DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 13
DOSEN PEMBIMBING :
Segala puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan rahmat, hidayah dan karunia-Nya. Berkat limpahan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan penulisan makalah tentang Patofisiologi
Sistem Reproduksi.
Makalah ini kami susun berdasarkan sub bab yang telah diberikan. Kami juga
ingin mengucapkan terima kasih kepada ibu
dr. Itail Husna Basa, M.kes selaku dosen pembimbing karena telah memberikan
tugas ini, agar kami dapat lebih mengetahui tentang Patofisiologi Sistem
Reproduksi.
Kami mengharap makalah ini bermanfaat bagi semua orang, sehingga mampu
menambah pengetahuan bagi orang-orang yang membacanya.
Penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna. Oleh karena itu saran dan
kritik yang membangun sangat dibutuhkan agar dapat memperbaiki makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................2
BAB 1..................................................................................................................4
PENDAHULUAN...............................................................................................4
Latar Belakang.................................................................................................4
Rumusan Masalah............................................................................................4
Tujuan..............................................................................................................5
BAB 2..................................................................................................................6
PEMBAHASAN..................................................................................................6
BAB 3................................................................................................................23
PENUTUP..........................................................................................................23
Kesimpulan....................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................24
i
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Proses kehamilan akan terjadi jika ovum dibuahi oleh sperma. Peristiwa
pembuahan ovum oleh sperma disebut fertilisasi. Fertilisasi terjadi pada tuba
Fallopi. Sel telur yang telah dibuahi disebut zigot. Zigot bergerak menuju rahim.
Dalam perjalanannya menuju rahim, zigot membelah berulang kali membentuk
embrio. Selanjutnya, embrio akan menempel pada dinding rahim. Embrio akan
tumbuh dan berkembang di dalam rahim membentuk janin. Janin akan keluar
sebagai bayi setelah sekitar 9 bulan berada di dalam rahim. Penyakit pada sistem
reproduksi biasa disebabkan oleh jamur, bakteri atau virus. Bakteri dapat
menyebabkan beberapa gangguan pada organ reproduksi terutama organ
reproduksi pada wanita. Keputihan dengan warna hijau dan bau merupakan salah
satu gangguan yang disebabkan oleh bakteri.
Bakteri juga dapat menyebabkan gangguan lebih lanjut berupa kista bahkan
hingga menimbulkan kanker rahim.
Angka kematian maternal Indonesia saat ini mencapai 307 per 100.000 dan ini
merupakan yang tertinggi di antara negara-negara ASEAN. Salah satu penyebab
tingginya angka kematian tersebut adalah kegawatdaruratan obstetri merupakan
masalah yang sering dialami dalam bidang obstetri dan praktik sehari-hari.
Pengenalan dini dan tatalaksana awal untuk kegawatan obstetri merupakan kunci
keberhasilan dari penanganan kegawatan ini. Dengan penanganan dini yang tepat ,
angka morbiditas dan mortalitas ibu mupun janin dapat dikurangi
i
Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan dari latar belakang diatas penulis menarik rumusan
masalah sebagai berikut :
Tujuan
Tujuan Penulis membuat makalah ini adalah:
i
BAB 2
PEMBAHASAN
Selain ketiga hormon tersebut wanita juga memiliki hormon yang berperan seperti
sifat seksual pria. walaupun kadarnya rendah. yaitu hormon androgen. Peranan
hormon sangat penting bagi proses reproduksi wanita sehingga jika mengami
gangguan pada ketiga hormon tersebut dapat menyebabkan beberapa gangguan
pada fungsi tubuh lainnya.
3
Gangguan Sistem Reproduksi Wanita
1. Kanker serviks
Kanker serviks adalah keadaan dimana sel-sel abnormal tumbuh di seluruh lapisan
epitel serviks. Penanganannya dilakukan dengan mengangkat uterus, oviduk,
ovarium, sepertiga bagian atas vagina dan kelenjar limfe panggul.
Kanker servik adalah pertumbuhan sel bersifat abnormal yang terjadi pada servik
uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk
ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina)
(Riono, 1999). Kanker serviks ataupun lebih dikenali sebagai kanker leher rahim
adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim /serviks yang merupakan
bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina. Pada penderita
kanker serviks terdapat sekelompok jaringan yang tumbuh secara terus- menerus
yang tidak terbatas, tidak terkoordinasi dan tidak berguna bagi tubuh, sehingga
jaringan disekitarnya tidak dapat berfungsi dengan baik (Sarwono, 1996).
