Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Potensi sumberdaya perikanan di Indonesia yang cukup besar,
merupakan salah satu aset nasional yang harus dikelola dengan baik.
Budidaya perikanan tidak hanya identik dengan kondisi lingkungan yang
banyak air banyak seperti  danau, pantai, sungai dan tempat yang
memiliki suplai air melimpah. Dengan kemajuan teknologi, budidaya ikan
dapat dilakukan dimana saja cukup ketersediaan air yang mendukung
kebutuhan perikanan dan tempat  pemeliharaan seperti kolam akuarium, bak
dan bahan-bahan bekas bisa digunakan sebagai media pemeliharaan yang
baik jika di dukung dengan kondisi air yang selalu terjaga kebersihan dan
kebutuhan agar  ikan bisa tumbuh dan berkembang dengan baik. Salah satu
jenis ikan yaitu ikan nila adalah jenis ikan yang  bisa dibudidayakan di
tempat-tempat seperti itu. SMK Negeri 2 Bengkulu Tengah sebagai lembaga
pendidikan yang bertujuan menciptakan tenaga teknis menengah perikanan
yang profesional, kreatif, inovatif dan berwawasan global, memberikan
kesempatan seluas-luasnya kepada seluruh siswa-siswi untuk memperdalam
pengetahuan melalui kegiatan belajar di kelas dan memberikan kegiatan
magang  atau Praktik Kerja Industri (PRAKERIN) yang dilakukan di luar
sekolah. Dalam hal ini penulis diberi kesempatan untuk melakukan
kegiatan PRAKERIN di UPTD BBI Dusun Baru tentang Teknik Pemijahan
Ikan Nila Secara Alami yang sekaligus menjadi judul dalam pembuatan
Laporan Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) Penulis.

1.2. Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang dapat disampaikan dalam pembuatan
laporan PRAKERIN ini difokuskan kepada:
a. Persiapan kolam untuk pemijahan kolam nila secara alami
b. Perawatan dalam pemijahan ikan nila secara alami.
c. Pemanenan benih ikan nila secara alami.
1.3. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dapat disampaikan dalam pembuatan
laporan PRAKERIN ini difokuskan kepada:
d. Persiapan kolam untuk pemijahan kolam nila secara alami
e. Perawatan dalam pemijahan ikan nila secara alami.
f. Pemanenan benih ikan nila secara alami.

1.4. Waktu dan Tempat PRAKERIN


Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) dilaksanakan pada tanggal
17 Januari 2019 sampai dengan 15 April 2019, bertempat di UPTD Balai
Benih Ikan Dusun Baru Dinas Perikanan Kabupaten Rejang Lebong yang
terletak di Desa Sukamarga Kecamatan Curup Selatan Kabupaten Rejang
Lebong.
BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI DAN LANDASAN TEORI

2.1. Gambaran Umum UPTD BBI Dusun Baru


2.1.1. Sejarah Singkat UPTD BBI Dusun Baru
Balai Benih Ikan Dusun Baru berdiri pada tahun 1971
dibangun oleh Dinas Perikanan Provinsi Bengkulu. Pada waktu itu
lokasi bernama Dusun Baru, seiring dengan waktu berjalan Balai
Benih Ikan Dusun Baru sekarang berada di Desa Sukamarga
Kecamatan Curup Selatan karena pemekaran wilayah desa dan
kecamatan. Pada tahun 1996 Balai Benih Ikan Dusun Baru beralih
kepemilikan dari Dinas Perikanan Provinsi Bengkulu menjadi milik
Dinas Perikanan Kabupaten Rejang Lebong. Pada waktu itu serah
terima antara kepala dinas dan pemerintah daerah. Pada tahun 2014
Balai Benih Ikan Dusun Baru menjadi Unit Pelaksana Teknis (UPT)
digabung dengan Balai Benih Ikan Rimbo Recap yang sekarang
bernama Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai Benih Ikan Dusun Baru
dan Balai Benih Ikan Rimbo Recap (UPTD BBI Dusun Baru dan
BBI Rimbo Recap) yang dipimpin satu orang kepala UPTD.

