Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH KIMIA FISIKA

PEMICU III

Oleh :

Dwira Satria Arby (1606835550)

Karina Numa Salsabila (1606836250)

Rais Salsa Muhammad (1606827883)

Verrel Alhafizh (1606833116)

Zulfikar Fauzi (1606905254)

Departemen Teknik Kimia

Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Depok, 2017
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................... 3
Latar Belakang................................................................................................................. 3
Definisi Masalah.............................................................................................................. 3
BAB II ISI............................................................................................................................. 4
Topik I (Tegangan Permukaan)........................................................................................ 4
Soal 1......................................................................................................................... 4
Soal 2......................................................................................................................... 6
Soal 3......................................................................................................................... 8
Soal 4......................................................................................................................... 9
Soal 5......................................................................................................................... 10
Soal 6......................................................................................................................... 11
Topik II (Aplikasi Surfaktan)........................................................................................... 12
Soal 1......................................................................................................................... 12
Soal 2......................................................................................................................... 13
Soal 3......................................................................................................................... 14
Soal 4......................................................................................................................... 14
Soal 5......................................................................................................................... 15
Soal 6......................................................................................................................... 16
Soal 7......................................................................................................................... 16
Soal 8......................................................................................................................... 17
Soal 9......................................................................................................................... 18
Topik III (Proses Adsorpsi).............................................................................................. 19
Soal 1......................................................................................................................... 19
Soal 2......................................................................................................................... 20
Soal 3......................................................................................................................... 21
Soal 4......................................................................................................................... 22
Soal 5......................................................................................................................... 24
Soal 6......................................................................................................................... 25
Soal 7......................................................................................................................... 26
BAB III KESIMPULAN ...................................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 30

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang

2
Sumur-sumur minyak yang sudah tua menyebabkan produksi minyak menurun.
Akibat dampak yang diberikan, metode EOR (Enhanced Oil Recovery) banyak
digunakan saat ini. Metode ini pertama kali diterapkan di Venezuela. Metode ini
digunakan dalam industri perminyakan untuk optimalisasi proses produksi minyak.
Metode EOR sangat berkaitan dengan tegangan permukaan dimana tegangan permukaan
sangat berpengaruh pada produksi minyak. Tegangan permukaan berhubungan dengan
gaya antar molekul dalam cairan yang melakukan gaya tarik menarik.

Dampak yang diberikan oleh tegangan permukaan pada minyak menyebabkan


pemakaian surfaktan diperlukan sebagai zat penurun tegangan permukaan yang dapat
diproduksi melalui sintesis kimiawi dan biokimia. Surfaktan bersifat gugus ganda yaitu
hidrofilik dan hidofobik. Salah satu surfaktan yang digunakan adalah Cetyl Trimethyl
Ammonium Bromine (CTAB) yang digunakan untuk sintesis nanopartikel dimana
nanopartikel lebih baik dibandingkan partikel bulk. Surfaktan CTAB tersebut juga dapat
digunakan untuk mengatasi limbah logam berat hasil industri. Logam berat hasil industri
sekarang ini semakin banyak mencemari lingkungan karena jumlah pabrik yang semakin
meningkat pula. Biasanya logam berat hasil industri ini diatasi dengan metode adsorpsi.
Dimana adsorpsi dianggap sebagai metode pemisahan yang baik karena dapat dilakukan
untuk kuantitas yang besar. Berbagai adsorben yang digunakan adalah adsorben kitin,
kitosan, zeolit, clay dan karbon aktif yang sudah digunakan secara luas.

Definisi Masalah
 Tegangan permukaan pada industri perminyakan yang dapat menjadi hambatan
dalam produksi minyak.
 Industri-industri banyak menghasilkan produk partikel berukuran bulk padahal
lebih baik jika dalam ukuran nanopartikel.
 Limbah cair dari berbagai industri seringkali mengandung logam berat yang
berbahaya untuk kesehatan

BAB II
ISI

Topik I (Tegangan Permukaan)

3
1. Ketika mendiskusikan tentang tegangan permukaan, mereka terbentur pada pengertian
istilah kerja kohesi, kerja adhesi, spreading coefficient, dan penjelasan Gibbs tentang
surface activity, poor permeability, dan irregular faultliness. Bantulah mereka dengan
memberikan penjelasan tentang istilah-istilah tersebut!

a) Tegangan permukaan adalah gaya atau tarikan ke bawah yang menyebabk4an


permukaan cairan berkontraksi dan benda dalam keadaan tegang. Hal ini disebabkan
oleh gaya-gaya tarik yang tidak seimbang pada antar muka cairan. Gaya ini biasa
segera diketahui pada kenaikan cairan biasa dalam pipa kapilerdan bentuk suatu
tetesan kecil cairan. tegangan permukaan merupakan fenomena menarik yang terjadi
pada zat cair (fluida) yang berada dalam keadaan diam (statis).
b) Kohesi adalah gaya tarik menarik antara partikel partikel yang sejenis. Kohesi
dipengaruhi oleh kerapatan dan jarak antarpartikel dalam zat. Dengan demikian,
kamu pasti tahu bahwa gaya kohesi zat padat lebih besar dibandingkan dengan zat
cair dan gas (hayo…coba ingat kembali susunan partikel pada zat padat, cair, dan gas
pada artikel sebelumnya). Gaya kohesi mengakibatkan dua zat bila dicampurkan tidak
akan saling melekat. Contoh peristiwa kohesi adalah : Tidak bercampurnya air dengan
minyak, tidak melekatnya air raksa pada dinding pipa kapiler, dan air pada daun talas.
c) Adhesi adalah gaya tarik menarik antara partikel partikel yang tidak sejenis. Gaya
adhesi akan mengakibatkan dua zat akan saling melekat bila dicampurkan.
Contohnya, bercampurnya air dengan teh/kopi, melekatnya air pada dinding pipa
kapiler, melekatnya tinta pada kertas, dll.
Ada 3 kondisi yg mungkin terjadi jika kita mencampurkan 2 macam zat
• Jika gaya kohesi antar partikel zat yang berbeda lebih besar daripada gaya
adhesinya, kedua zat tidak akan bercampur. Contoh : minyak kelapa dengan air.
• Jika gaya adhesi antar partikel zat yang berbeda sama besar dengan gaya
kohesinya, kedua zat akan bercampur merata. Contoh : air dengan alkohol.
• Jika gaya adhesi antar partikel zat yang berbeda lebih besar daripada gaya
kohesinya, kedua zat akan saling menempel. Contoh : air menempel pada kaca.
d) Spreading Coefficient (S)
Penyebaran akan terjadi dengan baik apabila gaya adhesi lebih besar daripada gaya
kohesi. Rumus koefisien penyebaran adalah sebagai berikut:

S = Wa – Wc S: Koefisien Penyebaran
= (L + S - LS) – 2 L S: Tegangan permukaan pada lapisan di
bawah cairan
L: Tegangan Permukaan pada cairan
4
yang disebar
LS: Tegangan Antarmuka
= S - L - LS
= S – (L + LS)

