Anda di halaman 1dari 26

MIKROORGANISME PENYEBAB

INFEKSI PADA SALURAN KEMIH (Pseudomonas Sp)

Disusun Oleh:

Kelompok VI

1. Shafa Putri Tama (PO.71.34.1.18.032)

2. Shania Ersada G. (PO.71.34.1.18.033)

3. Sheilla Rafhani (PO.71.34.1.18.034)

4. Uci Esa Putri (PO.71.34.1.18.035)

5. Titiek Nurhidayah (PO.71.34.1.18.037)

6. Wan Jusli Alfisyar (PO.71.34.1.18.039)

7. Yulia Pratiwi (PO.71.34.1.18.040)

Dosen Pembimbing : Karneli, AMAK, S.Pd, M. Kes

Kelas : Tingkat II Kelas A

Program Studi DIII Analis Kesehatan

Poltekkes Kemenkes Palembang

Tahun 2018/2019

i
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-

Nya sehingga kami dapat menyusun makalah dengan judul “Mikroorganisme penyebab

infeksi saluran kemih (Pseudomonas Sp)”. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas

Bakteriologi teori.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu,

sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna baik dari bentuk

penyusunan maupun materinya. Oleh karena itu. Kami mengharapkan kritik dan saran

yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat untuk pembaca bagi

pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Palembang, 10 Oktober 2019

                                                                                                

Kelompok 6

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................i

DAFTAR ISI ......................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...............................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................2

1.3 Tujuan ............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Klasifikasi Ilmiah...........................................................................3

2.2 Morfologi.......................................................................................4

2.3 Waktu Generasi..............................................................................5

2.4 Epidemiologi dan Patogenitas........................................................6

2.5 Faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan.....................................8

2.6 Resistensi terhadap Antibiotik.......................................................9

2.7 Diagnosa.........................................................................................10

2.8 Kolonisasi.......................................................................................11

2.9 Invasi..............................................................................................12

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ....................................................................................14

3.2 Saran...............................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................16

ii
LAMPIRAN........................................................................................17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pseudomonas aeruginosa  adalah pathogen oportunistik, yaitu

memanfaatkan kerusakan pada mekanisme pertahanan inang untuk memulai suatu

infeksi. Bakteri ini dapat menyebabkan infeksi saluran kemih, infeksi saluran

pernafasan, dermatitis, infeksi jaringan lunak, bakteremia, infeksi tulang dan sendi,

infeksi saluran pencernaan dan bermacam-macam infeksi sistemik, terutama pada

penderita luka bakar berat, kanker, dan penderita AIDS yang mengalami penurunan

sistem imun. Infeksi Pseudomonas aeruginosa menjadi problema serius pada pasien

rumah sakit yang menderita kanker, fibrosis kistik dan luka bakar. Pengendalian

mikroorganisme dalam bahan makanan asal hewan perlu dilakukan apabila kita

menginginkan bahan makanan tersebut tidak cepat rusak atau cepat menjadi busuk,

melainkan menjadi tahan lama. Kerusakan bahan makanan yang disebabkan oleh

mikroorganisme terjadi karena mikroorganisme tersebut berkembang biak dan

bermetabolisme sedemikian rupa sehingga bahan makanan mengalami perubahan yang

menyebabkan kegunaannya sebagai bahan pangan menjadi terganggu. Proses kerusakan

ini dimungkinkan karena bahan makanan memiliki persyaratan untuk pertumbuhan

mikroorganisme. Dengan demikian, kerusakan bahan makanan dapat terjadi apabila

tersedia substrat (yaitu bahan makanan tsb) yang cocok, kemudian bahan makanan itu

telah tercemar oleh mikroorganisme dan ada kesempatan bagi mikroroganisme untuk

berkembang biak. Usaha pengendalian mikroorganisme dapat dilaksanakan apabila

1
faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan atau perkembangbiakan

mikroorganisme telah diketahui sebelumnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut

umumnya dibagi ke dalam lima bahasan yaitu waktu generasi, faktor intrinsik, faktor

ekstrinsik, faktor proses dan faktor implisit.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana klasifikasi ilmiah dari bakteri “Pseudomonas aeruginosa” ?

