PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara yang kaya akan sumber daya alam. Salah
satu sumber daya alam yang dimiliki Indonesia adalah sumber daya mineral
yang melimpah jumlahnya dengan kawasan yang luas dan terbentang dihampir
seluruh pulau yang ada di Indonesia. Sumber daya mineral memiliki peran yang
mempunyai bentuk menyerupai huruf ''K'' akibat adanya tumbukan tiga lempeng
gempa, tsunami dan letusan gunung api, pergerakan magma naik ke permukaan
bumi menyebabkan mineral logam berharga seperti emas, perak, tembaga dan
lain-lain membuat bumi Sulawesi kaya sumberdaya mineral (Toreno, etc 2010;
2015).
1
sekis, kuarsit, dan fillit grafit. Batuan dasar ini terjadi pada kapur awal bagian
akhir. Batuan ultrabasa terdiri dari dunit, piroksenit dan hasburgit (Purnama,
Mineral kromit merupakan salah satu bahan galian yang dibutuhkan oleh
industri-industri stainless steel, gray cast iron, iron free high temperature alloys,
kromium dan terbentuk karena proses kristalisasi magma. Kromit terdapat pada
batuan beku basa dan ultrabasa seperti pada peridotite. Kromit mempunyai sifat
antara lain berwarna hitam, bentuk kristal massif hingga granular, sistem kristal
octahedral, goresan berwarna coklat, kekerasan 5,5 (skala mohs), dan berat jenis
2
analisis Sampel A (39,3% Cr2O3), Sampel B (32,9% Cr2O3), dan Sampel C
(423% Cr2O3). Biji yang mengandung kromit juga telah diteliti oleh Purawiardi,
Kamara FeO Cr2O3 35,29%, Palaka FeO Cr2O3 21,46%, Lasitae FeO Cr2O3
(XRD)”. Analisis mineral dalam hal ini adalah komposisi mineral yang
terkandung pada kromit dan komposisi unsur kimia yang terkandung pada
kromit, sehingga penulis mengambil metode XRD (X-ray Difraction) dan XRF
mineral kromit merupakan bahan galian yang berpotensi dalam industri tambang
B. Rumusan Masalah
Kabupaten Barru.
3
2. Seberapa besar persentase komposisi mineral kromit di Pujananting
terkandung.
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah dan latar belakang yang telah diuraikan
mineral kromit.
D. Manfaat Penelitian
Sulawesi Selatan.
2. Bagi peneliti, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kabupaten Barru terletak pada jalur Sulawesi dan berjarak ±100 km dari Kota
geografis 40 36’ 46.335” – 40 41’ 13.562” Lintang Selatan dan 1190 38’ 4.907”-
1190 42’ 5.628” Bujur Timur (Negarawan, A 2015). Kabupaten Barru memilki
sifat geologi yaitu seri endapan gunung api yang meliputi 27.59% dari total
wilayah Kabupaten. Luas wilayah Kabupaten Barru adalah 1.174,72 km2 atau
wilayah adalah: (1) Sebelah Utara : Kota Pare-pare dan Kabupaten Sidrap, (2)
Sebelah Timur : Kabupaten Soppeng dan Kabupaten Bone, (3) Sebelah Selatan
: Kabupaten Pangkep, dan (4) Sebelah Barat : Selat Makassar (Profil Investasi
B. Batuan
selama letusan gunung api terjadi, sehingga disebut juga batuan vulkanik.
5
di bawah permukaan. Karena terjadinya proses pendinginan oleh magma
diamati dengan melihat tekstur dan ukuran grain dari batuan tersebut
(Arsyad, 2002).
gletser, angin, atau gelombang dan diendapkan ditempat yang lebih rendah
sebagai hasil pelapukan saja. Ada proses erosi yang juga menghasilkan
Komposisi Mineral
6
(afanitik)
Komposisi Kwarsa Hornblende Ca. Feldsfar Olivin
Mineral K. Feldsfar Na. Feldsfar Pyroksen Pyroksen
Utama Na. Feldsfar Ca. Feldsfar
Mineral Muskovit Biotit Olivin Ca. Feldsfar
tambahan Biotit Pyroksen Hornblende
Hornblende
(Arsyad, 2002).
didefinisikan sebagai batuan dengan indeks warna lebih dari 70, dan
beku yang kandungan silikanya rendah (< 45%), kandungan MgO > 18%,
tinggi akan kandungan mineral mafiknya lebih dari 90% (Hasria, dkk
2015).
peridotit (olivin peridotit dan pirosen peridotit) yang pada beberapa tempat
7
telah mengalami proses serpentinisasi (metamorfisme tingkat rendah).
