Anda di halaman 1dari 35

LABORATORIUM KIMIA FARMASI

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

LAPORAN LENGKAP
ANALISIS VITAMIN C DAN VITAMIN B1






OLEH :
KELOMPOK : I (SATU)
GOLONGAN : RABU
ASISTEN : ANSHAR SAUD S.Si., Apt



MAKASSAR
2011



BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar BeIakang
Dalam suatu analisa farmasi, yang ditentukan bukan hanya untuk
uji kualitas, tetapi juga untuk uji kuantitasnya. Atau dengan kata lain
menentukan adanya suatu zat dalam sediaan dan menetukan seberapa
besar kandungan zat aktifnya.
Analisa kualitatif dan kuantitatif suatu senyawa obat yang
diproduksi sangat penting untuk dilakukan, karena obat-obat yang beredar
dipasaran harus diketahui kadar dan mutunya secara pasti. Senyawa atau
bahan kimia obat harus sesuai dengan yang tercantum dalam Farmakope
dan buku-buku resmi lainnya.
Di bidang farmasi. Penetapan kadar suatu senyawa dalam sampel
sangat bermanfaat. Hal ini dapat berfungsi sebagai kontrol kualitas
sediaan obat, apakah obat tersebut kadarnya sama dengan yang
tercantum dalam etiket.

I.2. Maksud dan Tujuan Percobaan
I.2.1. Maksud Percobaan
Mengetahui dan memahami cara identifikasi dan penetapan kadar
suatu senyawa dalam suatu sediaan.

I.2.2 Tujuan Percobaan
. Mengidentifikasi suatu senyawa yang terdapat dalam suatu sediaan
2. Menetapkan kadar vitamin C dengan menggunakan metode iodimetri
dan menetapkan kadar vitamin B dengan menggunakan metode
Titrasi Bebas Air.

I.3. Prinsip Percobaan
. dentifikasi senyawa yang terdapat dalam suatu sediaan tablet,
meliputi pemeriksaan organoleptis yang meliputi warna, bau, rasa,
bentuk, dan kelarutan yang dilanjutkan dengan uji reaksi kimia dengan
pereaksi tertentu berdasarkan terbentuknya gas, perubahan warna,
dan endapan yang terbentuk.
2. Penetapan kadar vitamin C dalam sediaan tablet dengan metode
iodimetri, berdasarkan reaksi oksidasi-reduksi antara sampel dan
larutan baku iodum sebagai titran dengan menggunakan indikator
larutan kanji, dimana titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan
warna dari tidak berwarna menjadi warna biru.
3. Penetapan kadar vitamin B dalam sediaan tablet dengan metode
Titrasi Bebas Air dimana sampel ditambahkan asam asetat glasial dan
dititrasi dengan larutan baku asam perklorat dengan penambahan
indikator Kristal violet, dimana titik akhir titrasi ditandai dengan
perubahan warna menjadi biru.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Teori Umum
Vitamin merupakan senyawa organik yang diperlukan tubuh dalam
jumlah kecil untuk mempertahankan kesehatan dan seringkali bekerja
sebagai kofaktor untuk enzim metabolisme. Sumber vitamin dan mineral
yang paling baik ialah makanan sehingga orang sehat yang makanannya
bermutu baik, sudah mendapat jumlah vitamin dan mineral yang cukup.
Vitamin larut air disimpan dalam tubuh hanya dalam jumlah
terbatas dan sisanya dibuang, sehingga untuk mempertahankan saturasi
jaringan vitamin larut air perlu sering dikonsumsi. Meskipun demikian,
pemberian vitamin larut air dalam jumlah berlebihan selain merupakan
pemborosan, juga mungkin menimbulkan efek yang tidak diinginkan,
Sebaliknya vitamin larut lemak dapat disimpan dalam jumlah banyak,
sehingga kemungkinan terjadinya toksisitas jauh lebih besar daripada
vitamin larut air. (
Vitamin pada umumnya dapat dikelompokkan kedalam 2 kelompok
yaitu vitamin yang larut dalam lemak yakni vitamin A, D, E, dan vitamin K,
serta vitamin yang larut dalam air seperti vitamin B dan vitamin C. (2
1). Tiamin (Vitamin B1)
Tiamin merupakan kompleks molekul organik yang mengandung
satu inti tiazol dan pirimidin. Karena tiamin penting untuk metabolisme
energi, terutama karbohidrat, maka kebutuhan akan tiamin umumnya
sebanding dengan asupan kalori.
Defisiensi berat menimbulkan penyakit beri-beri yang gejalanya
terutama tampak pada system saraf dan kardiovaskular. (
Dalam makanan, vitamin B (tiamin HCl dapat ditemukan dalam
bentuk bebas atau dalam bentuk kompleks dengan protein atau kompleks
protein-fosfat. Tiamin hidroklorida dalam keadaan kering cukup stabil dan
pada pemanasan S C, selama jam tidak berkurang potensinya. (2
2). RibofIavin (Vitamin B2)
Nama riboflavin diberikan karena adanya ribosa dalam rumus
kimianya. Kebutuhan tiap individu akan riboflavin berbanding lurus dengan
energi yang digunakan.
Penggunaannya yang utama adalah untuk pencegahan dan terapi
defisiensi vitamin B2 yang sering menyertai palagra atau defisiensi vitamin
B kompleks lainnya. (
Riboflavin larut dalam air dan memberi warna fluoresen kuning-
kehijauan. Riboflavin sangat mudah rusak oleh cahaya tampak dan
ultraviolet, akan tetapi tahan terhadap panas, oksidator, asam dan
sebaliknya sangat sensitif terhadap basa. (2
3). Piridoksin (Vitamin B6)
Dalam alam, vitamin ini terdapat dalam tiga bentuk yaitu piridoksin
yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, serta piridoksal dan piridosamin
yang terutama berasal dari hewan, ketiga bentuk piridoksin tersebut dalam
tubuh diubah menjadi piridoksal fosfat.
Kekurangan vitamin ini dapat menyebabkan dermatitis pada hewan
percobaan. Selain untuk mencegah dan mengobati defisiensi vitamin B6,
vitamin ini juga diberikan bersama vitamin B lainnya atau sebagai
multivitamin untuk pencegahan dan pengobatan defisiensi vitamin B
kompleks. Kebutuhan manusia akan piridoksin berhubungan dengan
konsumsi protein yaitu kira-kira 2 mg/ mg protein. (
Penetapan kadar secara mikrobiologi atau secara hayati dari ketiga
senyawa tersebut menunjukkan tanggapan yang selektif. Sedangkan
metode fisika dan kimia tidak dapat membedakan ketiga senyawa
tersebut. Metode fisika dan kimia hanya cocok untuk piridoksin murni dan
persediaannya. (2
). SianokobaIamin (Vitamin B12)
Sianokobalamin, merupakan senyawa kompleks dengan kordinat
kobalt berberat molekul 355,4. Kristalnya cepat menyerap lembab udara.
Sianokonalamin bersifat netral dan mengandung gugus sian, gugus ini
dapat diganti dengan berbagai ion untuk menghasilkan senyawa baru
sepeti klorokobalamin dan hidroksokobalamin. (2
5). Asam Askorbat (Vitamin C)
Defisiensi vitamin C yang dinamakan skorbut atau scurvy telah
dikenal semenjak tahun 2. Diketahui pula bahwa penyakit tersebut
dapat dicegah dengan pemberian sayur-mayur atau buah-buahan segar
terutama golongan jeruk yang ternyata mengandung vitamin C. Vitamin C
bekerja sebagai suatu koenzim dan pada keadaan tertentu merupakan
reduktor dan antioksidan. Vitamin ini dapat secara langsung atau tidak
langsung memberikan elektron ke enzim yang membutuhkan ion-ion
logam tereduksi, dan bekerja sebagai kofaktor untuk prolil dan lisil
hidroksilase dalam biosintesis kolagen. Zat ini berbentuk Kristal dan bubuk
putih kekuningan, stabil pada keaadaan kering. Dalam bentuk larutan di
wadah terbuka, zat ini cepat rusak. (
6). Vitamin A
Vitamin A terutama terdapat pada mentega, telur, hati dan daging,
dan terdapat dalam beberapa bentuk misalnya retinol (Vitamin A dan 3-
dehidroretinol (Vitamin A2. Asam retinoat (tretinoin, isotretinoin
merupakan hasil oksidasi group alkohol dari retinol.
Vitamin A dapat juga berasal dari karoten yang merupakan pigmen
tumbuh-tumbuhan, karoten, yang disebut juga provitamin A, banyak
terdapat pada sayuran berwarna hijau atau kuning dan buah-buahan
seperti pada wortel, papaya, dan tomat. Terdapat beberapa jenis karoten
yaitu karoten alfa, beta dan gama, dan bentuk yang paling aktif ialah beta
karoten. Hanya /3 karoten diubah menjadi vitamin A pada dinding usus
halus. (



). Vitamin D
Vitamin D, senyawa yang larut dalam lemak, terbukti berguna untuk
mencegah dan mengobati rakitis yaitu penyakit yang banyak terdapat
pada anak, terutama di daerah yang kurang mendapat siar matahari.
Vitamin D mempunyai 2 fungsi fisiologi sebagai pengatur
homeostatik kalsium plasma. Pengaturan ini diperlukan untuk
mempertahankan kadar kalsium dan fosfat plasma yang penting untuk
mineralisasi tulang dan untuk mempertahankan fungsi normal
neuromuskular serta fungsi lain yang bergantung pada kalsium. (
Dari beberapa vitamin D, 2 diantarnya dianggap yang paling penting
yaitu vitamin D2 (ergo kalsiferol dan vitamin D3 (kolekalsiferol. Struktur
kedua vitamin ini sangat mirip. Vitamin D2 banyak terdapat dalam bahan
nabati, sementara vitamin D3 banyak terdapat dalam minyak ikan hati. (2
8). Vitamin E
Vitamin E antara lain didapatkan pada telur, susu, daging, buah-
buahan, kacang-kacangan dan sayur-sayuran misalnya selada dan
bayam. Terdapat 8 jenis tokoferol alam yang mempunyai aktivitas vitamin
E. Alfa-tokoferol merupakan bentuk yang paling penting karena
merupakan 9 dari tokoferol yang berasal dari hewan dengan aktivitas
biologik yang paling besar. (
9). Vitamin K
Dikenal 2 jenis vitamin K alam, yaitu vitamin K
(filokuinon=fitonadion dan vitamin K2 (senyawa menakuinon, dan jenis
vitamin K sintetik. Vitamin K, yang digunakan untuk pengobatan, terdapat
pada kloroplas sayuran berwarna hijau dan buah-buahan. Vitamin K2
disintesis oleh bakteri usus terutama oleh bakteri gram-positif. Vitamin K
sintetik yaitu vitamin K3 (menadion merupakan derivat naftokuinon,
dengan aktivitas yang mendekati vitamin K alam. Derivatnya yang larut
dalam air, menadion natrium difosfat, di dalam tubuh diubah menjadi
menadion. (
Analisis kimia farmasi kuantitatif dapat didefinisikan sebagai
aplikasi prosedur kimia analisis kuantitatif terhadap bahan-bahan yang
dipakai dalam bidang farmasi terutama dalam menentukan kadar dan
mutu dari obat-obatan dan senyawa-senyawa kimia yang tercantum dalam
Farmakope-Farmakope serta buku-buku resmi lainnya seperti
formularium-formularium.
Analisis kimia farmasi kuantitatif bisaanya dibagi menjadi beberapa
analisis berdasarkan metode dan teknik kerjanya (3.
. Analisis gravimetri
2. Analisis volumetri yang bisa disebut juga analisis titrimetri
3. Analisis gasometri
4. Analisis dengan metode fisika dan kimia.
Analisis titrimetri umumnya dapat dibagi dalam 4 bentuk, yaitu:
. Reaksi netralisasi atau disebut asidimetri/alkalimetri
2. Reaksi pembentukan kompleks
3. Reaksi pengendapan
4. Reaksi oksidasi-reduksi. (3
stilah analisis titrimetri mengacu pada analisis kimia kuantitatif yang
dilakukan dengan menetapkan volume suatu larutan yang konsentrasinya
diketahui dengan tepat, yang diperlukan untuk beraksi secara kuantitatif
dengan larutan dari zat yang akan ditetapkan (2.
Metode analisis untuk vitamin B dapat dianalisa dengan
menggunakan metode alkalimetri. Adanya tiamin hidroklorida dapat
dititrasi dengan natrium hidroksida , N menggunakan indikator brom
timol biru. Selain itu, vitamin B juga dapat dianalisa dengan
menggunakan metode titrasi bebas air dalam lingkungan asam dan
dititrasi dengan asam perklorat dengan indikator Kristal violet. Adanya
klorida dalam tiamin hidroklorida juga dapat ditetapkan secara
argentometri dengan menggunakan metode volhard. Pada penetapan
dengan metode volhard, suasananya harus asam, sebab jika suasananya
basa maka akan terjadi reaksi antara perak nitrat dengan basa
membentuk Ag(OH yang pada tahap selanjutnya akan membentuk
endapan putih Ag
2
O, akibatnya perak nitrat tidak hanya bereaksi dengan
sampel tetapi juga bereaksi dengan basa.
Untuk vitamin C, dapat dianalisis dengan menggunakan metode
iodimetri. Dasar dari metode ini adalah sifat mereduksi asam askorbat.
Metode iodimetri (titrasi langsung dengan larutan baku iodium , N
dapat digunakan terhadap asam askorbat murni atau larutannya. (2
Titrasi bebas air adalah suatu titrasi yang tidak menggunakan air
sebagai pelarut, tetapi menggunakan pelarut organik. Bila asam/ basa
bersifat lemah seperti halnya asam-asam organik atau alkaloida-alkaloida,
cara titrasi dalam lingkungan berair ini tidak dapat dilakukan karena
disamping sukar larut air, juga kurang reaktif dalam air. Titrasi dalam
lingkungan bebas air ini mempunyai keuntungan-keuntungan misalnya
zat-zat yang dapat larut dalam air, terutama basa-basa organik dapat
dititrasi dalam pelarut dimana zat itu dapat segera akan larut. Senyawa-
senyawa yang mempunyai sifat basa yang sangat lemah, yang tidak dapat
dititrasi dalam air, masih memberikan titik akhir yang cukup tajam dalam
berbagai pelarut organik dan dapat langsung ditentukan.
Banyak senyawa-senyawa yang tidak larut dalam air, bila dilarutkan
dalam pelarut organik akan menaikkan sifat asam atau basanya. Dengan
demikian perlu pemilihan pelarut yang sesuai untuk menetukan berbagai
macam senyawa dengan titrasi dalam lingkungan bebas air.
Garam-garam asam halida dapat dititrasi dalam asam cuka setelah
penambahan raksa ( asetat yang dapat merubah ion halida menjadi
raksa ( halide yang tidak terdisossiasi. (3.
Teori TBA sangat singkat, sebagai berikut air dapat bersifat asam
lemah dan basa lemah. Oleh karena itu, dalam lingkungan air, air dapat
berkompetisi dengan asam-asam atau basa-basa yang sangat lemah
dalam hal menerima atau memberi proton.
Asam perklorat dalam larutan asam asetat merupakan asam yang
paling kuat diantara asam-asam umum yang digunakan untuk titrasi basa
lemah dalam medium bebas air. Dalam TBA biasanya ditambah dengan
asam asetat anhidrida dengan tujuan untuk menghilangkan air yang ada
dalam asam perklorat
Jika basa yang dianalisis dalam bentuk garam yang berasal dari
asam lemah, maka penghilangan anion yang berasal dari asam kurang,
begitu penting. Akan tetapi, jika basa dalam bentuk garam klorida atau
bromida, maka bromida atau klorida harus dihilangkan sebelum dititrasi.
Penghilangan bromida atau klorida dilakukan dengan penambahan
merkuri asetat. Adanya asam klorida atau bromida dan asam-asam kuat
lain harus dihindari karena bisa mengakibatkan penetapan kadar tidak
kuantitatif karena asam-asam kuat ini juga bisa bereaksi dengan senyawa
sampel yang bersifat basa. (4
Pada pelaksanaan titrasi dalam pelarut bebas air sebenarnya tidak
berbeda dengan titrasi dalam larutan air. Titik akhir dalam hal ini dapat
kembali ditentukan secara elektometri atau dengan bantuan indikator.
Harus diperhatikan bahwa larutan asam asetat menunjukkan pemuaian
termik yang besar. Berdasarkan ini maka harus bekerja dengan larutan
dengan suhu sama atau volume pentitrasi harus dikoreksi. Pada
penggantian indikator atau pelarut, faktor larutan pengukur harus
ditentukan kembali. Dapat dimengerti, bahwa juga larutan volumetrik dan
indikator serta larutan uji harus dibuat bebas air.
Pada penentuan yang sering dalam lingkungan bebas air lebih baik
digunakan buret automatik. Untuk penentuan tunggal digunakan buret
yang lazim. Untuk wadah persediaan larutan pengukur dan larutan
indikator digunakan wadah gelas yang tertutup. (5
Titrasi-titrasi redoks berdasarkan pada perpindahan elektron antara
titran dengan analit. Jenis titrasi ini biasanya menggunakan potensiometri
untuk mendeteksi titik akhir, meskipun demikian penggunaan indikator
yang dapat berubah warnanya dengan adanya kelebihan titran juga sering
digunakan.
Titrasi yang melibatkan iodium dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu
titrasi langsung (iodimetri dan titrasi tidak langsung (iodometri. (4
Dasar lebih dipilinya cara ini adalah disebabkan perbandingan
stokiometri yang sederhana, pelaksanaan praktis tanpa masalah, juga
mudah jika dibandingkan dengan serimetri. Dipilihnya metode ini sebagai
titrasi redoks juga tercermin lebih luas dalam farmakope. Kegunaan
banyak dari metode ini didasarkan pada kerja oksidasi iod dan sebaliknya
kerja reduksi iodida. Jika suatu senyawa dioksidasi oleh iod, maka iod
sendiri tereduksi menjadi iodida. Dalam larutan asam iodida bekerja
mereduksi oksidator kuat dan iodidanya sendiri dioksidasi menjadi iod.
Oleh karena itu reaksi iodometri-iodimetri adalah suatu proses redoks. (5
odimetri adalah analisa titirimetri untuk zat-zat reduktor seperti
natrium tiosulfat, arsenat dengan menggunakan larutan iodi baku secara
langsung.
odometri adalah analisa titrimetri secara tidak langsung untuk zat-
zat oksidator seperti garam-garam besi (, tembaga ( dimana zat-zat
oksidator ini direduksi lebih dulu dengan kalium iodida, dan iodine yang
dihasilkan dalam jumlah yang setara ditentukan kembali dengan larutan
natrium tiosulfat baku. (3
odium akan mengoksidasi senyawa-senyawa yang mempunyai
potensial reduksi yang lebih kecil dibanding iodium. Vitamin C mempunyai
potensial reduksi yang lebih kecil daripada iodium sehingga dapat
dilakukan titrasi langsung dengan iodium.
odometri merupakan titrasi tidak langsung dan digunakan untuk
menetapkan senyawa-senyawa yang mempunyai potensial oksidasi yang
lebih besar daripada sistem iodium-iodida atau senyawa-senyawa yang
bersifat oksidator. (4
Metode 2,6-diklorofenolindofenol (DCP ini berdasarkan atas sifat
mereduksi asam askorbat tehadap zat warna 2,6-diklorfenolindofenol.
Asam asakorbat akan mereduksi indikator warna 2,6-diklorofenol-
indofenol membentuk larutan yang tidak berwarna. Pada titik akhir titrasi,
kelebihan zat warna yang tidak tereduksi akan berwarna merah muda
dalam larutan asam.
Hasil penetapan dengan metode ini mendekati hasil penetapan
dengan metode hayati. Walaupun demikian, metode ini tidak spesifik
karena beberapa senyawa mereduksi lainnya dapat mengganggu
penetapan. Senyawa pengganggu tersebut adalah senyawa sulfhidril,
tiosulfat, bentuk tereduksi dari turunan asam akontinat, riboflavin, dan
senyawa besi ( organik.
Pelarut terbaik asam askorbat adalah asam metafosfat dan asam
oksalat karena senyawa ini mencagah pengaruh tembaga.
Suatu cara untuk menghilangkan pengaruh senyawa pengganggu
adalah :
- Semua asam askorbat diubah menjadi asam dehidroaskorbat
dengan menambahkan norit ke dalam larutan asam askorbat atau
dengan menggunakan iksidase asam skorbat
- Jumlah senyawa mereduksi yang masih ada ditetapkan
- Asam dehidroaskorbat direduksi menjadi asam askorbat dengan
penambahan hydrogen sulfide pada pH 4-
- Asam askorbat dititrasi dengan diklorofenol indofenol
Dengan menggunakan cara tersebut di atas maka metode DCP
menjadi lebih spesifik. Asam dehidroaskorbat tidak bereaksi dengan
diklorofenolindofenol. Metode ini digunakan untuk penetapan kadar asam
askorbat dalam sediaan vitamin dan jus. Metode ini tidak dipakai untuk
penetapan kadar larutan jus yang sangat berwarna atau karena adanya
besi ( (Fe
2+
, stano (Sn
2+
, tembaga ( (Cu
+
, SO
2
, sulfit atau tiosulfat.
(2
Uji DPPH adalah suatu metode kolorimetri yang efektif dan cepat
untuk memperkirakan aktivitas antiradikal. Uji kimia ini secara luas
digunakan dalam penelitian produk alami untuk isolasi antioksidan
fitokimia dan untuk menguji seberapa besar kapasitas ekstrak dan
senyawa murni dalam menyerap radikal bebas. Radikal DPPH adalah
suatu senyawa organik yang mengandung nitrogen tidak stabil dengan
absorbansi kuat pada max 5 nm dan berwarna ungu gelap. Setelah
bereaksi dengan senyawa antioksidan, DPPH tersebut akan tereduksi,
dan warnanya akan berubah menjadi kuning. Perubahan tersebut dapat
diukur dengan spektrofotmeter dan diplotkan terhadap konsentrasi. (6
















II.2. Uraian Bahan
1. Air suIing ()
Nama resmi : Aqua destillata
Nama lain : Aquades, air suling
RM/BM : H
2
O/8,2
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak
berbau, tidak berasa
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai pelarut

2. Asam asetat gIasiaI ()
Nama resmi : Acidum aceticum glasiale
Nama lain : Asam asetat
RM / BM : C
2
H
4
O
2
/6,5
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, bau khas
menusuk, rasa yang tajam
Kelarutan : Dapat bercampur baik dengan air,
etanol, dan dengan gliserol
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai pelarut



3. Iodium ()
Nama Resmi : odum
Nama Lain : odum
RM/BM : / 26,9
Pemerian : Keping atau butir, berat, mengkilat, seperti
logam ; hitam kelabu ; bau khas
Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 3 bagian air,
dalam 3 bagian etanol (95 P. dalam
lebih kurang 8 bagian gliserol P dan
dalam lebih kurang bagian
karbondisulfida P ; larut dalam kloroform P
dan dalam karbontetraklorida P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

. Asam SuIfat ()
Nama Resmi : Acidum Sulfuricum
Nama Lain : Asam Sulfat
RM/BM : H
2
SO
4
/ 98,
Pemerian : Cairan kental seperti minyak, korosif, tidak
berwarna, jika ditambahkan ke dalam air
menimbulkan panas
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

= O
OH OH
5. Vitamin C ()
Nama resmi : Acidum ascorbicum
Nama lain : Asam askorbat
RM / BM : C
6
H
8
O
6
/ 6, 3
RB : CH
2
OH
CHOH
O



Persyaratan kadar : Tablet asam askorbat mengandung asam
askorbat C
6
H
8
O
6
tidak kurang dari 9,
dan tidak lebih dari , dari jumlah
yang tertera pada etiket.
Pemerian : Serbuk atau hablur; putih atau agak
kuning; tidak berbau; rasa asam. Oleh
pengaruh cahaya lambat laun menjadi
gelap. Dalam keadaan kering, mantap di
udara, dalam larutan cepat teroksidasi.
Kelarutan : Mudah larut dalam air; agak sukar larut
dalam etanol (95 P; praktis tidak larut
dalam kloroform P, dalam eter P dan
dalam benzen P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung
dari cahaya.
Kegunaan : Sebagai sampel dalam metode iodimetri

6. Vitamin B1 ()
Nama Resmi : Thiamiini Hydrochloridum
Nama Lain : Tiamini Hidroklorida / Vitamin B
RM/BM : C
2
H

CN
4
OS.HCl / 33,2
Pemerian : Hablur kecil atau serbuk hablur ; putih ;
bau khas lemah mirip ragi ; rasa pahit
Kelarutan : Mudah larut dalam air, sukar larut dalam
etanol (95 P ; Praktis tidak larut dalam
eter P dan dalam benzene P ; Larut dalam
gliserol P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari
cahaya
Kegunaan : Sebagai sampel
Persyaratan kadar : Tablet thiamini hidroklorida mengandung
thiamini hidroklorida C
6
H
8
O
6
tidak kurang
dari 9, dan tidak lebih dari ,
dari jumlah yang tertera pada etiket.


. AmiIum ()
Nama resmi : Amilum solani
Nama lain : Pati kentang
Pemerian : Serbuk halus, putih, tidak berbau
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam
etanol 95 P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari
cahaya
Kegunaan : Sebagai indikator

8. Raksa (II) Asetat ()
Pemerian : Serbuk hablur ; putih
Kelarutan : Larut dalam air hangat ; jika didihkan
terhidrolisa

9. KristaI VioIet ()
Pemerian : Hablur berwarna hijau tua
Kelarutan : Sukar larut dalam air, agak sukar larut
dalam etanol (95 P dan dalam asam
asetat glasial P. larutannya berwarna
lembayung tua
Kegunaan : Sebagai indikator

10. Asam PerkIorat ()
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna
Kelarutan : Bercampur dengan air
Kegunaan : Sebagai titran

II.3. Prosedur Kerja
A. Uji Kuantitatif
1. Vitamin C tabIet
- Timbang seksama 4 mg. Larutkan dalam campuran mL air
bebas karbondioksida P dan 25 mL asam sulfat ( v/v P. Titrasi
segera dengan iodum , N menggunakan indikator larutan kanji P.
(
mL iodum , N setara dengan 8,86 mg C
6
H
8
O
6

- Penetapan kadar metode iodometri. (8
- Asam askorbat merupakan larutan murni yang dapat dititrasi
dengan , N larutan iodine. (9
- Timbang seksama kira-kira 4 mg contoh, ;aritam da;a, ca,[iram
mL air bebas karbondioksida dan 25 mL asam sulfat encer.
Titrasi segera dengan larutan iodine baku , N menggunakan
indikator kanji. (
mL iodum , N setara dengan 8,86 mg C
6
H
8
O
6
- Lebih kurang 4 mg asam askorbat yang ditimbang saksama,
dilarutkan dalam campuran yang terdiri atas mL air bebas
karbondioksida dan 25 mL asam sulfat encer. Larutan dititrasi
segera dengan iodium , N menggunakan indikator kanji sampai
terbentuk warna biru tetap. (2
- Larutkan sekitar 4 mg asam askorbat, dan campurkan dengan
mL air dan 25 mL asam sulfat 2 N. Tambahkan 3 mL pati, dan
titrasi dengan , N iodine. (
- Larutkan ,5 g asam askorbat dalam mL asam sulfat dan 8
mL air bebas karbon dioksida. Tambahkan mL larutan kanji.
Titrasi dengan ,5 M iodine sampai warnanya violet-biru tetap.
(

2. Vitamin B1 tabIet
- Titrasi : zat dilarutkan dalam 2 mL asam asetat dengan
pemanasan lemah. Sesudah dingin, larutan direaksikan dengan 5
mL larutan raksa ( asetat, kemudian dititrasi dengan ,5 M asam
perklorat (/4 mmol sampai timbul warna biru ; indikator 5 tetes
larutan ungu Kristal. (8
- Lebih kurang 5 mg tiamin hidroklorida yang ditimbang seksama,
dilarutkan dalam air bebas karbondioksida lalu dititrasi dengan
NaOH menggunakan indikator brom timol biru. (2
Tiap mL NaOH , N setara dengan 33, mg tiamin
hidroklorida
- Lebih kurang 25 mg tiamin hidroklorida yang ditimbang seksama
ditambah mL asam asetat glasial, mL raksa ( asetat 5
dalam asam asetat glasial, dan ditambah 2 mL dioksan.
Selanjutnya, larutan dititrasi dengan asam perklorat , N
menggunakan indikator 3 tetes Kristal violet sampai warna biru. (2
Tiap mL asam perkloran , N setara dengan 6,86 mg tiamin
hidroklorida.
- Lebih kurang mg tiamin hidroklorida yang ditimbang seksama
dilarutkan dalam 2 mL air. Larutan diasamkan dengan asam nitrat
encer dan ditambah mL perak nitrat , N. Endapan yang terjadi
disaring dan dicuci dengan air sampai tidak mengandung klorida.
Filtrat selanjutnya dititrasi dengan larutan baku amonium tiosianat
, N menggunakan indikator besi ( amonium sulfat. (2
Tiap mL perak nitrat , N setara dengan 8,86 mg tiamin
hidroklorida
- Larutkan , g dalam 5 mL asam formiat anhidrat dan
tambahkan 5 mL asetat anhidrat. Titrasi segera dengan , M
asam perklorat dan tentukan titik akhir secara potensiometri.
Lakukan titrasi blanko. (
- Total klorin dalam tiamin hidroklorida dapat dilakukan determinasi,
yaitu melarutkan , g tiamin hidroklorida dalam 2 mL air.
Asamkan dengan asam nitrat dan tambhkan mL , N perak
nitrat. Endapan kemudian disaring dan dicuci. Kelebihan perak
nitrat dititrasi dengan , N amonium tiosianat. (9
mL , N AgNO
3
setara dengan ,3546 g klorin

B. Uji KuaIitatif
A. Vitamin B1 (Thiamin HidrokIorida)
- Metode Vercoling
Zat dipanaskan beberapa saat, akan menggelembung, meng-
arang, dan uap bau kacang, tidak tersisa.
- Reaksi pengendapan
a. masukkan sejumlah zat ke dalam tabung reaksi, larutkan dengan
aquades kemudian tambahkan -2 tetes HgCl
2
. Amati perubahan
yang terjadi. (endapan putih keruh
b. larutkan sejumlah zat ke dalam tabung reaksi. Tambahkan iod
(
2
. Amati perubahan warna yang terjadi (endapan coklat.
- Reaksi warna
a. masukkan sejumlah zat ke dalam tabung reaksi, tambahkan
dengan NaOH 4 N. diamkan beberapa saat sampai terjadi
perubahan (larutan kuning. Tambahkan dengan KMnO
4
sampai
terbentuk warna hijau yang tetap.
b. campur diazo A dan diazo B dengan perbandingan sama dalam
suatu wadah (A, diamkan beberapa saat. Dalam wadah terpisah
(B, campur Na Asetat + aquades + NaOH. Campur A dan B,
tambahkan tetes formalin dan larutan zat. Amati perubahan
warna yang terjadi (merah-orange.
c. Masukkan sejumlah zat dalam suatu wadah dan tambahkan fosfo
molibdat secukupnya. (biru
- Reaksi tiokrom
mL larutan dalam air ditambahkan dengan 5 mL K
3
Fe(CN
6
,
kocok. Selanjutnya tambahkan dengan mL NaOH , kocok.
Tambahkan isobutil alcohol 5 mL, kocok lapisan isobutil alcohol
akan berfluoresensi (biru-ungu
- Reaksi reduksi Luff
Siapkan zat dalam 4 tabung reaksi, larutkan masing-masing
dengan aquades. Tambahkan dengan pereaksi Luff, kemudian
panaskan (reduksia. Ke dalam masing-masing tabung reaksi
tambahkan reagen Bouchardaff (endapan cokelat dan dragendorf
(endapan jingga serta Mayer (endapan kuning dan AgNO
3

(endapan putih dan Cl
-

- Reaksi Kristal Reinecke
Masukkan sejumlah zat ke dalam cawan porselen, larutkan dengan
aquades, kemudian tambahkan -2 tetes reagen Reinecke. Amati
perubahan. (Kristal transparan. (2



B. Vitamin B2 (RibofIavin)
- Reaksi Reduksi H
2
SO
4

Masukkan sejumlah zat ke dalam tabung reaksi, tambahkan
dengan H
2
SO
4
2-3 tetes, kemudian panaskan. Hasil pemanasan
selanjutnya ditambahkan dengan reagen-reagen untuk uji
karbohidrat.
- Pengujian dan penentuan jumlah unsur Nitrogen (N
Sejumlah zat tumbuhan dengan reagen Nessler, kemudian
panaskan (coklat
- Reaksi warna
Sejumlah zat tambahkan dengan 2-3 tetes AgNO
3
. Amati
perubahan yang terjadi (merah karsen
- Reaksi Pengendapan
a. Masukkan sejumlah zat ke dalam tabung reaksi, tambahkan
dengan Pb asetat 2-3 tetes. Akan timbul endapan pada dasar
tabung.
b. Masukkan sejumlah zat ke dalam tabung reaksi, tambahkan
dengan asam pikrat 2-3 tetes. Akan timbul endapan pada dasar
tabung. (2




C. Vitamin B6 (Piridoksin HCI)
- Metode Vercoling
Zat dipanaskan beberapa saat, akan mencair dan timbul warna
merah hitam ; menggelembung dan meng-arang
- Reaksi warna
a. Masukkan sejumlah zat ke dalam tabung reaksi, tambahkan
dengan FeCl
3
2-3 tetes. Akan timbul warna merah tua (merah
hitam yang akan memudar dengan penambahan H
2
SO
4
-2 tetes
b. Campur diazo A dan Diazo B, diamkan beberapa saat.
Masukkan campuran diazo tersebut ke dalam sejumlah zat dan
tambahkan 2-4 tetes NaOH. Timbul warna kuning yang akan
berubah menjadi jingga kemerahan
c. Larutkan sejumlah zat dengan aquades, tambahkan dengan 2
tetes NH
4
OH buffer. Masukkan mL 2,6 dikloroquinonchloromide
dan butyl alcohol mL. Kocok selama menit, akan timbul warna
biru terang
- Tes Fenol
Sejumlah zat dalam labu tambahkan secar berturut-turut Na
Tungstat, asam fosfotungstat, asam fostat dan LiOH. Akan
terbentuk warna biru. (2



D. Vitamin B12 (SianokobaIamin)
- Metode vercoling
Zat dipanaskan beberapa saat, akan mencair dan timbul warna
merah hitam, menggelembung dan meng-arang
- Reaksi warna
a. Sejumlah xat dilarutkan dengan aquades, kemudian
ditambahkan dengan asam oksalat, panaskan di atas tabung dan
beri kertas benzidin. Akan timbul warna biru
b. Sejumlah zat, tambahkan dengan K-bisulfat atau Na-bisulfat
kemudian dinginkan. Tambahkan dengan 3 mL aquades dan
larutkan dengan pemanasan. Masukkan -2 tetes fenolftalein dan
mL NaOH. Akan timbul warna merah. (2

E. Vitamin C
- Metode vercoling
Zat dipanaskan beberapa saat, akan mencair dan menggelembung
serta meng-arang. Timbul bau caramel dan tidak tersisa
- Reaksi oksidasi dengan
2

