Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS KADAR VITAMIN C DALAM DAGING BUAH

PARE (Memordica charantia L) SECARA


SPEKTROFOTOMETRI UV-Vis

Oleh
KELOMPOK 1
Abd Rahman 1613142002
Putri Nur Alizah 1613140004
Siti Nurahima 1613140008

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tumbuhan di muka bumi yang angat beragam memegang peranan yang


sangat penting bagi kelangsungan hidup makhluk sejak zaman dulu. Indonesia
menjadi salah satu negara yang memiliki berbagai macam kekayaan sumber daya
alam termasuk keanekaraman tumbuhannya yang dimanfaatkan sebagai bahan
pangan dan bahan pengobatan oleh sebagian besar masyarakatnya. Banyak sekali
bahan pangan Indonesia mempunyai potensi gizi yang bermanfaat bagi tubuh
namun belum termanfaatkan secara optimum dan salah satu penyebabnya ialah
keterbatasan pengetahuan dari masyarakat itu sendiri.
Produk kecantikan yang terus berkembang saat ini menjadi perhatian besar
bagi masayarakat khususnya wanita dari remaja sampai wanita dewasa dan
biasanya wanita kurang mempetimbangkan kandungan apa yang dikandung dalam
produk serta dampak yang mungkin akan ditimbulkan. Produk kecantikan yang
terus dikembangkan ini fokus untuk perawatan kulit baik itu kulit wajah maupun
kulit tubuh. Kulit wajah umumnya lebih sensitive terhadap kulit tubuh dan semakin
bertambahnya usia kulit tubuh akan menunjukkan tanda-tanda penuaan seperti
kerut, keriput dan flek hitam. Proses penuaan pada kulit disebabkan oleh kulit yang
tidak dapat lagi menghasilkan banyak kolagen.
Pare sebagai salah satu bahan pangan lokal di Indonesia mempunyai
berbagai macam manfaat yang selain sangat berguna bagi tubuh sebagai penangkal
radikal bebas juga memiliki manfaat sebagai produk perawatan tubuh atau
kecantikan. Pare yang diketahui merupakan sayuran hijau dengan kulit buah penuh
tonjolan memiliki citarasa pahit sehingga banyak dihindari oleh masyarakat tanpa
mengetahui manfaat besar yang terkandung didalamnya. Pare mengandung
berbagai macam vitamin diantaranya vitamin A, vitamin B, vitamin C dan vitamin
K serta mineral lainnya. Buah pare (Memordica charantia L) digolongkan dalam 3
jenis yaitu pare putih (pare gajih atau pare bodas), pare hijau (pare kodok), pare
ular/pare belut (Rukmana, 1998)
Vitamin C yang terkandung dalam pare diyakini dapat menutrisi dan
membantu mendapatkan kulit cantik alami yang diinginkan banyak wanita dengan
membantu kesehatan pembuluh dan peredaran darah sehingga produksi kolagen
menjadi lebih baik. Penggunaan pare sebagai produk kecantikan alami dapat
diaplikasikan sebagai bahan makanan maupun sebagai masker untuk kulit tubuh
sehingga sangat mudah diperoleh dan diproduksi sendiri. Manfaat pare sebagai
masker yaitu dapat membuat kulit lebih bersinar dan masalah kulit seperti jerawat
dapat diminimalkan.
Dari penjelasan di atas, dapat dikatakan bahwa pare yang merupakan bahan
pangan local dan biasanya dihindari oleh masyarakat karena cita rasanya yang pahit
dapat dimanfaatkan menjadi masker wajah karena vitamin C yang dikandung dapat
membantu mendapatkan kulit cantik alami. Selain itu, pare sebagai produk
kecantikan dapat menambah fungsi lain dari pare sehingga pemanfaatan pare lebih
baik dan menambah pendapatan dari petani pare. Dan juga, masker ini dibuat secara
alami jadi tidak membahayakan bagi penggunanya lain halnya dengan masker
pembuatan pabrik yang sudah tercampur oleh berbagai macam bahan kimia yang
jika salah memilih akan mengakibatkan kerusakan pada kulit.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka masalah yang dapat dirumuskan adalah
berapakah kadar vitamin C yang terkandung dalam buah pare (Memordica
Charantia L) jenis pare hijau secara spektrofotometri UV-Vis.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kadar vitamin C yang terdapat
dalam buah pare (Memordica Charantia L) jenis pare hijau secara spektrofotometri
UV-Vis.
D. Manfaat
Dengan melakukan penelitian dan penulisan ini, secara tidak langsung
berharap dapat menambah pemanfaatan dari buah pare yang ternyata dapat berguna
sebagai produk kecantikan. Selain itu dapat diketahui analisis kandungan vitamin
C pada pare sehingga penggunaannya lebih dapat dipertanggungjawabkan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Uraian Tanaman
1. Klasifikasi Tanaman (Rukmana, 1998)
Regnum : Plantae
Division : Spermatophyte
Sub Divisio : Angiospermae
Class : Dicotiledonae
Ordo : Cucurbitales
Family : Cucurbitaceae
Genus : Momordica
Species : Momordica charantia L.
2. Nama Daerah (Rukmana, 1998)
Bali (Paya), Batak (Paria), Bima (Paria), Bugis (Paria), Buru (Paparia),
Gorontalo (Belenggede), Halmahera (Papare), Jawa (Pare), Madura (paria,
pepareh), Makassar (paria), Manado (Popare), Minangkabau (Paria, Kambeh), Nias
(peria, pepare), Nusa Tenggara (Paliak, Pepare), Sasak (Truwuk), Sumba (Paita),
Sunda (Paria), Sumatera (Foria, Kambeh, Paria), Ternate (Peparae), Timor (Paria).
4. Jenis buah pare (Rukmana, 1998; Santoso, 1996)
Pare yang dikenal masyarakat ada 3 macam yakni pare hijau, pare putih, dan
pare ular. Uraian ketiga jenis pare tersebut sebagai berikut:
1. Pare hijau (Momordica charantia L)
Sesuai dengan namanya pare ini berwarna hijau dan rasanya pahit. Jenis
pare hijau yang dikenal masyarakat antar lain pare ayam, pare kodok, dan pare alas
atau pere ngenge. Buah pare hijau ini berbentuk lonjong kecil.
2. Pare putih (Momordica charantia L)
Pare putih dikenal dengan nama pare gajih atau pare mentega. Buah pare
putih berwarna putih kekuningan, berbentuk bulat dengan panjang 30-50 dan
berdaging tebal. Permukaannya berbintil-bintil besar yang arahnya sepanjang buah.
Rasa buah pare ini tidak telalu pahit seperti pare hijau.
3. Pare ular (Trichosanthus anguina L)
Pare ular dikenal dengan nama pare belut dan pare alas atau pare leuweung.
Permukaan kulit buahnya berwarna hijau keputihan Asap cair merupakan senyawa-
senyawa yang menguap secara simultan dari reactor
5. Kandungan gizi dalam buah pare (Santoso, 1996)
Dari beberapa analisa bahan gizi yang ada dalam pare didapat kandungan
gizi buah pare per 100 gram daging buah yaitu:
1 Air : 91,2 gram
2 Kalori : 29 gram
3 Protein : 1,1 gram
4 Lemak : 1,1 gram
5 Karbohidrat : 0,5 gram
6 Kalsium : 45 mg
7 Zat besi : 1,4 mg
8 Fosfor : 64 mg
9 Vitamin A : 18 SI
10 Vitamin B : 0,08 mg
11 Vitamin C : 52 mg
6. Kandungan kimia
Kandungan kimia yang terdapat pada tanaman pare. Buahnya mengandung
albiminoid, karbohidrat, minyak-minyak lemak yang terdiri atas asam oleat, asam
stearat, hidroxytriptamine, serta vitamin A, B, dan C. Daunnya mengandung
momordisina, momordina, karantina, resin, dan minyak lemak, sementara akarnya
mengandung asam momordial dan asam oleanolat. Bijinya mengandung saponin,
alkaloid, triterprenoid, dan asam momordial (Frendli,2007)