2.1.2. Letak Geografi dan Topografi


Luas areal UPTD BBI Dusun Baru 1,2 Ha terdiri dari 10
kolam besar, 2 kolam induk, 3 kolam pemijahan, mempunyai 2
rumah penjagaan, 1 kantor, 1 gedung hacchry dan perlengkapan lain
seperti mesin traktor 1 buah, mesin rumput 1 buah, blower, jaring
hapa, bak fiber. Curah hujan berkisar antara 300-400, suhu antara
23o hingga 32o, DO 3 ppm, kecerahan antara 40 cm, warna pada air
bening kehijauan, jarak antara UPTD BBI Dusun Baru ke Pusat Kota
dan Provinsi lebih kurang 85 km, jarak antara UPTD BBI Dusun
Baru ke Pusat Kecamatan lebih kurang 2 km. Batas wilayah UPTD
BBI Dusun Baru ini utara berbatasan dengan Desa Rimbo Recap,
timur berbatasan dengan Kelurahan Tempel Rejo, Selatan berbatasan
dengan Desa Suka Marga dan Barat berbatasan dengan Desa Lubuk
Ubar.
2.1.3. Struktur Organisasi UPTD BBI Dusun Baru

2.1.4. Visi dan Misi UPTD BBI Dusun Baru


a. Visi
1. Pelestarian sumber daya perikanan
2. Pengembangan dan penyebaran ikan di Kabupaten.
3. Mempunyai daya saing di pasar global
b. Misi
1. Peningkatan kualitas benih yang unggul
2. Menciptakan benih yang berkualitas

2.2. Landasan Teori


2.2.1. Klasifikasi dan Morfologi
Klasifikasi Ikan Nila menurut Pauji (2007) adalah sebagai
berikut :
Philum : Chordata
Subphilum : Vertebrata
Kelas : Osteichthyes
Subkelas : Achantopterigii
Ordo : Perciformes
SubOrdo : Percoidei
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromisniloticus.
Awalnya, ikan nila dimasukkan ke dalam jenis Tilapia
nilotica atau ikan dari golongan tilapia yang tidak mengerami telur
dan larva didalam mulut induknya. Dalam perkembangannya, para
pakar perikanan menggolongkan ikan nila kedalam jenis
sarotherdonniloticus atau kelompok ikan tilapia yang mengerami
telur dan larvanya didalam mulut jantan dan betinanya.
Para pakar perikanan kemudian memutuskan bahwa nama
ilmiah yang tepat untuk ikan nila adalah Oreochromis niloticus atau
Oreochromis sp. Nama Nilotika menunjukkan tempat ikan ini
berasal, yakni sungai Nil di Benua Afrika. Berdasarkan
morfologinya, kelompok ikan Oreochromis ini memang berbeda
dengan kelompok tilapia. Secara umum, bentuk tubuh Ikan Nila
panjang tepinya berwarna putih. Gurat sisi (Linea literalis) terputus
dibagian tengah badan kemudian berlanjut, tetapi letaknya lebih
kebawah daripada letak garis yang memanjang di atas sirip dada.
Jumlah sisik pada gurat sisi jumlahnya 34 buah. Sirip punggung
berwarna hitam dan sirip dadanya juga tampak hitam. Bagian pinggir
sirip dadanya juga tampak hitam. Bagian pinggir sirip punggung
berwarna abu-abu atau hitam (Khairuman dan Khairul, 2003).