Kenampakan batuan pada daerah ini memiliki ciri fisik berwarna hitam
pada kondisi segar dan pada saat lapuk berwarna hitam kehijauan, tekstur
dominan dan kehadiran beberapa mineral lain seperti serpentin dan klorit.
secara kasat mata menjadi olivin peridotit (dunit) dan Piroksen peridotit
baik berupa floating maupun dalam bentuk insitu dijumpai pada daerah-
daerah yang disusun oleh batuan ultrabasa yang kaya akan mineral olivin
daerah pemetaan.
C. Mineral
padat dan mempunyai struktur dalam tertentu. Mineral mempunyai sifat fisik
tertentu pula: warna, kekerasan, belahan, bentuk kristal dan demikian juga
dengan sifat optiknya. Komposisinya hanya terdiri dari satu elemen saja,
8
seperti emas (Au), perak (Ag), tembaga (Cu), intan (C) dan belerang (S). Salah
satu contoh pembentukan mineral adalah saat ion-ion dalam magma yang
mendingin serta mengatur diri menurut pola tertentu dan membentuk kristal
adalah suatu zat (fasa) padat dari unsur (kimia) atau persenyawaan (kimia)
dikenal dengan struktur kristal. Pada saat magma mulai mendingin, maka
saat itu (pada suhu yang masih sangat tinggi). Kemudian suhu semakin turun
1. Komposisi Mineral
perbandingan unsur-unsur kimia tertentu pula, seperti SiO2 dan CaCo3, dan
mineral mafik karena kaya magnesium atau besi. Sedangkan mineral yang
berwarna muda disebut mineral felsic yang miskin akan unsur besi atau
magnesium.
9
Mineral yang terakhir terbentuk pada pendinginan magma adalah
(MgFe)2 SiO4.
kekerasan, warna, streak, kilap (luster), dan berat jenis. Bentuk kristal
dijumpai adalah:
dan feldspar.
10
D. Mineral Kromit dan Proses Pembentukannya
kekerasan 5,5 (skala mohs), dan berat jenis 4,5-4,8. Secara umum bentuk
dari mineral kromit adalah tipis, kecil dan pada umumnya berbentuk padat
terdapat pada batuan beku basa dan ultrabasa seperti peridotite, dan batuan
11
kromit, yaitu a) kromium, b) besi oksida, c) aluminium oksida, dan d) silica
Alpen Italia. Kristal yang paling baik berasal dari Namibia di temukan di
dikarenakan kromit terbentuk pada batuan induknya yaitu ofiolit, yang tersebar
diperkirakan lebih dari 80.000 km2 yang terdapat di Sumatra Barat, Sulawesi
Selatan, Maluku Utara, dan Papua. Kromit dapat terjadi sebagai endapan
primer, yaitu: tipe cebakan stratiform dan podiform, atau sebagai endapan
cadangan kromit dunia yang terbesar yang dapat ditambang secara ekonomis.
Cebakan tipe ini terbentuk sebagai hasil proses kristalisasi suatu fase kromit
yang berupa suatu masa leleh dan bersifat asam. Karakteristik cebakan
stratiform lainnya adalah penyebaran yang luas. Kromit tipe stratiform kaya
unsur Al, mengandung Cr2O3 (33 – 38)%, nisbah Cr : Fe (2 – 2.5 : 1), kegunaan
ultramafik, peridotit dan serpentin yang terlipat kuat. Batuan jenis ini disebut
juga batuan ofiolit, yaitu batuan yang berasal dari selubung dan kerak samudra
yang terangkat ke atas oleh peristiwa tektonik selama proses pembentukan jalur
lensa-lensa, dan sack-form. Selain itu dapat juga berbentuk tabular atau lapisan-
lapisan tetapi berbeda dengan stratiform karena lapisan tersebut tidak kontinu
12
(pelapisan disiminasi) dan tidak memperlihatkan pola distribusi yang sistimatis
di dalam batuan induknya. Kromit tipe podiform dan stratiform kadar kaya
kilau sub metalik. Daya magnetnya lemah dan tidak dapat lebur dalam cuka.
(MgCr2O4) dan (MgAl2O4). Mineral kromit juga disusun oleh beberapa unsur
seperti magnesia sintered, magnesia calcined dan binders seperti clay, lime,
gypsum, bauxite, dan corundum. Hasil yang diperoleh berupa bahan yang tahan
13
antara tembok bangunan terhadap asam. Struktur dalam badan kromit
bervariasi. Kristal kromit padat rapat di dalam formasi bijih masif mengandung
Tabel 2.3. Sumber daya mineral kromit di Kabupaten Barru Sulawesi Selatan
(Purnama, 2005).
Kromit termasuk mineral strategis karena sifat fisik logam yang berasal
sebagai kromit non logam, yaitu untuk industri refraktori, foundry, kimia, dan
14
E. Karakterisasi Mineral dan Pengukuran
15
Skematik proses identifikasi dengan XRF tampak pada Gambar
X dari tube sinar X (atau sumber isotop) akan mengenai sampel. Dalam
sampel akan terjadi pelepasan electron pada kulit K, dan elektrom dari
kulit L dan M akan mengisi kekosongan electron pada kulit K yang akan
akan didinginkan baik secara elektik atau dengan cairan nitrogen. Sinyal
16
sampel padat. Fase-fase mineral-mineral yang terdapat pada sampel
2013).
kecil dan orientasi sampai tidak perlu diatur lagi kerena semua
Bragg dapat dipenuhi. Metode ini lebih cepat dan lebih sederhana
dari elektron untuk menembus atom target. Elektron pada kulit dalam
atom material tersebut akan terpental dan kekeosongan akan diisi oleh
17
dikonversikan ke dalam radiasi sinar X disebut dengan
jumlah atom per unit sel), identifikasi campuran dan analisis kimia
(Zakaria, 2003).
nλ = 2 d sin θ (2.1)
dimana:
18
Pada metode difraksi, hukum Bragg haruslah dipenuhi,
19
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
dan Sumber Daya Mineral Jl. A.P. Pettarani Makassar, Sulawesi Selatan
(Gambar 3.1). Sampel yang diperoleh oleh DESDM di ambil dari Kabupaten
Barru terletak pada jalur Sulawesi dan berjarak ±100 km dari Kota Makassar
pada posisi geografis 4o 05’ 49” Lintang Selatan dan 119o 35’ 00”- 119o 49’16”
Bujur Timur. Lokasi pengambilan sampel oleh kantor DESM ini terletak pada
Penelitian ini di laksanakan selama empat bulan, mulai dari bulan Pebruari s/d
B. Jenis Penelitian
20
kromit, yaitu: analisis kuantitatif, untuk mengetahui berapa jumlah atau
banyaknya kadar unsur/senyawa yang terkandung dalam suatu zat, dan analisis
zat.
21
Gambar 3.2. Peta Lokasi Pengambilan Sampel oleh DESDM. Sumber (Dinas
Pertambangan SulSel, 2015).
22
C. Alat dan Bahan
1. Mistar
2. Palu Geologi
3. Betel
6. Oven pengering
8. Mortar
D. Pengumpulan Data
23
a. Tahap persiapan
E. Prosedur Kerja
Langkah kerja yang dilakukan dalam penelitian ini pada metode X-Ray
0,480 kg.
24
3. Kemudian, mengeringkan sampel tersebut ke dalam oven pada suhu
sampai halus.