2. Vaginitis
Vaginitis adalah infeksi pada vagina yang disebabkan oleh berbagai bakteri,
parasit atau jamur (Manuaba,2001). Vaginitis adalah infeksi yang terjadi pada
vagina terjadi secara langsung pada vagina atau melalui perineum (Wikniosastro
1999).
Penyebab dari Vaginitis :
e. yang berwarna kuning hijau kental dengan bau tidak enak dan berbusa.
Kadang bisa gatal dan membuat iritasi. Parasit keputihan ini bisa menular
lewat tukar-menukar peralatan mandi, pinjam-meninjam pakaian dalam,
menduduki kloset yang terkontaminasi, dan lain sebagainya.
a. Pruritus vulvae
b. Nyeri vagina yang hebat
c. Disuria eksterna dan interna
d. Rash pada vulva
e. Eritematosa
f. Sekret khas seperti keju lembut.
g. Secret banyak dan bau busuk
h. Edema vulva
i. Vagina berbau busuk dan amis
j. Perdarahan pervaginam
3. Bartolinitis
Bartolinitis adalah Infeksi pada kelenjar bartolin atau bartolinitis juga dapat
menimbulkan pembengkakan pada alat kelamin luar wanita. Biasanya,
pembengkakan disertai dengan rasa nyeri hebat bahkan sampai tak bisa berjalan.
Juga dapat disertai demam, seiring pembengkakan pada kelamin yang memerah.
Penyebab Bartolinitas
Tanda/Gejala Bartolitis
4. Kista Ovarium
Kista ovarium adalah suatu tumor, baik yang kecil maupun yang besar, kistik
atau padat, jinak atau ganas. Dalam kehamilan, tumor ovarium yang dijumpai
yang paling sering ialah kista dermoid, kista coklat atau kista lutein. Tumor
ovarium yang cukup besar dapat menyebabkan kelainan letak janin dalam rahim
atau dapat menghalang-halangi masuknya kepala ke dalam panggul. Kista
ovarium secara fungsional adalah kista yang dapat bertahan dari pengaruh
hormonal dengan siklus menstruasi ( Lowdermilk, dkk. 2005 : 273). Kista
ovarium merupakan perbesaran sederhana ovarium normal, folikel de graf atau
korpus luteum atau kista ovarium dapat timbul akibat pertumbuhan dari
epithelium ovarium ( Smelzer and Bare. 2002 : 1556 ).
Panyebab Kista Ovarium
b. Faktor genetik Dalam tubuh kita terdapat gen gen yang berpotensi memicu
kanker, yaitu yang disebut
Protoonkogen, karena suatu sebab tertentu, misalnya karena makanan
yang bersifat karsinogen, polusi, atau terpapar zat kimia tertentu atau
karena radiasi, protoonkogen ini dapat berubah menjadi onkogen, yaitu
gen pemicu kanker.
1. Asites
2. Penyebaran ke omentum (lemak perut) serta oran organ di dalam rongga
perut (usus dan hati)
3. Perut membuncit, kembung, mual, gangguan nafsu makan.
4. Gangguan buang air besar dan kecil,
5. Sesak nafas akibat penumpukan cairan di rongga dada.
Kegawatdarutatan Obstetri dan Penyakit Kandungan
Pengertian Kegawatdaruratan Obsertik
Perdarahan yang mengancam nyawa selama kehamilan dan dekat cukup bulan
meliputi perdarahan yang terjadi pada minggu awal kehamilan (abortus, mola
hidatidosa, kista vasikuler, kehamilan ekstrauteri/ ektopik) dan perdarahan pada
minggu akhir kehamilan dan mendekati cukup bulan (plasenta previa, solusio
plasenta, ruptur uteri, perdarahan persalinan per vagina setelah seksio sesarea,
retensio plasentae/ plasenta inkomplet), perdarahan pasca persalinan, hematoma,
dan koagulopati obstetri.
Abortus
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan sebelum janin mencapai berat 500
gram atau usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau janin belum mampu untuk
hidup di luar kandungan.
Penyebab Abortus
1. Faktor janin Faktor janin penyebab keguguran adalah kelainan genetik, dan
ini terjadi pada 50%-60% kasus keguguran.
