Anda di halaman 1dari 7

RESUME

MENGENAL PROSES METALURGI DI PT. WELL HARVEST


WINNING ALUMINA REFINERY
Diajukan untuk Memenuhi “One Day With Expert”

Disusun Oleh :
Muhammad Rizqi Rafi (19132020)

TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
POLITEKNIK ENERGI DAN PERTAMBANGAN
Jl. Suryani Dalam No.30, Wr. Muncang, Kec. Bandung Kulon, Kota Bandung, Jawa
Barat 40211
Mengenal Proses Metalurgi PT. Well Harvest Winning Alumina Refinery

1. Sejarah Perkembangan Industri Alumina


 1858: Lu Chadley memelopori produksi alumina dari proses sintering
bauksit dan alkali,sodium aluminosilikat tak terlarut terbentuk yang
merupakan kerugian bagi alumina dan alkali
 1880: Myulier mengenalkan penggunaan kapur untuk mengurangi
kerugian alumina dan alkali yang saat ini dikenal sebagai proses
sintering alkali-kapur.
 1889-1892: K.J Bayer menciptakan proses Bayer untuk pelarutan
langsung bauksit dan kaustik soda untuk menghasilkan alumina, yang
saat ini banyak dipakai di industri alumina. Metode ini digunakan untuk
bauksit rendah silica, khususnya bauksit tipe gibsit kualitas tinggi, dan
manfaat ekonominya lebih banyak dibanding metode produksi lainnya.

2. Bijih Bauksit

 Bauksit rata-rata memiliki kandungan Al2O3 yang tinggi (45-75%).


 Tiga tipe bauksit berdasarkan urutan kelarutan dengan alkali : Gibbsite,
Boehmite, dan Diaspore, bauksit di Indonesia kebanyakan tipe
Gibbisite. Warna bauksit dipengaruhi oleh kandungan mineral di
dalamnya (merah bata: didominasi kandungan Fe2O3 nya, kuning
kecoklatan: didominasi kandungan SiO2nya)
 Silika bauksit merupakan impuritas paling berbahaya di produksi
alumina dengan proses alkali khususnya Bayer. Sehingga dikenal
dengan rasio A/S untuk mengetahui pengaruh pada indikator teknis dan
ekonomis pada plant alumina.
3. Aluminium Hidroksida – Al(OH)3

 Produk setengah jadi alumina


 Berbentuk seperti tepung
 Berat molekul 78 g/mol
 Massa jenis 2.42 g/cm3
 Titik lebur 3000C
 Larut dalam basa/asam
 Tingkat larut dalam air 1x10-4 g/100 ml

4. Alumina/ aluminium oksida α– Al2O3

 Bahan baku pembuatan aluminium secara elektrolisis


 Berbentuk seperti kristal gula
 Berat molekul 101.96 g/mol
 Massa jenis 3.987 g/cm3
 Titik lebur 20720C, titik didih 29770C
 Tidak larut dalam air
 Mempunyai tiga tipe yaitu α– Al2O3 ,β-Al2O3 dan γ – Al2O3
5. Komponen Bauksit

1. SiO2 ( Setiap 1 kg SiO2 menyebabkan kehilangan 0,608 kg Na2O dan 1 kg Al2O3 )


SiO2 dalam keadaan bebas bereaksi dengan sodium aluminat pada suhu
>150 oC (reaksi desilikasi). Jika gibbsite terdigesi pada suhu rendah, sebagian
SiO2 akan menuju ke LM & terpisahkan (tidak menyebabkan kerugian
Alumina dan NaOH). Rasio Al2O3 terhadap SiO2 (silicon index) dijaga
antara 150-200. Terbentuknya sodium alumino silikat menyebabkan kerugian
Na2O & Al2O3 dan kerak di jalur pipa & dinding peralatan.

2. Fe2O3
Bauksit mengandung jenis besi hematite (α-Fe2O3), geothite (α-
FeOOH), dan hematite (Fe2O3.0,5H2O). Semua Hematite tertinggal di
lumpur merah, sedangkan jenis Geothite akan di transformasi menjadi
Hematite dengan penambahan kapur di Sedimentasi (jenis besi ini susah
mengendap).

3. TiO2 ( Setiap 1 kg TiO2 menyebabkan kehilangan 0,1 kg Na2O atau lebih )


Bauksit mengandung jenis titanium rutile (fase TiO2 pada kalsinasi suhu
tinggi) dan anatase (fase TiO2 pada kalsinasi suhu rendah).
Untuk bauksit diasphore, titanium dapat mengurangi laju digesi karena
sodium titanate membentuk lapisan pelindung padat di permukaan diasphore
sehingga mencegah alkali larut dalam Al2O3. Sedangkan untuk gibbsite,
TiO2 larut sebelum membentuk sodium titanate. Permukaan bebas sodium
titanate memperburuk pengendapan & pencucian lumpur merah. Kandungan
TiO2 dapat menyebabkan kehilangan Na2O, penurunan laju digesi, dan
memperburuk pengendapan LM.

4. CaO
Bauksit mengandung sedikit kalsium oksida. Pada jenis bauksit diaspore,
tahap persiapan, penyimpanan, evaporasi, dan dilusi slurry akan membentuk
kalsium aluminat yang menyebabkan kehilangan Al2O3. Efek penambahan
kapur dapat menghilangkan efek berbahaya TiO2 , mempercepat perubahan
besi geotite ke hematite, mengaktifkan reaksi digesi (untuk jenis diaspore),
dan mengurangi kerugian Na2O.

6. Hydrocyclone
1. Mekanisme
Material masuk melalui feed in (tempat material masuk) akibat tekanan
dari pompa slurry, kemudian fluida melewati vortex sehingga terjadi pusaran
& membentuk gaya sentrifugal, Akibat gaya sentrifugal maka akan terjadi
pemisahan/klaifikasi , dimana fluida yang sesuai spesifikasi akan naik keatas &
keluar melalui pipa overflow menuju rotary saringan, dan fluida yang tidak
sesuai spesifikasi akan jatuh/turun dan keluar melewati spigot/pipa underflow
menuju mesin Ball mill untuk dimiling /dihaluskan kembali.
2. Fungsi
Sebagai tempat pengklasifikasi ukuran mesh slurry dengan prinsip
sentrifugal, partikel ringan menuju rotary saringan dan partikel berat akan
kembali ke ball mill.

7. Sedimentasi

Dalam Workshop sedimentasi terdiri dari Pemisahan, Pencucian, dan


Penyaringan. Proses pengendapan menggunakan Deep Cone Thickener dengan
penambahan flokulan. Sementara untuk filtrasi slurry menggunakan Vertical Leaf
Filter.
8. Dekomposisi

Dalam Workshop Dekomposisi terjadi proses pembibitan dengan serbuk


Alumunium Hidroksida (AH) menggunakan Vertikal Disk Filter & Presipitasi di dalam
tangki Dekomposisi.

9. Kalsinasi

Dalam Workshop Kalsinasi terjadi proses pemanggangan Alumunium


Hidroksida (AH) dengan Coal Gas yang dihasilkan oleh Plant Gas dengan teknologi
Circulating Fluidized Bed Calciner (CFBC) untuk menghasilkan produk alumina
dengan kemurnian 98,8%.
10. Evaporasi

Workshop Evaporasi mempunyai tugas meningkatkan konsentrasi cairan


NaOH yang telah dipakai dalam proses dengan menghilangkan kandungan air.
Konsentrasi ditingkatkan dari 130 - 140 g/l hingga 190 g/l dengan mempertimbangkan
nilai αK.

Anda mungkin juga menyukai