F. Analisis Data
Dalam penelitian ini digunakan tiga teknik analisis data, yaitu (1)
25
diperoleh dari kantor Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Prov. Sul-Sel,
sehingga data yang diperoleh dapat dituangkan dalam hasil pada Bab IV. (2)
Analisis Kualitatif yang digunakan untuk mengetahui unsur atau senyawa apa
Flourescence (XRF) dan X-Ray Difraction (XRD). (3) Analisis Kuantitatif yang
digunakan untuk mengetahui seberapa banyak jumlah unsur atau senyawa yang
Hasil uji data XRF berupa spectrum (grafik) sumbu X-Y dengan sumbu
dengan satuan cps (count per second). Sedangkan analisis secara kuantitaif,
setiap puncak dari unsur yang terkandung dalam bahan tersebut mempunyai
kualitatif yang berupa intensitas dalam satuan cps menjadi satuan persen berat
angle) pada sumbu X dan intensitas pada sumbu Y. 2𝜃 merupakan sudut antara
banyaknya sinar X-Ray yang didifraksikan oleh kisi-kisi kristal. Posisi peak atau
26
puncak yang muncul pada grafik tergantung dari struktur kristalnya yang
XRD dari sampel dengan pola XRD dari database (hasil XRF) sehingga dapat
27
G. Diagram Alir
Mulai
Observasi Lapangan
Pengumpulan Data
Pengambilan sampel
batuan di kantor DESDM
XRD: XRF:
Persentase komposisi Komposisi unsur dan
mineral objek Interpretasi data senyawa dalam objek
Kesimpulan
28
BAB IV
A. Hasil
data sekunder yang diperoleh dari Dinas Energi dan Sumber Daya
sebagai berikut:
merupakan daerah yang beriklim tropis, dan termasuk dalam pola iklim
pesisir pantai Barat Sulawesi Selatan. Musim hujan terjadi pada bulan
Desember hingga bulan April, dan musim kemarau terjadi pada bulan
tahunan rata-rata 2,957 mm/th dan hari hujan tahunan rata-rata 97 h/th.
29
Daerah Pujananting terletak pada ketinggian diatas 100 mdpl
adalah Bulu Benung (740 mdpl), Bulu Lateangoro (740 mdpl), Bulu
sedang sampai agak tinggi dan tekstur topografi sedang sampai agak
(386 mdpl). Diantara bukit-bukit yang ada di daerah ini mengalir Salo
Baruru, Salo Tangasoe, Salo Maremare, dan sungau kecil lainnya yang
2015).
batuan metamorf meliputi eklogit, sekis, kuarsit, dan fillit grafit, dan
30
ultrabasa meliputi dunit, piroksenit, dan hasburgit. Berdasarkan analisis
31
menerus ke atas secara transgersif sampai ke lingkungan laut
daerah ini juga disusun oleh metamorf dan ultrabasa yang terserpentisisi
yang masih relatif segar dan sebagian lagi sudah lapuk. Daerah ini telah
32
mendatar yang berarah barat-timur, diperkirakan berlangsung pada kala
naik yang terjadi pada batuan ultrabasa diduga terbentuk pada Kapur
Atas. Sesar normal dan sesar geser terjadi karena adanya gaya mendatar
33
NiO 0.726 0.036 Ni 0.571 0.028
TiO2 0.673 0.067 Ti 0.404 0.040
ZnO 0.0375 0.0093 Zn 0.0301 0.0075
Nb2O5 0.0181 0.0071 Nb 0.0127 0.0049
In2O3 0.0070 0.0019 In 0.0058 0.0016
SnO2 0.0056 0.0026 Sn 0.0044 0.0020
tinggi dengan persentase 37,97%. Selain itu, sampel batuan kromit ini
34
yang telah digerus. Adapun hasil search and match pengujian X-Ray
6.0e+003
5.0e+003
(3 1 1)
4.0e+003
3.0e+003
(0 0 2)
(1 1 1)
Intensity (cps)
2.0e+003
(0 0 4)
(0 0 2)
(0 0 1)
(-1 1 5)
(-1 1 1)
(-3 3 1)
(0 0 3)
(0 0 4)
(1 3 2)
1.0e+003
0.0e+000
10 20 30 40 50 60 70
(1 1 1)
100 Magnesiochromite, ferroan, Al.337 Fe.326 Mg.694 Mn.006 Cr1.606 V.002 Ni.004 Ti.002 O4
(-1 1 5) (3 1 1)
50
(0 0 3)
0
(0 0 4)
(-1 1 1)
(-3 3 1)
100 (1 3 2)
Clinochlore, ( Mg11.148 Fe0.852 ) ( ( Si4.99 Al3.01 ) O20 ( O H )16 )
(0 0 1)
(0 0 2)
50
0
(0 0 4)
50
0
10 20 30 40 50 60 70
2-theta (deg)
Gambar 4.1 Hasil Search and Match sampel kromit (X-Ray Diffraction,
2017).