Apabila S bernilai positif maka berhasil menyebar, tetapi jika S bernilai negatif, maka
akan terbentuk suatu lensa dan gagal menyebar. Berikut adalah faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi koefisien penyebaran:
 Struktur molekul. Semakin besar polaritas dari molekul maka akan semakin
positif koefisien penyebarannya. Zat yang bersifat nonpolar akan memiliki S
negatif dan gagal untuk menyebar pada air.
 Gaya Kohesi. Benzena dapat menyebar di atas air bukan karena kepolarannya
tetapi karena gaya kohesi antara molekulnya lebih lemah dibandingkan dengan
gaya adhesi pada air.
e) Surface Activity Gibbs
Diawal tahun 1878 J Willard Gibbs menyatakan bahwa aktifitas permukaan adalah
persebaran yang tidak merata dari zat terlarut antara permukaan dan bagian dari
larutan dengan argumen termodinamika dia menampilkan bahwa jika zat terlarut
terdistribusi pada area permukaan yang mengandung q mol zat terlarut pada suatu
larutan kemudian pengencaran larutan q pada kesetimbangan di berikan sebagai:
q= -C dϒ
RT dC
Dimana : C = konsentrasi larutan, T = temperatur absolut , R = konstanta gas , dϒ/dC
= laju variasi tegangan permukaan larutan dengan konsentrasi.
Ketika dϒ/dC positif , tegangan permukaan meningkat dengan konsentrasi , q harus
negatif dan larutan yang lebih kaya zat terlarut. Dibandingkan permukaan, larutan
sangat banyak mengandung zat elektrolit. Bagaimanapun, ketika tegangan permukaan
larutan menurunkan konsentrasi , d = negatif q = positif dan permukaan mengandung
konsentrasi zat terlarut yang lebih tinggi dibandingkan larutan . Terakhir adalah agen
permukaan aktif . Aktifitas permukaan positif , diasosiasikan dan dianggap
mengabsorbsi zat terlarut oleh larutan. Sementara aktivitas permukaan disingkirkan
oleh zat terlarut dari permukaan.
f) Poor Permeability dan Irregular Faultlines
EOR adalah suatu metode yang digunakan untuk meningkatkan cadangan minyak
pada suatu sumur dengan cara mengangkat volume minyak yang sebelumnya tidak
dapat diproduksi atau bisa dikatakan EOR ini adalah optimisasi pada suatu sumur

5
minyak agar minyak-minyak yang kental, berat, poor permeability dan irregular
faultlines bisa diangkat ke permukaan.

2. Bagaimana menentukan tegangan permukaan sebutkan parameter apa saja yang


mempengaruhi tegangan permukaan tersebut dan jelaskan!

Salah satu sifat yang dimiliki fluida adalah permukaannya punya tegangan
permukaan. Tegangan permukaan zat cair adalah kecenderungan permukaan zat cair
untuk meregang sehingga permukaannya nampak seolah dilapisi oleh suatu lapisan.
Misalnya nyamuk atau serangga kecil lainnya yang bisa berdiri atau berjalan di atas air
tanpa tengggelam. Itu terjadi karena ada tegangan permukaan zat cair. Yang menjadi
penyebab utama adanya tegangan permukaan adalah gaya kohesi (gaya terik menarik
molekul sejenis) dari fluida atau zat cair. Setiap molekul zat cair saling menarik moelkul
di sekitar mereka. Gaya tari menarik ini memicu adanya ikatan yang cukup kuat antar
molekul. Faktor-faktor yang mempengaruhi tegangan permukaan:

a) Jenis cairan
Pada umumnya cairan yang memiliki gaya tarik antar molekulnya besar, seperti air,
maka tegangan permukaannya juga besar. Sebaliknya pada cairan seperti bensin
karena gaya tarik antar molekulnya kecil, maka tegangan permukaannya juga kecil.
b) Suhu
Teganan permukaan cairan akan turun bila suhunya naik, karena dengan
bertambahnya suhu, molekul-molekul cairan akan bergerak lebih cepat sehingga
berpengaruh pada interaksi antar-molekulnya menjadi berkurang sehingga tegangan
permukaannya akan turun.
c) Adanya zat terlarut
Adanya zat terlarut pada cairan dapat menaikkan atau menurunkan tegangan
permukaan. Untuk air, adanya elektrolit anorganik dan nonelektrolit tertentu seperti
sukrosa dan gliserin menaikkan tegangan permukaan. Sedangkan adanya zat-zat
seperti sabun, detergen, dan alcohol sangat efektif dalam menurunkan tegangan
permukaan.
d) Surfaktan
Senyawa kimia yang jika terdapat pada konsentrasi rendah dalam system, mempunyai
sifat teradsorpsi pada permukaan atau antarmuka system tersebut, yang molekul-
molekulnya mempunyai dua ujung yang berbeda. Ujung yang berinteraksi dengan air

6
yaitu yang hidrofilik danujung ekor yang tidak suka dengan air atau bisa disebut
gugus hidrofobik.

Untuk menentukan tegangan permukaan, bisa dilakukan dengan beberapa metode, yaitu :

a) Metode Cincin Du Nuoy


Metode yang paling akurat untuk menentukan tegangan permukaan. Prinsipnya
adalah gaya yang diperlukan untuk menarik cincin kawat platinay ang dicelupkan
pada permukaan atau antarmuka adalah berbanding lurus dengan tegangan
permukaan atau antarmuka.
b) Metode Kenaikan Kapiler
Metode in didasarkan pada kenyataan bahwa bila sebatang kapiler dimasukkan ke
dalam cairan, maka permukaan cairan dalam kapiler dapat mengalami kenaikan atau
penurunan. Peristiwa naik turunnya permukaan cairan dalam kapiler ini disebut
kapilaritas. Kenaikan atau penurunan cairan dalam kapiler disebabkan oleh adanya
tegangan permukaan yang bekerja pada permukaan ciaran yang menyentuh dinding
sepanjang keliling pipa. Akibat tegangan permukaan ini, pipa akan memberikan gaya
reaksi pada permukaan cairan yang besarnya sama tapi arahnya berlawanan.
c) Metode Lempengan Wilhelmy
Metode ini didsarkan pada gaya yang diperlukan untuk menarik pelat tipis dari suatu
permukaan cairan. Pelat digantung pada salah satu lengan neraca dan dimasukkan ke
dalam cairan yang akan diselidiki. Besarnya gaya tarik pada neraca yang digunakan
untuk melepaskan pelat dari permukaan cairan dicata, sehingga teganan
permukaannya dapat dihitung.

3. Apakah surfaktan dapat digunakan untuk menguras atau mengambil minyak yang ada
dalam second atau third reservoir? Jelaskan pendapat anda dan berikan contoh
surfaktan yang dapat digunakan pada teknologi EOR tersebut!
Dalam Industri Petroleum , surfaktan digunakan untuk meningkatkan produksi
minyak melalui proses Enhance Oil Recovery (EOR). Proses EOR diperlukan untuk
mengambil residu minyak bumi yang tertinggal dalam reservoir yang masih cukup besar
yakni sekitar 60-70% dari kandungan minyak bumi awal. Pada proses ini, produksi
minyak bumi ditingkatkan dengan Surfactant Flooding.
Surfaktan yang biasa digunakan dalam proses EOR adalah Petroleum Sulfonate
yang merupakan turunan dari minyak bumi. Kelemahan Petroleum sulfonate, antara lain:
 Sifatnya yang tidak terbarukan

7
 Tidak ramah lingkungan
 Memiliki ketahanan yang buruk terhadap kondisi sadah

Selain kelemahan tersebut, Petroleum Sulfonate juga memiliki kelebihan, yaitu


mempunyai kinerja maksimal dalam menurunkan tegangan antarmuka.