2.2.2. Daur Hidup dan Perkembangbiakan


Secara alami, Ikan Nila bisa memijah sepanjang tahun di
daerah tropis,. Frekuensi pemijahan yang terbanyak terjadi pada
musim hujan. Di alamnya, ikan nila bisa memijah 6-7 kali dalam
setahun. Berarti, rata-rata setiap dua bulan sekali, Ikan Nila akan
berkembang biak. Ikan ini mencapai stadium dewasa pada umur 4-5
bulan dengan bobot sekitar 250 gram (Arie, 2000).
2.2.3. Makan dan Kebiasaan Makan
Nila tergolong ikan pemakan segala atau omnivora sehingga
bisa mengomsumsi makanan berupa hewan maupun tumbuhan.
Karena itulah, ikan ini sangat mudah dibudidayakan. Ketika masih
benih, makanan yang disukai Ikan Nila adalah zooplankton (plankton
hewani), seperti Rotifera sp., Moina sp., Daphnia sp. Selain itu juga
memangsa alga atau lumut yang menempel pada benda-benda
dihabitat hidupnya. Ikan nila juga memakan tanaman air yang
tumbuh di kolam budidaya. Jika telah mencapai ukuran dewasa, ikan
nila bisa diberi berbagai makanan tambahan, misalnya Pellet (Arie,
2000).

2.2.4. Habitat dan Kebiasaan Hidup Ikan Nila


Ikan nila merupakan ikan konsumsi yang umum hidup di
perairan tawar, terkadang ikan nila juga ditemukan hidup di perairan
yang agak asin (payau). Ikan nila dikenal sebagai ikan yang bersifat
euryhaline (dapat hidup pada kisaran salinitas yang lebar). Ikan nila
mendiami berbagai habitat air tawar, termasuk saluran air yang
dangkal, kolam, sungai dan danau. Ikan nila dapat menjadi masalah
sebagai spesies invasif pada habitat perairan hangat, tetapi
sebaliknya pada daerah beriklim sedang karena ketidakmampuan
ikan nila untuk bertahan hidup di perairan dingin, yang umumnya
bersuhu di bawah 21 ° C (Harrysu, 2012). Menurut Mudjiman
(2001), Ikan Nila (oreochormis niloticus) adalah termasuk campuran
ikan pemakan campuran(omnivora).
Ikan nila mempunyai kemampuan tumbuh secara normal
pada kisaran suhu 14-38°C dengan suhu optimum bagi pertumbuhan
dan perkembangannya yaitu 25-30°C. Pada suhu 14°C atau pada
suhu tinggi 38°C pertumbuhan ikan nila akan terganggu. Pada suhu
6°C atau 42°C ikan nila akan mengalami kematian. Kandungan
oksigen yang baik bagi 4 pertumbuhan ikan nila minimal 4mg/L,
kandungan karbondioksida kurang dari 5mg/L dengan derajat
keasaman (pH) berkisar 5-9 (Amri, 2003). Menurut Santoso (1996),
pH optimum bagi pertumbuhan nila yaitu antara 7-8 dan warna di
sekujur tubuh ikan dipengaruhi lingkungan hidupnya. Bila
dibudidayakan di jaring terapung (perairan dalam) warna ikan lebih
hitam atau gelap dibandingkan dengan ikan yang dibudidayakan di
kolam (perairan dangkal).
Pada perairan alam dan dalam sistem pemeliharaan ikan,
konsentrasi karbondioksida diperlukan untuk proses fotosintesis oleh
tanaman air. Nilai CO2 ditentukan antara lain oleh pH dan suhu.
Jumlah CO2 di dalam perairan yang bertambah akan menekan
aktivitas pernapasan ikan dan menghambat pengikatan oksigen oleh
hemoglobin sehingga dapat membuat ikan menjadi stress.
Kandungan CO2 dalam air untuk kegiatan pembesaran nila
sebaiknya kurang dari 15 mg/liter (Sucipto dan Prihartono, 2005).
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Klasifikasi Ikan Nila


