Anda di halaman 1dari 6

KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

I. Tujuan
Mengetahui Kromatografi lapis tipis (KLT) beserta prinsip kerjanya
II. Landasan teori
Kromatografi digunakan untuk memisahkan substansi campuran
menjadi komponen-komponennya. Seluruh bentuk kromatografi berkerja
berdasarkan prinsip ini.Semua kromatografi memiliki fase diam (dapat
berupa padatan, atau kombinasi cairan-padatan) dan fase gerak (berupa
cairan atau gas). Fase gerak mengalir melalui fase diam dan membawa
komponen-komponen yang terdapat dalam campuran. Komponen-
komponen yang berbeda bergerak pada laju yang berbeda.
Pelaksaanan kromatografi lapis tipis menggunakan sebuah lapis tipis silika
atau alumina yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam atau
plastik yang keras.Jel silika (atau alumina) merupakan fase diam. Fase diam
untuk kromatografi lapis tipis seringkali juga mengandung substansi yang
mana dapat berpendar flour dalam sinar ultra violet.
(A. Rio,2011 )
Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan molekul berdasarkan
perbedaan pola pergerakan antara fase gerak dan fase diam untuk
memisahkan komponen (berupa molekul) yang berada pada larutan.
Molekul yang terlarut dalam fase gerak, akan melewati kolom yang
merupakan fase diam. Molekul yang memiliki ikatan yang kuat dengan
kolom akan cenderung bergerak lebih lambat dibanding molekul yang
berikatan lemah. Dengan ini, berbagai macam tipe molekul dapat dipisahkan
berdasarkan pergerakan pada kolom. Salah satu jenis kromatografi adalah
TLC atau kromatografi lapis tipis. Kromatografi lapis tipis merupakan salah
satu analisis kualitatif dari suatu sampel yang ingin dideteksi dengan
memisahkan komponen-komponen sampel berdasarkan perbedaan
kepolaran. Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah salah satu metode
pemisahan komponen menggunakan fasa diam berupa plat dengan lapisan
bahan adsorben inert. KLT merupakan salah satu jenis kromatografi

1
analitik. KLT sering digunakan untuk identifikasi awal, karena banyak
keuntungan menggunakan KLT, di antaranya adalah sederhana dan murah.
KLT termasuk dalam kategori kromatografi planar, selain kromatografi
kertas. Kromatografi lapis tipis menggunakan plat tipis yang dilapisi dengan
adsorben seperti silika gel, aluminium oksida (alumina) maupun selulosa.
Adsorben tersebut berperan sebagai fasa diam. Fasa gerak yang digunakan
dalam KLT sering disebut dengan eluen. Pemilihan eluen didasarkan pada
polaritas senyawa dan biasanya merupakan campuran beberapa cairan yang
berbeda polaritas, sehingga didapatkan perbandingan tertentu. Eluen KLT
dipilih dengan cara trial and error.Kepolaran eluen sangat berpengaruh
terhadap Rf (faktor retensi) yang diperoleh.KLT sangat berguna untuk
mengetahui jumlah komponen dalam sampel. Peralatan yang digunakan
untuk KLT adalah chamber (wadah untuk proses KLT) , pinset, plat KLT,
dan eluen.
Seluruh bentuk kromatografi bekerja berdasarkan prinsip yang sama.
Seluruh bentuk kromatografi memiliki fase diam (berupa padatan atau
cairan yang didukung pada padatan) dan fase gerak (cairan atau gas). Fase
gerak mengalir melalui fase diam dan membawa komponen-komponen dari
campuran bersama-sama. Komponen-komponen yang berbeda akan
bergerak pada laju yang berbeda pula. Kromatografi lapis tipis digunakan
untuk memisahkan komponenkomponen atas dasar perbedaan adsorpsi atau
partisi oleh pase diam dibawah gerakan pelarut pengembang. Pada dasarnya
KLT sangat mirip dengan kromatografi kertas , terutama pada cara
pelaksanaannya. Perbedaan nyatanya terlihat pada fase diamnya atau media
pemisahnya, yakni digunakan lapisan tipis adsorben sebagai pengganti
kertas. Bahan adsorben sebagai fasa diam dapat digunakan silika gel,
alumina dan serbuk selulosa. Partikel selika gel mengandung gugus
hidroksil pada permukaannya yang akan membentuk ikatan hidrogen
dengan molekul polar air. Fase diam untuk kromatografi lapis tipis
seringkali juga mengandung substansi yang mana dapat berpendar flour
dalam sinar ultra violet.