Surfaktan lainnya yang telah dikembangkan untuk industry petroleum, antara lain,
Biosurfaktan. Biosurfaktan merupakan senyawa aktif permukaan yang disintesis oleh
mikrob. Senyawa ini terdiri dari gugus hidrofilik dan hidrofobik dan memiliki
kemampuan untuk menurunkan tegangan permukaan suatu cairan dan tegangan antar
muka antara dua fase yang berbeda serta meningkatkan stabilitas emulsi. Aplikasi
biosurfaktan mencakup banyak bidang termasuk bioremediasi lingkungan yang tercemar
minyak, pengeboran minyak mentah, enhanced oil recovery (EOR), produk perawatan
kesehatan maupun industri makanan. Peran utama biosurfaktan dalam bioremediasi
adalah sebagai pemicu bioavailabilitas polutan sehingga dapat digunakan oleh mikrob
yang terlibat dalam proses biodegradasi. Bio surfaktan ini memiliki beberapa keunggulan,
antara lain:
 Tingkat toksisitas rendah
 Tidak menimbulkan alergi
 Kemampuan biodegradasi lebih tinggi
 Memiliki aktivitas yang tinggi pada suhu ph dan salinitas yang ekstrim
 Dapat disintesis dari bahan baku terbarukan.
Berbagai mikroba seperti bakteri dan jamur juga dapat menghasilkan biosurfaktan
sebagai produk ekstraselulernya.

4. Dari bacaan diatas, banyak jenis surfaktan dilaporkan oleh Negin et al.,2017. Jelaskan
dan sebutkan yang anda ketahui!
Surfaktan merupakan suatu molekul yang sekaligus memiliki gugus hidrofilik dan
lipofilik atau hidrofobik sehingga dapat mempersatukan campuran yang terdiri dari air
dan minyak. Surfaktan adalah bahan aktif permukaan. Aktivitas surfaktan diperoleh
karena sifat ganda yang dimiliki molekulnya. Molekul memiliki bagian polar yang suka
akan air (hidrofilik) dan bagian nonpolar yang suka akan minyak (lipofilik).
Surfaktan dapat diklasifikasikan berdasarkan muatannya yaitu sebagai berikut:
 Surfaktan anionik
Surfaktan yang bagian alkilnya terikat pada suatu anion atau kepalanya bermuatan
negatif.. Contohnya adalah Beberapa contoh dari surfaktan anionik adalah linier

8
alkilbenzen sulfonat (LAS), alkohol sulfat (AS), alpha olefin sulfonat (AOS) dan
parafin atau secondary alkane sulfonat (SAS).
 Surfaktan kationik
Surfaktan yang bagian alkilnya terikat pada
suatu kation. Contohnya garam alkil trimethil
ammonium, garam dialkil-dimethil ammonium
dan garam alkil dimethil benzil ammonium.
 Surfaktan nonionik
Surfaktan yang bagian alkilnya tidak bermuatan. Contohnya ester gliserin asam
lemak, ester sorbitan asam lemak, ester sukrosa asam lemak, polietilena alkil amina,
glukamina, alkil poliglukosida, mono alkanol amina, dialkanol amina dan alkil amina
oksida.
 Surfaktan amfoter
Surfaktan amfoter yaitu surfaktan yang
bagian alkilnya mempunyai muatan positif dan negatif. Contohnya surfaktan yang
mengandung asam amino, betain, fosfobetain. Umumnya disintesis dari turunan
minyak bumi, seperti linier alkilbensen
sulfonat (LAS), alkil sulfonat (AS), alkil
etoksilat (AE) dan alkil etoksilat sulfat
(AES).

5. Apa yang anda pelajari dan simpulkan dari teknik EOR ini, jika di Venezuela telah
dimulai sejak 1960, bagaimana dengan di Indonesia? Apakah Indonesia sudah
menggunakan teknologi ini? Jelaskan sejauh yang anda ketahui?
Enhanced Oil Recovery (EOR) merupakan teknologi yang berhubungan dengan
proses di reservoir terkait dengan pengangkatan minyak yang bekum bisa terangkat
dengan cara pengangkatan primer dan sekunder (primary dan secondary recovery).
Pengangkatan primer menggunakan tekanan alamiah dari reservoir, sementara
pengangkatan sekunder, menggunakan cara injeksi (air atau gas) sebagai upaya untuk
mempertahankan tekanan reservoir yang turun secara alamiah. Proses EOR sendiri dapat
diklasifikasikan sebagai:
• Metode panas (Thermal recovery)
• Metode injeksi kimia (Chemical injection)
• Metode gas larut (Miscible gas)

9
Indonesia sendiri telah melakukan meetode EOR ini di sejumlah lapangan
minyaknya, terutama yang sudah tua. Hal ini dilakukan untuk menunjang produksi
minyak di lapangan-lapangan tersebut. Perlakuan secara kimiawi dalam salah satu
metode oil recovery (EOR) melalui chemical flooding telah dilakukan di beberapa
lapangan antara lain Lapangan Tanjung Kalimantan (Pertamina), Lapangan Kaji Semoga,
Rimau Asset, Sumatera Selatan (Medco), dan Lapangan Minas (Chevron). Tahap
pengembangan, dengan menerapkan metode steam flood di lapangan Duri Chevron telah
dimulai pada tahun 1981. Tahap pengujian lapangan, dengan menerapkan metode
surfactant polymer di lapangan Minas Chevron dan Kaji Medco, menunjukkan hasil yang
baik.
Berdasarkan data tahun 2010, diperkirakan terdapat 62% atau setara dengan 42,8
miliar barel dari oil in place (OIP) masih tersimpan di dalam reservoir setelah tahap
pengurasan primer dan sekunder. Akumulasi minyak ini yang berasal dari sekitar 650
lapangan merupakan target EOR. Sekitar 58% dari target EOR tersebut berada di wilayah
Sumatera Tengah dan Selatan. Identifikasi lapangan-lapangan minyak yang potensial
untuk aplikasi teknologi EOR di kedua wilayah ini serta beberapa lokasi di Indonesia
telah dilakukan. Dari 23 lapangan yang diidentifikasi, 20 diantaranya merupakan
kandidat injeksi kimia dengan akumulasi minyak setelah tahap pengurasan primer dan
sekunder diperkirakan sebesar 49% dari akumulasi minyak awal (OIP). Dua lapangan
merupakan kandidat injeksi uap dengan perkiraan akumulasi sebesar 79% OIP, dan satu
lapangan kandidat injeksi gas CO2 dengan perkiraan akumulasi sebesar 70% OIP. Total
volume minyak ke 23 lapangan tersebut setelah tahap pengurasan primer dan sekunder
adalah 51% OIP.

6. Apabila anda seorang engineer yang bertugas di industri perminyakan, apa yang dapat
anda lakukan apabila diberikan tugas untuk mengambil minyak dari sumur yang sudah
tua yang sudah tidak berproduksi lagi? Jelaskan!
Pengambilan minyak pada umumnya dibagi menjadi tiga tahap, yaitu pengurasan
primer, pengurasan sekunder, dan pengurasan tersier (Enhanced Oil Recovery).
Pengurasan primer dengan cara menggunakan energi alami yang berasal dari reservoir itu
sendiri (natural reservoir drive). Pengurasan sekunder dilakukan dengan menggunakan
bantuan injeksi caira maupun gas eksternal. Sedangakan untuk pengurasan tersier

10
dilakukan dengan tiga teknik utama, yaitu thermal recovery, chemical flooding, dan
miscible gas.
a) Thermal recovery
Pada thermal recovery, metode yang digunakan dengan cara memanaskan minyak
mentah dalam formasi untuk mengurangi viskositas dan menguapkan sebagian dari
minyak sehingga menurunkan rasio mobilitas. Selain itu, peningkatan panas
mengurangi tegangan permukaan dan meningkatkan permeabilitas minyak. EOR tipe
thermal recovery ini pertama kali diterapkan di Venezuela pada tahun 1960.
b) Chemical flooding
Prinsip kerja chemical flooding ini adalah membebaskan minyak yang terperangkap
di dalam reservoir. Metode ini menggunakan long chained moleculs yang berupa
polimer dan diinjeksikan ke dalam reservoir untuk meningkatkan efisiensi
waterflooding atau untuk meningkatkan efektivitas surfaktan.
c) Gas miscible
Biasanya digunakan sebagai metode tersier karena pemulihan nya melibatkan
penginjeksian gas alam, nitrogen atau karbon dioksida ke dalam reservoir. Gas-gas ini
dapat mendorong minyak melalui reservoir atau akan ikut larut di dalam minyak
sehingga menurunkan viskositas dan meningkatkan aliran minyak tersebut.

