Anda di halaman 1dari 39

PENETAPAN KADAR VITAMIN C PADA PARE (Momordica charantia L.

MENTAH DAN PARE REBUS DENGAN METODE

SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

PROPOSAL

KARYA TULIS ILMIAH

DISUSUN OLEH :

DENI HAMDANI

NIM : 171040400026

PROGRAM STUDI DIII FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KHARISMA PERSADA

TANGERANG SELATAN

2019
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
ABSTRAK
ABSTRACT
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Tumbuhan di muka bumi yang angat beragam memegang peranan yang

sangat penting bagi kelangsungan hidup makhluk sejak zaman dulu. Indonesia

menjadi salah satu negara yang memiliki berbagai macam kekayaan sumber daya

alam termasuk keanekaraman tumbuhannya yang dimanfaatkan sebagai bahan

pangan dan bahan pengobatan oleh sebagian besar masyarakatnya. Banyak sekali

bahan pangan Indonesia mempunyai potensi gizi yang bermanfaat bagi tubuh namun

belum termanfaatkan secara optimum dan salah satu penyebabnya ialah keterbatasan

pengetahuan dari masyarakat itu sendiri.

Produk kecantikan yang terus berkembang saat ini menjadi perhatian besar

bagi masayarakat khususnya wanita dari remaja sampai wanita dewasa dan biasanya

wanita kurang mempetimbangkan kandungan apa yang dikandung dalam produk serta

dampak yang mungkin akan ditimbulkan. Produk kecantikan yang terus

dikembangkan ini fokus untuk perawatan kulit baik itu kulit wajah maupun kulit

tubuh. Kulit wajah umumnya lebih sensitive terhadap kulit tubuh dan semakin

bertambahnya usia kulit tubuh akan menunjukkan tanda-tanda penuaan seperti kerut,

keriput dan flek hitam. Proses penuaan pada kulit disebabkan oleh kulit yang tidak

dapat lagi menghasilkan banyak kolagen.


Pare sebagai salah satu bahan pangan lokal di Indonesia mempunyai berbagai

macam manfaat yang selain sangat berguna bagi tubuh sebagai penangkal radikal

bebas juga memiliki manfaat sebagai produk perawatan tubuh atau kecantikan. Pare

yang diketahui merupakan sayuran hijau dengan kulit buah penuh tonjolan memiliki

citarasa pahit sehingga banyak dihindari oleh masyarakat tanpa mengetahui manfaat

besar yang terkandung didalamnya. Pare mengandung berbagai macam vitamin

diantaranya vitamin A, vitamin B, vitamin C dan vitamin K serta mineral lainnya.

Buah pare (Memordica charantia L) digolongkan dalam 3 jenis yaitu pare putih (pare

gajih atau pare bodas), pare hijau (pare kodok), pare ular/pare belut (Rukmana, 1998)

Vitamin C yang terkandung dalam pare diyakini dapat menutrisi dan

membantu mendapatkan kulit cantik alami yang diinginkan banyak wanita dengan

membantu kesehatan pembuluh dan peredaran darah sehingga produksi kolagen

menjadi lebih baik. Penggunaan pare sebagai produk kecantikan alami dapat

diaplikasikan sebagai bahan makanan maupun sebagai masker untuk kulit tubuh

sehingga sangat mudah diperoleh dan diproduksi sendiri. Manfaat pare sebagai

masker yaitu dapat membuat kulit lebih bersinar dan masalah kulit seperti jerawat

dapat diminimalkan.

Menurut penelitian Zainal Abidin, Perebusan buah pare (Momordica

charantia L.) memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap kandungan vitamin

C. Semakin lama perebusan maka kandungan vitamin C semakin berkurang.


Perebusan menggunakan media santan mempunyai kandungan vitamin C lebih besar

bila dibandingkan dengan perebusan menggunakan media air.

Ada beberapa menentukan metode untuk menentukan kadar vitamin C

diantaranya adalah metode iodimetri dan Spektrofotometer UV-Vis. Penelitian yang

telah dilakukan Satriani, 2010 pengukuran kadar β-KAROTEN pada pare

menggunakan metode Spektrofotometer hasil analisis kuantitatif yang dilakukan

kandungan total β-karoten dalam buah pare putih (Momordica charantia L) dari

Kabupaten Bone mengandung mengandung β-karoten sebesar 0,8162 μg/g dan pare

putih dari Kabupaten Gowa kadar β-karoten sebesar 0,7862μg/g .