(M. zacky,2010)

2
Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah suatu teknik kromatografi yang
sederhana yang biasanya digunakan untuk identifikasi senyawa-senyawa
organik. Teknik ini dikembangkan pada tahun 1938 oleh Ismailoff dan
Schraiber. Metode ini kepekaannya cukup tinggi dengan jumlah cuplikan
beberapa mikrogram. Pada hakekatnya KLT melibatkan dua perubahan
yaitu fase diam dan sifat gerak. Fase diam dapat berupa serbuk halus yang
berfungsi sebagai permukaan penyerap (kromatografi cair-padat) atau
berfungsi sebagai penyangga untuk lapisan zat cair (kromatografi cair-cair).
Prinsip kerja dari KLT yaitu campuran yang akan dipisahkan dilarutkan
dalam pelarut yang sesuai. Penotolan dilakukan memakai pipa kapiler.
Pelarut dibiarkan menguap atau dihilangkan dengan bantuan aliran udara
kering. Lapisan kemudian dimasukan ke dalam bejana yang berisi pelarut
yang dalamnya sekitar satu cm yang akan bertindak sebagai fase gerak. Lalu
bejana ditutup ketat dan pelarut dibiarkan sekitar 10-15 menit. Titik tempat
campuran yang ditotolkan pada ujung pelat atau lembaran disebut titik awal
dan cara menempatkan cuplikan disebut penotolan. Garis depan pelarut
ialah bagian atas fase gerak atau pelarut ketika bergerak melalui lapisan dan
setelah pengembangan selesai, merupakan tinggi maksimum yang dicapai
pelarut.
(Tim kimia organic,2014.34)
KLT adalah metode analitik yang relatif murah dan mudah
pengerjaannya, namun KLT kurang sensitif jika dibandungkan dengan
teknik immunoassay .
Untuk meningkatkan sensitifitas KLT sangat disarankan dalam analisis
toksikologi forensik, uji penapisan dengan KLT dilakukan paling sedikit
lebih dari satu sistem pengembang dengan penampak noda yang berbeda.
Dengan menggunakan spektrofotodensitometri analit yang telah terpisah
dengan KLT dapat dideteksi spektrumnya (UV atau fluoresensi). Kombinasi
ini tentunya akan meningkatkan derajat sensitifitas dan spesifisitas dari uji
penapisan dengan metode KLT. Secara simultan kombinasi ini dapat
digunakan untuk uji pemastian
(Made Agus Gelgel Wirasuta,2008:50)

3
III. Prosedur percobaan
3.1 alat dan bahan
a. alat
 Oven
 Kertas saring
 Kaca besar
 Pita selotip
 Gelas piala 100ml
 Batang pengaduk
 TLC
 Tabung reaksi
 Pipa gelas kapiler
 Bejana
 Gelas piala 200ml
 Rotarvan
 Pipet tetes
 Benzen
 Lempeng

b. Bahan
 Aquades
 Methanol
 5ml etanol
 2 buah tablet kafelin
 Zat cateknik
 90 ml PE
 1 gr CaCO4
 2 gr sukrosa
 Larutan pengembang komposisi methanol.

4
3.2 skema kerja

1. Reparasi Plat

air dan methanol

Digunakan untuk membersihakan plat


Dilap dengan kertas atau kain
Disusun lima plat diatas sebuah kaca besar
Disekatkan dengan pita selotip.

3 gr dan 6 ml air

Disiapkan untuk silica


Diaduk dengan mortis
Dilapiskan campuran silika diatas plat
Dikeringakan pada oven dalam suhu 120oC
selama satu jam.

Hasil pengamatan

2. Penyiapan pengembang kromatografi

1 ml metanol

Dimasukkan kedalam chember


Digoyangkan
Dihomogenkan
Dijenuhkan selama 5-10 menit

Hasil pengamatan

5
komposisi asam
asetat, eter dan
benzene

Dimasukkan dalam gelas piala 100ml


Digunakan untuk membuat larutan
pengembang
Dilapisi dinding dengan kertas saring
Ditutup gelas piala dengan cawan sampai
jenuh
Diamati pola senyawa
Hasil pengamatan

3. Penotolan sampel

sampel

Ditotolkan sampel pada ujung plat


menggunakan pipet halus
Didiamkan sampai kering
Dimasukkan plat dalam chember
Diangkat plat dari chember bila pelarutnya
sudah sampai batas plat
Diamkan 5-10 menit

Hasil pengamatan

Anda mungkin juga menyukai