Anda di halaman 1dari 23

ANALISA KANDUNGAN VITAMIN C PADA BUAH JERUK MANDARIN

YANG BEREDAR DIPASARAN DENGAN METODE IODIMETRI

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

OLEH :

IRMA TRINATASYA NAIBAHO 170210007

PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALISA FARMASI DAN MAKANAN

FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

MEDAN

2020
LEMBAR PERSETUJUAN

PROPOSAL

ANALISA KANDUNGAN VITAMIN C PADA BUAH JERUK MANDARIN

YANG DIJUAL DIPASARAN DENGAN METODE IODIMETRI

OLEH :

IRMA TRI NATASYA NAIBAHO 170210007

Telah dipersiapkan dan disetujui untuk dipersentasekan Pada

tanggal: 19 Juni 2020

Medan, Juni 2020

Ketua Program Studi


Pembimbing D III Analisa Farmasidan
Makanan
Universitas Sari Mutiara Indonesia

Dra. Elly Nurita Sitorus, M.KM., Apt Dra. Elly Nurita Sitorus,
M.KM.,Apt
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatnya

sehingga penyusunan karya tulis ilmiah yang berjudul “ANALISA KANDUNGAN

VITAMIN C PADA BUAH JERUK MANDARIN YANG DIJUAL DIPASAR

SWALAYAN MAJU BERSAMA JALAN KAPTEN MUSLIM KOTA MEDAN

DENGAN METODE IODIMETRI” dapat selesai pada waktunya

Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai syarat menyelesaikan

pendidikan gelar Diploma III Analisa Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi dan Ilmu

kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia. Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini

penulis mendapat bimbingan dan bayak petunjuk dari berbagai pihak. Oleh karena itu,

penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Parlindungan Purba SH, M.M., selaku Ketua Yayasan Sari Mutiara

Medan.

2. Ibu Dr. Ivan Elisabeth Purba M.Kes., selaku Rektor Universitas Sari Mutiara

Indonesia Medan

3. Ibu Taruli Rohana Sinaga S.P, M.KM., selaku Dekan Fakultas Farmasi dan

Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia.

4. Ibu Dra. Elly Nurita Sitorus, M.KM., Apt, selaku Ketua Program Studi

Analisa Farmasi dan Makanan Universitas Sari Mutiara Indonesia.

5. Ibu Dra. Elly Nurita Sitorus, M.KM., Apt, sebagai Pembimbing saya yang

telah banyak membantu dan memberikan arahan sehingga karya tulis ilmiah

ini dapat diselesaikan.

6. Bapak John Kennedy S.Si., Apt., selaku Dosen Penguji yang telah banyak

memberikan kritik dan saran menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.


7. Seluruh Bapak/Ibu Dosen serta seluruh staf pegawai Program Studi Diploma

III Analisa Farmasi dan Makanan Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan

yang mengajar/membimbing penulis selama perkuliahan.

8. Orang tua saya J. Naibaho & R. Situmeang yang selalu memberikan

semangat dan Doanya agar saya tepat waktu menyelesaikan Karya Tugas

Ilmiah ini.

9. Adik saya alm. Willy Reynaldi Naibaho yang semasa hidupnya

menyemangati dan membiayai perkuliahan saya, dan adik saya Cindi Yosi

Olivia Naibaho, Renni yang terus memberikan saya semangat.

10. Dua teman dekat saya Riris S Habeahan dan Yun Esra Sianturi yang selalu

ada menemani dan membantu dalam menyelesaikan Karya Tulis ilmiah ini,

dan juga Tak lupa dengan Mantan kakak kelas saya Ayu Lestari Simaremare,

Amd.Kes dan teman kecil saya Kiki Sihotang yang selalu memberikan

motivasi dan begitu juga kepada adik-adik kelas saya Ribka Sinaga, Nur Erita

Zagoto , dan Naomi Saragih yang selalu memberikan semangat agar tetap

kuat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan baik.

11. Abang Fernando Sitanggang, yang rela begadang setiap malam memotivasi

dan memberikan semangat yang baik juga setia menemani saya

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini agar selesai tepat waktu, walau jarak

jauh tidak menjadi hambatan.

12. Teman-teman mahasiswa Diploma III Analisa Farmasi dan Makanan Fakultas

Farmasi dan Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan,

semoga kita tetap menjalin pertemanan yang baik diantara kita semua.

