Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PRAKTIKUM TOKSIKOLOGI

PEMERIKSAAN KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT)

DOSEN PENGAMPU :

Muji Rahayu,S.Si.,Apt.,M.Sc.

Disusun Oleh :

Vina Nur Aisyah

(P07134121047)

D III TLM Semester 5

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA

JURUSAN ANALIS KESEHATAN

2023/2024
A. JUDUL PRAKTIKUM
Pemeriksaan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
B. HARI, TANGGAL
Senin, 11 September 2023
C. TUJUAN
Mahasiswa dapat memisahkan suatu bahan yang terkandung dalam sampel dengan
larutan standar paracetamol menggunakan metode KLT.
D. DASAR TEORI
Kromatografi lapis tipis merupakan (KLT) termasuk kategori kromatografi planar
yang termasuk di dalamnya adalah kromatografi kertas dan elektroforesis. Berbeda
dengan kromatografi kolom yang fasa diamnya diisikan atau ter-packing dalam kolom,
kromatografi planar ini fasa diamnya merupakan lapisan uniform bidang datar yang
didukung oleh plat kaca, aluminium atau plat selulosa dalam kromatografi kertas,
sedangkan fasa gerak yang juga sering disebut sebagai pelarut pengembang akan
bergerak sepanjang fasa diam dibawah pengaruh kapiler, pengaruh gravitasi atau
pengaruh potensial listrik. Dibanding dengan jenis lain kromatogafi lapis tipis ini lebih
mudah pelaksanaannya dan lebih murah. (Tri Mulyono : 2012)
Kromatografi lapis tipis adalah salah satu contoh kromatografi planar. Fase
diamnya (Stationary Phase) berbentuk lapisan tipis yang melekat pada gelas/kaca, plastic,
alumunium. Sedangkan fase geraknya (Mobile phase) berupa cairan atau campuran
cairan, biasanya pelarut organik dan kadang – kadang juga air. Fase diam yang berupa
lapisan tipis ini dapat dibuat dengan membentangkan/meratakan fase diam. (Tim dosen
Kimia UGM : 2013)

E. PRINSIP
Distribusi senyawa antara fase diam berupa padatan diletakkan pada plat kaca atau plastik
dan fase gerak berupa cairan, yang bergerak diatas fase diam. Sejumlah kecil dari
senyawa (analit) ditotolkan pada titik awal tepat di atas bagian bawah plat KLT.
F. REAKSI
Reaksi yang terjadi yaitu adanya kapilaritas serta kelarutan antara bahan uji dengan
larutan elluent.
G. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a) Chamber
b) Gelas ukur 10 ml
c) Gelas kimia
d) Sendok pengaduk
e) Tabung hematokrit
f) Rak tabung
g) Botol timbang
h) KLT
i) Pensil dan penggaris
j) Lampu UV
2. Bahan
a) Larutan Kloroform
b) Alkohol 96%
c) Paracetamol
d) Sampel
H. CARA KERJA
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Membuat standar dengan menmabahkan 5 ml alkohol 96% dan 0,1 gr paracetamol
3. Membuat sampel dengan menambahkan 5 ml alkohol 96% dan 1 gr sampel
4. Sampel yang telah dibuat diendapkan dan diambil larutannya
5. Siapkan kertas KLT dengan digaris dari bawah dengan jarak 1,5 cm kemudian diberi
jarak 2 cm dari titik sebelumnya tuliskan standar dan sampel bersampingan
6. Bersihkan tabung hematokrit dengan menggunakan alkohol 96% kemudian ambil
larutan standar dan teteskan pada kertas KLT bagian tulisan standar,ambil larutan
secukupnya dengan tabung hematokrit kemudian teteskan ke titik kurang lebih 1 cm
lakukan sebanyak tiga kali penetesan dengan catatan tunggu kering sebelum
meneteskan larutan selanjutnya.
7. Bersihkan tabung hematokrit dengan menggunakan alkohol 96% kemudian ambil
larutan sampel dan teteskan pada kertas KLT bagian tulisan sampel,ambil larutan
secukupnya dengan tabung hematokrit kemudian teteskan ke titik kurang lebih 1 cm
lakukan sebanyak tiga kali penetesan dengan catatan tunggu kering sebelum
meneteskan larutan selanjutnya.
8. Tunggu hingga kering kemudian masukkan kedalam chamber yang telah diberi
elluent langsung tutup dengan penutup chamber tunggu hingga larutan elluent naik
sampai pada batas,jangan geser chamber agar hasil yang didapatkan tidak miring.
9. Ambil kertas KLT kemudian baca menggunakan alat lampu sinar UV dan ukur jarak
noda yang terbentuk
10. Catat hasil
I. INTERPRETASI HASIL
Hasil yang didapat pada uji kromatografi lapis tipis yakni
jarak tempuh noda = 3,5 cm
jarak tempuh elluent = 7,0 cm
Jarak tempuh noda
Rf =
Jarak tempuh elluent
3,5 cm
Rf =
7,0 cm
Rf = 0,5 cm

J. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil yakni 0,5 cm yang artinya
nilai Rf telah memenuhi ketentuan nilai Rf yang baik yaitu antara 0,2-0,8 (Rohman,
2009).

K. PEMBAHASAN
Prinsip kerja dari KLT adalah memisahkan sampel berdasarkan tingkat
polar antara sampel dengan pelarut yang digunakan, berdasarkan tujuannya
untuk memisahkan paracetamol dari sampel, maka KLT menggunakan dua
komponen utama yang menjadi inti dari prosesnya, yaitu Fase gerak dan fase
diamPemisahan dengan metode KLT (Kormatografi Lapis Tipis) terhadap
sampel alpara menggunakan fase diam yaitu sebuah lempeng tipis yang
mengandung silika gel F254 dan fase gerak yaitu metanol : etilasetat (3 : 1) yang
memiliki polaritas yang cukup tinggi. Prinsip dari silika gel yaitu, karena bersifat
sangat polar maka silika gel akan menyerap eluen dengan cara menaik.
Pemisahan diawali dengan mengekstrakkan paracetamol dari serbuk alpara
dengan dilarutkan di dalam metanol lalu disaring menggunakan corong dan
kertas saring. Adapun Paracetamol diekstrakkan terlebih dahulu, karena tujuan
dari percobaan ini adalah pemisahan paracetamol dari sampel. Maka dari itu
dilakukan metode KLT yang akan memberikan nilai Rf sebagai acuan bahwa
sampel yang diekstrakkan adalah benar – benar paracetamol. Ekstrak tersebut
ditotolkan ke lempeng tipis kemudian dimasukan ke dalam chamber. Jika
diamati, proses KLT yang terjadi adalah KLT secara menaik, dimana fase gerak
akan naik ke fase diam. Setelah selesainya proses KLT secara menaik, lempeng
tipis diamati dibawah lampu sinar UV 254. Hal ini dikarenakan sampel yang
digunakan tidak memiliki warna yang mencolok, maka dari itu noda yang
terbentuk tidak akan nampak apabila dilihat secara langsung di bawah cahaya
normal.

L. REFERENSI

Herlince Sihotang,dkk.2019. Quick detection of sabbles by using marquis treatment. 4


(02). 687-691.

Anda mungkin juga menyukai