Anda di halaman 1dari 12

BAKTERI Aeromonas salmonicida

M.K. Diagnosa dan Kontrol Penyakit Ikan

Oleh :
Kalfianus Jasansong (15051102002)

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2017

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA sehingga
makalah ”Bakteri Aeromonas salmonicida ” dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami
juga mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami. Untuk kesempurnaan
makalah ini, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca.

Manado, November 2017

Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 2

DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 3

I. PENDAHULUAN .............................................................................................................. 4

1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 4

1.2 Tujuan.......................................................................................................................... 4

II. BAKTERI Aeromonas salmonicida ............................................................................... 5

2.1. Klasifikasi Aeromonas salmonicida ............................................................................ 5

2.2. Penyebaran A. salmonicida ......................................................................................... 6

2.3. Biologi ......................................................................................................................... 7

2.4. Penyakit Furunculosis ................................................................................................. 7

2.5. Gejala Klinis Infeksi A. salmonicida........................................................................... 7

2.6. Metode Diagnosa......................................................................................................... 8

2.7. Metode Pencegahan..................................................................................................... 9

2.8. Metode Pengobatan ..................................................................................................... 9

III. PENUTUP..................................................................................................................... 11

3.1. Kesimpulan................................................................................................................ 11

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 12

3
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit merupakan permasalahan yang sangat besar dalam usaha akuakultur dan
merupakan penyebab kerugian utama karena hilangnya biaya investasi akibat matinya
komoditi budidaya, biaya yang dikeluarkan untuk pengobatan, serta pengurangan
produksi selama masa pemulihan. Bahkan pada beberapa kasus yang berat kadang kala
memerlukan penghentian pengoperasian usaha dan produksi selama masa waktu tertentu.
Penyakit adalah keabnormalan pada ikan yang disebabkan oleh interaksi yang tidak
seimbang antara ikan yang lemah, lingkungan yang memburuk dan pathogen yang ganas.
Dalam hal faktor lingkungan yaitu stress, dapat disebabkan oleh faktor fisik (misalnya
perubahan temperatur yang drastis), kimiawi (misalnya pencemaran), dan biologis
(misalnya hadirnya parasit). Penyeban terjadinya stress terhadap lingkungan dapat berupa
faktor kimiawi, fisik dan biologis. Agensia penyebab penyakit biasanya berupa
mikroorganisme. Mikroorganisme adalah mahluk hidup sederhana yang berukuran
mikroskopik dan hanya dapat dilihat dengan bantuan mikroskop. Mikroorganisme
penyebab penyakit pada akuakultur dapat dikelompokkan sebagai parasit, fungi, virus,
dan bakteri. Bakteri dianggap sebagai agensia penyakit yang terpenting dalam akuakultur.
Beragam bakteri diketahui berkaitan dengan penyakit-penyakit pada ikan, seperti
vibriosp, yersinia ruckeri, edwardsiella sp, mycobacterium sp, lactobacillus sp,
streptococcus sp, dan Aeromonas salmonicida.

1.2 Tujuan

Tujuan dari makalah ini adalah agar pembaca dapat :


a) Mengetahui apa itu Aeromonas salmonicida baik itu penyebaran, biologi dan
penyakit yang di timbulkan.
b) Mengetahui gejala klinis, metode diagnosa, pencegahan dan pengobatan dari
bakteri Aeromonas salmonicida.

4
II. BAKTERI Aeromonas salmonicida

2.1. Klasifikasi Aeromonas salmonicida

Aeromonas salmonicida (sinonim Bacillus salmonicida, Bacterium trutta) pertama kali


ditemukan pada ikan Trout di Jerman oleh Emmerich and Weibel (1894). Aeromonas
salmonicida terdiri dari 4 sub spesies, yaitu A. salmonicida, A. achromogenes, A.
masoucida, dan A. smithia. (Cipriano and Bullock, 2001).

