TANAMAN TOKSIK
ABDURRAHMAN
DENI KAPRIADI
DEVAND AINUR RIZA
DIAN YUSNIA FITRI
HANAPI IRPANSYAH
IIN RIZQI OKTAVIA
IRSAN JAYADI
2019
KATA PENGENTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas izinNya
penulis dapat menyelesaikan Makalah ini dengan tepat waktu. Makalah ini disusun dengan
maksud meningkatkan pemahaman mahasiswa/i mengenai Tanaman Toksik.
Penulis juga berterima kasih kepada Dosen Pengampu Toksikologi kami ,Bapak
Drh. Candra Dwi A. M.Si dan pihak-pihak yang telah membantu penulis, untuk
menyelesaikan makalah ini. Penulis berharap makalah ini dapat memberikan sumbangsih
yang berarti dalam pemahaman mahasiswa tentang Tanaman yang mempunyai efek toksik
bagi tubuh.
Penulis menyadari bahwa Makalah ini tidak luput dari kekurangan. Oleh karena itu,
saran dan kritik dari para pembaca sangat penulis harapkan dalam penyempurnaan dan
perbaikan Makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………………………..i
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………...ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………….iii
BAB I . PENDAHULUAN
Latar Belakang…………………………………………………………………….1
Tujuan…………………………………………………………………….………..2
Rumusan Masalah………………………………………………………………....2
Tumbuhan Beracun………………………………………………………………..3
Klasifikasi Bahan Senyawa Beracun…………………………………………..….5
Jenis Tumbuhan Beracun………………………………………………………….7
Kesimpulan……………………………………………………………….………25
Saran……………………………………………………………………….……..25
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar didunia yang memiliki lebih dari
17.000 pulau dengan panjang garis pantai mencapai 81.000 km, dan membentang antara garis
95o-145o BT dan 6o LU-11o LS. Indonesia termasuk dalam daftar negara megabiodiversitas.
Pemanfaatan biodiversitas untuk kesejahteraan telah dilakukan secara tradisional, historikal
maupun melalui aplikasi teknologi modern, namun masih banyak potensi hutan yang belum
digali untuk dikembangkan sebagai sumber fitofarmaka (Ohlstein et al, 2000).
Ekosistem alam tropika Indonesia merupakan pabrik alam tercanggih untuk
memproduksi keanekaragaman hutan hasil kayu dan non kayu yang tidak dapat digantikan
fungsi, proses dan kerjanya dengan ekosistem buatan manusia. Sumber daya hutan
mempunyai peranan penting bagi kehidupan manusia, karena hutan dapat menyediakan
berbagai kebutuhan manusia antara lain : kayu sebagai hasil utama (tumbuhan kayu), serta
daun, buah, getah, bahan pewarna, dan bahan baku obat sebagai hasil hutan ikutan (tumbuhan
non-kayu).
Tumbuhan beracun sebagai tumbuhan yang menyebabkan kesehatan normal
terganggu apabila bagian-bagian tertentu darinya digunakan oleh manusia atau hewan yang
dapat menerima dampaknya. Umumnya berbagai bahan kimia yang terkandung pada
tumbuhan mempunyai sifat berbahaya atau bersifat racun walaupun kadarnya sangat rendah.
Keracunan dapat diidentifikasi dari berbagai macam tumbuhan beracun, dan dapat
dikelompokkan menurut senyawa racun. Sejumlah tumbuhan mengandung unsur-unsur yang
unik. Sebagian besar dan berbagai macam kelompok tumbuhan mengandung racun alami
yang belum diketahui atau kerugian yang ditimbulkan. Sebagian tanaman mengandung dua
atau lebih senyawa racun yang berbeda satu dengan yang lainnya.
Tumbuh-tumbuhan yang ada di alam sangat banyak jenisnya. Dari berbagai jenis
tumbuhan tersebut ada sebagian besarnya dimanfaatkan oleh manusia. Namun ada beberapa
yang jarang bahkan tidak dimanfaatkan oleh manusia karena berbahaya terutama bagi
kesehatan manusia. Keracunan yang ditimbulkan oleh tumbuhan yang mengandung senyawa
kimia beracun, umumnya belum ada penawar. Jadi sebaiknya diusahakan jangan sampai
terpapar racun tumbuhan tumbuhan tersebut.
1.2 Tujuan
2. Memberikan informasi tentang cirri-ciri serta bentuk tanaman yang berbahaya bagi
tubuh karena mengandung racun.
3. Mengetahui gejala yang ditimbulkan akibat mengkonsumsi tanaman toksik.
4. Mengetahui cara penanggulangan keracunan yang diakibatkan oleh tanaman toksik.
2. Memiliki rambut atau bulu yang sangat lebat dibagian daun atau batang
Racun dapat diidentifikasi pada tumbuhan beracun, dan kemungkinan dapat disebabkan
oleh senyawa racun yang terkandung di dalam tumbuhan tersebut. Setiap jenis tumbuhan
beracun mengandung zat-zat atau senyawa kimia yang berbeda-beda, namun ada juga yang
tidak. Sebagian besar dan berbagai macam jenis tumbuhan yang mengandung senyawa racun
bersifat alami belum sepenuhnya diketahui atau belum dimanfaatkan secara mekanis.