2. Bagaimana morfologi dari bakteri “Pseudomonas aeruginosa” ? 

3. Berapa lama waktu generasi dari bakteri “Pseudomonas aeruginosa” ? 

4. Bagaimana epidemiologi dan patogenesis dari bakteri “Pseudomonas

aeruginosa” ?

5. Bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dari bakteri

“Pseudomonas aeruginosa” ?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui lebih dalam

tentang bakteri “Pseudomonas aeruginosa” dan toksin yang dihasilkan, serta

mengetahui morfologi, patogenesis, waktu generasi dan faktor-faktor yang

mempengaruhi pertumbuhan bakteri Pseudomonas aeruginosa. 

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. KLASIFIKASI ILMIAH

Kerajaan  : Bacteria

Filum  : Proteobacteria

Kelas  : Gamma Proteobacteria

Ordo  : Pseudomonadales

Famili  : Pseudomonadaceae

Genus  : Pseudomonas

Spesies  : Pseudomonas aeruginosa

Pseudomonas aeruginosa adalah bakteri gram negatif aerob obligat, berkapsul,

mempunyai flagella polar sehingga bakteri ini bersifat motil, berukuran sekitar 0,5-

1,0 µm. Pseudomonas aeruginosa tidak menghasilkan spora dan tidak dapat

menfermentasikan karbohidrat. Pada uji biokimia, bakteri ini menghasilkan hasil negatif

pada uji Merah Metil, danVoges-Proskauer. Bakteri ini secara luas dapat ditemukan di

alam, contohnya di tanah, air, tanaman, dan hewan. Psedomonas aeruginosa adalah

patogen oportunistik. Bakteri ini merupakan penyebab utama infeksi pneumoni

anosokomial. Meskipun begitu, bakteri ini dapat berkolonisasi pada manusia normal

tanpa menyebabkan penyakit.

Ketika bakteri ini ditumbuhkan pada media yang sesuai, bakteri ini akan

menghasilkan pigmen non fluoresen berwarna kebiruan, piosianin. Beberapa strain

3
Pseudomonas juga mampu menghasilkan pigmen fluoresen berwarna hijau, yaitu

pioverdin. Pseudomonas aeruginosa memproduksi katalase, oksidase, dan amonia dari

arginin. Bakteri ini dapat menggunakan sitrat sebagai sumber karbonnya.

2.2. MORFOLOGI

Pseudomonas aeruginosa berbentuk batang dengan ukuran sekitar 0,6 x 2 μm.

Bakteri ini terlihat sebagai bakteri tunggal, berpasangan, dan terkadang membentuk

rantai yang pendek. Pseudomonas aeruginosa  termasuk bakteri gram negatif. Bakteri

ini bersifat aerob, katalase positif, oksidase positif, tidak mampu memfermentasi tetapi

dapat mengoksidasi glukosa / karbohidrat lain, tidak berspora, tidak mempunyai

4
selubung (sheat) dan mempunyai flagel monotrika (flagel tunggal pada kutub) sehingga

selalu bergerak. Bakteri ini dapat tumbuh di air suling dan akan tumbuh dengan baik

dengan adanya unsur N dan C. Suhu optimum untuk pertumbuhan Pseudomonas

aeruginosa  adalah 42oC.

Pseudomonas aeruginosa mudah tumbuh pada berbagai media pembiakan

karena kebutuhan nutrisinya sangat sederhana. Di laboratorium, medium paling

sederhana untuk pertumbuhannya digunakan asetat (untuk karbon) dan ammonium

sulfat (untuk nitrogen). Pembiakan dari spesimen klinik biasanya menghasilkan satu

atau dua tipe koloni yang halus yaitu : 1) Koloni besar dan halus dengan permukaan

rata dan meninggi, 2) Koloni halus dan mukoid sebagai hasil produksi berbahan dari

alignat. Tipe ini sering didapat dari sekresi saluran pernafasan dan saluran kemih.

Pseudomonas aeruginosa  membentuk biofilm untuk membantu kelangsungan

hidupnya saat membentuk koloni pada paru-paru manusia. Terkadang menghasilkan bau

yang manis dan menyerupai anggur. Koloni yang dibentuk halus bulat dengan warna

fluoresensi yang kehijau-hijauan. Bakteri ini menghasilkan pigmen yang tak

berfluoresensi kehijauan (plosianin). Strain Pseudomonas aeruginosa  menghasilkan

pigmen yang berfluoresensi antara lain : piooverdin (warna hijau), piorubin (warna

merah gelap), piomelanin (hitam). Pseudomonas aeruginosa  yang berasal dari koloni

yang berbeda mempunyai aktivitas biokimia, enzimatik dan kepekaan anti mikroba

yang berbeda pula.