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk penelitian tentang penetapan kadar

vitamin C pada pare (Momordica charantia L.) Mentah dan pare (Momordica

charantia L.) yang telah melewati tahap perebusan.

B. PERUMUSAN MASALAH

Bagaimana perbandingan kadar vitamin C pada pare (Momordica charantia L.)

mentah dan pare rebus dengan menggunakan metode spektrofotometer UV-vis ?


C. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan Umum

Mengetahui kadar vitamin C pada pare (Momordica charantia L.)

mentah dan pare rebus yang terdapat di swalayan dengan metode

spektrofotometer UV-Vis.

2. Tujuan Khusus

Mengidentifikasi nilai rata-rata kadar vitamin C pada pare (Momordica

charantia L.) mentah dan pare rebus yang terdapat di swalayan dengan

metode spektrofotometer UV-vis

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini menambah pengetahuan dan menjadikan

pengalaman yang nyata dalam melakukan penelitian secara baik dan benar terutama

tentang kadar vitamin C yang terdapat pada pare (Momordica charantia L.) .

2. Bagi STIKes Kharisma Persada

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber data ilmiah atau

rujukan bagi peneliti lanjutan,peneliti lainnya dari mahasiswa tentang kandungan

vitamin C pada pare.


3. Bagi Masyarakat

Sebagai sumber informasi kepada masyarakat tentang kandungan

vitamin C pada pare pada pare , sehingga penggunaannya lebih dapat dimaksilkan.

4. Bagi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan

berkaitan dengan penetapan kadar dalam menggunakan metode spektrofotometri UV-

Vis.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

5. Pare (Momordica charantia L.)

Pare mempunyai banyak nama di beberapa daerah diantaranya paria, pare

(Jawa) poya,pudu (Sulawesi) Papariane (Maluku) paya (Nusa Tenggara) Pare banyak

terdapat di daerah tropis tumbuh baik di dataran rendah dan dapat ditemukan tumbuh

liar di tanah terlantar,tegalan, atau dibudidayakan dan ditanam di pekarangan dengan

dirambatkan di pagar untuk diambil buahnya. Tanaman ini tidak memerlukan banyak

sinar matahari sehingga dapat tumbuh subur di tempat-tempat yang agak terlindung.

Pare merambat atau memanjat dengan alat pembelit (sulur) berbentuk

spiral,bercabang banyak,berbau tidak enak. Barang berusuk lima panjang 2-5 m dan
yang muda berambut rapat. Daun Tunggal, bertangkai yang panjangnya 1,5-5,3 cm.

letak berseling bentk bulat panjang berbagi 5-7,pangkal berbentuk jantung,dengan

panjang 3,5-8,5 cm,lebar 2,5-6 cm, berwarna hijau tua. Bunga tunggal,berkelamin

duadalam satu pohon, bertangkai panjang dan berwarna kuning. Buah bulat

memanjang dengan 8-10 rusuk,berbintil-bintil tidak beraturan,panjang 8-30cm,rasa

pahit,berwarna hijau,menjadi jingga yang pecah dengan tiga katup jika masak biji

banyak, coklat kekuningan,bentuk pipih memanjang keras.

Pemanfaatan buah pare bagi masyarakat Jepang bagian selatan sebagai

obat pencahar, laksatif dan obat cacing. Di India, ekstrak buah pare digunakan

sebagai obat diabetik, obat rheumatik, obat gout, obat penyakit liver, dan obat

penyakit limfa. Di Indonesia, buah pare selain dikenal sebagai sayuran, juga secara

tradisional digunakan sebagai peluruh dahak, obat penurun panas, dan penambah

nafsu makan. Selain itu, daunnya dimanfaatkan sebagai peluruh haid, obat luka bakar,

obat penyakit kulit dan obat cacing. (Adimunca, 1996).

a. Klasifikasi Pare (Momordica charantia L.

Menurut Cronquist dalam Dasuki (1991) klasifikasi dari pare adalah

sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Sub Divisi : Magnoliopsida

Kelas : Dycotiledonae
Famili : Curcurbitaeceae

Genus : Momordica

Spesies : Momordica charantia

b. Varietas pare (Momordica charantia L.)

