KELOMPOK 5
Disusun oleh:
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan judul “ Bakteri Pseudomonas aeruginosa”. Penulisan makalah ini merupakan salah
satu tugas mata kuliah Bakteriologi 2 di Jurusan Analis Kesehatan, Politeknik Kesehatan
Tanjung Karang. Dalam penulisan dan menyusun makalah, penulis ingin menyampaikan
ucapan terimakasih kepada dosen mata kuliah Bakteriologi 2 yang telah memberikan nasihat
dan bimbingan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik dan tepat waktu.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam habitat alam tersebar luas dan memegang peranan penting dalam pembusukan
zat organic. Bergerak dengan flagel polar satu atau lebih beberapa diantaranya adalah
fakultatif kemolitotrof, dapat memakai H2O atau CO sebagai sumber karbon katalase positif.
Ada yang patogen bagi binatang atau tanaman dan ada yang patogen bagi kedua-
duanya. Kebanyakan spesies pseudomonas tidak menyebabkan infeksi pada manusia, tetapi
kuman ini penting karena bersifat oportunis pathogen, dapat menyebabkan infeksi pada
individu dengan ketahanan tubuh yang menurun.
Infeksinya biasanya gawat, sulit diobati dan biasanya merupakan infeksi nosocomial.
Genus pseudomonas mempunyai spesies paling penting paling sedikit 10-12 yang penting
dalam klinik. ( Pengajar, Staf FKUI. 1993. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Binarupa
Aksara )
4
1.3 Tujuan Masalah
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Taksonomi
Kingdom : Bacteria
Filum : Proteobacteria
Ordo : Pseudomonadales
Famili : Pseudomonadaceae
Genus : Pseudomonas
2.2 Morfologi
6
Struktur dinding sel sama dengan famili enterobacteriaceae.
Strain yang di isolasi dari bahan klinik sering mempunyai pili untuk pelekatan pada
permukaan sel dan memegang peran penting resistensi terhadap fagositosis.
( Pengajar, Staf FKUI. 1993. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Binarupa Aksara )
2.3 Etiologi
Ketika bakteri ini ditumbuhkan pada media yang sesuai, bakteri ini akan
menghasilkan pigmen nonfluoresen berwarna kebiruan, piosianin. Beberapa strain
Pseudomonas juga mampu menghasilkan pigmen fluoresen berwarna hijau, yaitu pioverdin.
Bakteri ini juga sering digunakan untuk mendegradasi zat - zat pestisida
Pseudomonas aeruginosa menjadi perhatian serius di rumah sakit, pasalnya bakteri ini
jika menyerang pasien yang mengidap luka bakar, kanker, dan cystic fibrosis bisa
menimbulkan resiko yang fatal. Angkacafe fatality rate atau tingkat fatalnya dalam kasus ini
bisa mencapai 50%. Selain itu, Pseudomonas aeruginosa juga menghasilkan infeksi
oportunistik ekstra intesrinal yang berasal oleh Enterobacteriaceae dan mampu menginfeksi
bagian dari mata serta telinga.
Penyebab lain terhadap manusia oleh bakteri Pseudomonas aeruginosa juga masih
banyak. Bakteri ini bahkan bisa menjadi menyebabkan otitis eksternal pada telinga perenang
serta otitis ekternal invasif kepada penderita diabetes yang jarang terjadi, namun dapat
berakibat kepada kematian.
7
2.4 Struktur Antigen
Antigen O atau antigen somatik dipakai untuk menggolongkan berbagai strain dalam
tujuan epidemiologik. Pemeriksaan dengan bakteriofaga dan piosin perlu dilakukan untuk
melengkapi sifat-sifat dari strain yang diisolasi selama epidemik. Juga lapisan lendir bersifat
imunogenik dan memegang peranan dalam proteksi sel kuman terhadap fagositosis .