2. Faktor ibu:
a. Kelainan endokrin (hormonal) misalnya kekurangan tiroid, kencing
manis.
b. Faktor kekebalan (imunologi), misalnya pada penyakit lupus, Anti
phospholipid syndrome.
c. Infeksi, diduga akibat beberapa virus seperti cacar air, campak jerman,
toksoplasma , herpes, klamidia.
d. Kelemahan otot leher rahim
e. Kelainan bentuk rahim.
Klasifikasi Abortus
Patofisiologi
Kebanyakan abortus spontan terjadi segera setelah kematian janin yang kemudian
diikuti dengan perdarahan ke dalam desidua basalis, lalu terjadi perubahan-
perubahan nekrotik pada daerah implantasi, infiltrasi sel-sel peradangan akut, dan
akhirnya perdarahan per vaginam. Buah kehamilan terlepas seluruhnya atau
sebagian yang diinterpretasikan sebagai benda asing dalam rongga rahim. Hal ini
menyebabkan kontraksi uterus dimulai, dan segera setelah itu terjadi pendorongan
benda asing itu keluar rongga rahim (ekspulsi). Perlu ditekankan bahwa pada
abortus spontan, kematian embrio biasanya terjadi paling lama dua minggu
sebelum perdarahan. Oleh karena itu, pengobatan untuk mempertahankan janin
tidak layak dilakukan jika telah terjadi perdarahan banyak karena abortus tidak
dapat dihindari. Sebelum minggu ke-10, hasil konsepsi biasanya dikeluarkan
dengan lengkap. Hal ini disebabkan sebelum minggu ke-10 vili korialis belum
menanamkan diri dengan erat ke dalam desidua hingga telur mudah terlepas
keseluruhannya. Antara minggu ke-10 hingga minggu ke-12 korion tumbuh
dengan cepat dan hubungan vili korialis dengan desidua makin erat hingga mulai
saat tersebut sering sisa-sisa korion (plasenta) tertinggal kalau terjadi abortus.
Pengeluaran hasil konsepsi didasarkan 4 cara:
Laboratorium
Tes kehamilan, laboratorium rutin dan khusus seperti COT. Pemeriksaan kadar
fibrinogen pada missed abortion.
Plasenta Previa
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat yang
abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau
seluruh dari ostium uteri internum (pembukaan jalan lahir). Pada keadaan normal
plasenta terletak dibagian atas uterus. Sejalan dengan bertambahnya membesarnya
rahim dan meluasnya segmen bawah rahim ke arah proksimal memungkinkan
plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim seolah plasenta tersebut
bermigrasi. Ostium uteri yang secara dinamik mendatar dan meluas dalam
persalinan kala satu bisa mengubah luas pembukaan serviks yang tertutup oleh
plasenta. Fenomena ini berpengaruh pada derajat atau klasifikasi dari plasenta
previa ketika pemeriksaan dilakukan baik dalam masa antenatal maupun dalam
masa intranatal, baik dengan ultrasonografi maupun pemeriksaan digital. Oleh
karena itu, pemeriksaan ultrasonografi perlu diulang secara berkala dalam asuhan
antenatal ataupun intranatal.
Gejala
1. Perdarahan terjadi tanpa rasa sakit dan biasanya darah berwarna merah
segar.
2. Perdarahan pertama (first bleeding) biasanya tidak banyak, tetapi
perdarahan berikutnya (recurrent bleeding) biasanya lebih banyak.
3. Bagian terdepan janin tinggi (floating), sering dijumpai kelainan letak
janin.
Etiologi
Faktor-faktor etiologi:
Diagnosa
1. Anamnesis
a. Keluhan utama : perdarahan pada kehamilan setelah 28 minggu atau
pada kehamilan lanjut (trimester III)
b. Sifat perdarahan tanpa sebab, tanpa nyeri, dan berulang
2. Inspeksi/inspekulo
a. Perdarahan keluar pervaginam (dari dalam uterus)
b. Tampak anemis
3. Palpasi abdomen
a. Janin sering belum cukup bulan, TFU masih rendah
b. Sering dijumpai kesalahan letak janin
c. Bagian terbawah janin belum turun
d. Pemeriksaan USG
e. Evaluasi letak dan posisi plasenta.
f. Posisi, presentasi, umur, tanda-tanda kehidupan janin.
g. Transabdominal ultrasonography
Patofisiologi
Pemeriksaan Penunjang
Mola Hidatidosa (Hamil Anggur) adalah suatu massa atau pertumbuhan di dalam
rahim yang terjadi pada awal kehamilan. Mola Hidatidosa adalah kehamilan
abnormal, dimana seluruh villi korialisnya mengalami perubahan hidrofobik.
Mola hidatidosa juga dihubungkan dengan edema vesikular dari vili khorialis
plasenta dan biasanya tidak disertai fetus yang intak. Secara histologist,
ditemukan proliferasi trofoblast dengan berbagai tingkatan hiperplasia dan
displasia. Vili khorialis terisi cairan, membengkak, dan hanya terdapat sedikit
pembuluh darah.
Etiologi
Penyebab pasti mola hidatidosa tidak diketahui, tetapi faktor-faktor yang mungkin
dapat menyebabkan dan mendukung terjadinya mola, antara lain:
Tanda dan gejala kehamilan dini didapatkan pada mola hidatidosa. Kecurigaaan
biasanya terjadi pada minggu ke 14 – 16 dimana ukuran rahim lebih besar dari
kehamilan biasa, pembesaran rahim yang terkadang diikuti perdarahan, dan
bercak berwarna merah darah beserta keluarnya materi seperti anggur pada
pakaian dalam. Tanda dan gejala
Mual dan muntah yang parah yang menyebabkan 10% pasien masuk RS
Pembesaran rahim yang tidak sesuai dengan usia kehamilan (lebih besar):
2) Gejala – gejala pre-eklampsi seperti pembengkakan pada kaki dan tungkai,
peningkatan tekanan darah, proteinuria (terdapat protein pada air seni)
Manifestasi Klinis
Diagnosis
Perdarahan vaginal. Gejala klasik yang paling sering pada mola komplet adalah
perdarahan vaginal. Jaringan mola terpisah dari desidua, menyebabkan
perdarahan. Uterus membesar (distensi) oleh karena jumlah darah yang banyak,
dan cairan gelap bisa mengalir melalui vagina. Gejala ini terdapat dalam 97%
kasus.
Hiperemesis. Penderita juga mengeluhkan mual dan muntah yang berat. Hal ini
merupakan akibat dari peningkatan secara tajam hormon β-HCG.
Kebanyakan mola sudah dapat dideteksi lebih awal pada trimester awal sebelum
terjadi onset gejala klasik tersebut, akibat terdapatnya alat penunjang USG yang
beresolusi tinggi. Gejala mola parsial tidak sama seperti komplet mola. Penderita
biasanya hanya mengeluhkan gejala seperti terjadinya abortus inkomplet atau
missed abortion, seperti adanya perdarahan vaginal dan tidak adanya denyut
jantung janin. Dari pemeriksaan fisik pada kehamilan mola komplet didapatkan
umur kehamilan yang tidak sesuai dengan besarnya uterus (tinggi fundus uteri).
Pembesaran uterus yang tidak konsisten ini disebabkan oleh pertumbuhan
trofoblastik yang eksesif dan tertahannya darah dalam uterus. Didapatkan pula
adanya gejala preeklamsia yang terjadi pada 27% kasus dengan karakteristik
hipertensi ( TD > 140/90 mmHg), protenuria (> 300 mg.dl), dan edema dengan
hiperefleksia. Kejadian kejang jarang didapatkan. Kista theca lutein, yakni kista
ovarii yang diameternya berukuran > 6 cm yang diikuti oleh pembesaran ovarium.
Kista ini tidak selalu dapat teraba pada pemeriksaan bimanual melainkan hanya
dapat diidentifikasi dengan USG. Kista ini berkembang sebagai respon terhadap
tingginya kadar beta HCG dan akan langsung regresi bila mola telah dievakuasi.
Patologi
Patologi dari mola hidatidosa merupakan penyakit korion. Kematian sel ovum
atau gagalnya perkembangan embrio merupakan hal penting untuk terbentuknya
mola hidatidosa komplit/klasik. Sekresi dari sel yang hiperplastik dan zat-zat yang
ditransfer dari darah maternal/ibu terakumulasi di stroma vili yang tanpa
pembuluh darah. Hal ini menyebabkan distensi vili untuk membentuk vesikel
kecil. Distensi ini dapat terjadi akibat edema dan pencairan stroma.Cairan vesikel
merupakan cairan interstitial dan hampir mirip dengan cairan asites atau edema,
tapi kaya akan hCG. merupakan massa yang mengisi Rahim yang terbuat dari
beberapa rantai dan kelompok kista dari berbagai ukuran. Tidak dijumpai adanya
embrio atau kantung amnion. Jika terjadi perdarahan, biasanya di ruang desidua.