Pada saat ini terkenal beberapa jenis pare yaitu :

a. Pare Gajih. Pare ini paling banyak dibudidayakan dan paling disukai. Pare

ini biasa disebut pare putih atau pare mentega. Bentuk buahnya panjang dengan

ukuran 30- 50 cm, diameter buah 3-7 cm, berat rata-rata antara 200-500 gram/buah

(Elshabrina, 2013:101).

b. Pare Hijau. Pare hijau berbentuk lonjong, kecil dan berwarna hijau dengan

bintil-bintil agak halus. Pare ini banyak sekali macamnya, diantaranya pare ayam,

pare kodok, pare alas atau pare ginggae. Dari berbagai jenis tersebut paling bnyak

ditanam adalah pare ayam. Buah pare ayam mempunyai panjang 15-20 cm.

Sedangkan pare ginggae buahnya kecil hanya sekitar 5 cm. Rasanya pahit dan daging

buahnya tipis. Pare hijau ini mudah sekali pemeliharaannya, tanpa lanjaran atau para-

para tanaman pare hijau ini dapat tumbuh dengan baik (Elshabrina, 2013:101).

c. Pare Import. Jenis pare ini berasal dari Taiwan. Benih pare ini merupakan

hybrida yang final stock sehingga jika ditanam tidak dapat menghasilkan bibit baru.

Jika dipaksakan juga akan menghasilkan produksi yang jelek dan menyimpang dari

asalnya. Di Indonesia terdapat tiga varietas yang telah beredar yaitu Known-you

green, Known-you no.2, dan Moonshine. Perbedaan keiga jenis pare import ini adalah
mengenai permukaan kulit, kecepatan tumbuh, kekuatan penampilan, bentuk buah

dan ukuran buah (Elshabrina, 2013:102).

c. Kandungan Gizi dan Manfaat Pare (Momordica charantia L.)

Penyakit yang dapat diobati diantaranya batuk, radang tenggorokan, sakit

mata merah, demam, malaria, menambah nafsu makan, kencing manis, rheumatik,

sariawan, bisul, abses, sakit lever, sembelit, cacingan (Haryanto, 2009:376).

Secara tradisional sudah lama digunakan untuk mengobati penyakit disentri,

penambah ASI, bisulan, batuk berdahak, nyeri haid, rematik, dan pelangsing tubuh

(Agoes, 2010:64).

Berikut adalah khasiat dan kegunaan berdasarkan bagian tanamannya. Buah

untuk batuk, radang tenggorokan (pharyngitis), haus karena panas dalam, sakit mata,

demam, malaria, pingsan karena udara panas (heatstroke), menambah nafsu makan,

kencing manis, disentri, rheumatism, rheumatik gout, memperbanyak air susu (ASI),

datang haid sakt (dismenorrhoea), sariawan, dan infeksi cacing gelang. Bunga untuk

gangguan pencernaan. Daun untuk cacingan, luka, abses, bisul, erysipelas, terlambat

haid, sembelit, menambah nafsu makan, sakit lever, demam, sifilis, kencing nanah

(Gonorrhea), melancarkan pengeluaran ASI, dan menyuburkan rambut pada anak

balita. Akar untuk disentri amuba dan wasir. Biji untuk cacingan, impotensi, dan

kanker (Haryanto, 2009:376 - 377).


Tabel 1. Kandungan kimia tiap 100 g pare

Komponen Jumlah
Air 91,2 g

Kalori 29 g

Protein 1,1 g

Lemak 1,1 g

Karbohidrat 0,5 g

Kalsium 45 mg

Zat Besi 1,4 mg

Fosfor 64 mg

Vitamin A 18 SI

Vitamin B 0,08mg

Vitamin C 52 mg

Sumber : (Kristiawan, 2011)


d. MORFOLOGI PARE

Pare (Momordica charantia L) merupakan tanaman berbaring atau

memanjat, banyak terdapat didaerah tropis. Semua bagian tanaman terasa

pahit. Tanaman ini berumur 1 tahun, daunnya berlekuk 5-7, berlekuk bulat
sedikit berkerut dan garis tengahnya 4-7 cm. Batang kusut, daun gantung

kasar seperti tangan dengan 5 jari bergerigi, buahnya panjang atau lonjong.

Bagian atas daun berwarna hijau muda dan bagian bawah berwarna

hijau tua. Bunga terdiri dari bunga jantan dan bunga betina dimana tangkai

bunga panjangnya 5-17 cm, daun kelopak berwarna pucat, daun mahkota

berwarna kuning. Bunga jantan mempunyai benang sari. Kepala sari berwarna

jingga, semula bergandengan satu sama lainnya kemudian lepas. Bakal buah

berparuh panjang. Buah bergantungan memanjang berbentuk silinder dengan

alur memanjang 8-10 cm. Permukaan menonjol kecil tidak beraturan dan

kedua ujungnya meruncing tumpul, bijinya berwarna coklat kekuningan.