Beberapa tumbuhan mengandung dua atau lebih senyawa racun yang berbeda komponen
kimianya satu dengan yang lainnya. Menurut Hanenson (1980), komponen-komponen kimia
yang dihasilkan tumbuhan terbagi atas alkaloid, polipeptida dan asam amino, glikosida, asam
oksalat, resin, phytotoxin, tanin, saponin, dan mineral lainnya.
1. Alkaloid
Kandungan alkaloid dalam setiap tumbuhan 5-10% dan efek yang ditimbulkan hanya
dalam dosis kecil. Kadar alkaloid pada tumbuhan berbeda-beda sesuai kondisi
lingkungannya, dan alkaloid tersebar di seluruh bagian tumbuhan. Efek terkontaminasi
alkaloid adalah pupil yang membesar, kulit terasa panas dan memerah, jantung berdenyut
kencang, penglihatan menjadi gelap dan menyebabkan susah buang air.
2. Polipeptida dan asam amino
Hanya sebagian polipeptida dan asam amino yang bersifat racun. Bila terkontaminasi
polipeptida, hypoglycin, akan menyebabkan reaksi hypoglycemic.
3. Glikosida
Glikosida adalah salah satu komponen yang dihasilkan melalui proses hidrolisis, yang
biasa disebut aglikon. Glikosida adalah senyawa yang paling banyak terdapat pada tumbuhan
daripada alkaloid. Gejala yang ditimbulkan apabila terkontaminasi glikosida adalah iritasi
pada mulut dan perut, diare hingga menyebabkan overdosis.
4. Asam Oksalat
Kadar asam oksalat pada tumbuhan tergantung dari tempat tumbuh dan iklim, yang
paling banyak adalah saat akhir musim panas dan musim gugur. Karena oksalat dihasilkan
oleh tumbuhan pada akhir produksi, yang terakumulasi dan bertambah selama tumbuhan
hidup. Gejala yang ditimbulkan adalah mulut dan kerongkongan terasa terbakar, lidah
membengkak hingga menyebabkan kehilangan suara selama dua hari, dan hingga
menyebabkan kematian jika terhirup.
5. Resin
Resin dan resinoid termasuk ke dalam kelompok asam polycyclic dan penol, alkohol
dan zat-zat netral lainnya yang mempunyai karakteristik fisis tertentu. Efek keracunan yaitu
iritasi langsung terhadap tubuh atau otot tubuh. Termasuk juga gejala muntah-muntah.
Apabila terkontaminasi dengan air buahnya menyebabkan bengkak dan kulit melepuh.
6. Phytotoxin
Phytotoxin adalah protein kompleks terbesar yang dihasilkan oleh ebagian kecil
tumbuhan dan memiliki tingkat keracunan yang tinggi. Akibat terkontaminasi adalah iritasi
hingga menyebabkan luka berdarah dan pembengkakan organ tubuh setelah terhirup.
7. Tanin
Tanin adalah senyawa polifenol yang bersifat terhidrolisa dan kental. Senyawa ini telah
dikembangkan oleh tanaman sebagai bentuk pertahanan terhadap serangan eksternal dari
predator yang memiliki rasa sangat pahit ataukelat. Jika terkonsumsi lebih dari 100 mg bisa
menghasilkan masalah pada saluran pencernaan seperti diare, sakit perut, urin bercampur
darah, sakit kepala, kurang nafsu makan dan lain-lain.
8. Saponin
Saponin adalah glikosida tanaman yang ditandai dengan munculnya busa di
permukaan air bila dicampur atau diaduk, yang telah dikenal serta diakui sebagai sabun alami
dan telah menyebabkan beberapa tanaman seperti soapwort (Saponaria officinalis) umum
digunakan sebagai sabun untuk waktu yang lama. Saponinketika dikonsumsi dalam jumlah
yang lebih besar daripada yang diizinkan, senyawa ini menjadi tergolong beracun. Gejala
yang ditimbulkan bagi manusia apabila saponin dikonsumsi secara berlebihanadalahdapat
menyebabkan kerusakan pada mukosa pencernaan sehingga menderita muntah-muntah, sakit
perut, perdarahan, pusing, maag dan begitu terkontaminasi ke sistem peredaran darah,
senyawa ini dapat merusak ginjal dan hati serta mempengaruhi sistem saraf bahkan dapat
menghasilkan serangan jantung.
Gambar 8. Tales/lompong
(Colocasia esculenta var. Antiquorum L.)
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Adharini G. 2008. Uji keampuhan ekstrak Akar tuba (Derris elliptica Benth) untuk
pengendalian Rayap tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren.) [skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Amalia ER. 2011. Penurunan kadar HCN Ubi kayu jenis karet (Manihot glazioviiMuell)
karena pengaruh waktu perebusan dan pengukusan [skripsi]. Semarang (ID):
Universitas Muhammadiyah Semarang.
