Anda di halaman 1dari 6

Nama : Shafa Putri Tama

NIM : PO.71.34.1.18.032
Kelas : 2 Reg A
Dosen : Hamril Dani, S.Pd, M.Kes
IMUNOSEROLOGI PRAKTEK

Materi : Pemeriksaan Demam Typoid Dengan IDL Tubex Test

Tujuan : Untuk deteksi Demam Tifoid akut yang disebabkan oleh salmonella typhi,
melalui deteksi spesifik adanya antibodi lgM dalam serum.

Prinsip : Ketika partikel magnet yang diselimuti oleh antigen (s.typhi LPS) dicampurkan
dengan blue latex antibody-coated indicator particle yang diselimuti oleh anti-s
typhi LPS (O9) antibody, maka kedua jenis partikel ini akan berikatan satu
dengan yang lain. Ketika pada akhir eksperimen tabung berbentuk V tempat
terjadinya proses reaksi diatas diletakan diatas magnet stand, maka antigen-coated
magnetic particle akan tersedimentasi dibawa tabung. Begitu juga blue latek
particle yang telah berikatan dengan antigen-coated magnetic particle akan ikut
tersedimentasi pada bagian bawah tabung. Sehingga terjadi perubahan warna dari
biru menjadi merah.

Metode : Kalorimetrik

Landasan Teori

Tubex TF adalah suatu tes diagnostic in vitro semi kuantitatif 10 menit untuk deteksi
Demam Tifoid akut yang disebabkan oleh salmonella typhi, melalui deteksi spesifik adanya
serum antibodi lgM tersebut dalam menghambat (inhibasi) reaksi antara antigen berlabel partikel
lateks magnetik (reagen warna coklat) dan monoklonal antibodi berlabel lateks warna (reagen
warna biru), selanjutnya ikatan inhibasi tersebut diseparasikan oleh suatu daya magnetik. Tingkat
inhibasi yang dihasilkan adalah setara dengan konsentrasi antibodi lgM S. Typhi dalam sampel.
Hasil dibaca secara visual dengan membandingkan warna akhir reaksi terhadap skala
warna(Afidin, 2013).
Dasar konsep antibodi lgM spesifik terhadap salmonella typhi digunakan sebagai marker
penanda TUBEX TF menurut beberapa peneliti:

- Kadar ketiga kelas immunoglobin anti Lipopolisakarida (lgA, lgG dan lgM)lebih tinggi
pada pasien tifoid dibandingkan kontirol;pengujian lgM antipolisakarida memberikan
hasil yang berbeda bermakna antara tifoid dan non tifoid.
- Dalam diagnosis serologis Demam Tifoid, deteksi antibodi lgM adalah lebih baik karena
tidak hanya meningkat lebih awal tetapi juga lebih cepat menurun sesuai dengan fase
akut infeksi, sedangkan antibodi lgG tetap bertahan pada fase penyembuhan.
- TUBEX TF mendeteksi antibodi lgM dan bukan lgG. Hal ini membuat sangat bernilai
dalam menunjang diagnosa akut(Afidin, 2013).

Pemeriksaan ini mudah dilakukan dan hanya membutuhkan waktu singkat untuk
dilakukan (kurang lebih 5 menit). Untuk meningkatkan spesivisitas, pemeriksaan ini
menggunakan antigen O9 yang hanya ditemukan pada Salmonellae serogroup D dan tidak pada
mikroorganisme lain. Antigen yang menyerupai ditemukan pula pada Trichinella spiralis tetapi
antibodi terhadap kedua jenis antigen ini tidak bereaksi silang satu dengan yang lain. Hasil
positif uji Tubex ini menunjukkan terdapat infeksi Salmonellae serogroup D walau tidak secara
spesifik menunjuk pada S. typhi. Infeksi oleh S. paratyphi akan memberikan hasil negatif.

Secara imunologi, antigen O9 bersifat imunodominan. Anti¬gen ini dapat


merangsang respons imun secara independen terhadap timus, pada bayi, dan merangsang mitosis
sel B tanpa bantuan dari sel T. Karena sifat-sifat ini, respon terhadap anti¬gen O9 berlangsung
cepat sehingga deteksi terhadap anti-O9 dapat dilakukan lebih dini, yaitu pada hari ke 4-5 untuk
infeksi primer dan hari ke 2-3 untuk infeksi sekunder. Uji Tubex hanya dapat mendeteksi IgM
dan tidak dapat mendeteksi IgG sehingga tidak dapat dipergunakan sebagai modalitas untuk
mendeteksi infeksi lampau.

Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan 3 macam komponen, meliputi:

1. Tabung berbentuk V, yang juga berfungsi untuk meningkatkan sensitivitas.


2. Reagen A, yang mengandung partikel magnetik yang diselubungi dengan antigen S. typhi
O9
3. Reagen B, yang mengandung partikel lateks berwarna biru yang diselubungi dengan
antibodi monoklonal spesifik untuk antigen 09.