(Satriani, 2010)

6. Vitamin C

Vitamin C adalah vitamin yang larut dalam air, penting bagi kesehatan

manusia. Memberikan perlindungan antioksidan plasma lipid dan diperlukan untuk

fungsi kekebalan tubuh termasuk (leukosit, fagositosis dan kemotaksis), penekanan

replikasi virus dan produksi interferon (Mitmesser et al., 2016).

Vitamin C telah diusulkan bermanfaat dalam mencegah dan menyembuhkan

flu biasa, mengurangi kejadian kelahiran prematur dan pre-eklampsia, penurunan

risiko kanker dan penyakit jantung, dan meningkatkan kualitas hidup dengan

menghambat kebutaan dan demensia (Duerbeck et al., 2016).


Nama kimia vitamin C (asam askorbat) berdasarkan nomenklatur

internasional IUPAC (International Union of Pure and Applied Chemistry) vitamin C

mempunyai nama sistemik 2-oxo-L-threo-hexono-1,4- lactone-2,3-enediol or (R)-3,4-

dihydroxy-5-((S)-1,2-dihydroxyethyl) furan-2(5H)-one (IUPAC, 2009). Dengan berat

molekul 176,13 g/mol (Anonim, 2014).

Rumus struktur vitamin C yaitu :

Gambar 2.1 Struktur Molekul Kimia Asam Askorbat (Anonim, 2014).

Rumus Molekul : C6H8O6

Bobot Molekul : 176,13

Sinonim : Vitamin C

Pemerian : Hablur atau serbuk putih agak kuning, tidak berbau, rasa

asam. Oleh pengaruh cahaya lambat laun menjadi berwarna

gelap

Keasaman : Larutan 5% memiliki pH antara 2,2-2,5

Suhu Lebur : Lebih kurang 109°C


Kelarutan : Larut dalam 3,5 bagian air, dalam 25 bagian alkohol, dan

dalam 10 bagian metil alkohol, tidak larut dalam eter,

kloroform, dan benzen.

a. Fungsi Vitamin C

Vitamin C mempunyai banyak fungsi di dalam tubuh, sebagai

koenzim atau kofaktor. Asam askorbat adalah bahan yang kuat kemampuan reaksinya

dan bertindak sebagai antioksidan dalam reaksi-reaksi hidroksilasi. Beberapa turunan

vitamin C (seperti asam eritrobik dan askorbit palmitat) digunakan sebagai

antioksidan di dalam industri pangan untuk mencegah proses menjadi tengik,

perubahan warna (browning) pada buah-buahan dan untuk mengawetkan daging.

Banyak proses metabolisme dipengaruhi oleh asam askorbat, namun mekanismenya

belum diketahui dengan pasti (Almatsier S, 2005).

Fungsi fisiologis yang telah diketahui memerlukan vitamin C adalah:

a. Membantu membentuk dan memelihara substansi segmen intraseluler dalam

jaringan ikat dalam tubuh, yakni kalogen dan senyawa-senyawa yang memperkuat

jaringan. Kolagen adalah protein yang merupakan komponen semua jaringan

pengikat dan juga merupakan komponen utama kulit, tulang rawan, gigi dan jaringan

bekas luka serta melengkapi struktur kerangka tulang. Dalam pembentukan kalogen

vitamin C bertindak sebagai katalisator reaksi hidroksilasi perubahan lisin dan prolin

(di dalam serat kolagen).

b. Melindungi tubuh terhadap infeksi dan membantu penyembuhan luka.


c. Ikut serta dalam pembentukan sel-sel darah merah dan sum-sum tulang.

d. Diperlukan untuk pertumbuhan tulang dan gigi. Kualitas struktur gigi tergantung

pada status vitamin C pada periode pembentukan gigi. “Odontoblast“ (lapisan gigi)

tidak akan terbentuk secara normal bila kekurangan vitamin C.

e. Penurunan kadar kolesterol Mekanisme imunitas dalam rangka daya tahan tubuh

terhadap berbagai serangan penyakit dan toksin. Vitamin C berperan penting melalui

proses metabolisme kolesterol, karena dalam proses metabolisme kolesterol yang

dibuang dalam bentuk asam empedu dan mengatur metabolisme kolesterol (Yahya G,

2003).

Beberapa manfaat vitamin C juga

: 1. Sebagai penambah sistem kekebalan tubuh.

2. Memperbaiki sel-sel yang rusak akibat radikal bebas

3. Menghambat penuaan dini.

4. Menghambat sel kanker, terutama kanker paru-paru, prostat, payudara, usus besar,

empedu dan otak (Mputrakusuma,2010).

b. Sumber Vitamin C

Sumber vitamin C yang berasal dari nabati atau sayuran dan buah-

buahan banyak sekali, termasuk diantaranya adalah pepaya, jeruk, semangka,

kembang kol, brokoli, anggur, lemon, strowberi (Gropper S et al., 2005).


Mayoritas spesies binatang dan tumbuhan mensintesis vitamin C-nya sendiri.

Tetapi tidak semua hasil binatang merupakan sumber dari vitamin C. Vitamin C

banyak terdapat dihati dan sedikit ada diotot (Clark, et al., 2007).

7. Metode Titrasi Iodometri

Iodimetri adalah oksidasi kuantitatif dari senyawa pereduksi dengan

menggunakan iodium. Iodometri ini terdiri dari 2,yaitu :

a. Ioimetri metode langsung bahan pereduksi langsung dioksidasi dengan larutan

baku iodium. Contohnya pada penetapan kadar Asam Askorbat

b. Iodimetri metode residual (titras balik), bahan pereduksi dioksidasi dengan

larutan baku iodium dalam jumlah berlebih, dank e;ebihan iod akan dititrasi

dengan larutan baku natrium tiosulfat Contohnya pada penetapan kadar

Natrium Bisulfit)

8. Metode Kromatografi Lapis Tipis

Kromatografi didefinisikan sebagai suatu prosedur pemisahan zat

terlarut oleh suatu migrasi diferensial dinamis dalam sistem yang terdiri dari dua fase

atau lebih, salah satu sistemnya bergerak berkesinambungan dalam arah tertentu dan

di dalamnya zat-zat tersebut menunjukkan perbedaan mobilitas disebabkan adanya

perbedaan dalam adsorbsi, partisi, kelarutan, ukuran molekul atau kerapatan ion

(Paul,2010.)

Teknik kromatografi umum membutuhkan zat terlarut terdistribusi di

antara dua fase, yaitu fase diam dan fase gerak. Fase gerak berfungsi membawa zat
terlarut melalui media, hingga terpisah dari zat terlarut lainnya. Umumnya zat terlarut

dibawa melalui media pemisah oleh aliran suatu pelarut berbentuk cairan atau gas

yang disebut eluen. Fase diam dapat bertindak sebagai penjerap, seperti halnya

penjerap alumina yang diaktifkan dan silika gel atau dapat bertindak melarutkan zat

terlarut sehingga terjadi partisi antara fase diam dan fase gerak (Paul,2010)

Salah satu metode kromatografi yang sering dilakukan dengan fase

diam berupa zat padat adalah kromatografi lapis tipis. Kromatografi lapis tipis (KLT)

telah dikembangkan lebih dari 30 tahun lalu untuk pemisahan dan penentuan semi

kuantitatif dari komponen-komponen yang terdapat pada campuran yang kompleks.

Dan dalam 10 tahun terakhir ini, penggunaan metode KLT untuk pemisahan dan

penentuan kuantitatif banyak senyawa organik dan inorganik sangat ditingkatkan

(Paul,2010)

Selain itu KLT memiliki kekurangan yaitu keterulangan yang buruk

bila analisis dilakukan pada lempeng yang berbeda. Hal ini disebabkan adanya

kesulitan untuk membuat lempeng yang terulangkan, bahkan dalam satu pabrik

sekalipun. Perbedaan keterulangan ini dapat disebabkan variasi dari ukuran partikel

ataupun ketebalan lempeng (Paul, 2010)

9. Spektrofotometri Uv-Vis

Spektrofotometri serapan merupakan pengukuran suatu interaksi

antara radiasi elektromagnetik dan molekul atau atom dari suatu zat kimia. Teknik

yang sering digunakan dalam analisis farmasi meliputi spektrofotometri ultraviolet,


cahaya tampak, infra merah, dan serapan atom. Menurut Ditjen POM (1995) daerah

spektrum dapat dibagi menjadi dalam:

a. . Daerah ultraviolet : 190-380 nm

b. . Daerah cahaya tampak : 380-780 nm

c. . Daerah infra merah dekat : 780-3000 nm

d. . Daerah infra merah : 2,5-40 µm atau 4000-250 cm-1

Spektrofotometri UV-Vis adalah alat yang digunakan untuk mengukur

serapan yang dihasilkan dari interaksi kimia antara radiasi elektromagnetik

dengan molekul atau atom dari suatu zat kimia pada daerah UV-Vis (Ditjen

POM, 1995). Spektrofotometri UV-Vis adalah teknik analisa spektroskopi

yang memakai sumber radiasi elektromagnetik ultraviolet (190-380 nm) dan

sinar tampak (380-780 nm) dengan memakai instrumen spektrofotometer.