Topik 2 (Aplikasi Surfaktan)

1. Jelaskan pengertian dan fungsi dari surfaktan!


Surfaktan merupakan suatu molekul yang sekaligus memiliki gugus hidrofilik dan
lipofilik atau hidrofobik sehingga dapat mempersatukan campuran yang terdiri dari air
dan minyak. Surfaktan adalah bahan aktif permukaan. Aktivitas surfaktan diperoleh
karena sifat ganda yang dimiliki molekulnya. Molekul memiliki bagian polar yang suka
akan air (hidrofilik) dan bagian nonpolar yang suka akan minyak (lipofilik). Bagian polar
molekul surfaktan dapat bermuatan positif, negatif atau netral.. Umumnya bagian non
polar (lipofilik) adalah merupakan rantai alkil yang panjang, sementara bagian yang polar
(hidrofilik) mengandung gugus hidroksil. Jika gugus polar lebih dominan, maka molekul
tersebut diadsorpsi lebih kuat oleh air, begitupun sebaliknya.

11
Gambar 1. Ilustrasi struktur surfaktan
(http://kahfiteplan.blogspot.co.id/2012/06/surfakta
n.html)

Penambahan surfaktan dalam larutan akan


menyebabkan turunnya tegangan permukaan larutan. Bila surfaktan ditambahkan
melebihi konsentrasi ini maka surfaktan mengagregasi membentuk misel. Konsentrasi
terbentuknya misel ini disebut critical micelle concentration (cmc). Tegangan permukaan
akan menurun hingga cmc tercapai. Setelah cmc tercapai, tegangan permukaan akan
konstan yang menunjukkan bahwa antar muka menjadi jenuh dan terbentuk misel yang
berada dalam keseimbangan dinamis dengan monomernya. Dalam kehidupan sehari-hari
surfaktan banyak ditemui pada deterjen, kosmetik, farmasi, dan tekstil. Surfaktan berguna
sebagai bahan pembasah (wetting agent), bahan pengemulsi (emulsion agent), bahan
pelarut (solubilizing agent), dan bahan pembusa (foaming agent). Pada deterjen,
surfaktan adalah zat yang berperan dalam menghilangkan noda pada baju.

2. Sebutkan klasifikasi dan jelaskan dengan gambar jika diperlukan!


Surfaktan dapat diklasifikasikan berdasarkan muatannya yaitu sebagai berikut:
 Surfaktan anionik
Surfaktan yang bagian alkilnya terikat pada
suatu anion atau kepalanya bermuatan negatif..
Contohnya adalah Beberapa contoh dari
surfaktan anionik adalah linier alkilbenzen sulfonat (LAS), alkohol sulfat (AS), alpha
olefin sulfonat (AOS) dan parafin atau secondary alkane sulfonat (SAS).
 Surfaktan kationik
Surfaktan yang bagian alkilnya terikat pada
suatu kation. Contohnya garam alkil trimethil
ammonium, garam dialkil-dimethil ammonium
dan garam alkil dimethil benzil ammonium.
 Surfaktan nonionik
Surfaktan yang bagian alkilnya tidak bermuatan. Contohnya ester gliserin asam
lemak, ester sorbitan asam lemak, ester
sukrosa asam lemak, polietilena alkil
amina, glukamina, alkil poliglukosida,
mono alkanol amina, dialkanol amina dan alkil amina oksida.

12
 Surfaktan amfoter
Surfaktan amfoter yaitu surfaktan yang bagian alkilnya mempunyai muatan positif
dan negatif. Contohnya surfaktan yang mengandung asam amino, betain, fosfobetain.
Umumnya disintesis dari turunan minyak bumi, seperti linier alkilbensen sulfonat
(LAS), alkil sulfonat (AS), alkil etoksilat
(AE) dan alkil etoksilat sulfat (AES).

3. Jelaskan fungsi penambahan surfaktan untuk


sintesis nanopartikel? Carilah literatur yang mendukung pernyataan dan diskusi anda
Surfaktan memiliki ujung kepala yang bersifat hidrofilik dan ujung pada ekornya
yang bersifat hidrofobik. Karena surfaktan memiliki kedua sifat ini, maka surfaktan
sering kali disebut sebagai molekul amfifilik (penyuka segala). Surfaktan sendiri bisa
dikategorikan berdasarkan banyaknya muatan yang terkandung pada bagian tubuh yang
hidrofilik, yaitu surfaktan anionic, kationik, nonionic, dan amfoter.
Surfaktan sendiri sangat berperan penting dalam sintesis nanopartikel. Dalam
proses ini, surfaktan berperan untuk menurunkan tegangan permukaan, di mana tekanan
Laplace (perbedaan diantara tekanan dalam dan luar) berkurang dan tegangan yang
diperlukan untuk memutuskan suatu ikatan pun juga berkurang. Surfaktan juga berperan
dalam pencegahan pembentukan zat baru yang bisa mengganggu proses sintesis
nanopartikel. Akan tetapi, penambahan surfaktan bisa mengurangi efisiensi dan
mengurangi intensitas penggambungan suatu molekul.

4. Jelaskan konsentrasi kritis (Critical Miscellar Condition) dan bagaimana cara


menentukan CMC?
Surfaktan atau surface active agents merupakan bahan organik yang berperan
sebagai bahan aktif pada detergen, sabun, dan sampo. Surfaktan dapat menurunkan
tegangan permukaan sehingga memungkinkan partikel-partikel yang menempel pada
bahan-bahan yang dicuci terlepas dan mengapung atau terlarut dalam air. Surfaktan
menurunkan tegangan permukaan air dengan mematahkan ikatan hidrogen pada
permukaan. Hal ini dapat dilakukan dengan meletekannya bagian surfaktan yang bersifat
hidrofilik pada air dengan ekornya yang bersifat hidrofobik menjauhi air. Misel
merupakan koloid sabun organic acid yang molekulnya mempunyai ujung hidrofobik dan
hidofilik. Kehadiran misel dapat meningkatkan kelarutan hidrokarbon dalam air yang

13
bertindak sebagai penghubung antara radikal OH pada ujung hidrofilik dan molekul
hidrokarbon pada ujung hidrofobil.
Konsentrasi minimum pada surfaktan disebut konsentrasi kritis misel (Critical
Miscellar Consenctration). Nilai CMC merupakan cara yang paling sederhana untuk
mendeskripsikan perilaku koloid dan permukaan dari surfaktan dan menggambarkan
informasi tentang aktivitas biologi dari detergen. CMC juga dapat digunakan untuk
mempelajari kinetika dan mekanisme suatu reaksi.
Banyak sekali metode yang bisa digunakan untuk menghitung besarnya nilai
CMC. Dari tahun 1960 hingga sekarang, terdapat kurang lebih 70 metode yang bisa
digunakan untuk menghitung besarnya nilai CMC. Beberapa metode yang digunakan
terdiri dari:
a) Pengukuran spektroskopik
b) Pengukuran elektrokimia
c) Pengukuran tegangan permukaan
d) Pengukuran optis
Salah satu metode yang paling umum digunakan dalam mengetahui nilai CMC adalah
metode pengukuran tegangaan permukaan. Di mana pada metode ini, kita mengukur
besarnya tegangan permukaan pada beberapa konsentrasi zat yang berbeda kemudian
membuat grafik antara tegangan permukaan dengan log C dari konsentrasi dan kemudian
menentukan titik pertemuan dari nilai CMC ini.