Uraian vitamin C
1. Uraian Bahan Vitamin C ( FI, 1979)
Nama resmi : Acidum Ascorbicum
RM : C6H8O6
BM : 176,13
Pemerian : Serbuk atau hablur, putih atau agak kuning, tidak berbau,
rasa asam
Kelarutan : Mudah larut dalam air,agak sukar larut dalam etanol
(95%), praktis tidak larut dalam kloroform.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat,terlindung dari cahaya.
Khasiat : Antiskorbut
2. Fungsi Vitamin C ( Andarwulan, 1992)
Vitamin C adalah salah satu vitamin yang sangat diperlukan tubuh kita
penting dalam membentuk kolagen, serat, struktur protein. Kolagen dibutuhkan
untuk pembentukan tulang dan gigi dan juga untuk membentuk jaringan bekas luka.
Vitamin C juga berperan dalam meningkatkan ketahanan tubuh terhadap infeksi
dan membantu tubuh menyerap zat besi.
3. Sumber Vitamin C
Sumber vitamin C sebagian besar berasal dari sayur-sayuran dan buah-
buahan seperti buah jeruk, nenas, jambu, tomat, bayam, brokoli, cabe hijau,
mangga, dan sebagainya (Winarno, 1986).
4. Stabilitas Vitamin C dan Penguraian Vitamin C
Vitamin C adalah kristal putih yang mudah larut dalam air. Dalam keadaan
kering vitamin C cukup stabil, tetapi dalam keadaaan larut, vitamin C mudah rusak
karena adanya udara (oksidasi) terutama apabila terkena panas. Vitamin C tidak
stabil dalam larutan alkali, tetapi cukup stabil dalam keadaan asam. Pangan dapat
kehilangan vitamin C sejak dipanen hingga sampai dimeja makan. Keadaan yang
menyebabkan hilangnya vitamin C adalah lama disimpan, perendaman dalam air,
dimasak dengan suhu tinggi untuk waktu lama, dimasak dalam panci besi atau
tembaga, dan dibiarkan lama sesudah dimasak pada suhu kamar ruangan atau suhu
panas sebelum dimakan (Andarwulan,1992).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat dan bahan