2.3. WAKTU GENERASI

Waktu generasi adalah waktu yang diperlukan oleh mikroorganisme untuk

meningkatkan jumlah sel menjadi dua kali lipat jumlah semula. Kurva pertumbuhan

5
mikroorganisme terdiri atas empat fase yaitu fase penyesuaian ( lag phase ), fase

eksponensial atau fase logaritmik, fase stasioner dan fase kematian. Pada fase

eksponensial terjadi peningkatan jumlah sel dan digunakan untuk untuk menentukan

waktu generasi. Beberapa contoh waktu generasi pada suhu pertumbuhan yang optimal

antara lain 30 menit untuk Bacillus cereus , 20 menit untuk Escherichia coli dan

Salmonella , dan 10 menit untuk Clostridium perfringens.

2.4. EPIDEMILOGI DAN PATOGENESIS

 Epidemilogi

Pseudomonas aeruginosa pertama kali diisolasi dari nanah hijau dengan Gessard

tahun 1882. Hal ini kemudian terbukti terlibat dalam berbagai infeksi manusia dari

sepsis neonatal dan membakar sepsis terhadap infeksi paru-paruakut dan kronis.

Pseudomonas aeruginosa dibedakan sebagai patogen oportunistik, menyebabkan

infeksi pada pasien dengan cacat fisik, fagositosis, atau kekebalan pada mekanisme

pertahanan tuan rumah. Membuktikan berbagai ekologis dan kemampuan bertahan

hidup yang luas, Pseudomonas aeruginosa juga merupakan patogen tanaman penting,

mempengaruhi tembakau, tomat dan selada, bisa ditemukan di lingkungan air yang

paling segar, termasuk daerah lembab di rumah sakit.

Pseudomonas aeruginosa menyebabkan kontaminasi pada perlengkapan

anestesidan terapi pernafasan, cairan intravena, bahkan air hasil proses penyulingan.

Endoskopi, termasuk bronkoskopi adalah alat-alat medik yang paling sering

dihubungkan dengan berjangkitnya infeksi nosokomial. Suatu penelitian di AS

membuktikan bahwa dari 414 pasien yang menjalani prosedur bronkoskopi didapati

6
9.4% infeksi saluran nafas atas dan bawah serta infeksi lewat aliran darah, dan pada

66.7% dari infeksi tersebut didapati Pseudomonas aeruginosa sesudah dilakukan kultur.

Karena merupakan patogen nosokomial, maka metode untuk mengendalikan infeksi ini

mirip dengan metode untuk patogen nosokomial lainnya. Kemampuannya untuk

tumbuh subur dalam lingkungan yang basah menuntut perhatian khusus pada bak cuci,

bak air, pancuran, bak air panas, dan daerah basah yang lain.

 Patogenesis

Kemampuan Pseudomonas aeruginosa  mennyerang jaringan bergantung pada

produksi enzim-enzim dan toksin-toksin yang merusak barier tubuh dan sel-sel inang.

Endotoksin Pseudomonas aeruginosa  seperti yang dihasilkan bakteri gram negative

lainnya, menyebabkan gejala sepsis dan syokseptic. Bakteri yang baru diisolasi dari

paru-paru penderita fibrosis kistik bersifat mukoid. Lapisan alginat yang mengelilingi

bakteri dan mikrokoloni bakteri dalam paru-paru berfungsi sebagai adhesion dan

kemungkinan mencegah fagositosis bakteri, bahkan dapat meningkatkan resistensi

Pseudomonas aeruginosa  terhadap antibiotika.

Strain Pseudomonas aeruginosa  yang mempunyai sistem sekresi tipe III yaitu

sekresi tipe III adalah sistem yang dijumpai pada bakteri gram negative, teridir dari 30

rotein yang terbentang dari bagian dalam hingga luar membrane sel bakteri, berfungsi

seperti jarum suntik yang menginjeksi toksin-toksin secara langsung ke dalam sel inang

sehingga memungkinkan toksin mencegah netralisasi antibody. Pseudomonas

aeruginosa  bersifat pathogen hanya bila memasuki daerah dengan sistem pertahanan

yang tidak normal, misalnya saat membrane mukosa dan kulit robek karena kerusakan

7
jaringan langsung, sewaktu penggunaan kateter intravena atau kateter air kemih, atau

bila terdapat nuetropenia, seperti pada kemoterapi kanker.