5. Ketika surfaktan dilarutkan dalam suatu pelarut, maka energy permukaan larutan
tersebut akan berkurang? Mengapa dan jelaskan?
Surfaktan merupakan suatu molekul yang sekaligus memiliki gugus hidrofilik dan
gugus lipofilik, sehingga dapat mempersatukan cairan yang terdiri dari air dan minyak.
Gugus hidrofilik pada surfaktan bersifat polar dan mudah bersenyawa dengan minyak.
Dalam molekul surfaktan, salah satu gugus harus lebih dominan jumlahnya. Bila gugus
polarnya yang lebih dominan, maka molekul-molekul surfaktan tersebut akan diabsorbsi
lebih kuat oleh air dibandingkan minyak. Akibatnya teganan permukaan air menjadi lebih
rendah sehingga mudah menyebar dan menjadi fase kontinu. Demikian pula sebaliknya,
bila gugus non-polarnya lebih dominan, maka molekul-molekul surfaktan tersebut akan
diabsorbsi lebih kuat oleh minyak, akibatnya teganan permukaan minyak menjadi lebih
rendah. Jadi penambahan surfaktan akan menyebabkan turunnya tegangan permukaan
larutan.

14
6. Surfaktan CTAB banyak digunakan untuk membentuk nanopartikel. Mengapa dan
carilah data pendukung? Adakah jenis surfaktan lain yang digunakan untuk membentuk
nanopartikel selain CTAB?
Setrimonium bromide (CTAB) adalah senyawa organik dengan rumus kimia
(C16H33)N(CH3)3Br. Pengaplikasian surfaktan CTAB antara lain:
a) Sintesis nanopartikel emas
CTAB sangat umum digunakan saat sintesis nanopartikel emas karena dapat
memberikan kestabilan pada nanopartikel sekaligus mengontrol morfologinya. CTAB
memegang pernaan penting dalam mengendalikan ukuran nanopartikel Au dan juga
bentuknya dengan cara selektif mengikat partikel-partikel Au.
b) Instesis material mesopori
Material mesopori merupakan material yang memiliki diameter pori-pori antara 2
sampai 50 nm. Disini CTAB berguna sebagai ‘structure directing agent’ melalui
induksi secara evaporasi hidrotermal. Selain itu CTAB juga berfungsi sebagai
pengatur pH dan juga katalis sintesis.

7. Dari bacaan diatas, CTAB dapat digunakan untuk menghilangkan logam berat dari air
limbah. Jelaskan!
Kromium heksavalen (Cr(VI)) banyak dijumpai sebagai anion kromat (CrO 42-)
dan atau dikromat (Cr2O72- ). Kromium berada di lingkungan sebagai akibat dari berbagai
kegiatan industri, seperti industri electroplating, penyamakan kulit, tekstil, pencucian
logam, dan lain-lain. Limbah dari industri tersebut dapat berdampak buruk pada
lingkungan dan dapat menimbulkan masalah bagi kelangsungan makhluk hidup.
Kandungan kromium diketahui dapat bersifat karsinogenik kuat yang dapat merusak
organ manusia melalui air minum yang terkontaminasi kromium (Chidambaram
dkk.,2009). Mengingat bahaya dan pencemaran lingkungan yang ditimbulkan oleh
kromium terutama Cr (VI), maka pihak industri diharuskan mengolah limbahnya terlebih
dahulu sebelum dibuang ke lingkungan (Kunarti, Sutarno, & Baralangi, 2015).
CTAB merupakan zeolit modifikasi yang dapat digunakan untuk menghilangkan
logam berat dari air limbah, contohnya anion kromat (CrO 42-) CTAB digunakan sebagai
adsorben untuk adsorpsi anion dikromat. Kemampuan efisiensi CTAB lebih besar
dibanding zeolit alam karena pada CTAB memiliki lapisan misel dan admisel yang luas
permukaannya cukup lebar dalam membentuk permukan bilayer situs aktif pada
permukaan zeolit untuk mengadsorpsi anion Cr2O72- .

15
8. Tuliskan rumus atau asumsinya jika ada, dan jelaskan isotherm adsorpsi Frumkin?
Interaksi pada isotherm frumkin mengikuti persamaan:

Dengan adalah “maximum surface excess”, g adalah

parameter interaksi, bila bernilai positif maka terjadi


gaya atraktif sedangkan negative adalah gaya tolakkan.

Bila g=0 dan / = maka akan diperoleh isotherm

Langmuir. Sedangkan isotherm Temkin dapat

diperoleh bila / = 0,5.

Gambar 2. Kurva isotherm Frumkin

(https://www.scribd.com/document/255989935/KI5245-2010-Elektrokimia-Lec02-Part01-
LapisRangkapListrik-WtrMark)

9. Adsorpsi dan reduksi krom(VI) dipermukaan pada nanokomposit Fe3O4 / CTAB sangat
menarik. Gambarkan skema dari proses tersebut dan jelaskan menurut pendapat
saudara!
Fe3O4 dan Fe2O3 nanopartikel yang distabilkan oleh Aloe Vera berhasil
diterapkan sebelumnya untuk menghilangkan merkuri (70%) dari sampel air limbah.
Nanokomposit Fe3O4/ talc digunakan untuk menghilangkan ion Cu (II), Ni (II), dan Pb
(II) dari larutan berair. Hasilnya menunjukkan efisiensi penyisihan 72,15%, 50,23%, dan
91,35% untuk Cu (II), Ni (II), dan Pb (II) masing-masing. Fe3O4 nanopartikel magnetik
yang dimodifikasi dengan ligan dasar Schiff disiapkan untuk menghilangkan ion logam
berat dari larutan berair. Kapasitas adsorpsi maksimum adalah 97,2, 87, dan 81,6 mg g-1
untuk Cu (II), Zn (II), dan Ni (II) masing-masing.

16
Surfaktan digunakan untuk menurunkan
tegangan permukaan cairan dan memiliki struktur
yang tidak mudah dideteksi dengan metode
konvensional. Cetyltrimethylammonium bromide
(CTAB) adalah surfaktan yang umum digunakan
dalam sintesis nanopartikel. CTAB memiliki 16
karbon sebagai ekor panjang dan kelompok kepala
amonium dengan tiga kelompok metil terlampir.
Disini CTAB dapat digunakan untuk menghilangkan
logam berat dari air limbah. CTAB adalah surfaktan
bermuatan positif, digunakan sebagai bahan pelapis.
CTAB dapat muncul sebagai misel seperti batang dengan meningkatkan konsentrasinya.
Jin dkk. telah berhasil mempersiapkan komposit Fe3O4 yang ditutup dengan CTAB
untuk menghilangkan arsen dari air. Fe3O4 / CTAB dibuat dengan proses curah hujan
sederhana yang dimodifikasi dengan menggunakan garam besi murah dan ramah
lingkungan dan CTAB kationik.
Terbukti dari survei literatur bahwa, ini adalah pertama kalinya eliminasi dan
kuantifikasi Cr (VI) dari sampel air limbah berdasarkan Fe3O4 dan Fe3O4 / CTAB
dijelaskan. Representasi skematik dari eliminasi Cr (VI) oleh Fe3O4 / CTAB adalah
sketsa dalam Skema tsb. Fe3O4 / CTAB memiliki beberapa keunggulan seperti sintesis
fenil dan regenerasi sederhana dalam larutan alkali. Jadi, menyukai tujuan penggunaan
ulang atau daur ulang. Hal ini juga dapat dengan mudah dikumpulkan oleh medan magnet
eksternal untuk proses regenerasi. Selanjutnya komposit ini murah dan efektif dalam
menghilangkan Cr (VI) dari air limbah.