Berdasarkan hasil Search and Match tersebut, maka diperoleh
35
maka diperoleh pola difragtogram yang menunjukkan fase
6500
Tm = Trimagnesium
Mc Cc Mc pentaoxotetrahydroxodisilicate
5500 Cc Cc = Clinochlore
Mc = Magnesiochromite, ferroan
4500
Cc
Intensity (cps)
3500
Mc
Mc Mc
2500 Tm
Tm
1500
500
10 20 30 40 50 60 70
2-theta (ϴ)
Gambar 4.2 Pola difragtogram X-Ray Diffraction (Microsoft Excel,2017).
2ϴ sebesar 12°.
diketahui persentase setiap sampel yang diplot dalam bagan bulat pada
36
Magnesiochromite
10% 15%
Clinochlore
Trimagnesium
75% pentaoxotetrahydrox
odisilicate
yang dominan pada kromit yang berasal dari Pujananting ini adalah
B. PEMBAHASAN
terkandung pada sampel batuan kromit yang berasal dari Pujananting, hasil
37
oksida, dan titan oksida dalam mineral kromit kandungannya sedikit tetapi
berasal dari mineral hematite dan Titan (TiO2) menandakan mineral tersebut
dengan batuan metamorf, yang dalam hal ini sebagai Sekis maupun Genes
Pada daerah kontak dengan batuan Diorit, batuan ultrabasa yang telah
tembaga, seng, emas dan perak (Falah., D., 2006). Dilihat dari persentase
berdasarkan standar kualitas mineral kromit yang terdapat pada Tabel 2.2
kromit didominasi oleh mineral clinochlore sebanyak 75% dan yang paling
38
Clinochlore merupakan bagian dari khlorit yang berasal dari mineral
karena mineral clinochlore ini terdapat pada batu permata Seraphinite yang
kromit yang menggantikan posisi besi (Fe) dalam jumlah yang bervariasi.
chromite.
paling umum ditemui pada asbes. Chrysotile adalah mineral berserat yang
beku kaya magnesium seperti peridotit dan piroksen . Ini adalah batuan
Dari unsur-unsur yang terdapat pada hasil pengujian XRF dan ketiga
seperti olivin (krisotil). Olivin mengalami alterasi oleh larutan sisa magma
39
Dari data tersebut maka genesa terbentuknya bijih khrom dibagi
lebih rendah dari proses tahap pertama, dicirikan oleh krisotil (serpentin).
Kammeririt.
(Purawiardi, 2015).
40
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kabupaten Barru dengan menggunakan metode XRF dan XRD dapat ditarik
41
magnesiochromite sebesar 15%, dan trimagnesium (chrysotile)
sebesar 10%.
B. Saran
42
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, M., 2002. Pengetahuan Tentang Bumi. 1st ed. Makassar: Badan Penerbit
Universitas Negeri Makassar.
Fansuri, H., 2010., Modul Pelatihan Operasional XRF. Laboratorium Energi dan
Rekayasa. LPPM ITS.
Girard, J.E. 2010. Principles of Environmental Chemistry. USA : Jones and Bartlett
Publishers.
Harifan, E. F., Mahrizal & Mufit, F., 2015. Analisis Komposisi Unsur Fe Terhadap
Nilai Suseptibilitas Magnetik Di Kota Padang Menggunakan Metode X-Ray
Fluorescence (XRFf). PILLAR OF PHYSICS, Volume 5 , pp. 57-64.
Hasria, Harimu, L. & Fatmawati, C., 2015. Ekstraksi Logam Kromium (Cr) Dan
Tembaga (Cu) Pada Batuan Ultrabasa Dari Desa Puncak Monapa
Kecamatan Lasusua Kolaka Utara Menggunakan Ligan Polieugenol. Jurnal
Aplikasi Fisika, Volume 11, pp. 1-9.