2.5. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN

 Faktor Intrinsik

Faktor intrinsik meliputi pH, aktivitas air ( activity of water ) kemampuan

mengoksidasi-reduksi ( redoxpotential ), kandungan nutrien, bahan antimikroba dan

struktur bahan makanan. Ukuran keasaman atau pH adalah log 10 konsentrasi ion

hidrogen. Lazimnya bakteri tumbuh pada pH sekitar netral (6,5  – 7,5) sedangkan

kapang dan ragi pada pH 4,0-6,5.

Berdasarkan Eh, mikroorganisme dibagi menjadi aerob, anaerob, fakultatif

anaerob dan mikroaerofilik. Pertumbuhan mikroorganisme memerlukan air, energi,

nitrogen, vitamin dan faktor pertumbuhan, mineral. Air yang tersedia untuk

pertumbuhan mikroorganisme ditentukan oleh aw bahan makanan. Sebagai sumber

energi, mikroorganisme memanfaatkan karbohidrat, alkohol dan asam amino yang

terdapat dalam bahan makanan.

Faktor pertumbuhan yang diperlukan adalah asam amino, purin dan pirimidin,

serta vitamin. Salmonella typhi  memerlukan triptofan untuk pertumbuhannya,

sedangkan Staphylococcus aureus   memerlukan arginin, sistein dan fenil alanin.

 Faktor Ekstrinsik

Faktor ekstrinsik yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme adalah

suhu penyimpanan dan faktor luar lainnya yang pada prinsipnya berhubungan dengan

pengaruh atmosferik seperti kelembaban, tekanan gas / keberadaan gas, juga cahaya dan

pengaruh sinar ultra violet.

8
Berdasarkan suhu optimumnya, mikroorganisme dibagi menjadi psikrofil

dengan suhu optimum kurang dari + 20 °C, mesofil (+20° s/d + 40 °C) dan termofil

(lebih dari +40 °C). Pada suhu minimum terjadi perubahan membransel sehingga tidak

terjadi transpor zat hara. Sebaliknya pada suhu maksimum terjadi denaturasi enzim,

kerusakan protein dan lipida pada membran sel yang menyebabkan lisisnya

mikroorganisme. Mikroorganisme patogen biasanya termasuk ke dalam kelompok

mesofil. Pengaruh suhu rendah pada mesofil adalah inaktivasi dan perubahan struktur

protein permease.

2.6. RESISTENSI TERHADAP ANTIBIOTIK

Pseudomonas aeruginosa terkenal karena ketahanannya terhadap

antibiotik dan, karenanya, merupakan patogen yang sangat berbahaya dan ditakuti.

Bakteri secara alami resisten terhadap banyak antibiotik karena penghalang

permeabiliitas yang diberikan oleh membran luar Gram-negatif. Juga,

kecenderungannya untuk mengkolonisasi permukaan dalam bentuk biofilm membuat

sel-sel tersebut kebal terhadap antibiotik konsentrasi terapi. Karena habitat aslinya

adalah tanah, hidup dalam kaitannya dengan basil, aktinomisetes, dan kapang, ia telah

mengembangkan resistensi terhadap berbagai antibiotik yang muncul secara alami.

Selain itu, Pseudomonas mempertahankan plasmid yang resisten terhadap antibiotik,

baik faktor-R maupun RTF, dan mampu mentransfer gen-gen ini melalui mekanisme

bakteri transfer gen horizontal (HGT), terutama transduksi dan konjugasi.

Hanya beberapa antibiotik yang efektif melawan Pseudomonas aeruginosa ,

termasuk fluoroquinolones, gentamicin dan imipenem, dan bahkan antibiotik ini tidak

efektif terhadap semua jenis. Kesia-siaan mengobati infeksi Pseudomonas dengan

9
antibiotik paling dramatis diilustrasikan pada pasien fibrosis kistik, yang hampir

semuanya akhirnya terinfeksi dengan jenis yang sangat resisten sehingga tidak dapat

diobati.

2.7. DIAGNOSA

Diagnosis infeksi P.aeruginosa tergantung pada isolasi dan identifikasi

laboratorium dari bakteri. Tumbuh baik pada sebagian besar media laboratorium dan

umumnya diisolasi pada agar darah atau agar biru eosin-metiltionin. Ini diidentifikasi

berdasarkan morfologi Gram-nya, ketidakmampuan untuk memfermentasi laktosa,

reaksi oksidase positif, bau buahnya, dan kemampuannya untuk tumbuh pada suhu 42 °

C. Fluoresensi di bawah sinar ultraviolet sangat membantu dalam identifikasi awal

koloni P. aeruginosa . Fluoresensi juga digunakan untuk menyarankan keberadaan P.

aeruginosa dalam luka.

10
2.8. KOLONISASI

Meskipun kolonisasi biasanya mendahului infeksi oleh Pseudomonas

aeruginosa , sumber yang tepat dan cara penularan patogen sering tidak jelas karena

keberadaannya di mana-mana di lingkungan. Kadang-kadang hadir sebagai bagian dari

flora normal manusia, meskipun prevalensi kolonisasi individu sehat di luar rumah sakit

relatif rendah (perkiraan berkisar dari 0 hingga 24 persen tergantung pada lokasi

anatomi). Pili Pseudomonas aeruginosa akan melekat pada sel-sel epitel saluran

pernapasan bagian atas dan, dengan kesimpulan, pada sel-sel epitel lainnya juga.

Adhesin ini tampaknya berikatan dengan reseptor galaktosa atau mannosa atau asam

sialat spesifik pada sel epitel. Kolonisasi saluran pernapasan oleh Pseudomonas

membutuhkan kepatuhan pili dan dapat dibantu oleh produksi enzim protease yang

menurunkan fibronektin untuk mengekspos reseptor pilus yang mendasarinya pada

permukaan sel epitel. Cedera jaringan juga dapat berperan dalam kolonisasi saluran

pernapasan, karena P. aeruginosa akan mematuhi sel epitel trakea tikus yang terinfeksi

virus influenza tetapi tidak pada epitel trakea normal. Ini telah disebut kepatuhan

oportunistik, dan ini mungkin merupakan langkah penting dalam keratitis Pseudomonas

dan infeksi saluran kemih, serta infeksi pada saluran pernapasan.

Reseptor pada sel epitel trakea untuk Pseudomonas pili mungkin adalah asam

sialic (asam N-acetylneuraminic). Strain mucoid, yang menghasilkan exopolysaccharide

(alginate), memiliki adhesin tambahan atau alternatif yang melekat pada musin

tracheobronchial (N-acetylglucosamine). Selain pili dan polisakarida mukoid, ada

kemungkinan adhesin permukaan sel lain yang digunakan oleh Pseudomonas untuk

menjajah epitel pernapasan atau musin. Juga, ada kemungkinan bahwa exoenzyme S

11
yang terikat di permukaan dapat berfungsi sebagai adhesin untuk glikolipid pada sel-sel

pernapasan.

Exopolysaccharide mukoid yang diproduksi oleh P. aeruginosa adalah polimer

berulang asam mannuronat dan glukuronat yang disebut alginat. Lendir alginat

membentuk matriks biofilm Pseudomonas yang menjangkar sel-sel ke lingkungan

mereka dan dalam situasi medis, ia melindungi bakteri dari pertahanan inang seperti

limfosit, fagosit, aksi silia saluran pernapasan, antibodi, dan komplemen. Strain biofilm

mukoid Pseudomonas juga kurang rentan terhadap antibiotik dibandingkan dengan

planktonik. Strain mukoid P. aeruginosa paling sering diisolasi dari pasien dengan

cystic fibrosis dan mereka biasanya ditemukan pada jaringan paru-paru dari individu-

individu tersebut.

2.9. INVASI

Kemampuan Pseudomonas aeruginosa untuk menyerang jaringan

tergantung pada produksi enzim dan toksin ekstraseluler yang memecah hambatan fisik

dan merusak sel inang, serta ketahanan terhadap fagositosis dan pertahanan kekebalan

tubuh inang. Seperti disebutkan di atas, kapsul bakteri atau lapisan lendir secara efektif

melindungi sel-sel dari opsonisasi oleh antibodi, pengendapan komplemen, dan

penumpukan fagosit

Dua protease ekstraseluler telah dikaitkan dengan virulensi yang mengerahkan

aktivitas mereka pada tahap invasif: elastase dan protease alkali. Elastase memiliki

beberapa kegiatan yang berhubungan dengan virulensi. Enzim ini memecah kolagen,

IgG, IgA, dan komplemen. Ini juga melisiskan fibronektin untuk mengekspos reseptor

12
untuk perlekatan bakteri pada mukosa paru-paru. Elastase mengganggu epitel

pernapasan dan mengganggu fungsi silia. Alkaline protease mengganggu pembentukan

fibrin dan akan melisiskan fibrin. Bersama-sama, elastase dan alkali protease

menghancurkan substansi dasar kornea dan struktur pendukung lainnya yang terdiri dari

fibrin dan elastin. Elastase dan alkali protease bersama-sama juga dilaporkan

menyebabkan inaktivasi gamma interferon (IFN) dan tumor necrosis factor (TNF).

Pseudomonas aeruginosa menghasilkan tiga protein larut lainnya yang terlibat

dalam invasi: sitotoksin (mw 25 kDa) dan dua hemolisin. Sitotoksin adalah protein

pembentuk pori. Awalnya bernama leukocidin karena efeknya pada neutrofil, tetapi

tampaknya sitotoksik untuk sebagian besar sel eukariotik. Dari dua hemolisin, satu

adalah fosfolipase dan yang lainnya adalah lesitinase. Mereka tampaknya bertindak

secara sinergis untuk memecah lipid dan lesitin. Sitotoksin dan hemolisin berkontribusi

terhadap invasi melalui efek sitotoksiknya terhadap neutrofil, limfosit, dan sel

eukariotik lainnya.cyanin, pyochelin, adalah siderofor yang diproduksi dalam kondisi

rendah zat besi untuk menyita besi dari lingkungan untuk pertumbuhan patogen. Ini bisa

berperan dalam invasi jika mengekstraksi zat besi dari inang untuk memungkinkan

pertumbuhan bakteri dalam lingkungan yang relatif terbatas zat besi. Tidak ada peran

dalam virulensi yang diketahui untuk pigmen fluoresens.

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pseudomonas aeruginosa adalah bakteri gram-negatif termasuk dalam family

pseudbmonadaceae, merupakan pathogen opurtunistik pada manusia. Alginat dan

lipopolisakarida melindungi organisme ini dari pertahanan tubuh inang. Kemampuan

Pseudomonas aeruginosa  menyerang jaringan bergantung pada produksi enzim-enzim

dan toksin-toksin, misalnya endotoksin menyebabkan gejala sepsis dan syok septic,

eksotoksik A menyebabkan nekrosis jaringan, enzim-enzim ekstraseluler bersifat

histotoksik dan mempermudah invasi ke dalam pembuluh darah.

Pseudomonas aeruginosa  dapat menginfeksi hampir setiap jaringan atau lokasi

tubuh dan penyebab sepsis yang umum dijumpai pada pasien di unit perawatan intensif.

Sering menginfeksi pasien luka bakar derajat II dan III. Menyebabkan meningitis,

infeksi saluran kemih, pneumonia disertai nekrosis, otitiseksterna ringan pada perenang,

otitis eksterna invasive pada penderita diabetes, infeksi mata setelah cedera atau

pembedahan, dan lain-lain. Pada sebagian besar infeksi, gejala dan tanda-tandanya tidak

spesifik.

14
3.2 Saran

Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh dari

kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada

banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari itu penulis

mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di

atas.

15
Daftar Pustaka

Evita Mayasari. 2005, Pseudomonas aeruginosa Karakteristik, Infeksi dan

Penanganan (Tesis), Universitas Sumatera Utara.

Jawets, Melnick, dan Adelberg. 2005, Mikrobiologi Kedokteran, Edisi 23, alih Bahasa

Huriwati Hartanto dkk, Penerbit Buku Kedokteran ECG, Jakarta.

Lay, Bibiana W, dan Hastowo, Sugyo. 1992, Mikrobiologi , Rajawali Press , Jakarta.

Volk, W.A and M.F. Wheeler.1993, Mikrobiologi Dasar, Edisi Kelima , Jilid I, Penerbit

Erlangga , Jakarta.

16
SOAL

1. Seorang analis menganalisa sekelompok koloni dan didapatkan bakteri gram

negatif ,Lebih dari 50% bakteri ini berpigmen berwarna biru-biru kehijauan,

pyocyanin. Berdasarkan diagnosis, bakteri apakah yg didapatkan?

A. Staphylococcus aureus

B. Staphylococcus epidermidis

C. Pseudomonas aeruginosa

D. Klebsiella

E. Salmonella

JAWABAN : C

2. Tuan Eko pergi ke dokter dengan keluhan sakit pinggang disertai ras nyeri dan

panas, warna urin agak kemerahan.Setelah periksa ke dokter dinyatakan ISK,

penyebab bakteriStaphylococcus. Bakteri ini bersifat fakultatif

anaerobic,apakah yang dimaksud fakultatif anaerobic

a. Hidup tanpa oksigen

b. Tahan suhu rendah

c. Hidup wajib memerlukan oksigen dalam pertumbuhannya

d. Tahan terhadap garam

e. Tahan terhadap cahaya

17
JAWABAN : C

18
3. Seorang pasien menderita penyakit dengan gejala yaitu buang air kecil terasa

sakit dan sering buang air kecil atau desakan untuk buang air kecil (atau

keduanya) , demam , Nyeri di atas tulang kemaluan atau punggung bawah juga

mungkin muncul , mual , terkadang urin dapat tampak berdarah atau

mengandung piuria (nanah di urin) yang dapat terlihat . Pada saat melakukan

pemeriksaan oleh dokter bahwa pasien tersebut menderita penyakit infeksi

saluran kemih . Pada kasus diatas bakteri apa yang menyebabkan pasien tersebut

sehingga mengalami infeksi saluran kemih ?

A. Staphylococcus D. Vibrio chlorera

B. Escherichia coli E. Pneumococcus

C. Bacillus

JAWABAN : B

4. Seorang pria berusia 30 tahun , datang dengan keluhan nyeri pada saat buang air

kecil. Dari hasil pemeriksaan dicurigai ada infeksi saluran kemih. Pemeriksaan

laboratorium menunjukkan adanya bakteri gram negatif yang sensitif terhadap

antibiotik golongan fluoroquinolones dan gentamicin. Bakteri tersebut adalah

golongan...

A. Streptococcus

B. S.viridans

C.pseudomonas aeruginosa

D. E.coli

E. Staphylococcus aureus

19
JAWABAN : C

20
5. Seorang analis sedang melakukan riset untuk mengetahui kadar Pseudomonas

aeroginosa pada beberapa kolam renang yang sering didatangi oleh pengunjung,

maka dilakukanlah pengambilan sampel air kolam yang setelahnya di letakkan

pada media yang sesuai. Media paling sederhana untuk pertumbuhan P.

aeroginosa adalah...

a. Amonium sulfat dan aseton

b. Aseton dan amonium oxalat

c. Asetat dan amonium sulfat

d. Asetat dan kalium bikarbonate. Amonium oxalat dan asetat

JAWABAN : C

6. Toksin protein ekstraseluler yaitu Exoenzyme S memiliki struktur subunit

karakteristik komponen-A dari racun bakteri dan memiliki aktivitas ribosilasi

ADP serta diproduksi oleh bakteri yang tumbuh di jaringan yang terbakar dan

dapat dideteksi dalam darah. Nama bakteri penghasil toksin tersebut adalah

a. Pseudomonas aeruginosa

b. Klebseila

c. Salmonella

d. Staphylococcus aureus

e. E. coli

JAWABAN : A

7. Seorang ibu datang ke laboratorium untuk meriksa penyakit disebabkan infeksi

bakteri, yang sudah di diagnosa oleh dokter. Ciri ciri bakreri tersebut

21
diidentifikasi berdasarkan morfologi Gram-nya, ketidakmampuan untuk

memfermentasi laktosa, reaksi oksidase positif, bau buahnya, dan

kemampuannya untuk tumbuh pada suhu 42 ° C. Berdasarkan morfologi nya

jenis bakteri apakah itu?

A. Pseudomonas aeruginosa

B. Klebseila

C. Salmonella

D. Staphylococcus aureus

E. E.coli

JAWABAN : A

22

Anda mungkin juga menyukai