Tampilan mikroskopik yang biasa ditemukan adalah proliferasi dari epitel sinsitial
dan sitotrofoblas, penipisan jaringan stroma akibat degenerasi hidropik, tidak
adanya pembuluh darah di vili dan pola vili yang jelas dipertahankan.11
Perubahan ovarium seperti kista lutein bilateral dijumpai pada sekitar 50% kasus.
Hal ini dikarenakan produksi korionik gonadotropin yang berlebihan dan dapat
juga dijumpai pada kehamilan ganda. Biasanya akan mengecil secara spontan
dalam waktu 2 bulan setelah ekspulsi dari mola. Cairan kista ini kaya akan
korionik gonadotropin, esterogen dan progesterone.12 Perbedaan patologi
Pemeriksaan Laboratorium
Darah lengkap dengan hitung platelet, blood urea nitrogen (BUN), kreatinin, dan
fungsi hati. Golongan darah, fungsi tiroid diindikasikan. Prothrombin time (PT),
partial thromboplastin time (PTT), protrombin, fibrinogen diperiksa jika secara
klinis diindikasikan.23 Kadar hCG yang tinggi (> 100.000 IU/L) biasanya
dijumpai pada pasien dengan kehamilan mola komplit. Penilaian kadar hCG
>100.000 IU/L disertai dengan perdarahan pervaginam dan pembesaran uterus
merupakan sugestif untuk diagnosis kehamilan mola komplit. Pada kehamilan
mola parsial biasanya kurang berhubungan dengan peningkatan kadar hCG,
biasanya < 100.000 IU/L. berdasarkan subunit hCG, kehamilan mola komplit
memiliki kadar subunit beta hCG yang lebih tinggi dibandingkan kehamilan mola
parsial (24:1). Sedangkan, pada kehamilan mola parsial mempunyai kadar alfa
hCG yang lebih tinggi dibandingkan kehamilan mola komplit (0,85:0,17). Rata-
rata persentasi rasio beta hCG terhadap alf hCG pada kehamilan mola komplit dan
mola parsial adalah 20,9:2,4.
Penyebab
Gangguan ini adalah terlambatnya transport ovum karena obstruksi mekanis pada
jalan yang melewati tuba uteri. Kehamilan tuba terutama di ampula, jarang terjadi
kehamilan di ovarium.
Jika terjdi syok, akan ditemukan nadi lemah dan cepat, tekanan darah di bawah
100 mmHg, wajah tampak kurus dan bentuknya menonjol-terutama hidung,
keringat dingin, ekstremitas pucat, kuku kebiruan, dan mungkin terjadi gangguan
kesadaran.
Diagnosis
Ditegakkan melalui adanya amenore 3-10 minggu, jarang lebih lama, perdarahan
per vagina tidak teratur (tidak selalu).
Penanganan
Patofisiologi
1. Hasil konsepsi mati dan diresorpsi Pada implantasi secara kolumner, ovum
yang dibuahi cepat mati karena vaskularisasi yang kurang dan dengan
mudah terjadi resorpsi total. Dalam keadaan ini, penderita tidak
mengeluhkan apa-apa. Hanya haid saja yang terlambat untuk beberapa
hari.
2. Abortus tuba Perdarahan yang terjadi karena pembukaan pembuluh-
pembuluh darah oleh villi koriales pada dinding tuba di tempat implantasi
dapat melepaskan mudigah dari koriales pada dinding tersebut bersama-
sama dengan robeknya pseudokapsularis. Pelepasan ini dapat terjadi
sebagian atau seluruhnya, tergantung dari derajat perdarahan yang timbul.
Bila pelepasan menyeluruh, mudigah dengan selaputnya dikeluarkan
dalam lumen tuba dan kemudian didorong oleh darah kearah ostium tuba
abdominale. Frekuensi abortus dalam tuba tergantung pada implantasi
telur yang dibuahi. Abortus tuba lebih umum terjadi pada kehamilan tuba
pars ampullaris, sedangkan penembusan dinding tuba oleh villi koriales
kearah peritoneum biasanya terjadi pada kehamilan pars isthmika.