Penulis menyadari dalam penulisan karya tulis ilmiah ini masih belum

sempurna,

Maka saran dan kritik sangat diharapkan penulis demi perbaikan Karya Tulis Ilmiah
selanjutnya. Akhirnya penulis berharap semoga KARYA TULIS ILMIAH ini dapat

bermanfaat.

Medan, Juni 2020

Penulis

Irma Tri Natasya Naibaho


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jeruk adalah buah yang kaya akan vitamin C. Jeruk adalah buah yang kaya akan

vitamin C. Banyak orang yang suka mengonsumsi buah jeruk, karena selain rasanya

yang manis dan asam jeruk juga bisa sebagai pelepas dahaga Banyak orang yang suka

mengonsumsi buah jeruk, karena selain rasanya yang manis dan asam jeruk juga bisa

sebagai pelepas dahaga. Tampilannya yang segar dan warnanya yang orange menggoda

orang untuk memakannya. Umumnya, jeruk dinikmati pada saat selesai makan sebagai

pencuci mulut atau juga dihidangkan dalam bentuk jus jeruk. Berbagai produsen

makanan pun banyak menggunakan bahan dasar jeruk sebagai inovasi dalam pemasaran

(Orange juice, raw (n.d), 1971).

Jeruk adalah tanaman buah yang berasal dari Asia. Buah jeruk dari kawasan Asia

memiliki warna dan bentuk yang khas dan menarik. Di Indonesia jeruk tumbuh secara

alami atau dibudidayakan (Deputi Menegristek, 2010).

Jeruk memiliki banyak spesies dari genus. Genus yang terkenal adalah Citrus,

Fortunella, dan Poncitrus. Namun yang mempunyai nilai ekonomi tinggi adalah Citrus.

Salah satu spesies Citrus yang terkenal di Indonesia adalah Citrus reticulata yang dikenal

dengan nama jeruk keprok atau lebih dikenal dengan Jeruk Mandarin (Sunarjono,

2008).

Jeruk mandarin baru dikenal pada tahun 1400 SM. Jeruk import asal Cina ini

disukai, karena daging buahnya yang tebal dengan rasa manis yang segar, lebih bagus,

dan proses pengemasannya cantik juga harganya kompetitif (Kanisius, 2011).

Jeruk mandarin kaya akan nutrisi untuk tubuh karena mengandung vitamin,

protein, dan nutrisi penting lainnya. Berikut kandungan vitamin C dalam 100 gram buah

jeruk dari beberapa jenis jeruk : Jeruk mandarin mengandung vitamin C sebanyak 3 mg,
Jeruk Manis sebanyak 1,5 mg, Jeruk Nipis 2 mg, Jeruk Grape Fruit sebanyak 2,5 mg

(Pusat Kajian Hortikultura, 2016).

Seiring dengan berkembangnya ilmu dan teknologi (IPTEK), semakin banyak

studi dan penelitian yang dilakukan untuk menguji kadar kandungan vitamin C. Atas

dasar tersebut penulis tertarik melakukan pengujian “Analisa Kandungan Vitamin C

Pada Buah Jeruk Mandarin” yang beredar di pasaran dengan metode iodimetri.

Namun melihat kondisi/situasi saat ini dimana kita sedang berada dimasa

pandemi Covid19. Banyak menghambat kita melakukan aktivitas diluar rumah sehingga

kita diwajibkan untuk selalu berada dalam rumah.

Salah satu kendala terbesar yang dirasakan oleh penulis adalah dimana sangat

susah untuk mendapatkan bahan sampel yang akan digunakan untuk penelitian

penyelesaian studi perkuliahan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmah sebagai salah

satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Analisa Farmasi dan Makanan.

Karena dimasa Pandemi Covid19 ini, banyak dilakukan di Negara lainnya

diterapkan sistem Lockdown dimana pengertian lockdown adalah mengunci akses keluar

masuk Negara untuk memutus rantai penyabaran virus Corona.

Maka banyak beberapa bahan sandang dan pangan yang dimport terkhusus buah

jeruk Mandarin tidak lagi tersedia di berbagai pasar tradisional bahkan di swalyan,

Sehingga penulis melakukan pemesanan online di salah satu online shop untuk

memperoleh jeruk Mandarin.