Spektrofotometri UV-Vis merupakan salah satu metode yang sering

digunakan baik untuk analisa kualitatif maupun kuantitatif karena metode ini

memiliki beberapa keuntungan, yaitu:

1. Dapat digunakan untuk analisis suatu zat dalam jumlah kecil

2. . Cukup sensitif dan selektif

3. Pengerjaannya mudah dan sederhana

4. Biaya yang relatif murah

5. Dan mempunyai kepekaan analisis yang cukup tinggi (Afifah, 2016).


a. Instrumentasi Spektrofotometri UV-VIS

Gambar 2.6 Skema Kerja Alat Spektrofotometri UV-Vis

Sumber : Afifah,2016

Komponen spektrofotometri UV-Vis terdiri atas (Afifah, 2016)

1. Sumber lampu Sumber lampu deuterium digunakan untuk

daerah UV pada panjang gelombang 190-380 nm, sementara

lampu halogen kuarsa atau lampu tungsten digunakan untuk

daerah visibel (panjang gelombang antara 380-780 nm).

2. Monokromator Monokromator digunakan untuk

mendispersikan sinar kedalam komponen-komponen

panjang gelombangnya yang selanjutnya akan dipilih oleh

celah (slit). Monokromator akan memisahkan radiasi cahaya


putih yang polikromatis menjadi cahaya monokromatis

(mendekati monokromatis).

3. Kuvet Wadah atau cell untuk menempatkan larutan

4. Detektor Mengubah energi radiasi yang mengenainya

menjadi suatu besaran yang dapat diukur.

5. Amplifer Fungsinya untuk memperkuat sinyal listrik 6.

Rekorder Alat untuk mencatat dapat berupa gambar atau

angka-angka

b. Prinsip Kerja Spektrofotometri Uv-Vis

Prinsip kerja dari spektrofotometri UV-Vis berdasarkan

pada penyerapan cahaya atau energi oleh suatu larutan. Jumlah

cahaya atau energi radiasi yang diserap memungkinkan

pengukuran jumlah zat penyerap dalam larutan secara kuantitatif.

Cahaya adalah suatu bentuk energi radiasi yang mempunyai sifat

sebagai gelombang dan partikel. Sifatnya sebagai gelombang

dapat dilihat dengan terjadinya pembiasan dan pemantulan cahaya

oleh suatu medium sedangkan sifatnya sebagai pertikel dapat

dilihat dengan terjadinya efek foto listrik. Sedangkan energi

radiasi terdiri dari sejumlah besar panjang gelombang

elektromagnetik dengan panjang gelombang yang berbeda-beda

(Afifah, 2016)
Pada instrumen spektrofometer ultraviolet dan visible,

suatu sumber cahaya akan dipancarkan melalui monokromator.

Monokromator menguraikan sinar yang masuk dari sumber

cahaya tersebut menjadi pitapita panjang gelombang yang

diinginkan untuk pengukuran suatu zat tertentu, dan menunjukkan

bahwa setiap gugus kromofor mempunyai panjang gelombang

maksimum yang berbeda. Dari monokromator tadi cahaya atau

energi radiasi diteruskan dan diserap oleh suatu larutan yang akan

diperiksa di dalam kuvet. Kemudian jumlah cahaya yang diserap

oleh larutan akan menghasilkan signal elektrik pada detektor,

yang mana signal elektrik ini sebanding dengan cahaya yang

diserap oleh larutan tersebut. Besarnya signal elektrik yang

dialirkan ke pencatat dapat dilihat sebagai angka. (Afifah, 2016)

Metode Spektrofotometri ultraviolet dan visible

berdasarkan pada hukum LAMBERT-BEER. Hukum tersebut

menyatakan bahwa jumlah radiasi cahaya tampak, ultraviolet dan

cahaya-cahaya lain yang diserap atau ditransmisikan oleh suatu

larutan merupakan suatu fungsi eksponen dari konsentrasi zat dan

tebal larutan. Hukum ini secara sederhana dapat dinyatakan dalam

rumus berikut:

A = log (Io/I1) = a b c

Keterangan :
Io = Intensitas sinar datang

I1 = Intensitas sinar yang diteruskan

a = Absorbsivitas

b = Panjang sel atau kuvet

c = Konsentrasi (g/l)

Persyaratan suatu sampel dapat dianalisa menggunakan

spektrofotometri UV-Vis adalah :

1. Bahan mempunyai gugus kromofor

2. Bahan tidak mempunyai gugus kromofor tapi berwarna

3. Bahan tidak mempunyai gugus kromofor dan tidak berwarna,

maka ditambahkan pereaksi warna (Vis)

4. Bahan tidak mempunyai gugus kromofor dibuat turunannya

yang mempunyai gugus kromofor (UV) (Afifah, 2016)

Sampel yang sering dianalisis dengan metode

spektroftometri UVVis adalah senyawa organik yang memiliki

gugus kromofor dan ausokrom. Gugus kromofor adalah gugus

fungsional tidak jenuh yang memberikan serapan pada daerah

ultraviolet atau cahaya tampak. Hampir semua kromofor

mempunyai ikatan rangkap seperti alkena (C=C), C=O, - NO2,

benzen, dan lain-lain. Sedangkan ausokrom adalah gugus

fungsional seperti –OH, -NH2, -X, yaitu gugus yang mempunyai


elektron nonbonding dan tidak mengabsorpsi radiasi pada λ diatas

200 nm. (Afifah, 2016)

c. Tipe instrumentasi dari spektrofotometri UV-Vis terbagi menjadi dua

(Afifah, 2016)

1. Spektrofotometri Single Beam

Pada spektrofotometer UV-Vis tipe singel beam

absorbsinya berdasarkan pada sinar tunggal dimana sampel

akan ditentukan jumlahnya pada satu panjang gelombang atau

fix wave lenght. Hasil biasanya dibandingkan dengan blanko

(biasanya pelarut)

Gambar 2.6 Skema Spektrofotometri UV-Vis Tipe Single

Beam (Sumber: Afifah, 2016)

Keterangan gambar skema spektrofotometri tipe single beam:

1. Dari celah mengeluarkan satu sinar monokromatis


2. Wadah atau kuvet yang dapat dilalui sinar hanya satu

3. Setiap perubahan panjang gelombang alat harus dinolkan

2. Spektrofotometri Double Beam

Pada spektrofotometri UV-Vis tipe double beam absorpsinya

siasanya mempunyai variabel panjang gelombang atau multi

wave length. Hasilnya bisa langsung dibandingkan dengan

blanko.

Gambar 2.7 Skema Spektrofotometri UV-Vis Tipe Double

Beam
E. Penelitian Terkait
Nama Judul Penelitian Hasil Penelitian

Peneliti
Zainal PENGARUH 1. Perebusan
PEREBUSAN BUAH
buah pare
Abidin PARE (MOMORDICA
CHARANTIA L.) (Momordica
DALAM MEDIA
charantia L.)
AIR DAN SANTAN
TERHADAP memberikan
KANDUNGAN
pengaruh yang
VITAMIN C
sangat besar
terhadap
kandungan
vitamin C.
Semakin lama
perebusan maka
kandungan
vitamin C
semakin
berkurang.
2. Perebusan
menggunakan
media santan
mempunyai
kandungan
vitamin C lebih
besar bila
dibandingkan
dengan
perebusan
menggunakan
media air.
Analisis kadar β-karoten Sampel dari
SATRIANI daging buah pare
(Momordica ketiga lokasi
charantia L) asal daerah
Kabupaten Bone dan pengambilan
Gowa
secara spektofotometri dinyatakan
UV-Vis.
negatif karena

nilai Rf bercak

dari masing-
F. Kerangka Teori

Pare (Momordica charantia L) merupakan tanaman berbaring atau


memanjat, banyak terdapat didaerah tropis. Semua bagian tanaman terasa
pahit. Tanaman ini berumur 1 tahun, daunnya berlekuk 5-7, berlekuk bulat
sedikit berkerut dan garis tengahnya 4-7 cm. Batang kusut, daun gantung
kasar seperti tangan dengan 5 jari bergerigi, buahnya panjang atau lonjong.