Perbedaan ini disebabkan karena lumen pars amoullaris lebih luas,
sehingga dapat mengikuti lebih mudah pertumbuhan hasil konsepsi
dibandingkan dengan bagian isthmus dengan lumen sempit. Pada
pelepasan hasil konsepsi yang tidak sempurna pada abortus, perdarahan
akan terus berlangsung, dari sedikit-sedikit oleh darah, sampai berubah
menjadi mola kruenta. Perdarahan akan keluar melalui fimbriae dan masuk
rongga abdomen dan terkumpul secara 11 khas di kavum Douglas dan
akan membentuk hematokel retrouterina. Bila fimbriae tertutup, tuba
fallopii dapat membesar karena darah dan membentuk hematosalping. 3
3. Ruptur tuba Penyusupan, dan perluasan hasil konsepsi dapat
mengakibatkan rupture pada saluran lahir pada beberapa tempat. Ruptur
dapat terjadi secara spontan, atau karena trauma ringan seperti koitus atau
pemeriksaan vagina. Ruptur sekunder dapat terjadi bila terjadi abortus
dalam tuba dan ostium tuba tertutup. Dalam hal ini dinding tuba yang
sudah menipis karena invasi dari trofoblas, akan pecah karena tekanan
darah dalam tuba. Kadang-kadang ruptur terjadi diarah ligamentum latum
dan terbentuk hematoma intraligamenter. Jika janin hidup terus, terdapat
kehamilan intraligamenter. Pada ruptur ke rongga perut, seluruh janin
dapat keluar dari tuba, tetapi bila robekan kecil, perdarahan terjadi tanpa
hasil konsepsi dikeluarkan dari tuba. Bila pasien tidak mati dan meninggal
karena perdarahan, nasib janin bergantung pada kerusakan yang diderita
dan tuanya kehamilan. Bila janin yang dikeluarkan tidak mati dengan
masih diselubungi oleh kantong amnion dan dengan plasenta yang utuh,
kemungkinan tumbuh terus dalam rongga abdomen sehingga terjadi
kehamilan abdominal sekunder.
1. Hematokrit
2. Tergantung pada populasi dan derajat perdarahan abdominal yang terjadi.
3. Sel darah putih
4. Sangat bervariasi dan tak jarang terlihat adanya leukositosis.
5. Tes kehamilan
6. Pada kehamilan ektopik hampir 100% menunjukkan pemeriksaan β-hCG
positif.
7. Pada kehamilan intrauterin, peningkatan kadar β-hCG meningkat 2 kali
lipat setiap dua hari.
8. 2/3 kasus kehamilan ektopik menunjukkan adanya peningkatan titer serial
hCG yang abnormal, dan 1/3 sisanya menunjukkan adanya peningkatan
titer hCG yang normal.
BAB 3
PENUTUP
Kesimpulan
Reproduksi manusia secara vivipar (melahirkan anak) dan fertilisasinya secara
internal (di dalam tubuh), oleh karena itu memiliki alat-alat reproduksi yang
mendukung fungsi tersebut. Alat-alat reproduksi tersebut dibagi menjadi alat
reproduksi bagian dalam dan alat reproduksi bagian luar yang masing-masing alat
reproduksi tersebut telah disebutkan dan dijelaskan dalam makalah ini. Untuk itu
memiliki kelainan atau gangguan pada salah satu system Reproduksi dapat
berakibat buruk pada kelangsungan hidup dan keturunan kita. Selain itu dalam
makalah ini juga membahas sedikit tentang proses terjadinya dan penyebab
kelainan dan gangguan system Reproduksi
24
DAFTAR PUSTAKA
Plasenta Previa . (2013, Oktober 14). Retrieved 03 11, 2019, from Bidan Idola :
http://midwifery09.blogspot.com/2013/10/plasenta-previa.html
Dlin, A. (2016, Juli 01). Placenta Previa. Retrieved 03 11, 2019, from SlideShare:
https://www.slideshare.net/AdelineDlin/placenta-previa-pembimbing-dr-arie-
widiyasaspog
Falah, N. (n.d.). Makalah kelainan sistem reproduksi. Retrieved 03 11, 2019, from
Academia.edu:
https://www.academia.edu/36181615/Makalah_kelainan_sistem_reproduksi
23