Oleh karena itu, dilakukan penelitian ini untuk mengetahui kandungan vitamin

C menurut literatur pada jeruk Mandarin import yang dibeli secara online.

1.2 Rumusan Masalah


Apakah jeruk Mandarin yang dibeli dari pasaran memiliki kandungan vitamin C ?
(Pusat Kajian Hortikultura, 2016).

1.3 Hipotesa
Jeruk Mandarin mengandung vitamin C sebanyak 3 mg dalam 100 gram buah
jeruk (Pusat Kajian Hortikultura, 2016).
1.4 Tujuan
Mengetahui kandungan vitamin C pada Jeruk Mandarin yang dijual di pasaran.

1.5 Manfaat
1. Bagi penulis : Memperluas ilmu pengetahuan mengenai kadar vitamin C
yang terkandung pada jeruk mandarin.
2. Bagi Mahasiswa : Dapat digunakan sebagai refrensi penelitian selanjutnya.
3. Bagi Pembaca : Memberikan informasi tentang kadar vitamin C pada jeruk
mandarin.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Jeruk Mandarin (Backer dan Bakhhuizen, 1965) :

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Sub kelas : Rosidae

Ordo : Sapindales

Famili : Rutaceae

Genus : Citrus

Spesies : Citrus Reticulata

2.2 Morfologi Tumbuhan Jeruk Mandarin

Tumbuhan ini merupakan jenis pohon dengan tinggi 2-8 meter. Tangkai daun

bersayap sangat terbatas hingga bisa dibilang tidak bersayap, panjang 0,5 – 1,5 cm.

Helaian daun bulat bulat telur memanjang, ellipsis atau bentuk lanset dengan ujung

tumpul, melekuk ke dalam sedikit, tepinya bergerigi beringgit sangat lemah dengan

panjang 3,5-8 cm. Bunganya memiliki diameter 1,5-2,5 cm, berkelamin dua daun

mahkotanya putih. Buahnya berbentuk bola tertekan dengan panjang 5-8 cm, tebal

kulitnya 0,2-0,3 cm dan daging buahnya berwarna orange. Rantingnya tidak berduri dan

tangkai daunnya selebar 1-1,5 mm (Van steenis, 1975).

2.3 Nama Tumbuhan

Nama latin : Citrus Reticulata

Sinonim : Citrus nobilis, C. deliciosa, C. chrysocarpa

Nama Lokal : Jeruk Keprok, Jeruk Jepun, Jeruk maseh.


2.4 Kandungan Kimia dan Manfaat

Jeruk mandarin mempunyai berbagai senyawa kimia. Senyawa yang telah diuji

dalam kulit jeruk mandarin (Citrus Reticulata) mengenai aktivitas antikankernya adalah

tangeritin dan nobiletin. Tangeritin dapat menghambat aktivitas sel kanker pada fase G1

sehingga siklus terhambat (Anonim4, 2006).

2.5 Vitamin C

Vitamin C atau asam askorbat adalah suatu senyawa beratom karbon 6 yang dapat

larut dalam air. Vitamin C merupakan vitamin yang disintetis dari glukosa dalam hati

dari semua jenis mamalia, kecuali manusia. Manusia tidak memiliki enzim

gulonolaktone oksidase, yang sangat penting untuk sintesis dari precursor vitamin C,

yaitu 2-keto-1-gulonolakton, sehingga manusia tidak dapat mensintesis vitamin C dalam

tubuhnya sendiri (Padayatty, 2003).

Didalam tubuh, vitamin C terdapat di dalam darah (khususnya leukosit), korteks

anak ginjal, kulit, dan tulang. Vitamin C akan diserap di saluran cerna melalui

mekanisme transport aktif (Sherood, 2000).

2.6 Rumus Kimia dan Sifat-Sifat Vitamin C

Gambar 1. Rumus Bangun Vitamin C (Szent-Gyorgyi, 1937)

Vitamin C atau asam askorbat mempunyai berat molekul 176,13 dengan rumus

molekul C6H8O6. Pada pH rendah vitamin C lebih stabil daripada pH tinggi. Vitamin C

mudah teroksidasi, lebih-lebih apabila terdapat katalisator Fe, Cu, enzim Askorbat
oksidase, sinar, temperatur yang tinggi. Larutn encer vitamin C pada pH kurang dari 7,5

masih stabil apabila tidak ada katalisator seperti di atas. Oksidasi vitamin C akan

terbentuk asam dihidroaskorbat. Vitamin C dengan iodin akan mrmbentuk ikatan dengan

atom C nomor 2 dan 3 sehingga ikatan rangkap hilang (Sudarmadji, 1989). Dalam

bentuk kristal tidak berwarna, titik cair 190-192˚C. Bersifat larut dalam air, sedikit larut

dalam aseton, atau alcohol yang mempunyai berat molekul rendah. Vitamin C sukar

larut dalam kloroform, eter dan benzen, Dengan logam membentuk garam. Sifat asam

ditentukan dengan ionisasi fenol grup pada atom C nomor 3.