Imunisasi aktif dan pasif terhadap lendir ini dapat mencegah efek letal dari toxin dan kuman-
kuman hidup pada tikus. ( Pengajar, Staf FKUI. 1993. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta:
Binarupa Aksara )
2.5 Patogenitas
Sejumlah enzim dan toksin dan juga lender dan endotoksin menyebabkan efek
patologik pada binatang tetapi peranannya pada manusia belum diketahui.
Paling sedikit dihasilkan 2 tipe protease yang menyebabkan lesi hemoragik kulit dan
destruksi jaringan kornea mata, Tidak ada efek letal . Dua hemolisin dihasilkan yaitu:
fosfolipase dan glikolipid. Kedua-duanya tidak bersifat letal. Pada Pseudomonas aeruginosa
pneumonia, fosfolipase ini memperkuat penyerbuan organisme dengan menghancurkan
jaringan paru dan menyebabkan atelektasis nekrosis.
Terdapat 3 eksotoksin yaitu: A, B, dan C yang bersifat letal bagi tikus putih dan
anjing dan menyebabkan syok hipotensi pada kera. Telah ditemukan enteroksin yang
menyebabkan infeksi intestinal sehingga terjadi diare. ( Pengajar, Staf FKUI. 1993.
Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Binarupa Aksara )
Pseudomonas aeruginosa hanya bersifat patogen bila masuk ke daerah yang fungsi
pertahanannya abnormal misalnya bila selaput mukosa dan kulit robek karena kerusakan
jaringan langsung pada pemakaian kateter intravena atau kateter air kemih atau bila terdapat
neutropenia, misalnya pada kemoterapi kanker. Kuman melekat dan mengkoloni pada
selaput mukosa atau kulit menginvasi secara lokal dan menimbulkan penyakit sistemi.
Proses ini dibantu oleh pilih, enzim dan toksin. Lipopolisakarida berperan langsung dalam
menyebabkan demam, syok, oligouria, leukositisis, leukopenia gangguan koagulasi darah
dan gejala susah bernafas pada orang dewasa. (Jawetz dkk., 2005).
8
P. aeruginosa memiliki pili ( fimbrae ) yang menonjol dari permukaan sel dan
berfungsi untuk perlekatan pada sel epitel inang. Kapsul polisakarida menyebabkan bentuk
mukoid dari koloni yang dipisahkan dari pasien dengan kista fibrosis. Lipopolisakarida yang
ada dalam beragam bentuk antigenic, bertanggung jawab pada sifat endotoksin organisme.
Sebagian besar P. aeruginosa yang dipisahkan dan infeksi klinis memproduksi enzim
ekstraseluler, termasuk termasuk elastase, protease dan dua hemolisin yaitu sebuah
phospholipase c yang tidak tahan panas dan glikolipid yang tahan panas. Banyak Galur dari
Pseudomonas aeruginosa memproduksi eksotoksin a yang menyebabkan jaringan nekrosis
dan bisa mematikan binatang bentuk murni disuntikkan. (Jawetz dkk., 2005).
2.6 Toksin
9
Tumbuh mudah pada media biasa, strength aerob, tidak menguraikan gula, catalase positif,
dan pada umumnya oxidase juga positif.
10
i) Resistensi kromosomal
Ini terjadi akibat mutasi spontan pada lokus yang mengendalikan kepekaan
terhadap obat antimikroba yang diberikan.
ii) Resistensi ekstrakromosomal (resistensi dipindahkan)
Bakteri sering mengandung unsur-unsur genetik ekstrakromosom yang dinamakan
plasmid. Bahan genetik dan plasmid tersebut dapat dipindahkan melalui mekanisme
transduksi, transformasi, dan konjugasi.
iii) Resistensi silang
Mikroorganisme yang resisten terhadap suatu obat tertentu dapat pula resisten
terhadap obat-obat lain yang memiliki mekanisme kerja yang sama (Jawetz dkk.,
2005).
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
12
DAFTAR PUSTAKA
13