Ikan nila merupakan jenis ikan air tawar yang mempunyai nilai
konsumsi cukup tinggi. Bentuk tubuh memanjang dan pipih ke samping dan
warna putih kehitaman atau kemerahan. Ikan nila berasal dari Sungai Nil
dan danau-danau sekitarnya. Sekarang ikan ini telah tersebar ke negara-
negara di lima benua yang beriklim tropis dan subtropis. Di wilayah yang
beriklim dingin, ikan nila tidak dapat hidup baik. Ikan nila disukai oleh
berbagai bangsa karena dagingnya enak dan tebal seperti daging ikan kakap
merah. Terdapat tiga jenis ikan nila yang dikenal, yaitu nila biasa, nila
merah (nirah) dan nila albino. Menurut Saanin (1984), ikan nila
(Oreochromis niloticus) mempunyai klasifikasi sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Osteichtyes
Subkelas : Acanthopterygii
Ordo : Percomorphi
Subordo : Percoidea
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus

3.2. Persiapan Kolam


Persiapan kolam yang dilakukan untuk pembenihan ikan nila yaitu:
a. Mengeringkan dasar kolam
b. Mengolah dasar kolam
c. Meneplak pematang kolam dan mengurangi hama
d. Mengisi air
e. Memumpuk dasar kolam
f. Mengisi air untuk budidaya
Kolam yang disiapkan dalam pembenihan nila yaitu:
a. Kolam pemijahan
Kolam pemijahan berukuran 40 x 12 cm, tinggi 70 cm dan luas
480 cm2. Kolam disiapkan sebelum induk ditangkap dari kolam
pemeliharaan induk kolam dikeringkan hingga air habis, kemudian
diolah hingga tanah dasar kolam merata. Pematang di teplok supaya
pematang yang bcoro dapat tertutup dan air diisi setinggi ± 30 cm.
b. Kolam pendederan
Kolam pendederan berukuran ± 20 x 24 cm dengan luas 480 cm 2.
Kolam disiapkan sebelum larva di panen dari kolam pemijahan. Kolam
dikeringkan dioleh meneplok diisi air hingga ketinggian ± 20 cm,
kemudian kolam dipupuk menggunakan pupuk urea dan TSP dengan
dosis 25 g/m2 atau 15 g/m2 urea dan 10 g/m2 TSP. Jadi pupuk yang
dipakai 480 x 25 gr/m2 = 12.000 g/12 kg. 7,2 kg urea dan 4,8 kg TSP.
Setelah air ditambah 5-10 cm. Ikan siap di dederkan. Sedangkan kolam
pendederan II berukuran 40 x 12 m dengan luas 480 m2 persiapan kolam
pendederan 2 asma dengan persiapan kolam pendederan I. Perbedaannya
yaitu kolam ini tidak dipupuk.

3.2. Seleksi induk


Induk yang mempunyai kualitas baik yaitu memiliki tanda-tanda
antara lain badan sehat, bentuk badan normal, sisik besar dan tersusun rapi,
kepala relatif kecil dibandingkan dengan badannya, warna tubuh mengkilap,
gerakan lincah, serta mempunyai respon yang baik terhadap lingkungan.
Sebelum dipijahkan, induk jantan dan betina yang sudah diseleksi harus
dipelihara secara terpisah, tujuannya adalah agar pematangan gonad optimal
dan tidak terjadi pemijahan liar. Untuk pematangan gonad, induk ikan nila
nirwana harus diberikan pakan yang berkualitas tinggi dan dalam jumlah
yang cukup. Pakan yang diberikan yaitu pakan buatan dengan dosis 3-5%
dari bobot total induk. Frekuensi pemberian pakan dilakukan 2 kali sehari
yaitu pada jam 08.00 dan 15.30 dengan cara pemberian pakan ditebar.
Dalam penyeleksian induk ang siap dipijahkan berjumlah 350 ekor. 200
ekor betina dan 150 ekor jantan dengan bobot rata rata jantan 300 gram dan
betina 200 gram. Kemudian di tebar di kolam pemijahan