Asrini.F, D. 2013. Pemanfaatan KulitBatang Tuba (Derris elliptica) dan Daun Mimba
(Azadirachtaindica) Sebagai Pestisida Organik Pembasmi Molusca SAWAH
(Pilaampullacea)
BPOM. 2012. Standarisasi Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia, salah satu Tahapan Penting
dalam Pengembangan Obat Asli Indonesia. Info POM. Vol6(4) : 5
Damayanti EK, Zuhud EAM. 2011. Tumbuhan Obat Berbahaya. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Hamid, A. Y. Nuryani. 1992. Kumpulan Abstrak Seminar dan Lokal karya Nasional
Etnobotani, Bogor. P.1. Dalam S. Riyadi, A. Kumcoro, dan A.D.P. Utani.
Tumbuhan Beracun. Balittas. Malang.
Harmanto N. 2001. Mahkota Dewa: Obat Pusaka Para Dewa. Jakarta (ID): Agromedia
Pustaka.
Kardinan A. 2000. Pestisida Nabati: Ramuan dan Aplikasi. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Koraag ME, Isnawati R, Kurniawan A, Risti, Hidayah N. 2017. Uji Larvasida Crude
Protease getah Widuri (Calotropis gigantea) terhadap larva nyamuk Aedes aegypti.
J Vektor Penyakit. 11(2):71–76.
Nurwidayati A, Srikandi Y, Risti. 2014. Skrining fitokimia ekstra Jarak Pagar (jatropha
curcas) dan ekstrak Jarak Kastor (Riccinus communis) Famili Euphorbiaceae.
Jurnal Vektor PenyakitI. 8(1):15-20.
Ohlstein, E.H., et al. 2000. Drug discovery in the next millennium. Annual Review
Pharmacology and Toxicology. 40: 177 –191.
Primsa E. 2002. Efek hipoglikemik influsia simpliasia daging Mahkota Dewa (Phaleria
macrocarpa Scheff Boerl) pada tikus jantan putih [skripsi]. Jogjakarta (ID):
Universitas Gajah Mada.
Rismayani. 2013. Manfaat buah maja sebagai pestisida nabati untuk hama penggerek buah
Kakao (Conopomorpha cramerella). Warta Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Industri. 19(3):24-26.
Rohimatun, Suriati S. 2011. Bintaro (Cerbera manghas) sebagai pestisida nabati. Jurnal
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri. 17(1):1-4.
Sawitti MY, Mahatmi H, Besung NK. 2013. Daya hambat perasan daun sambiloto terhadap
pertumbuhan Bakteri Escherichia coli. J Indonesia Medicus Veterinus. 2(2):142–
150.
Sekhar, C, J., et al. 2011. Plant toxins-useful and harmful effects. Department of
Pharmacognosy, Nalanda College of Pharmacy, Cherlapally, Nalgonda, Andhra
Pradesh, India-508001.
Slik, F. 2013. Plants of Southeast Asia. www.asianplant.net. [Diakses pada bulan November
2019]
Soegihardjo CJ. 2007. Mimba (Azadirachta indica A. Juss, suku Meliaceae), tanaman multi
manfaat yang dapat menanggulangi persoalan rakyat indonesia. Jurnal Sigma.
10(1):83-102.
Starr, F. K. Starr, and L. Loope. 2003. Derris elliptica. United states Geological Survey
Biological Resources Division Haleakala Field Station. Maui. Hawai'i.
Subiyakto. 2009. Ekstrak biji mimba sebagai pestisida nabati: potensi, kendala, dan strategi
pengembangannya. Jurnal Perspektif. 8(2):108-116.
Suharti. 2012. Sebaran dan Persyaratan Tumbuh Jenis Alternatif Penghasil Pulp di Wilayah
Riau. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Jakarta.
Susilowati EY. 2006. Identifikasi nikotin dari daun Tembakau (Nicotiana Tabacum) kering
dan uji efektivitas ekstrak daun tembakau sebagai insektisida penggerek batang Padi
(Scirpophaga Innonata) [skripsi]. Semarang (ID): Universitas Negeri Semarang.
Tanasale, V, 2010. Komunitas Gulma Pada Pertanaman Gandaria Belum Menghasilkan Pada
Ketinggian Tempat Yang Berbeda. UGM Press. Yogyakarta.
Widakdo DSWPJ, Setiadevi S. 2017. Respon hama ulat buah melon terhadap aplikasi
pestisida nabati buah Bintaro (Cerbera manghas L.) pada berbagai konsentrasi.
Agrotechnology Research Journal. 1(2):48-51.
Wijayakusuma H. 1992. Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia Jilid I. Jakarta (ID): Pustaka
Kartini.
Wiratno, Rizal M, Laba IW. 2011. Potensi ekstrak tanaman obat dan aromatic sebagai
pengendali keong mas. Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. 22(1):54–
64.