Anda di halaman 1dari 4

Laporan Praktikum Kromatografi Kolom

BAB I PENDAHULUAN

Tujuan

Tujuan dari praktikum ini untuk memisahkan pigmen berbagai macam sampel daun menggunakan
kromatografi kolom.

Latar Belakang

Teknik kromatografi adalah mencampur sampel dari berbagai macam komponen kemudian
diletakkan dalam sebuah posisi yang dinamis di sebuah sistem. Dibagi menjadi dua fase yaitu
bergerak dan diam.

Sedangkan kromatografi kolom adalah kromatografi yang menggunakan kolom sebagai alat untuk
memisahkan komponen dalam sebuah campuran. Secara singkat kromatografi berarti menulis
dengan warna yang didasarkan pada perbedaan distribusi.

Praktikum ini akan dilaksanakan dengan cara mengambil sampel daun jambu biji dan menguji
masing-masing fraksi menggunakan alat KLT. Setelah itu akan diadakan pengamatan tentang jenis
apa saja yang terdapat dalam setiap fraksi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Kromatografi Kolom


Istilah kromatografi pertama kali ditemukan oleh Michael Tswett pada tahun 1908 yang
merupakan seorang ahli dari Rusia. Diambil dari bahasa Yunani Chromato artinya penulisan
dan grafe warna. Artinya adalah penulisan dengan warna.
Cara kerjanya dengan memisahkan campuran yang didasarkan atas perbedaan distribusi dari
komponen campuran. Terdapat dua fase yaitu diam dan bergerak. Fase diam berupa zat cair
atau padat sedangkan fase bergerak berupa zat cair atau gas.
Dalam teknik ini, sampel yang digunakan berasal dari campuran beberapa komponen yang
sudah ditempatkan dalam posisi yang dinamis. Semuanya tergantung pada gerakan relatif
masing-masing komponen kedua fase.
Perbedaan gerakan antara satu komponen dengan lainnya disebabkan oleh perbedaan
kelarutan, penguapan antara dua fase, adsorpsi, partisi dan lainnya. Jika jarak perbedaan ini
dinilai cukup besar maka pemisahannya sempurna.
Sehingga dalam kromatografi, pemilihan apakah fase bergerak atau diam perlu diperhatikan
dan dilakukan sedemikian rupa agar semua komponen bisa bergerak dengan kecepatan
yang berbeda. Apabila hal ini terjadi maka akan ada proses pemisahan.
Kromatografi kolom merupakan kromatografi yang memanfaatkan kolom sebagai alat
pemisah komponen dalam campuran. Alat tersebut dapat berupa pipa gelas dengan kran di
bagian bawah kolom yang mana fungsinya sebagai pengendali aliran zat cair.
Ukurannya tergantung dari banyak zat yang akan dipindahkan. Secara umum, perbandingan
diameter dan panjang kolom adalah 1:8. Sedangkan penyerapnya 25-30 kali berat bahan
yang akan dipisahkan.
Walaupun tersedia berbagai macam kolom dari gelas, namun buret juga bisa digunakan.
Kromatografi kolom merupakan teknik penemuan paling awal dari mekanismenya,
merupakan terapan atau absorbsi yang tidak boleh larut dalam fase gerak dengan partikel
fase diam harus seragam.
Tabung kromatografi yang digunakan biasanya terbuat dari kaca yang sudah dilengkapi
dengan kran jenis tertentu di bagian bawah sebagai pengatur aliran pelarut. Ukurannya juga
sangat beragam, namun setidaknya memiliki panjang 10 kali garis tengah dalamnya.
Campuran akan dipisahkan dan diletakkan pada bagian atas kolom penyerap di tabung kaca,
logam atau plastik. Pelarut (fase gerak) sengaja dibiarkan mengalir akibat dari gaya berat,
tekanan atau dorongan.
Pita senyawa bergerak melalui kolom dengan kecepatan yang berbeda. Bisa memisah atau
dikumpulkan berdasarkan fraksi ketika keluar dari alas kolom.
B. Tujuan Kromatografi Kolom
Tujuan dari kromatografi adalah untuk mengisolasi komponen kurkumin dari campurannya.
Selain itu, juga digunakan kolom dengan adsorben silica gel karena memiliki tekstur dan
struktur yang lebih teratur dan kompak.
Silica gelnya dalam bentuk tetrahedral raksasa, sehingga ikatan rapat dan kuat. Adsorben
Silica Gel ini juga mampu mengoptimalkan proses pemisahan (Underwood, 2002).
C. Manfaat Kromatografi Kolom
Berikut beberapa manfaat kromatografi kolom:
1. Hasil sintesis Kimia dimurnikan sehingga terjadi pembentukan produk dari reaktan
tertentu. Pada reaksi ini tidak selalu menghasilkan produk yang murni saja, terkadang
juga ada produk lain sebagai efek sampingnya.
2. Isolasi senyawa aktif dalam bahan alam, kromatografi kolom bermanfaat untuk
memisahkan senyawa tersebut.
3. Analisis limbah lingkungan, dengan melakukan kromatografi kolom maka bisa diperoleh
karakterisasi zat lebih lanjut dalam sebuah sampel.