3.3. Pemijahan Benih


Pemijahan induk ikan nila dilakukan dengan luas kolam 300 m²,
ditebar ikan 1 paket sebanyak 400 ekor dengan padat tebar 4 ekor/m².
pemijahan ini dilakukan secara massal. Uraian tingkah laku pemijahan
massal di kolam pemijahan:
a. Setelah penebaran awal, biasanya induk akan menyesuaikan diri dengan
lingkungan sekitar 3-4 hari.
b. Induk jantan akan membuat teritorial (sarang) pada dasar kolam tanah
dengan diameter 20-30 cm dengan kedalaman 5-8 cm yang digali
dengan mulutnya.
c. Induk jantan akan menarik perhatian induk betina yang melintas didekat
sarangnya dan mengajak induk betina untuk masuk ke sarang.
d. Induk betina akan mengeluarkan telur pada sarang yang dibuat induk
jantan, kemudian induk jantan menyusul dengan mengeluarkan sperma
dan terjadilah pembuahan.
e. Induk betina akan kembali membawa telur yang telah dibuahi dan
menyimpannya dalam mulut kemudian meninggalkan sarang. Setelah
itu induk jantan akan menarik perhatian lagi induk betina lainnya yang
sudah matang gonad.
f. Telur yang telah dibuahi kemudian dierami dalam mulut induk betina
selama 3-5 hari sebelum menetas. Telur akan menetas selama 48 jam.
Setelah menetas larva akan berada disekitar induk betina dan berada
dalam pengawasan induknya selama 5-7 hari. Larva akan masuk
kedalam mulut induk bila keadaan berbahaya.
g. Setelah induk betina melepaskan larvanya, induk akan kembali
memijah sekitar 1 minggu sampai 1 bulan setelah berhenti menjaga
larvanya.
3.4. Perawatan
a. Perawatan Larva
Telur yang sudah menetas akan menjadi larva, pada perawatan
larva ini harus dilakukan pengontrolan dengan baik, hal ini dikarenakan
larva ikan sangat rentan terhadap perubahan kualitas air, jika ini terjadi
langkah yang harus dilakukan adalah pemasangan kincir atau blower
agar oksigen dapat masuk kedalam kolam dan karbon dioksida
berkurang dan tidak terjadi persaingan oksigen (Ongkeng, 2012).
Selama masa pemeliharaan larva, pakan merupakan salah satu
unsur yang sangat penting dalam pemeliharaan larva ikan nila karena
dapat mempengaruhi pertumbuhan larva Ikan Nila. Benih berumur
sehari belum perlu diberi makanan tambahan dari luar karena masih
mempunyai cadangan makanan berupa yolk sac atau kuning telur.
Larva yang ditebar sebanyak 22.000 ekor berumur 7 hari
diapakan emulsi pelet terapung dengan dosis 5% x 22.000 : 0,02 = 55
gram/hari. Selama perawatan larva, pengendalian hama dan penyakit,
pengontrol air, dan pemberian pakan adalah faktor penting supaya
mendapatkan hasil yang maksimal. Pakan yang diberikan 3 kali dalam
sehari yaitu pada pagi, siang dan sore lama pemeliharaan larva yaitu 30
hari.
b. Perawatan Benih
Benih yang ditebar sebanyak 2000 ekor berumur 30 hari diberi
pakan pelet terapung dengan dicampurkan dengan dedak supaya
mencukup kebutuhan benih dalam pertumbuhan. Dosis pakan dalam
perawatannya yaitu 5% x 2000 x 3,5 = 36 gram/hari. Selama perawatan,
pengontrolan air, pemberian pakan yang teratur dan pengendalian hama
dan penyakit harus selalu dilakukan supaya mendapatkan hasil yang
baik. Benih dipelihara selama 30 hari atau bisa langsung dipasarkan.
c. Pemasaran
Benih yang dijual dengan pembeli langsung datang ke lokasi
pemasaran, biasanya pembeli yang langsung datang di lokasi ini berasal
dari Kabupaten Rejang Lebong maupun luar Kabupaten. Biasanya
sebelum pembeli datang mereka terlebih dahulu memesan beberapa
jumlah benih yang mereka butuhkan karena terkadang benih tersebut
habis di sebabkan oleh banyaknya pembeli. Pemasaran benih di UPTD
BBI Dusun Baru sangat lancar karena kualitas benih yang bagus
sehingga disukai banyak orang. Benih yang dijual dengan harga 350 per
ekor dengan ukuran 3-9 cm dan 5-8 cm.