I. Topik 3 (Proses Adsorpsi)

1. Adsorpsi merupakan salah satu fenomena permukaan. Jelaskan tahapan adsorpsi secara
umum!
Adsorpsi adalah suatu proses pemisahan bahan dari campuran gas atau cair, bahan
yang harus dipisahkan ditarik oleh permukaan sorben padat dan diikat oleh gaya-gaya
yang bekerja pada permukaan tersebut. Penyerapan zat dari larutan, mirip dengan
penyerapan gas oleh zat padat. Proses adsorpsi terjadi pada permukaan pori-pori dalam

17
butir adsorben, sehingga transfer massa logam A dari cairan ke dalam pori-pori butir
adsorben tersebut akan mengalami proses-proses sebagai berikut:
a) Perpindahan massa dari cairan ke permukaan butir
b) Difusi dari permukaan butir ke dalam butir melalui pori
c) Perpindahan massa dari cairan dalam pori ke dinding pori
d) Adsorpsi pada dinding pori
Perpindahan massa dari cairan dalam pori ke dinding pori (proses c) umumnya
berlangsung sangat cepat sehingga tidak terkontrol. Adsorpsi pada dinding pori (proses d)
umumnya juga berlangsung sangat cepat, sehingga tidak mengontrol juga. Jadi yang
umumnya mengontrol kecepatan proses adsorpsi adalah proses a atau proses b atau
keduanya. Jika butir-butir sangat kecil (seperti serbuk) maka difusi dari permukaan ke
dalam butir (proses b) berlangsung relatif sangat cepat sehingga tidak mengontrol.
Akibatnya yang mengontrol adalah perpindahan massa dari cairan ke permukaan butir.
Sebaliknya, jika butir-butir berukuran besar, difusi dari permukaan ke dalam butir relatif
sangat lambat, sehingga yang mengontrol adalah proses difusinya
Beberapa faktor yang mempengaruhi proses adsorpsi suatu logam adalah:
a) Waktu kontak
Waktu kontak sangat menentukan dalam proses adsorpsi. Semakin lama Waktu
kontak memungkinkan proses difusi dan penempelan molekul adsorbat
berlangsung lebih baik.
b) Luas permukaan
Semakin luas permukaan adsorben, semakin banyak adsorbat yang diserap,
sehingga proses adsorpsi dapat semakin efektif. Semakin kecil ukuran diameter
adsorben maka semakin luas permukaannya
c) Konsentrasi adsorbat
Semakin besar konsentrasi adsorbat dalam larutan maka semakin banyak jumlah
senyawa yang terkumpul pada permukaan adsorben
d) Temperatur
Temperatur di mana proses adsorpsi terjadi akan mempengaruhi kecepatan dan
jumlah adsorpsi yang terjadi. Kecepatan adsorpsi meningkat dengan
meningkatnya temperatur, dan menurun dengan menurunnya temperatur.

2. Ada dua istilah yang sangat mirip, yaitu adsorpsi dan absorpsi. Jelaskan kepada
kelompok anda tengang perbedaan pengertian dari adsorbs dan absorpsi. Adsorpsi
tersebut terbagi menjadi dua, yaitu adsorpsi fisika dan adsorpsi kimia. Jeleskan
perbedaan antara kedua adsorpsi tersebut!
a) Perbedaan antara adsorpsi dan absorpsi:

18
 Absorbsi
Adalah suatu peristiwa penyerapan atau peresapan zat cair ke zat cair lain atau zat
padat lain, hingga keduanya menyatu. Misalnya ada kopi tumpah, lalu tumpahan
itu dibersihkan dengan tissue atau kain. Kopi meresap ke tissue/kain sehingga
menjadi basah. Hal ini termasuk absorpsi.
 Adsorpsi
Merupakan proses penyerapan zat, dapat berupa gas atau cairan yang hanya
terserap pada suatu permukaan zat padat atau zat cair. Zat yang idserap hanya
berada di sekeliling permukaan zat. Karena zat yang terserap hanya di permukaan,
maka zat itu menutupi seluruh permukaan zat. Contoh zat yang memilik sifat
adsorpsi yaitu koloid. Setiap koloid mampu mengadsorpsi apa saja yang ada
disekitarnya baik ion, racun maupun kotoran.
b) Lalu terdapat istilah adsorpsi fisika dan adsorpsi kimia. Perbedaan di antara keduanya
yaitu:
 Adsorpsi Fisika
Terjadi karena adanya gaya Van der Walls dimana gaya tarik molekul antar larutan
dan permukaan media lebih besar daripada gaya tarik substansi terlarut dan
larutan, maka substansi akan diadsorpsi permukaan media. Adsorpsi fisika ini
memiliki gaya tarik Van der Walls yang kekuatannya relative kecil. Adsorpsi
fisika umumnya terjadi pada temperature yang rendah dan akan berkurang
kekuatannya seiring kenaikan temperature. Sifatnya reversible dan tidak
memerlukan energy aktivasi untuk memulai adsorpsi fisika. Adsorpsi fisika
membentuk lapisan multilayer dan tidak spesifik.
 Adsorpsi kimia
Terjadi ketika terbentuknya ikatan kimia antara substansi terlarut dalam larutan
dengan molekul dalam media. Dalam adsorpsi kimia, partikel melekat pada
permukaan dengan membentuk ikatan kimia (umumnya ikatan kovalen), dan
cenderung mencari tempat yang memaksimumkan bilangan koordinasi dengan
substrat. Adsorpsi kimia ini membentuk lapisan monolayer. Adsorpsi ini dapat
terjadi pada suhu tinggi dan tidak reversible/irreversible. Selain itu, untuk terjadi
adsorpsi kimia melibatkan energy aktivasi tertentu.

3. Bagaimana metode desorpsi atau proses regenerasi absorben? Jelaskan dan berikan
contoh atau gambaran prosesnya!

19
Desorpsi adalah fenomena dimana suatu zat dilepaskan dari atau melalui
permukaan. Prosesnya adalah kebalikan dari penyerapan (yaitu adsorpsi atau
penyerapan). Hal ini terjadi dalam sistem yang berada dalam keadaan kesetimbangan
sorpsi antara fasa curah (cairan, yaitu larutan gas atau cairan) dan permukaan
pengadsorpsi (padat atau batas yang memisahkan dua cairan). Bila konsentrasi (atau
tekanan) zat dalam fase bulk diturunkan, beberapa zat yang terserap berubah menjadi
keadaan bulk.
Dalam kimia, terutama kromatografi, desorpsi adalah kemampuan bahan kimia untuk
bergerak dengan fase gerak. Semakin banyak desorbsi kimia, semakin kecil
kemungkinannya akan menyerap, maka alih-alih berpegang pada fase diam, bahan kimia
bergerak dengan pelarut depan.
Dalam proses pemisahan kimia, pengupasan juga disebut sebagai desorpsi sebagai
satu komponen aliran cairan yang bergerak dengan perpindahan massa ke dalam fase uap
melalui antarmuka uap cair. Setelah adsorpsi, bahan kimia yang teradsorpsi akan tetap
berada di substrat hampir tanpa batas waktu, asalkan suhunya tetap rendah. Namun, saat
suhu naik, begitu pula kemungkinan desorpsi.