BAB III METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat


Hari:
Tempat:
B. Alat dan Bahan
Alat
- Gelas ukur
- Gelas piala
- Kertas Whatman nomor 42
- Kolom
- Lampu UV
- Oven
- Penggaris
- Neraca analitik
- Pensil
- Ruang pengembang
- Pipa kapiler
Bahan
- Metanol
- N-heksana
- Sampel daun
C. Prosedur Kerja atau Cara Kerja
Persiapan Kolom
1. Menimbang sebanyak 20 gram silica dan memasukkannya ke oven dengan suhu 105°C
dalam kurun waktu 30 menit.
2. Memasukkan ke dalam gelas piala kemudian diaduk menggunakan pelarut n-heksana
hingga menjadi lumpuran.
3. Menyumbat ujung kolom menggunakan kapas kemudian mengisinya dengan pelarutan.
4. Memasukkan lumpuran silika hingga mencapai tinggi 10 cm.
5. Mengetuk dinding kolom agar silica bisa tertata rapi sehingga tidak ada gelembung udara
dan retak.
Pemisahan Pigmen dalam Sampel Daun

1. Melarutkan ekstrak padat dengan n-heksana : aseton (7:3) hingga larut.


2. Memasukkan sampel daun ke dalam kolom yang sebelumnya sudah disediakan.
Melakukannya dengan hati-hati dengan bantuan pipet.
3. Mengelusi kolom dengan 15 ml n-heksana (2 ml/menit.
4. Menampung eluat dalam botol dengan ukuran 5 ml setiap fraksinya.
5. Mengelusi kolom 15 ml dengan n-heksana : aseton (7:3) dan menampung fraksi lagi.
6. Mengelusi kolom dengan 15 ml aseton sekaligus menampung fraksi lagi.
7. Mengelusi kolom dengan 15 ml aseton : metanol (8 : 2) dan menampung fraksi-fraksi lagi.
8. Melakukan pengajian masing-masing fraksi menggunakan KLT.
9. Mengamati jenis pigmen yang didapatkan dalam setiap fraksi.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Percobaan
No Prosedur Kerja Hasil
1 Kolom disiapkan dengan menimbang silica Bentuk lumpurannya berwarna putih.
sebanyak 20 gram, meletakkannya ke dalam
oven ke piala hingga mengaduknya
menggunakan pelarut.
Memisahkan pigmen dengan mengambil Fraksi 1 warnanya kuning
ekstrak sampel padat kemudian dilarutkan kecoklatan, fraksi 2 warnanya kuning
dengan n-heksana : aseton (7 : 3), muda.
memasukkannya ke dalam kolom, dielusi
menggunakan n-heksana, eluat ditampung
ke dalam botol.
2 Menguji KLT menggunakan sampel daun Menghasilkan 5 bercak noda pada
jambu biji yang sudah diambil ekstraknya KLT.
Botol vial 1 (n-heksana) Menghasilkan dua bercak noda.
3 Botol 2 (n-heksana) : aseton (7:3) Terdapat 3 bercak noda.
4 Botol vial 3 aseton Terdapat 4 bercak noda.
5 Botol vial 3 aseton : methanol (6 : 1,5) Terdapat 6 bercak noda.

B. Pembahasan
Kromatografi kolom merupakan teknik pemisahan melalui fase gerak cair dan padat diam.
Pemisahan ini mempunyai mekanisme yang hampir sama dengan KLT yaitu didasarkan pada
perbedaan kekuatan interaksi yang dilakukan intermolekul antara komponen yang
dipisahkan, baik itu fase diam atau gerak.
Pada praktikum ini pertama kali yang dilakukan adalah mencuci kolom menggunakan air lalu
dibilas dengan metanol. Tujuannya agar kotoran yang masih menempel tidak tercampur
ketika melakukan reaksi. Selain itu juga menghilangkan air yang masih tersisa.
Selanjutnya adalah melakukan penyumbatan kolom menggunakan kapas dan memasukkan 3
gram silica gel dan n-heksan terlebih dahulu. Apabila ekstrak silika sudah tertera rapi, tidak
mengandung gelembung dan tidak retak baru bisa dielusi menggunakan n-heksan tanpa
fraksi.
Masing-masing fraksi mengandung satu komponen yang identitasnya ditentukan oleh
kromatografi lapis sangat tipis. Peralatan praktikum ini dinilai cukup sederhana dengan kolom
yang sudah dilengkapi oleh kran agar aliran pelarut dan penyumbat menahan fase diam.
Ketika sudah masuk ke dalam pelaksanaan pemisahaan maka yang dilakukan adalah
campuran diletakkan ke bagian atas fase diam. Fase gerak dialirkan secara pelan dan
dibiarkan mengalir melalui kolom tersebut.
Setiap komponen memiliki koefisien distribusi yang berbeda, begitupun dengan kecepatan
migrasinya. Sehingga menyebabkan terjadinya pemisahan komponen dalam campuran.
Pelarut yang sudah menetes atau eluen keluar dari kolom ditampung fraksinya.
Komponen yang keluar pertama kali ini adalah komponen kurang polar. Hal ini disebabkan
silika memiliki ikatan yang lebih erat dengan senyawa polar sehingga lama di dalam kolom.
Sedangkan pelarut yang memiliki polar berlebih maka ia membawa senyawa melintas lebih
cepat. Kurangnya interaksi senyawa dengan polar mengakibatkan perbedaan waktu ini
terjadi.
Pada praktikum ii menjelaskan tentang pemisahan pigmen dalam sampel dan jambu biji
dengan cara mengelusinya menggunakan cairan n-heksana, aseton : n-heksana dan aseton :
metanol yang jumlah perbandingannya sudah dijelaskan di atas.
Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut :
- Jambu biji terdapat 5 bercak yang bernilai Rf, diantaranya adalah Rf1 0,948, Rf2 0,775,
Rf3 0,603, Rf4 0,448 dan terakhir Rf5 0,43.
- Pelarut n-heksana terdapat dua bercak noda dengan nilai Rf antara lain Rf1 0,883 dan Rf2
0,7.
- Pelarut n-heksana : aseton (7:3) memiliki tiga bercak noda yang bernilai Rf, antara lain
yaitu Rf1 0, 883, Rf2 0, 633, Rf3 0, 55.
- Pelarut aseton terdapat 4 bercak noda yaitu Rf1 0,833, Rf2 0,6, Rf3 0,55, Rf4 0, 433.
- Pelarut aseton : metanol (6 : 1,5) yang bernilai Rf antara lain yaitu Rf1 0,833, Rf2 0,6, Rf3
0,55, Rf 0, 433, Rf5 0, 383, Rf6 0, 233.

Bab V PENUTUP

Kesimpulan

Kesimpulan dari praktikum kromatografi kolom adalah :

1. Kromatografi merupakan sebuah prinsip tentang pemisahan campuran senyawa beberapa


komponen yang didasarkan pada perbedaan kecepatan migrasi masing-masing. Terdiri dari
dua fase yaitu gerak dan diam.
2. Hasil yang diperoleh pada percobaan kali ini adalah Jambu biji terdapat 5 bercak yang
bernilai Rf, diantaranya adalah Rf 1 0,948, Rf2 0,775, Rf3 0,603, Rf4 0,448 dan terakhir Rf5
0,43.
Kemudian pelarut aseton : metanol (6 : 1,5) yang bernilai Rf antara lain yaitu Rf 1 0,833, Rf2
0,6, Rf3 0,55, Rf 0, 433, Rf5 0, 383, Rf6 0, 233. Kemudian pelarut aseton terdapat 4 bercak
noda yaitu Rf1 0,833, Rf2 0,6, Rf3 0,55, Rf4 0, 433.
Lalu pelarut n-heksana : aseton (7:3) memiliki tiga bercak noda yang bernilai Rf, antara lain
yaitu Rf1 0, 883, Rf2 0, 633, Rf3 0, 55. Terakhir, pelarut n-heksana terdapat dua bercak noda
dengan nilai Rf antara lain Rf1 0,883 dan Rf2 0,7.

Anda mungkin juga menyukai