Komponen-komponen ini stabil disimpan selama 1 tahun dalam suhu 40C dan selama
beberapa minggu dalam suhu kamar. Di dalam tabung, satu tetes serum dicampur selama kurang
lebih 1 menit dengan satu tetes reagen A. Dua tetes reagen B kemudian dicampurkan dan
didiamkan selama 1-2 menit. Tabung kemudian diletakkan pada rak tabung yang mengandung
magnet dan didiamkan. Interpretasi hasil dilakukan berdasarkan warna larutan campuran yang
dapat bervariasi dari kemerahan hingga kebiruan. Berdasarkan warna inilah ditentukan skor,
yang interpretasinya dapat dilihat pada label 1(Analis Muslim, 2011)
Prosedur Kerja

a) Pra Analitik
- ALAT DAN BAHAN
 Sampling
a. Alat :
1. Alat sampling
2. Tabung darah.
3. Sentrifuge
4. Mikrotube
b. Bahan :
Alkohol 70%

 Pemeriksaan
a. Alat :
1. Mikropipet
2. Yellow tip
3. Microplate berbetuk V
4. Magnet stand
5. Skala warna
6. Tape sealing
7. Beaker glass berisi xylol
8. Tissue
9. Tempat sampah
b. Bahan :
1. Sampel serum
2. Tubex TF Reagen
3. Reagen biru
4. Reagen coklat
5. Control positif dan negatif
- PERSIAPAN SAMPEL
1. Lakukan sampling darah
2. Lakukan pemusingan dengan setrifuge kecepatan 300rpm selama 15 menit.
3. Pisahkan serum dari sel darah dan masukkan ke dalam mikrotube.

b) Analitik
1. Masukkan 45µl antigen coated magnetic particle (brown reagent) pada reaction
caontainer yang disediakan (satu set yang terdiri dari enam tabung berbentuk V).
Reagen dimasukkan ke sumur 1,2 dan 3.
2. Masukan 45µl serum sampel (serum harus jernih) ke dalam sumur yang sudah berisi
reagen, lalu campurkan keduanya dengan menggunakan pipette tip.
3. Inkubasi dalam 2 menit.
4. Tambahan 90µl antibody coated indikator partikel (blue reagent)
5. Tutup tempat reaksi tersebut dengan menggunakan strip(tape sealing), lalu ubah
posisi tabung dari vertical menjadi horizontal dengan sudut 90º.
6. Goyang-goyangkan tabung kedepan dan kebelakang selama 2 menit.
7. Pada akhir proses reaksi ini tabung berbentuk V ini diletakkan diatas magnet stand.
8. Didiamkan 5 menit untuk terjadi proses pemisahan (pengendapan).
9. Pembacaan skor hasil dari reaksi ini dilakukan dengan cara mencocokkan warna yang
terbentuk pada akhir reaksi dengan skor yang tertera pada color scale.

c) Pasca-Analitik
1. Pelaporan Hasil
2. Bersihkan area kerja dan buang sampah infeksius dan non-infeksius sesuai tempat
sampahnya.

INTERPRETASI HASIL
- <2 : Negatif (Tidak menunjukkan indikasi demam tifoid)
- 3 : Borderline (Tidak meyakinkan, analisis perlu diulang)
- 4–5 : Positif Lemah (indikasi demam tifoid)
- 6 – 10 : Positif Kuat (indikasi kuat demam tifoid)
HASIL PEMERIKSAAN

Nama pasein : X

Umur :20 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pada sampel A didapatkan skala titer 2

PEMBAHASAN

TUBEX bersifat semikwantitatif dengan pengukuran berdasarkan perubahan warna


yg terjadi. Sensitiviti tertinggi pada sampel serum pada minggu ke dua demam. Keterbatasan
Tubex terletak pada reaksi kolorimetrik yang berpotensi timbul kesalahan jika sampel hemolisa
Tubex tidak menimbulkan reaksi silang terhadap spesies Salmonella lainya seperti S. paratyphi
A. Tubex tak mendeteksi IgG sehingga hasilnya menyatakan hanya infeksi saat ini yg
terdiagnosa

Konsep pemeriksaan ini dapat diterangkan sebagai berikut. Ketika partikel magnet
yang diselimuti oleh antigen (s.typhi LPS) dicampurkan dengan blue latex antibody-coated
indicator particle yang diselimuti oleh anti-s typhi LPS (O9) antibody, maka kedua jenis partikel
ini akan berikatan satu dengan yang lain. Ketika pada akhir eksperimen tabung berbentuk V
tempat terjadinya proses reaksi diatas diletakan diatas magnet stand, maka antigen-coated
magnetic particle akan tersedimentasi dibawa tabung. Begitu juga blue latek particle yang telah
berikatan dengan antigen-coated magnetic particle akan ikut tersedimentasi pada bagian bawah
tabung. Sehingga terjadi perubahan warna dari biru menjadi merah. Hal ini menunjukan tidak
adanya anti-s typhi O9 antibody pada serum milik pasien dan hasil reaksi dikatakan negative
(pasien tidak terindikasi menderita demam tifoid).

Hasil pemeriksaan negatif bisa juga terjadi karena sampel yang diperiksa berasal dari
pasien yang menderita demam tifoid kronis atau penyembuhan. Pada demam tifoid kronis
immunoglobulin yang beredar dalam darah adalah IgG yang mana tidak dapat dideteksi oleh uji
tubex. Uji tubex hanya dapat mendeteksi IgM dan tidak dapat mendeteksi IgG, menunjukkan
bahwa respon antibodi Salmonella typhi yang dapat dideteksi oleh uji tubex adalah IgM yang
muncul pada infeksi akut. Oleh karena itu kalau sampel darah pasien yang diperiksa dengan uji
tubex mengandung IgM Salmonella typhi maka hasilnya akan positif demam tifoid.

Uji tubex mendeteksi IgM, telah dilaporkan bahwa sensitifitas dan spesifisitas uji
tubex lebih baik dibandingkan uji widal. Namun kelemahan dari uji ini tidak dapat mendeteksi
Salmonella paratyphi.

KESIMPULAN

Tidak ditemukan adanya antibody IgM dalam serum probandus, sehingga dapat dikatakan tidak
menunjukkan indikasi demam tifoid

Anda mungkin juga menyukai