Spektrofotometri UV-Vis adalah alat yang digunakan untuk mengukur


serapan yang dihasilkan dari interaksi kimia antara radiasi elektromagnetik
dengan molekul atau atom dari suatu zat kimia pada daerah UV-Vis

Kadar
Vitamin C
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Rancangan pnelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen

yang dilakukan di laboratorium. Metode penelitian yang digunakan untuk mencari

perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi terkendali. Dikatakan true

experimental design. (eksperimen yang betul-betul), karena dalam desain ini,

peneitian dapat mengontrol semua variable luar yang mempengaruhi jalannya

eksperimen. Ciri utama dari true experimental design adalah bahwa, sampel yang

digunakan untuk eksperimen maupun sebagai kelompok kontrol diambil secara

random dari populasi tertentu. Jadi cirinya adalah adanya kelompok control dan

sampel dipilih secara random (Sugiyono, 2016)

G. Kerangka Konsep

PARE (Momordica charantia


L.)

Uji Kualitatif Uji Kuantitatif

Kadar Vitamin C
Organoleptis Perubahan Warna
a

Kerangka konsep penelitian pada dasarnya kerangka hubungan antara konsep-


Identifikasi Vitamin C Identifikasi Vitamin C
konsep yang akan diamati atau diukur melalui penelitian-penelitoan yang akan
C C
dilakukan. Kerangka konsep penelitian adalah hubungan atau kaitan antara konsep

yang satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara variabel yang satu dengan

variabel lainnya dari masalah yang ingin diteliti.

Variabel adalah simbol atau lambing yang menunjukan nilai atau bilangan

dari konsep. Variabel adalah suatu yang bevariasi (Notoatmodjo, 2012) Variabel

dalam penelitian ini adalah variabel independen, yaitu kadar vitamin c pada pare

(Momordica charantia L.) dan variabel dependennya yaitu mtode spektrofotometri

UV-Vis.

H. Variabel penelitian

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja

yang diterapkan oleh peneliti untuk menjadi objek penelitian (Sugiyono, 2016)

variabel yang digunakan adalah sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

1. Uji Kualitatif
a. Uji Organoleptis
b. Vitamin
Kadar Uji Perubahan
C Warna
2. Uji Kuantatif
a. Spektrofotometri UV-Vis
(RIGOL 6660)
1. Variabel Independen

Variabel independen merupakan suatu variabel yang mempengaruhi

dan menjadi sebab timbulnya variabel dependen. Variabel indepebden pada penelitian

ini adalah :

a. Uji Kualitatif

1) Uji Organoleptis

2) Uji Perubahan Warna

b. Uji Kuantitatif

1) Spektrofotometri UV-Vis (RIGOL, 6660)

1. Variabel Dependen

Variabel independen adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi

akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2016) Variabel terkait penelitian ini

adalah kadar Vitamin C pada Pare (Momordica charantia L.)

I. Pola Penelitian

1. Pengumpulan Sampel

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah Pare (Momordica

charantia L.) yang berada dipasar tradisional dan pasar swalayan yang terdapat di

disekitar Bintaro.,yang dipilih secara random. Setelah pengumpulan sampel,sampel

dicuci dan dibersihkan kemudian dipotong-potong kecil .


2. Analisis Kualitatif

a. Organoleptis

Uji organoleptis, mengidentifikasi perubahan bentuk,baud an

warna pada Pare setelah disimpan pada suhu kamar.

b. Uji Perubahan Warna

1) Uji Alkaloid

2) Uji Flavonoid

3) Uji Saponin

4) Uji Tanin

3. Analisis Kuantitatif

a. Pembuatan laruttan standar vitamin C

b. Penentuan panjang gelombang maksimum

c. Pembuatan kurva kalibrasi

d. Pengukuran kadar vitamin C

J. Metodologi Penelitian

1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di laboratorium Kimia Farmasi STIKes Kharisma

Persada. Waktu penelitian dimulai pada 01 maret 2020.


2. Alat dan Bahan

a. Alat

Alat -alat yang digunakan adalah timbangan analitik, belender, corong,

spatel, kertas saring Whatman No.1, labu ukur, gelas ukur, cawan

penguap, beaker glass, erlemeyer, batang pengaduk, pipet mikro, dan

seperangkat alat spektrofotometer UV-Visibel.

b. Bahan

Bahan yang digunakan adalah buah pare (Momordica charantia L),

larutan biru metilen, asam askorbat, NaOH 10%, FeSO4 5%,

betadin, metanol, kertas saring dan aquabides.

K. Etika Penelitian

Anda mungkin juga menyukai