Electron-stimulated desorption
Desorpsi yang distimulasi elektron terjadi sebagai akibat dari kejadian berkas
elektron pada permukaan yang vakum, seperti yang umum terjadi dalam fisika partikel
dan proses industri seperti scanning electron microscopy (SEM). Pada tekanan atmosfir,
molekul mungkin lemah terikat pada permukaan dalam apa yang dikenal sebagai
adsorpsi. Molekul-molekul ini dapat membentuk monolayer pada kepadatan 1015 atom /
(cm2) untuk permukaan yang halus. Satu monolayer atau beberapa mungkin terbentuk,
tergantung pada kemampuan ikatan molekul. Jika berkas elektron terjadi pada
permukaan, ia menyediakan energi untuk memutus ikatan permukaan dengan molekul
dalam monolayer yang teradsorpsi, yang menyebabkan tekanan meningkat pada sistem.
Setelah sebuah molekul terdesorpsi ke dalam volume vakum, ia dilepaskan melalui
mekanisme pemompaan vakum (re-adsorpsi dapat diabaikan). Oleh karena itu, molekul
yang lebih sedikit tersedia untuk desorpsi, dan semakin banyak elektron diperlukan untuk
mempertahankan desorpsi konstan.

20
4. Dua model persamaan, yaitu Freundlich dan Sips mempunyai batasan. Persamaan
Freundlich tidak berlaku pada tekanan rendah dan titik tekanan tinggi, dan persamaan
Sips tidak berlaku pada tekanan rendah. Persamaan Toth menjelaskan beberapa sistem
dengan submonolayer. Tuliskan dan jelaskan persamaan Sips (Langmuir-Freundlich),
persamaan Toth dan model adsorpsi Dubinin-Radushkevich?

 Persamaan Freundlich
Untuk rentang konsentrasi yang kecil dan campuran yang cair, isotermis adsorpsi
dapat digambarkan dengan persamaan empiric yang dikemukakan oleh Freundlich.
Isotherm ini berdasarkan asumsi bahwa adsorben mempunyai permukaan yang
heterogen dan tiap molekul mempunyai potensi penyerapan yang berbeda-beda.
Persamaan ini merupakan persamaan yang paling banyak digunakan saat ini.

Dimana:
X = Banyak zat terlarut yang teradsorpsi (mg)
M = Massa dari adsorben (mg)
C = Konsentrasi sisa dalam kesetimbangan
K,n = Konstanta adsorben
 Persamaan Toth
Pengembangan dari persamaan Langmuir tradisional untuk menghasilkan kecocokan
yang lebih baik. Persamaan ini sering berguna untuk menggambarkan sistem
heterogen.

Untuk mendapatkan grafik yang linear:

 Persamaan Sips
Persamaan ini merupakan gabungan dari persamaan antara Langmuir dan Freundlich

Untuk mengurangi isotherm Freundlich pada tekanan rendah dan mendekati kapasitas
monolayer pada tekanan tinggi serupa dengan isotherm Langmuir.
 Persamaan Dubinin- Radushkevich

Dan untuk mendapatkan grafik yang linear:

5. Jelaskan 5 tipe kurva adsorpsi isoterm tersebut dan berikan contoh!

21
a) Tipe I
Jenis ini disebut Langmuir isotherm yang
menggambarkan adsorpsi satu layer. Biasanya
diperoleh dari karbon aktif dan zeolite molecular
sieve. Contoh : adsorpsi N2 atau H2 pada suhu
sekitar -1800oC
b) Tipe II
Bentuk normal isotherm pada adsorben tak berpori dengan ukuran >50 nm yang
menunjukan adsorpsi monolayer-multilayer.
Titik B menunjukkan kondisi awal linier
isotherm. Contoh : Adsorpsi N2 pada besi(Fe)
pada suhu sekiar -1950oC
c) Tipe III
Menunjukkan tipe kuantitas adsorben semakin
tinggi saat tekanan relative bertambah. Titik B
tidak ada karena interaksi adsorbat-adsorbat
lebih kuat disbanding antar adsorben. Contoh :
Adsorpsi Br2 pada slica gel pada suhu 720oC
d) Tipe IV
Hampir sama dengan tipe II pada rentang
tekanan relative rendah sampai menengah.
Dihasilkan dari padatan adsorben berukuran
mesopore (2-50 nm). Contoh : Adsorpsi benzene
pada besi oksida pada suhu 500oC.
e) Tipe V
Hampir sama dengan tipe III, dihasilkan dari
interaksi yang rendah antara adsorben dengan
adsorbat dan berpori sama dengan tipe IV. Contoh:
Adsorpsi uap air pada permukaan arang pada 100oC.

6. Ada lima tipe isotherm adsorpsi fisika. Tipe pertama


berhubungan dengan monolayer, sedang tipe kedua sampai lima tentang adsorpsi
multilayer. Seorang peneliti ingin membutktikan bahwa adsorpsi gas N2 pada
permukaan suatu padatan merupakan adsorpsi tipe II. Dia melakukan penelitian pada
suhu 90, 1 K dan data yang diperoleh adalah sbb:

22
P/Po 0,05 0,10 0,15 0,20 0,25
V (cc) 51,3 58,8 64,0 68,9 74,2
Berdasarkan bacaan diatas, bagaimana mengetahui material tsb porous /non porous?
Berdasarkan tabel pada soal, grafik V terhadap P/Po pada soal terbentuk sebagai
berikut,

Grafik 1 : Grafik V terhapap P/Po

Berikut adalah kurva adsorpsi isotherm tipe II secara literatur,

Grafik 2 : Grafik Adsorpsi Isotermis Tipe II

Berdasarkan perbandingan antara kurva yang ada pada soal dan pada literature
ternyata kurva yang dihasilkan tidak begitu mirip. Kemiripannya hanya sedikit saja,
hanya terlihat bahwa ada bagian kurva yang pada literature terdapat pada soal namun
tidak secara keseluruhan kurvanya sama. Hal ini mungkin dikarenakan data yang
digunakan hanya 5 buah saja pada soal, sehingga kurang begitu menggambarkan
kemiripan diantara keduanya. Namun tetap berdasarkan literatur, data dalam tabel
mengikuti kurva adsorpsi isotermis tipe II dan persamaan BET (Brunauer-Emmet-Teller)

23
karena nilai P/Po nya berkisar antara 0.05-0.30. Selanjutnya, dari grafik di atas dan
dengan menggunakan metode least square didapatkan nilai b (slope) adalah 0.0120356
dan nilai a (intercept) adalah 0.00045878.
Mencari c digunakan persamaan berikut. Dimana b adalah slope, dan a adalah
intercept. Sehingga didapatkan nilai c,

