dari menit ke menitnya itu artinya suhu tubuh ikan
tersebut sudah menyesuaikan dengan suhu lingkungan sekitarnya.




2. Pengaruh Perubahan Suhu Dingin Terhadap Membuka / Menutup Operculum
Benih Ikan Mas

a. Pada suhu kamar 25C

Pada percobaan pertama berdasarkan hasil penelitian yang kami dapatkan
pada suhu kamar bukaan operculum sangat bervariasi antara ikan 1-3, ada yang
bukaan operculumnya semakin banyak dari menit ke menit, ada pula yang bukaan
operculumnya semakin sedikit dari menit ke menitnya. Menurut kami itu mungkin
dikarenakan perbedaan ukuran, umur, serta keadaan ikan tersebut pada saat diambil
apakah dalam keadaan rilex atau mungkin stress, bisa juga dikarenakan ikan
beradaptasi dengan lingkungannya (media air yang baru) sehingga menyebabkan
bukaan operculumnya tidak stabil.

b. Pada suhu 22 C

Pada percobaan kedua pada saat suhu diturunkan, ternyata bukaan operculum
dari ikan ke 1-3 mengalami penurunan yang signifikan. Sebagai contoh pada ikan
pertama dengan suhu kamar saat menit pertama bukaan operculum sebanyak 132,67
kali, setelah suhunya diturunkan 3C bukaan operculum ikan tersebut turun menjadi
127,33 kali. Hal ini menunjukkan jika suhu turun maka bukaan operculum lebih
jarang/lebih sedikit atau dengan kata lain ikan lebih relexs dengan suhu yang lebih
rendah karena ikan tersebut tidak terlalu kekurangan oksigen, serta metabolismenya
pun stabil. Karena jika suhunya turun maka kadar kelarutan oksigennya tinggi. Dan
pada saat bukaan operculumnya semakin berkurang dari menit ke menitnya itu
artinya suhu tubuh ikan tersebut sudah menyesuaikan dengan suhu lingkungan
sekitarnya.



4.2.2 PEMBAHASAN DATA KELAS
Dari data kelas tersebut dapat dilihat bahwa pada suhu yang lebih tinggi dari
suhu kamar membuka dan menutupnya operculum semakin cepat, karena jika
suhunya tinggi maka kelarutan oksigennya rendah. Oleh karena ikan harus memenuhi
kebutuhan oksigennya, maka dia lebih banyak mengambil oksigen terlarut tersebut,
sehingga membuka dan menutupnya operculum semakin cepat. Sedangkan jika
suhunya turun maka membuka dan menutupnya operculum semakin lambat, hal
tersebut dikarenakan jika suhu rendah maka kelarutan oksigennya tinggi.
Namun ada pula beberapa kelompok, seperti pada kelompok 3,9 dan
kelompok 13 yang pada suhu dingin membuka dan menutupnya operculum semakin
cepat dari suhu kamar. Hal tersebut mungkin diakrenakan ikan tersebut stress atau
kesalahan dalam penghitungan. Karena seharusnya jika suhunya rendah kelarutan
oksigennya tinggi sehingga membuka menutupnya operculum seharusnya lebih
lambat/sedikit dari suhu kamar.












BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Dari praktikum diatas tersebut dapat kami simpulkan bahwa perubahan suhu
lingkungan pada ikan itu sangat mempengaruhi laju konsumsi oksigen pada ikan
tersebut, dalam suhu kamar kebutuhan oksigen lebih optimal sehingga gerakan
membuka serta menutupnya operculum stabil. Kenaikan suhu pada suatu peraiaran
menyebabkan kelarutan oksigen (DO) Dissolve Oksigen tersebut akan menurun,
sehingga akan kebutuhan organisme air terhadap oksigen semakin bertambah dengan
pergerakan operculum yang semakin cepat, penurunan suhu pada suatu perairan dapat
menyebabkan kelarutan oksigen itu meningkat sehingga kebutuhan organisme dalam
air terhadap oksigen semakin berkurang, hal ini menyebabkan jarangnya frekuensi
membuka serta menutupnya overculum pada ikan tersebut. Bentuk tubuh ikan,umur
serta keaktifan ikan tersebut juga sangat mempengaruhi membuka dan menutupnya
operculum ikan.

5.2 SARAN
Saran dari kelompok kami adalah hati-hati dalam menggunakan peralatan,
menuangkan air panas ke dalam beaker glass, dan lebih teliti serta cermat dalam
melakukan praktikum, agar hasil yang didapatkan sesuai dengan teori yang ada.









DAFTAR PUSTAKA
mancing, info (2012). Mengenal Ikan Mas .
http://www.mancing.info/index.php/mengenal-ikan-mas. (diakses 14 oktober 2014)
Lili, W., Rustikawati, I., Ibnu, D.W., Herawati, T & Haetami, K.(2013). Petunjuk
Praktikum Fisiologi Hewan Air, Bandung.

Aliza,Dwinna,dkk. Efek Peningkatan Suhu Air Terhadap Perubahan Perilaku,
Patalogi Anatomi, Dan Histopatology Insang Ikan Nila ( Oreochromis Niloticus).
Jurnal Medika Veterinaria. 2013

Sulmartini,Lakssmi,dkk. Respon Daya Cerna Dan Respirasi Benih Ikan Mas (
Cyprinus Carpio) Pasca Transportasi Dengan Menggunakan Daun Bandotan
(Ageratum Conyzoides) Sebagai Bahan Antimetabolik. Jurnal Ilmiah Perikanan &
Ilmu Kelautan vol.1 no.1. 2009

Anda mungkin juga menyukai