Kambu, M. R., 2014. Geologi Dan Karakteristik Batuan Beku Ultramafik Sebagai
Bahan Baku Konstruksi Di Daerah Lembah Sunyi Kelurahan Angkasapura,
Kota Jayapura Provinsi Papua. Jurnal Ilmiah MTG, Volume 7 No. 1, pp.
1-6.
Karyasa, I. W., 2013. Studi X-Ray Fluoresence Dan X-Ray Diffraction Terhadap
Bidang Belah Batu Pipih Asal Tejakula. Jurnal Sains dan Teknologi, 2 No.
2. ISSN : 2303-3142, pp. 204-212.
43
Krane, K. S., 2006. Modern Physics. 1st ed. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia
(UI-Press).
Kurniawan, Dedy., Purnomo, J., Rahmad, A, A., Isa, M, M., Nurwauziah, I.,
Aswan, A., 2015. Pemetaan Pertambangan Chromite (FeCr2O4) di
Negara Filipina. Surabaya: Jurusan Teknik Geomatika, Fakultas Teknik
Sipil dan Perencanaan - ITS.
M., R., Anggraini, D. & J. K., 2007. Komparasi Analisis Komposisi Paduan
AlMgSi1 Dengan Mengguanakan Teknik X Ray Flourescence (XRF) dan
Emission Spectroscopy. Yogyakarta, Pustek Akselerator dan Proses
Bahan-BATAN.
Munasir, Triwikantoro, Zainuri, Z. & Darminto, 2012. Uji XRD Dan XRF Pada
Bahan Meneral (Batuan Dan Pasir) Sebagai Sumber Material Cerdas
(Caco3 Dan Sio2). Jurnal Penelitian Fisika dan Aplikasinya (JPFA), 2 No.
1. ISSN: 2087-9946, pp. 1-10.
Negarawan, A., 2015. Pemetaan dan Penyelidikan Sumber Daya Mineral dan
Batubara Kabupaten Pangkep dan Kabupaten Barru, Makassar: Dinas
Energi dan Sumber Daya Mineral.
Pratapa, Suminar.2008. Pengaruh Jangkauan Sudut Ukur Pada Hasil Analisis Data
Difraksi Sinar-X Menggunakan Metode Rietveld : kasus campuran MgO-
Y2O3. Makara, Sains, Vol 12, No 2, Nopember 2008 : 146-150.
Purawiardi, R., 2008. Karakteristik Bijih Kromit Barru, Sulawesi Selatan. Jurnal
Riset Geologi dan Pertambangan, pp. 1-13.
44
Toreno, E. Y., 2010. Penyelidikan Endapan Kromit Didaerah Topogaro- Bungku
Barat Provinsi Sulawesi Tengah. Buletin Sumber Daya Geologi, Volume 5,
pp. 1-12.
Tzamos, E. et al., 2016. Major and Minor Element Geochemistry of Chromite from
The Xerolivado–Skoumtsa Mine, Southern Vourinos: Implications for
Chrome Ore Exploration. Journal of Geochemical Exploration, pp. 81-93.
Widiyastuti, D. A., 2016. Analisa Struktur Batuan Dari Sungai Aranio Kabupaten
Banjar Menggunakan X-Ray Diffraction. Jurnal Sains dan Terapan
Politeknik Hasnur, Volume 04 No. 1, pp. 8-13.
Williams, H., F.J. Turner and M. Gilbert, 1954. Petrography. W. H. Freeman and
Co., San Francisco, 406 p.
Zakaria., 2003. Analisis Kandungan Mineral Magnetik pada Batuan Beku Daerah
Istimewa Yogyakarta dengan Metode X-Ray Diffraction. Kendari:
Universitas Haluleo. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
45
46
Gambar 1. Sampel batuan ultrabasa yang mengandung mineral kromit
47
Gambar 4. Penggerusan sampel dengan mesin grinding
48
Gambar 7. Sampel di aya k dengan ayakan 200 mesh
49
Gambar 10. Sampel dimasukkan ke dalam alat X-Ray Flourescence (XRF)
50