2.7 Manfaat Vitamin C

Ada beberapa manfaat vitamin C yang telah diketahhui sampai saat ini, yaitu

(Simatupang, 2010) :

a. Sebagai penguat sistem imun tubuh

Vitamin C dapat meningkatkan daya tahan tubuh. Akan tetapi hal ini masih

controversial, dan belum ada kesepakatan yang jelas untuk mekanismenya (Guyton,

2008).

b. Sebagai antioksidan

Vitamin C merupakan suatu donor elektron dan agen pereduksi. Disebut

antioksidan, karena dengan mendonorkan elektronnya, vitamin ini mencegah senyawa-

senyawa lain agar tidak teroksidasi. Walaupun demikian, vitamin C sendiri akan

teroksidasi dalam proses antioksidan tersebut, sehingga menghasilkan asam

dehidroaskorbat (Padayatty, 2003).

c. Sebagai obat untuk commond cold

Menurut Pauling (1981) dalam Douglas (2001), vitamin C dapat

Menyembuhkan commond cold, akan tetapi hal ini juga dipengaruhi beberapa faktor,

antara lain sistem imun penderita dan gejala yang timbul, serta derajat keparahan

penderitanya. Penggunaan vitamin C dengan dosis 3-10 gram/hari, akan dapat


mengurangi insidensi dari commond cold.

d. Sebagai obat anti-penuaan

Vitamin C juga terkenal dengan fungsinya sebagai pencegah penuaan. Menurut

Hanh (1996), vitamin C bila dikonsumsi secara teratur dapat melindungi kulit dari proses

oksidasi ataupun sengatan sinar ultraviolet, yang merupakan penyebab kerusakan kulit.

Proses vitamin C dalam mencegah penuaan adalah dengan terus-menerus mensintesis

kolagen pada kulit.

e. Sebagai pencegah penyakit skorbut

Menurut Winarso (2004), kekurangan vitamin C akan menyebabkan penyakit

sariawan atau skorbut. Penyakit skorbut biasanya jarang terjadi pada bayi. Bila terjadi

pada anak, biasanya pada usia setelah 6 bulan dan di bawah usia 12 bulan. Gejala-gejala

penyakit skorbut ialah terjadinya pelembekan tenunan kolagen, infeksi, dan demam.

Juga timbul sakit, pelunakan, dan pembengkakan kaki pada bagian paha. Pada anak

yang giginya telah keluar, gusi membengkak, empuk, dan terjadi pendarahan.

Pada orang dewasa skorbut sering terjadi setelah beberapa bulan menderita

kekurangan vitamin C pada makanannya. Gejalanya ialah pembengkakan dan

pendarahan pada gusi, gingivalis, kaki menjadi empuk, anemia, dan deformasi tulang.

Akibat yang parah dari keadaan ini ialah gigi menjadi goyah dan dapat lepas.

Penyakit sariawan yang akut dapat disembuhkan dalam beberapa waktu dengan

pemberian 100 sampai 200 mg vitamin C per hari. Bila penyakit sudah kronik maka

diperlukan waktu yang lebih lama untuk menyembuhkannya.

2.8 Sumber Vitamin C

Sumber vitamin C sebagian besar berasal dari sayuran dan buah-buahan,

terutama buah-buahan segar. Karena itu vitamin C sering disebut Fresh food vitamin.

Buah yang masih mentah lebih banyak kandungan vitamin-C nya, semakin tua buah
semakin berkurang vitamin C-nya.

Buah jeruk, baik yang dibekukan maupun yang dikalengkan merupakan sumber

vitamin C yang tinggi. Demikian juga halnya berries, nanas, dan jambu. Beberapa buah

yang tergolong ke dalam buah tidak asam seperti pisang, apel, pear, dan peach rendah

kandungan vitamin C-nya, apalagi bila produk tersebut dikalengkan.

Bayam, brokoli, cabe hijau, dan kubis juga merupakan sumber yang baik, bahkan

juga setelah dimasak. Sebaliknya, beberapa jenis bahan pangan hewani seperti susu,

telur, daging, ikan, dan unggas sedikit sekali kandungan vitamin C –nya (Winarno,

2004).

2.9 Metode Penetapan Kadar Vitamin C

2.9.1 Iodimetri

Iodimetri merupakan titrasi langsung dan merupakan metode penentuan atau

penetapan kuantitatif yang dasar penentuannya adalah jumlah iodium yang bereaksi

dengan sampel atau terbentuk dari hasil reaksi antara sampel dengan ion iodine.

Iodimetri adalah titrasi redoks dengan iodium sebagai pentiternya. Dalam reaksi redoks

harus selalu ada oksidator dan reduktor, sebab bila suatu unsur bertambah bilangan

oksidasinya, maka harus ada suatu unsur yang bilangan oksidasinya berkurang.

Indikator yang digunakan yaitu amilum sebanyak 3 ml dan akan memberi warna

biru pada titik akhir titrasi. Pada titik akhir titrasi kelebihan 1 tetes titran, mengubah

warna dari tidak berwarna menjadi warna biru mantap. Hal-hal yang perlu diperhatikan

dalam titrasi iodimetri, antara lain :

a. Pembuatan larutan standar

b. Pembuatan larutan indicator

c. Penyimpanan larutan

d. Jumlah indikator
e. Ketelitian dalam melakukan titrasi, yaitu dalam menentukan titik akhir dan

pembacaan skala pada buret.

2.9.2 Larutan Standar

Larutan standar adalah larutan yang sudah diketahui normalitasnya, ada dua

macam larutan standar :

1. Larutan standar primer

Larutan standar primer adalah larutan standar yang normalitasnnya diperoleh dengan

car menimbang, dimana zatnya harus murni dan stabil.

Contoh : arsen trioksida, kalium iodat.

1. Larutan standar sekunder

Larutan standar sekunder adalah larutan yang normalitasnya diperoleh dengan cara

mentitrasi dengan larutan standar primer, contohnya : iodium, natrium tiosulfat.

2.9.3 Indikator

Indikator adalah suatu zat penolong yang dapat mengalami perubahan warna atau

pembentukan kekeruhan pada zat yang dititrasi pada saat tercapainya titik ekivalen,

indikator dapat digolongkan menjadi dua bagian yaitu :

1. Indikator luar

Indikator yang diletakkan diluar labu Erlenmeyer. Biasanya digunakan pasta kanji

iodida. Titik akhir titrasi ditetapkan dengan mencelupkan batang gelas yang ujungnya

runcing ke dalam larutan yang dititrasi, lalu digoreskan pada pasta kanji iodide.

2. Indikator dalam

Indikator yang dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer. Cara kerjanya lebih

dan praktis dan dapat dilakukan pada suhu kamar. Titik akhir titrasi

ditetapkan dengan titrasi langsung antara iodium dengan indikator amilum

yang terbentuk warna biru mantap.

Pada penetapan kadar secara iodimetri larutan amilum digunakan sebagai


indikator. Amilum bereaksi dengan iodium, dengan adanya iodida membntuk suatu

kompleks yang berwarna kuat, yang akan terlihat pada konsentrasi iodium yang sangat

rendah. Keunggulan pada pemakaian amilum ini yaitu bahwa harganya murah, namun

terdapat kelemahan-kelemahan yaitu (Basset, 1994) :

a. Bersifat tidak dapat larut dalam air dingin.

b. Suspensinya tidak stabil dalam air.

c. Iodium memberi suatu kompleks berwarna biru dengan air dan amilum,

ditambahkan setelah dekat titik akhir titrasi.

2.9.4 Titik Ekivalen

Titik ekivalen adalah titik dimana perbandingan antara zat pereaksi dan zat

bereaksi telah setara. Perubahan warna terjadi pada penambahan satu tetes setelah titik

ekivalen terjadi.

