Anda di halaman 1dari 18

TREMATODA DARAH

Kelompok 3:
Elin Handayani
Eva Andari
Indah Nurariska
Manarul Hidayat
Latar Belakang
Trematoda atau cacing daun termasuk dalam filum
Platyhelminthes dan hidup sebagai parasit

Pada trematoda darah yang akan dibahas tiga spesies yaitu:


1. Schistosoma japonicum
2. Schistosoma mansoni
3. Schistosoma haematobium.
Epidemiologi
Penyakit ini ditemukan endemik di Indonesia khususnya dua
daerah Sulawesi tengah yaitu di daerah lindu penyakit ini
ditemukan tahun 1937 dan di lembah napu tahun 1972. Sebagai
sumber infeksi, selain manusia ditemukan pula hewan-hewan
lain sebagai hospes reservoir, yang terpenting adalah tikus
sawah. Selain itu rusa hutan, babi hutan, sapi dan anjing
dilaporkan juga mengandung cacing ini.
Hospes perantara adalah keong air Oncomelania hupensis
lindoensis baru ditemukan pada tahun1971. Habitat keong di
daerah danau lindu ada 2 macam yaitu fokus di daerah yang
digarap seperti lading, sawah yang tidak dipakai lagi atau pinggir
parit diantara sawah dan fokus didaerah perbatasan bukit dan
dataran rendah.
Morfologi
1. Schistosoma japonicum
• Telur-telur cacing Schistosoma japonicum, berukuran panjang
70 – 100 mm dan lebarnya 55 – 64 mm.

2. Schistosoma mansoni
• Cacing betina panjangnya 1.7 – 7.2 mm.
• Cacing jantan panjangnya 6.4 – 12 mm,

3. Schistosoma haematobium
• Cacing dewasa jantan gemuk berukuran 10-15 x 0,8-1 mm.
• Ditutupi integumen tuberkulasi kecil, memiliki dua betil isap
berotot, yang ventral lebih besar.
Klasifikasi Schistosoma japonicum
Kingdom: Animalia
Phylum : Platyhelminthes
Kelas : Trematoda
Subkelas: Digenea
Ordo : Strigeidida
Family : Schistosomatidae
Genus : Schistosoma
Spesies : Schistosoma japonicum
Klasifikasi Schistosoma mansoni

Kingdom : Animalia
Phylum : Platyhelminthes
Kelas : Trematoda
Subkelas : Digenea
Ordo : Strigeidida
Family : Schistosomatidae
Genus : Schistosoma
Spesies : Schistosoma mansoni
Klasifikasi Schistosoma haematobium

Kingdom : Animalia
Phylum : Platyhelminthes
Kelas : Trematoda
Subclass : Digenea
Ordo : Stigeidida
Family : Schistosomatidae
Genus : Schistosoma
Spesies : Schistosoma haematobium
Hospes dan Nama Penyakit
Hospes definitifnya adalah manusia, sedangkan hospes
reservoirnya adalah kera Baboon dan hewan pengerat. Hospes
perantaranya adalah keong air tawar genus Biomphalaria sp. dan
Australorbis sp.. Habitat cacing ini adalah vena kolon dan
rektum. Pada manusia cacing ini dapat menyebabkan
Skistosomiasis usus, Disentri mansoni dan Skistosomiasis
mansoni.
Patologi dan gejala klinis
Patologi yang berhubungan dengan infeksi dengan Schistosma
mansoni dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Schistosomiasis akut bisa disebut juga demam Katayama.
Dengan timbulnya parasit betina bertelur (sekitar 5 minggu
setelah infeksi), dan pembentukan granuloma sekitar telur
terdapat di hati dan dinding usus, menyerupai
hepatosplenomegali dan leukositosis dengan eosinofilia,
mual, sakit kepala, batuk, dalam kasus yang ekstrim diare
disertai dengan darah, lendir dan bahan nekrotik.
2. Gejala kronis akan tampak beberapa tahun setelah infeksi.
Gejalanya seperti peradangan pada hati dan jarang
ditemukan di organ lain (paru-paru).
Siklus Hidup Schistosoma
japonicum
Siklus Hidup Schistosoma mansoni
Siklus Hidup Schistosoma
haematobium
Distribusi Geografi
Parasit Schistosoma mansoni ditemukan di banyak Negara di
Afrika, Amerika Selatan (Brasil, Suriname, dan Venezuela),
Karibia (termasuk Puerto Rico, St Lucia, Guadeloupe,
Martinique, republik Dominika, Antigua dan Montserat) dan di
bagian Timur Tengah.
Diagnosis
1. Schistosoma japonicum

• Salah satunya tes dengan metode ELISA dapat juga dilakukan


untuk menguji antibodi yang spesifik untuk schistosomes.
• Hasil positif menunjukkan infeksi saat ini atau terakhir (dalam
dua tahun terakhir).
• Pemeriksaan ultrasonografi dapat dilakukan untuk menilai
sejauh mana morbiditas hati dan limpa terkait (Tie-Wu Jia et
al, 2007).
2. Schistosoma mansoni
Diagnosis dapat ditentukan dengan menemukan telur di dalam tinja.

3. Schistosoma haematobium
Reaksi serologi dapat dipakai adalah:

a. COPT (Circumoval precipitin test),


b. IHT (Indirect Haemagglutation test),
c. CFT (Complement fixation test),
d. FAT (Fluorescent antibody test) dan
e. ELISA (Enzyme linked immuno sorbent assay).
Pengobatan
1. Schistosoma japonicum
• Pengobatan dapat dilakukan dengan memberikan prazikuantel. Selain itu dapat
juga digunakan natrium antimony tartrat.
• Obat lainnya tidak memberikan hasil yang memuaskan karena sebenarnya tidak
ada obat khusus untuk parasit ini.
• Obat-obatan yang akan menyebabkan terlepasnya pegangan cacing dewasa pada
pembuluh darah, sehingga akan tersapu ke dalam hati oleh sirkulasi portal.

2. Schistosoma mansoni
• Natrium antimonium tartrat cukup efektif untuk pengobatan penyakit yang
diakibatkan oleh parasit ini.
• Stiboven dapat diberikan secara intramuskuler.
• Nitridiasol juga efektif tetapi bukan sebagai obat pilihan.
• Obat lain yang cukup baik diberikan pr oral adalah oksamniquin dan nitrioquinolin.

3. Schistosoma haematobium
• Obat Metrifonate, organoposforus cholinesterase inhibitor. Dosisnya 5-15 mg/ kg
berat badan diberikan dengan interval 2 minggu.
Pencegahan
1. Schistosoma japonicum
• Pendidikan,
• Menghilangkan penyakit dari orang yang terinfeksi,
• Pengendalian vektor dan memberikan vaksin pelindung.

2. Schistosoma mansoni
• Pencegahan dan pengendalian dapat dicapai dengan sejumlah metode seperti
berusaha untuk menghilangkan hospes perantara,
• Penghapusan parasit dari hospes definitif, pencegahan infeksi pada inang
definitif dan pencegahan infeksi pada hospes perantara.

3. Schistosoma haematobium
• Menghindari kencing atau buang air besar di dalam air atau dekat sumber air.
• Hindari berenang di dalam air kotor.
• Gunakan perlindungan sepatu jika masuk ke air, misalnya memakai sepatu
boot.
THANKS

Anda mungkin juga menyukai