Sejumlah zat dilarutkan dengan aquades, kemudian ditambahkan
dengan iod berlebih. Warna akan segera hilang
- Reaksi pengendapan
a. Larutkan sejumlah zat dengan aquades, kemudian tambahkan
dengan fehling A dan fehling B, terbentuk endapan merah coklat
b. Larutkan sejumlah zat dengan aquades, kemudian masukkan
CuSO
4
-2 tetes dan NaOH dalam jumlah yang sama. Terbentuk
endapan orange
- Reaksi warna
a. Sejumlah zat dilarutkan dengan aquades, kemudian
ditambahkan dengan NaOH mL dan pereaksi Luff -2 tetes.
Terbentuk warna kuning orange
b. Masukkan sejumlah zat ke dalam tabung reaksi, larutkan dengan
aquades. Masukkan FeSO
4
padat secukupnya dan NaOH mL.
Timbul warna hijau secar cepat dan akan segera berubah menjadi
ungu. Dengan penambahan NaOH secara berlebih akan terbentuk
hijau tua.
c. sejumlah zat dilarutkan denan aquades, kemudian ditambahkan
dengan Na-nitroprussida dan NaOH sam banyak. Terbentuk warna
hijau coklat, dengan penambahan HCl segera berubah menjadi biru
d. Masukkan sejumlah zat ke dalam tabung reaksi, larutkan dengan
aquades. Masukkan FeCl
3
2-3 tetes, warna hilang. Dengan
penambahan FeCl
3
secara berlebih akan terbentuk warna kuning
muda.
e. Masukkan sejumlah zat ke dalam tabung reaksi, larutkan dengan
aquades. Masukkan K
3
Fe(CN
6
dan FeCl
3
sama banyak. Terbentuk
warna biru.
f. Sejumlah zat dilarutkan dengan aquades, kemudian tambahkan
NaHCO
3
padat secukupnya dan FeSO
4
mL, terbentuk warna
ungu. Dengan penambahan H
2
SO
4
mL, warna akan menghilang.
(2



















BAB III
METODE KERJA

III.1 AIat dan Bahan
III.1.1 AIat
Alat-alat yang digunakan antara lain tabung reaksi, batang
pengaduk, botol semprot, buret, Erlenmeyer, gelas ukur, timbangan
analitk, pipet tetes, dan pipet skala, sendok tanduk, statif dan klem, serta
rak tabung.

III.1.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan antara aluminium foil, air suling,
sampel tablet vitamin C dan vitamin B

, reagen seperti asam asetat


glasial, indikator kanji, indikator Kristal violet, titran iodum, titran asam
perklorat, dan reagen untuk uji spesifik seperti meyer, dragendorf,
bouchardaff, fehling, FeCl
3
, NaHCO
3
, H
2
SO
4
, AgNO
3
, HgCl
2
, Pb asetat,
asam pikrat, diazo, dan NH
4
OH.

III.2 Cara Kerja
1. Penetapan Kadar vitamin C
- Disiapkan alat dan bahan
- Ditimbang 2 tablet satu per satu, dihitung berat rata-ratanya
- Digerus tablet, dan ditimbang setara mg
- Dilarutkan seampel sebanyak 25 mL dengan air bebas
karbondioksida didalam Erlenmeyer
- Ditambahkan sampel dengan H
2
SO
4
sebanyak mL
- Ditambahkan indikator kanji
- Dititrasi dengan menggunakan larutan baku iodium hingga
berwarna biru
- Dihitung persen kadarnya

2. Penetapan Kadar Vitamin B
1

- Disiapkan alat dan bahan
- Ditimbang tablet setara mg
- Dilarutkan sampel dengan asam asetat glasial 5 mL, dan 5 mL
raksa ( asetat 5, serta indikator Kristal violet 3 tetes
- Dititrasi dengan asam perklorat
- Dihitung persen kadarnya








DAFTAR PUSTAKA

. Ganiswarna, Sulistia G. 995. Farmakologi dan Terapi Edisi IV.
Jakarta : Universitas ndonesia. 4, 8, 9, 22, 24, 26, 3,
3

2. Sudjadi. 28. Analisis Kuantitatif Obat. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press. 83, 9, 94, 96, 98, 2, 24, 28, 26, 29,
2

3. Susanti, S., Jeanny Wunas. 99. Analisa Kimia Farmasi Kuantitatif.
Makassar : UNHAS. , 29,3, , , 4. 5, 44, 5, 96-98

4. Gandjar, bnu Gholib. 2. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar.42,43,44, 53, 54

5. Roth, Hermann J.98. Analisis Farmasi. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press. 24, 2, 2

6. Pribadi, qbal. 29. Skripsi : Uji Aktivitas Penangkal Radikal Buah
Psidium guajava L. dengan Metode DPPH (1,1-Difenil-2-Pikril
Hidrazil) serta Penetapan Kadar Fenolik dan Flavonoid Totalnya.
Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta. 6

. Dirjen POM. 99. Farmakope Indonesia Edisi . Jakarta : Depkes R.
42, 4, 48, 58, 94, 96, 36, 598, 65, 698, 24

8. Auterhoff & Kovar. 22. Identifikasi Obat. Bandung : TB. 94, 93

9. Higuchi, Takeru. 96. Pharmaceutical Analysis. New York : A Wiley-
nterscience Publication. 66, 689

. Officers of the USP convention. 2.US Pharmacopeia 30 NF 25.
United States : The United States Pharmacopeial Convention.

. The Department of Health. 29. British Pharmacopeia. London : The
Stationery Office on behalf of the Medicines and Healthcare
Products Regulatory Agency (MHRA. 429, 5985

2. Tadjuddin, Naid. 2. Penuntun Praktikum Analisa Farmasi.
Makassar : Universitas Hasanuddin

Anda mungkin juga menyukai