Gambar 1. Aeromonas salmonicida


(Sumber: Cipriano and Bullock, 2001)

Keterangan gambar : A : A-Layer (Dinding sel)


OM
: Outer membrane (Membran luar) R
: Rigid layer (Membran kaku)
PM : Plasma membrane (Membran plasma)
B : Pili like appendages (Kaki jalan berupa Pili)
Cipriano dan Bullock (2001) menyebutkan bahwa A. salmonicida diklasifikasi
sebagai berikut :
kingdom : Bacteria
Filum : Proteobacteria
Kelas : Gammaproteobacteria
Ordo : Aeromonadales
Famili : Aeromonadaceae
Genus : Aeromonas
Spesies : A. salmonicida
A. salmonicida merupakan bakteri Gram negatif (Austin and Austin, 2007). Bakteri
Gram-negatif adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna metil ungu pada
metode pewarnaan Gram. A. salmonicida berbentuk batang pendek ( 1,3-2,0 x 0,8-1,3 µm
), non motil atau tidak bergerak, tidak membentuk spora fakultatif anaerob, pertumbuhan
optimum pada suhu 22⁰C, memproduksi brown pigmen yang diffusible (untuk strain

5
typical) (Pusat Karantina Ikan, 2007). Secara taksonomi A. salmonicida dibagi menjadi 2
jenis yaitu typical dan atypical. Strain typical mempunyai inang dominan ikan-ikan
salmonid dan menyebabkan penyakit furunculosis dengan gejala klinis yang khas sedang
strain atypical mempunyai karakteristik memiliki banyak variasi dari sifat fisiologi,
biokimia dan serelogi serta ketahanan terhadap antibiotik.

Koloni bakteri A. salmonicida berwarna putih, kecil, bulat, dan cembung. Strain
typical dapat menghasilkan pigmen coklat yang akan lebih kelihatan apabila medium
ditambah dengan tyrosine atau phenylalanine (Robert, 1989). Pada media dengan
kandungan asam amino tinggi pigmen coklat akan jelas kelihatan pada umur kultur 48
jam. Secara biokimia bakteri ini mempunyai sifat-sifat oksidase positif dan
memfermentasi glukosa (DKP, 2009).

2.2.Penyebaran A. salmonicida

Menurut Nitimulyo et al., (1993) dan Inglis et al., (1993) dalam (Sugianti, 2005)
bakteri A. salmonicida banyak dijumpai di perairan laut dan tawar serta mempunyai
kisaran inang yang luas mulai dari ikan-ikan air laut dan tawar. Bakteri ini dapat bertahan
hidup dalam air atau sedimen selama beberapa hari atau beberapa minggu tetapi tidak
dapat berbiak dan bersifat obligat. A. salmonicida dapat bertahan dalam air pada periode
waktu yang lama. Lamanya waktu tergantung pada kandungan mineral, pH dan
temperatur air. Dengan meningkatnya suhu, virulensinya juga bertambah tinggi.
Furunculosis yang disebabkan oleh A. salmonicida dilaporkan telah tersebar luas di dunia
yaitu Amerika Serikat, Kanada, Negara-negara Eropa (Perancis, Norwegia, Belgia,
Austria dan Swiss), Australia dan Asia termasuk Indonesia (DKP, 2007). Penyakit akibat
bakteri ini sangat mudah menular pada ikan secara horizontal, yaitu penularan penyakit ke
ikan lain melalui kontak langsung, vektor, peralatan, atau lingkungan (Afrianto dan
Liviawaty, 1992). Contoh penularan yang diakibatkan oleh ikan karier, yaitu ikan yang
memang sudah membawa patogen. Jika ikan ini bergabung dengan ikan yang sehat,
melakukan interaksi, dan bersenggolan, maka kemungkinan besar ikan yang sehat akan
terkontaminasi pathogen sehingga akan ikut sakit. Hal ini akan lebih memungkinkan lagi
jika ikan mengalami luka pada tubuh bagian luar.
Ikan karier juga dapat menularkan penyakit ini melalui kotoran atau fesesnya.
Kotoran yang dikeluarkan ikan karier mengandung bakteri pathogen yang akan
mencemari air dan akhirnya mengkontaminasi ikan yang sehat (Nitimulyo, et al., 1993
dalam Sugianti, 2005). Apabila ikan yang memiliki tanda-tanda terserang Aeromonas

6
salmonicida dan terdapat ikan karir dalam sistem budidaya, segara diangkat dan diberi
penanganan atau dimusnahkan. Ini dilakukan agar ikan-ikan yang lain tidak
terkontaminasi dan ikut sakit (Floyd, 2002).