2.9.5 Penentuan Titik Akhir

Titrasi dilakukan dengan menggunakan amilum sebagai indikator dimana titik

akhir titrasi diketahui dengan terjadinya perubahan warna kompleks iodium-amilum dari

tidak berwarna menjadi warna biru mantap. Hal ini disebabkan karena dalam larutan

amilum, terdapat unit-unit glikosa membentuk rantai heliks karena adanya ikatan

konfigurasi pada tiap unit glukosanya. Bentuk ini menyebabkan amilum dapat

membentuk kompleks dengan molekul iodium yang dapat masuk kedalam spiralnya,

sehingga menyebabkan warna biru mantap pada kompleks tersebut. Sensivitas warnanya

tergantung pada pelarut yang digunakan. Kompleks iodium-amilum mempunyai

kelarutan kecil dalam air sehingga biasanya ditambahkan pada titik akhir reaksi

(Khopkar, 2002).
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah deskriptif, dalam penelitian ini peneliti

tidak mengubah, menambah, atau mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian.

Peneliti hanya menggambarkan kadar sampel buah jeruk mandarin yang mengandung

vitamin C yang beredar dipasaran, dan disajikan dalam bentuk laporan penelitian.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Juni 2020, yang bertempat di Laboratorium

Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan.

3.3 Sampel

Sampel yang diperiksa dalam penelitian ini adalah buah jeruk mandarin yang

beredar dipasaran.

3.4 Alat dan Bahan

3.4.1 Alat-alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas beker, labu tentukur, buret,

corong, kertas saring, labu erlenmeyer, gelas arloji, statif, klem, pisau,pipet, volume,

neraca analitis, pipet tetes, stamper dan mortir.

3.4.2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah akuades, amilum, asam sulfat,

natrium tiosulfat, iodium, kalium iodat, kalium iodida.

3.5 Pembuatan Larutan Pereaksi


3.5.1 Pembuatan Kalium iodat 0,1 N
Ditimbang seksama 0,0356 g kalium iodat yang sebelumnya telah dikeringkan

pada suhu 110˚C dimasukkan kedalam labu tentukur 100ml, dilarutkan dengan akuades

sampai garis tanda.

3.5.2 Pembuatan Asam sulfat 2N

Ditambahkan secara hati-hati 5,5 ml asam sulfat pekat ke dalam gelas beker 100

ml lebih kurang 50 ml air, diaduk, kemudian diencerkan sampai 100 ml akuades.

3.5.3 Pembuatan Akuades bebas karbondioksida

Didihkan akuades sampai mendidih, panaskan akuades dibeker gelas sampai

mendidih selama 10-15 menit. Kemudian didinginkan dengan keadaan tertutup pada

suhu kamar untuk menghindari pengaruh karbondioksida dari udara.

3.5.4 Pembuatan Larutan Natrium tiosulfat 0,1 N

Ditimbang seksama lebih kurang 24,82 gr, setelah itu didihkan kemudian

didinginkan dan ditambahkan akuades hingga 1000 ml.

3.5.5 Pembuatan Indikator Amilum 1 %

Ditimbang 1 g amilum dan disuspensikan dalam 5 ml akuades dan ditambahkan

sambil terus diaduk dengan akuades secukupnya hingga 100 ml didalam gelas beker.

Dididihkan selama beberapa menit hingga terbentuk larutan jernih kemudian didinginkan

pada suhu kamar .

3.5.6 Pembuatan Kalium iodida 10 %

Ditimbang 5 g kalium iodida kemudian dilarutkan dengan menggunakan akuades

50 ml dalam gelas beker.

3.5.7 Pembuatan Larutan iodium 0,1 N

Larutan 18,0 g kalium iodida dalam 100 ml air suling, larutkan kedalamnya 12,69

g iodium dengan penambahan sedikit demi sedikit sambil dikocok hingga larut sempurna

encerkan dengan air suling secukupnya hingga 1000 ml.

3.6 Standarisasi Larutan


3.6.1 Standarisasi Larutan Natrium tiosulfat 0,1 N
Dipipet 10 ml larutan kalium iodat dan dimasukkan kedalam labu erlenmeyer 100

ml. Ditambahkan 10 ml kalium iodida 10 % kemudian ditambahkan 5 ml larutan asam

sulfat 2 N. Dititrasi dengan natrium tiosulfat hingga warna kuning muda. Ditambahkan

1 ml indikator amilum hingga terjadi warna biru. Titrasi dilaksanakan hingga tidak

berwarna . Dicatat volume larutan natrium tiosulfat . Diulangi percobaan sebanyak 3

kali.

3.6.2 Standarisasi Larutan Iodium 0,1 N

Dipipet 10 ml larutan iodium dimasukkan kedalam labu erlenmeyer 100 ml

ditutup dengan plastik . Dititrasi dengan natrium tiosulfat yang telah diketahui

normalitasnya hingga warna kuning muda. Ditambahkan 1 ml indikator amilum hingga

terjadi warna biru. Titrasi dilanjutkan hingga tidak berwarna. Dicatat volume natrium

tiosulfat yang terpakai dan diulangi percobaan sebanyak 3 kali.

3.7 Penetapan Kadar Vitamin C Pada Jeruk Mandarin

Sampel jeruk mandarin dikupas dari kulitnya. Lalu ditimbang dengan timbangan

analitik sebanyak 100 gram. Ditumbuk jeruk yang sudah ditimbang hingga halus, lalu

ditambahkan akuades sedikit, disaring tumbukan jeruk dengan penyaringan kedalam labu

ukur. Ditambah akuades kedalam labu ukur hingga garis batas. Diambil 25 ml filtrat

jeruk dan dimasukan kedalam erlenmeyer. Ditambahkan larutan amilum 1 % sebanyak 2

ml dititrasi dengan larutan iodium 0,1 N hingga mencapai warna biru gelap dan

dilakukan 3 kali pengulangan.

Kemudian hitung kadar dengan rumus :

Kadar vitamin C (%) = Volume iodium(N) x kesetaraan x 100 %

Berat vitamin C teoritis x 0,1 N

1 ml iodium 0,1 N setara dengan 0,8806 mg vitamin C.


DAFTAR PUSTAKA

Anonima. (1995). Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
Halaman39.

Backer, C.A. and Bakhhuizen v.d. Brink, R.C. (1965). Flora of Java, Vol. II. N.V.P,
Noordhoff, Groningen.

Hardjasamita, P. (1991). Iktisar Biokimia Dasar. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Khopkar, S, M., (2002), Konsep Dasar Kimia Analitik, Jakarta: UI-Press.

Rahardi, Yovita H. I., Haryono.(1999). Agribisnis Tanaman Buah, Penebar Swadaya,


Jakarta.

Poedjiadi, Anna. (2008), Dasar-Dasar Biokimia. Penerbit UI-Press.Jakarta.

Thenawijaya, Meiji. (1982). Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : Erlangga.

Wardlaw, G.M. (2003). ContemporaryNutrition: IssuesandInsights. Edisi Kelima. New


York:McGraw-Hill. Halaman 274-275.

Winarno F.G. (2004). Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama.Jakarta.

Wiryawan, (2008). Kimia Analitik untuk SMK. Departemen Pendidikan Nasional.


Jakarta.

https://nutritiondata.self.com/facts/fruits-and-fruit-juices/1971/2

http://digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-2190-
fauziah.pdf

http://eprints.umm.ac.id/32305/2/jiptummpp-gdl-s1-2010-herisetiaw-18116-BAB
%2B1.pdf

http://pkht.ipb.ac.id/index.php/2016/02/05/buku-ajar-buku-terbitan-modul-pelatihan/
BUKTI BIMBINGAN ONLINE
BUKTI KONSULTASI KARYA TULIS ILMIAH MAHASISWA/I
PROGRAM STUDI D-III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN
FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

NAMA : IRMA TRI NATASYA NAIBAHO


NIM : 170210007
JUDUL : ANALISA KANDUNGAN VITAMIN C PADA BUAH JERUK
MANDARIN YANG BEREDAR DIPASARAN DENGAN METODE
IODIMETRI
Tandatangan
N
Tanggal Pembahasan Saran Dosen
O
Pembimbing
Cari jurnal dan
analisa
1. 14 April 2020 Penyampaian judul
kandungan
sampel

Pembuatan
2. 28 April 2020 Sampel
proposal bab 1-3

Revisi judul,
3. 19 Mei 2020 Judul
revisi bab 1-3

Revisi latar
4. 12 Juni 2020 Bab 1 belakang, revisi
hipotesa

Revisi latar
5. 13 Juni 2020 Judul
belakang

Revisi rumusan
6. 14 Juni 2020 Bab 1
masalah

7. 15 Juni 2020 Latar belakang Revisi hipotesa

Anda mungkin juga menyukai