3.5. Pemanenan Benih


a. Pemanenan Benih Sebagian
Benih dipanen jika ada konsumen datang untuk membeli ikan
sesuai dengan kebutuhannya. Benihnya dipanen menggunakan waring
berukurang 3 x 2 m, serok besi dan ember untuk menampung ikan,
biasanya benih dapat terjual sebanyak 300 ekor per harinya.
b. Pemanenan Benih Total
Benih dapat dipanen secara total apabila ikan dikolam budidaya
sudah sedikit dan sudah mencapai ukuran 5-8 cm dan 8-12 cm.
Pemanenan total ini dilakukan dengan cara mengeringkan kolam
budidaya dan mengambil semua ikan yang ada dikolam menggunakan
seser halus berukurang 30 x 30 cm dan ember untuk menampung ikan
sementara.
c. Pengepakan (Packing)
Setelah ikan diambil/dibeli ikan dimasukkan ke kantong plastik
bening sebagai wadah penjualan benih dengan ketinggian air pada
kantong plastik 10-15 cm tergantung banyaknya ikan yangdibeli
kemudian diberikan oksigen.
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Selama penulis mengikuti kegiatan Praktek Kerja Industri
(PRAKERIN) selama 3 bulan pada UPTD BBI Dusun Baru, penulis dapat
menulis laporan, serta menyusun laporan kegiatan ini. Penulis mendapatkan
ilmu serta pengetahuan dan juga pelajaran baru. Maka dengan ini penulis
dapat menyimpulkan:
1. Persiapan kolam dalam pembenihan ikan nila yaitu, mengeringkan
dasar kolam, mengolah dasar kolam, meneplak pematang kolam dan
mengurangi hama, mengisi air, memumpuk dasar kolam, mengisi air
untuk budidaya dan kolam tersebut disiapkan dalam bentuk kolam
pemijahan dan kolam pendederan.
2. Selama masa pemeliharaan larva, pakan merupakan salah satu unsur
yang sangat penting dalam pemeliharaan larva ikan nila karena dapat
mempengaruhi pertumbuhan larva Ikan Nila.
3. Pemanenan benih ikan nila dilakukan sesuai dengan kebutuhan.
Pemanenan benih sebagian dipanen menggunakan waring berukuran
3 x 2 m, serok besi dan ember untuk menampung ikan dan pemanenan
benih secara total dilakukan dengan cara mengeringkan kolan dan ikan
dikolam budidaya sudah sedikit dan sudah mencapai ukuran 5-8 cm dan
8-12 cm.

4.2. Saran
Setelah selesai melakukan Prakterk Kerja Industri (PRAKERIN)
penulis banyak mendapat pelajaran-pelajaran tentang pemijahan ikan nila.
Untuk itu penulis dapat menyarankan apabila ingin melakukan pemijahan
secara alami harus benar-benar memperhatikan tingkat kematangan gonad
ikan itu sendiri dan pilihlah induk yang benar-benar matang gonad TKG4.
DAFTAR PUSTAKA

Amri dan Khairuman. 2003. Budidaya Ikan Nila Secara Alami/Massal Argomedia
Pustaka.

Suryanto, SR. 1994. Nila Penebar Swadaya. Jakarta.

Khairuman dan Amri, K. 2000. Budidaya Ikan di Sawah. Agromedia Pustaka.


Jakarta.

Sugiarto. 1998. Teknik Pembenihan Ikan Mujair Nilai. Simplek. Jakarta.

Asmawai, S. 1986. Pemeliharaan Ikan dalam Keramba. Gramedia. Jakarta.

Effendi, M. 1979. Metodeologi Bilogi Perikanan. Yayasan Dwi Sri. Bogor.

Anda mungkin juga menyukai