2.3. Biologi

Aeromonas salmonicida adalah bakteri yang berbentuk batang pendek dengan ukuran
1,3-2,0 x 0,8-1,3 µm, bersifat gram negatif, tidak bergerak, tidak membentuk spora
maupun kapsul, dan bersifat aerob. Bakteri ini tidak dapat hidup lama tanpa inangnya dan
suhu optimal bagi pertumbuhannya antara 22-28oC, sedangkan pada suhu 35oC
pertumbuhannya terhambat. Dapat dijumpai di lingkungan air tawar maupun air laut dan
dikenal sebagai penyebab penyakit “furunculosis”
2.4.Penyakit Furunculosis

Penyebab: Aeromonas salmonicida adalah bakteri gram negatif, tidak bergerak,


dengan ukuran 0.8-1.0 x 1.5-2.0 mikron. Bakteri memiliki 3 subspecies yaitu A.
salmonicida sp salmonicida yang memproduksi pigmen coklat, A. salmonicida ssp
achromogenes tidak memproduksi pigmen coklat dan tidak mereduksi nitrat, A.
salmonicida ssp masoucidayang tidak memproduksi pigmen coklat tetapi memproduksi
indol dan H2S.

Penyakit Furunculosisi

2.5. Gejala Klinis Infeksi A. salmonicida

Ciri-ciri ikan yang terserang bakteri A. salmonicida menunjukkan gejala warna tubuh
ikan yang berubah menjadi agak gelap, kemampuan berenang ikan menurun, sirip
menjadi geripis, ikan kehilangan nafsu makan, kulit ikan melepuh, insang terlihat pucat

7
keputih-putihan, mata ikan menjadi agak menonjol, dan terjadi pendarahan pada kulit dan
insang. Bila dibedah, maka organ-organ dalam seperti usus, ginjal, hati dan limpa akan
terlihat mengalami pendarahan (Kordi dan Ghufran, 2004). Gejala klinis yang tampak
ketika Aeromonas sudah menyerang sistemik (internal), dapat menyebabkan dropsy atau
hydrops. Dropsy terjadi ketika aliran cairan tubuh terhenti dan merembes keluar dari
kapiler dan masuk ke dalam jaringan, rongga tubuh dan rongga mata. Diagnosa
berdasarkan sisik yang berdiri atau menggembang yang biasanya disebabkan kerusakan
pada hati dan ginjal (Masada, 2000; Handayani dan Samsudari, 2005).

2.6. Metode Diagnosa

Menurut Dealani (2006), diagnosa ataupun pemeriksaan penyakit bakteri pada ikan
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pemeriksaan tubuh bagian luar dan pemeriksaan
tubuh bagian dalam.
a. Pemeriksaan tubuh bagian luar
Dalam pemeriksaan ini perlu dicatat gejala-gejala khusus yang ada pada tubuh
bagian luar ikan seperti kekurangan lendir, tubuh kasar, bentuk tubuh tidak normal,
kerusakan pada sirip, adanya exophathalmus, perubahan warna pada tubuh, adanya
cyste, adanya luka/borok (ulcer) dan lain-lain.
b. Pemeriksaan organ dalam
Pemeriksaan dilakukan dengan membedah tubuh ikan kemudian dicatat gejala-
gejala yang tidak normal pada tubuh ikan bagian dalam seperti perubahan warna
ginjal, insang, adanya cairan berlebih dalam rongga tubuh dan lain-lain.
2.1.1. Metode Pemeriksaan Bakteri Pada Ikan
Tahap pemeriksaan bakteri pada ikan diawali dengan ikan di bius dengan Quinaldin
12 - 20 ppm selama 5 - 10 menit atau MS222 15 - 20 ppm selama 3 - 10 menit. Kertas
tissue atau kapas diletakkan di bagian tubuh luar ikan, kemudian ditetesi dengan
alkohol 70% secukupnya dan dibiarkan selama 10 - 15 menit. Bagian perut ikan
dibedah secara aseptic kemudian jaringan dari organ-organ hati, limpa, jantung dan
luka di kulit atau pada organ-organ lain yang diduga terserang penyakit, diambil atau
ditusuk dengan jarum ose kemudian digoreskan/diinokulasikan pada media Trytic Soy
Agar (yang telah dimasukkan dalam Petri dish steril sebanyak 15 - 20 ml) dan
diinkubasikan pada suhu 300C selama 24 jam. Koloni-koloni yang tumbuh pada TSA
dipilih menurut bentuk dan warna koloni kemudian diinokulasikan pada tabung reaksi
yang berisi media TSA miring. Apabila koloni-koloni tersebut belum terpisah, maka

8
harus dipisahkan dahulu dengan cara mengencerkan koloni tersebut dan
mengambilnya dengan jarum ose. Lalu diinokulasikan secara zig-zag pada medium
TSA miring (dalam tabung reaksi) dan diinkubasikan pada temperatur kamar selama
24 jam untuk mendapatkan biakan murni dan selanjutnya dilakukan pemeriksaan
selanjutnya (Handajani 2005).

2.1.2. Uji Fisiologi dan Biokimia


Uji fisiologi dan biokimia dilakukan untuk menentukan genus dan spesies bakteri,
yang terdiri dari Pewarnaan Gram, Sitokrom Oksidase, Oksidatif-Fermentatif,
Mortalitas, Glukosa, Dekarboksilase, Uji sensifitas, H2S, S. S Agar (Salmonella,
Shigella agar), Manitol dan inositol serta Garam NaCL 7,5% (Handajani 2005).

2.7. Metode Pencegahan

Menurut Pusat Penyuluh Perikanan (2011), upaya pencegahan yang dilakukan agar
ikan terhindar dari penyakit yaitu sebagai berikut :
 Melakukan persiapan lahan yang benar, yaitu pengeringan dan pemupukan.
Pengeringan bertujuan untuk memutus siklus hidup penyakit. Dilakukan kira-kira
selama tiga minggu sampai dasar kolam retak-retak. Pengapuran digunakan untuk
menstabilkan pH tanah dan air serta dapat membunuh bakteri dan parasit. Pemupukan
digunakan untuk menyuburkan kolam dan menumbuhkan fitoplankton sebagai pakan
alami.
 Menjaga kualitas air pada saat pemeliharaan. untuk itu dapat dilakukan treatment
probiotik secara teratur 0,3 ppm setiap hari. Probiotik akan mendegradasikan bahan
organik, menguraikan gas beracun dan menekan pertumbuhan bakteri merugikan
penyebab timbulnya bakteri.
 Meningkatkan ketahanan tubuh ikan melalui kekebalan non spesifik dengan aplikasi
imunostimulant secara teratur seperti vitamin, glukan, dan pemberian probiotik.

2.8. Metode Pengobatan

Ikan yang sudah positif terserang Aeromonas sp, bisa diobati dengan obat antibiotik,
melalui penyuntikan, perendaman, bisa juga dicampur pakan. Jenis obat yang digunakan
bisa Chloraphenicol (kemicetin), Oxytetracyclin atau Streptomycin. Tiap kapsul berisi
250 mg dan dilarutkan kedalam air 500 liter. Larutan ini kemudian digunakan untuk
merendam ikan selama 2 jam. Lakukan hal tersebut sehari sekali sampai 5 kali atau
sampai ikan benar-benar sembuh (Irawan, 2000).
9
Pengobatan bisa pula menggunakan larutan Kalium Permanganat (PK) dengan dosis 2
gr/10 liter air atau 1,5 sendok teh PK/100 liter air. Rendam ikan yang akan diobati dalam
larutan tersebut selama 30 - 60 menit sambil terus diawasi. Bila ikan menunjukkan gejala
keracunan, segera pindahkan ke air segar. Bila belum sembuh betul, pengobatan diulangi
3 - 4 kali berturut-turut (Irawan 2000).

10
III. PENUTUP

3.1. Kesimpulan

a. Aeromonas salmonicida adalah salah satu bakteri yang menyebabkan penyakit


Furunculosis yang menyerang ikan salmon.
b. Ciri-ciri ikan yang terserang bakteri A. salmonicida menunjukkan gejala warna
tubuh ikan yang berubah menjadi agak gelap, kemampuan berenang ikan
menurun, sirip menjadi geripis, ikan kehilangan nafsu makan, kulit ikan melepuh,
insang terlihat pucat keputih-putihan, mata ikan menjadi agak menonjol, dan
terjadi pendarahan pada kulit dan insang.
c. diagnosa ataupun pemeriksaan penyakit bakteri pada ikan dapat dilakukan dengan
dua cara, yaitu pemeriksaan tubuh bagian luar dan pemeriksaan tubuh bagian
dalam.

11
DAFTAR PUSTAKA

https://ndkbluefin89.wordpress.com/2016/04/10/mengenal-bakteri-patogen-pada-ikan/
http://digilib.unila.ac.id/6876/13/BAB%20II.pdf
http://kakalau-cerah.blogspot.co.id/2011/01/artikel-bakteri-aeromonas-salmonicida.html
https://www.academia.edu/15436680/Makalah_vaksin_aeromonas_salmonicida_oke
http://digilib.unila.ac.id/1281/7/1.%20BAB%20I.pdf
http://digilib.unila.ac.id/6876/12/BAB%20I.pdf
http://digilib.unila.ac.id/12500/9/II.pdf
http://khairimizwarsiagian.blogspot.co.id/2013/01/teknik-identifikasi-bakteri-aeromonas.html

12

Anda mungkin juga menyukai