Untuk mencari nilai Vm dapat digunakan persamaan

7. Permasalahan yang dihadapi saat ini adalah adsorbent tersebut hanya memiliki kapasitas
adsorpsi yang rendah dan keterbatasan efisiensi, sedangkan jumlah ion logam berat yang
ada dalam air limbah semakin banyak dari hari ke hari. Lalu bagaimana solusinya?
Jelaskan menurut pendapat anda?
Terdapat berbagai jenis nanomaterial yang efektif digunakan dalam pengolahan
limbah antara lain

a) Polimer dendrite termasuk polimer dendrigraft, Dendron, dan dendrimer. Dendrimer


dapat dijumpai dalam beragam bentuk (kerucut, bola, dan cakram) dan ukuran (antara
2-20 nm). Salah satu penelitian yang dilakukan oleh Diallo (2005) membuktikan
bahwa dendrimer dapat digunakan untuk pembaruan ion tembaga (Cu[II]) dari dalam
larutan. Polimer dendrite juga dapat dimanfaatkan sebagai ligan bagi logam beracun.
b) Oksida logam termasuk titanium oksida (TiO2), zink oksida (ZnO), dan cerium
oksida (CeO2) Oksida logam tersebut memiliki luas permukaan yang besar sehingga
cocok untuk dimanfaatkan sebagai adsorben dalam proses pemurnian air. TiO2 dan

24
Cu2O nano digunakan dalam oksidasi elektrokatalitik. Nanopartikel zink oksida dapat
dimanfaatkan untuk penyisihan arsenik dari dalam air.
c) Nano partikel zeolite. Zeolit dimanfaatkan sebagai media pertukaran ion untuk ion
logam dan merupakan sorben yang efektif untuk penyisihan ion logam. Beberapa
logam berat dari limbah electroplating dan air asam tambang yang dapat disisihkan
menggunakan zeolit yaitu Cr(III), Ni(II), Zn(II), Cu(II), dan Cd(II).
d) Nano partikel berbasis karbon memiliki kapasitas dan selektivitas yang tinggi bagi
polutan organik di dalam air sehingga dimanfaatkan sebagai sorben. Buckyballs,
carbon nanotube (CNT), nano diamonds, dan nanowires merupakan contoh-contoh
nano partikel berbasis karbon. CNT dengan dinding berlapis digunakan dalam
penyusihan 2,4,6-triklorofenol dan Cu(II).
e) Besi bervalensi nol (Zero Valent Iron, ZVI) ZVI berguna untuk remediasi air,
sedimen, dan tanah dengan cara mengurangi kontaminan (nitrat, trikloroetena, dan
tetrakloroetena) 12. Kelemahan oksida metal ukuran nano adalah sulit dipisahkan dari
air limbah karena tingginya energi bagian permukaan.

Dari beberapa jenis diatas, polimer dendrimers merupakan yang memiliki


efisiensi terbaik. Polimer Dendrimers merupakan adsorben yang dirancang agar mampu
melepaskan senyawa organik dan logam berat. Kulit dalamnya dapat bersifat hidrofobik
untuk penyerapan senyawa organik sedangkan bagian luar dapat disesuaikan (misalnya,
hidroksil-atau amina) untuk adsorpsi logam berat. Penyerapan tersebut dapat didasarkan
pada kompleksasi, interaksi elektrostatik, efek hidrofobik, dan ikatan hidrogen.

Sebuah sistem dendrimer-ultrafiltrasi ini dirancang untuk memulihkan ion logam


dari larutan berair. Sistem ini mencapai pembersihan yang hampir sempuna dari ion
Cu2+. Setelah adsorpsi, ion logam pada dendrimers dikembalikan oleh ultrafiltrasi dan
regenerasi dengan mengurangi pH sampai 4. Nanosorben dari polimer lebih baik dari
nano oksida metal karena nanosorben dari polimer lebih mudah untuk terdegradasi,
dengan kata lain nanosorben lebih mudah melepaskan adsorbat yang telah diserapnya.

Oleh karena itu, nanosorben dari polimer dapat digunakan kembali untuk
menyerap adsorbat kembali. Nanosorben dari polimer juga lebih efisien dibandingkan
dengan nano oksida metal, dengan kata lain nanosorben dari polimer memiliki daya
adsorpsi lebih besar dibandingkan dengan daya adsorpsi dari nano oksida metal. Oksida

25
metal pada nano oksida metal juga cenderung mudah terlepas sehingga dapat
mencemarkan dan justru mengotori adsorbat.

BAB III
KESIMPULAN

 Tegangan permukaan adalah gaya tegak lurus pada permukaan zat cair yang berhubungan
dengan gaya antar molekul
26
 Faktor yang mempengaruhi tegangan permukaan adalah jenis zat terlarut, suhu,
konsentrasi, dan surfaktan
 Surfaktan merupakan bahan aktif permukaan. Surfaktan ini memiliki gugus hidrofilik dan
gugus hidrofobik sehingga dapat mempersatukan campuran yang terdiri dari air dan
minyak.
 Jenis-jenis surfaktan yaitu surfaktan anionic, surfaktan kationik, surfaktan nonionik, dan
surfaktan amfote/zwiterionik
 Mekanisme kerja surfaktan pada aplikasinya sebagai bahan pembersih untuk material
kain, tanah dan sejenisnya, surfaktan dapat bekerja melalui tiga cara yang berbeda, yakni
roll up, emulsifikasi dan solubilisasi.
 Adsorpsi adalah peristiwa penyerapan zat dapat berupa gas atau cairan yang hanya
terserao pada suatu permukaan zat padat atau cair.
 Adsorpsi dibedakan menjadi kimia dan fisika. Adsorpsi kimia disebabkan oleh
terbentuknya ikatan kimia sedangkan adsorpsi fisika disebabkan oleh gaya Van Der
Waals.
 Proses adsorpsi dipengaruhi oleh luas permukaan adsorben, ukuran partikel, waktu
kontak, dan distribusi ukuran pori.
 Tipe kurva adsorpsi isothermal terdiri dari kurva tipe I yang merupakan monolayer dan
tipe kedua sampai kelima yang merupakan adsorpsi multilayer.
 Persamaan yang digunakan dalam perhitungan isotermis adsorpsi monolayer atau
multilayer adalah persamaan Freundlich, Persamaan Sips, Persamaan Toth, dan
Persamaan Dubinin-Radushkevich

DAFTAR PUSTAKA

Atkins, P. and De Paula, J. (2010). Physical chemistry. New York: W.H. Freeman.
Aliyah, dkk. (2014). Makalah Farmasetika II Hubungan Surfaktan Terhadap Sediaan Suspensi.
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman : Purwokerto.

27
Elfeky, S.A., Mahmoud, S.E. and Youssef, A.F., 2017. Applications of CTAB modified magnetic
nanoparticles for removal of chromium (VI) from contaminated water. Journal of
Advanced Research.
Fernandez, B. (2016). Makalah Sintesis Nanopartikel. [online] Available at:
https://www.academia.edu/5419935/MAKALAH_SINTESIS_NANOPARTIKEL_Oleh
[Accessed 5 Nov. 2017].

Held, P. (2015). Rapid Critical Micelle Concentration (CMC) Determination Using


Fluorescence Polarization. [online] Available at:
https://www.biotek.com/assets/tech_resources/CMC_App_Note_.pdf [Accessed 4 Nov.
2017].
Nurdiyanto. (2013). Makalah Kimia Fisika II “Surfaktan”. Akademi Kimia Analisis : Bogor

Salwa, (2017). Role of Surfactants in Nanotechnology and Their Applications. [online] Available
at: https://www.ijcmas.com/vol-3-5/Salwa%20M.I.%20Morsy.pdf [Accessed 5 Nov. 2017].

Ross, S. and Morrison, I.D., 1983. Thermodynamics of adsorbed solutes. Colloids and Surfaces,
7(2), pp.121-134.

28

Anda mungkin juga menyukai