3.1.1 Alat
Alat-alat yang digunakan adalah timbangan analitik, belender, corong,
spatel, kertas saring Whatman No.1, labu ukur, gelas ukur, cawan penguap, beaker
glass, erlemeyer, batang pengaduk, pipet mikro, dan seperangkat alat
spektrofotometer UV-Visibel.
3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan adalah buah pare (Momordica charantia L), larutan
biru metilen, asam askorbat, NaOH 10%, FeSO4 5%, betadin, metanol, kertas
saring dan aquabides.
3.2 Prosedur penelitian
3.2.1 Pengambilan sampel dan pengolahan sampel
Sampel buah pare jenis pare hujau diperoleh dari Desa Siambo Kecamatan
Anggeraja Kabupaten Enrekang dan Dusun Talakue Desa Gentungan Kecamatan
Bajeng Barat Kabupaten Gowa. Buah pare yang telah diambil, dicuci dengan air
kemudian dipotong-potong kecil. Masing-masing sampel dihaluskan dengan cara
diblender. Setelah dihaluskan kemuadian disaring.
3.2.2 Identifikasi Sampel
Uji Kualitatif
 Pada 2 mL larutan sampel tambahkan 4 tetes larutan biru metilen, hangatkan
hingga suhu 40 oC terjadi warna biru tua yang dalam waktu 3 menit berubah
menjadi lebih muda atau hilang.
 Pada 2 mL larutan sampel tambahkan 2 tetes NaOH 10% kemudian
tambahkan 2 mL FeSO4 5 % amati perubahan warna yang terjadi, reaksi
positif ditandai dengan terbentuknya warna kuning.
 Beberapa mL sampel tambahkan tetes demi tetes betadine warna betadine
akan berkurang atau hilang ± 3 menit.
3.2.3 Pembuatan Larutan Induk Vitamin C 100 ppm
Asam askorbat ditimbang sebanyak 50 mg kemudian dimasukkan ke dalam
labu ukur 500 mL dan dilarutkan dengan aquabides sampai tanda batas.
3.2.4 Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum Larutan Vit. C
Dipipet 5 mL larutan vitamin C 100 ppm dan dimasukkan ke dalam labu
ukur 50 mL (konsentrasi 10 ppm). Lalu ditambahkan aquabides sampai tanda batas
dan dihomogenkan. Diukur serapan maksimum pada panjang gelombang 200 – 400
nm dengan menggunakan blanko aquabides.
3.2.5 Pembuatan Kurva Kalibrasi
Dipipet larutan vitamin C 100 ppm kedalam labu ukur 50 mL masing-
masing sebesar 2 mL, 3 mL, 4 mL, 5 mL dan 6 mL (4 ppm, 6 ppm, 8 ppm, 10 ppm
dan 12 ppm) kemudian ditambahkan aquabides hingga tanda batas lalu
dihomogenkan dan diukur serapannya pada panjang gelombang maksimum yang
diperoleh.
3.2.6 Penentuan Kadar Tiap Sampel
2,5 g buah pare yang telah dihaluskan dimasukkan ke dalam labu ukur 50
mL lalu ditambahkan aquades sampai tanda batas kemudian dihomogenkan, dan
disaring dengan kertas saring. Pipet sebanyak 35 mL filtrat, masukkan ke dalam
labu ukur 50 mL tambahkan aquabides hingga tanda batas. Selanjutnya, diukur
serapannya pada panjang gelombang maksimum yang dengan spektrofotometri
UV-Vis dan dilakukan 3 kali pengulangan untuk tiap sampel.
DAFTAR PUSTAKA

Andarwulan, N., Koswara, S., 1992 ´´Kimia Vitamin´´, Rajawali Press.Jakarta.

Arel, Afdhil., B.A martinus dan Satiti Ambar Ningrum. 2017. Penetapan Kadar
Vitamin C pada Buah Naga Merah (Hylocereus costaricensis (F.A.C.
Weber) Britton & Rose) dengan Metode Spektrofotometri UV-Visibel.
Scientia. Vol 7 No 1.

Frendli, 2007. Pare dan manfaatnya (online).


http://www.indonetwork.co.id/dpkusumofarmnusery/1340219/paremomor
dicacharantia-l-familia-cucurbitaceae-sms-081.htm. diakses 12 januari
2010.

Tahir, Masdiana., Nurul Hikmah dan Rahmawati. 2014. Analisis Kandungan


Vitamin C dan β- Karoten Dalam Daun Kelor (Moringa Oleifera Lam)
dengan Metode Spektrofotometri UV-Vis. Jurnal Fitofarmaka Indonesia.
Vol. 3 No 1.

Rukmana, R., 1998. Budidaya Pare. Penerbit Kanisius (Anggota IKAPI),


Yogyakarta.

Santoso W, 1996. Usaha Tani Tanaman Pare. Instalasi Penelitian dan Pengkajian,
Tekhnologi Pertanian, Jakarta. (online). Diakses 12 Desember 2009.

Winarno, L.G., 1986 , ´´Kimia Pangan dan Gizi´´, Gramedia. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai