ABSTRAK
Kromatografi kolom merupakan teknik pemisahan campuran dengan menggunakan suatu kolom
dengan fase diam dan fase gerak. Prinsip kerja kromatografi kolom yaitu zat cair sebagai fasa
gerak akan membawa cuplikan enyawa mengalir melalui fasa diam sehingga terjadi interaksi
berupa adsorbsi senyawa-senyawa tersebut oleh padatan dalam kolom. Prinsip KLT adalah
adsorbsi dan partisi dimana adsorbsi adalah penyerapan pada pemukaan, sedangkan partisi
adalah penyebaran atau kemampuan suatu zat yang ada dalam larutan untuk berpisah ke dalam
pelarut yang digunakan. Praktikum bertujuan untuk memisahkan senyawa kurkumin,
desmetoksikurkumin dan bidesmetoksikurkumin dari ekstrak rimpang Temulawak secara
kromatografi kolom dan untuk mengidentifikasi kemurnian isolat kurkumin,
desmetoksikurkumin dan bidesmetoksikurkumin secara kromatografi lapis tipis. Metode
pemisahan dilakukan dengan membuat ekstrak etanol dari simplisia rimpang temulawak.
Pembuatan kolom dilakukan dengan metode basah yaitu dengan membuat campuran eluen
CHCl2 : metanol (99:1) dan silika gel 60. Kolom dibersihkan dengan pelarut heksana dan
kemudian dengan etanol. Eluen CHCl2 : metanol (99:1) dimasukkan hingga menempati 2/3
bagian kolom dan kecepatan kran diatur hingga 15-20 tetes per menit. Campuran eluen dan silika
dimasukkan hingga ¾ tinggi kolom dan eluen dibiarkan tetap mengalir hingga silika gel tertata
rapi dan homogen. Ekstrak dimasukkan dalam kolom dan dielusi. Eluat dan isolat komponen
ekstrak yang keluar ditampung dalam botol tiap 5 mL. Isolat komponen ekstrak dipekatkan,
ditotolkan pada plat KLT dan dielusi. Noda yang diperoleh diamati dan diidentifikasi
berdasarkan nilai Rf. Hasil yang diperoleh nilai Rf kurkumin sebesar 0,83; Rf
Demetoksikurkumin sebesar 0,68; dan Rf Bidesmetoksikurkumin sebesar 0,56. Urutan kepolaran
senyawa-senyawa dalam kurkuminoid dari yang paling polar ke yang paling non-polar adalah,
bidesmetoksikurkumin, desmetoksikurkumin dan kurkumin.
Pengisian adsorben dalam kolom dapat dilakukan menggunakan dua cara yaitu pengisian
dengan cara basah dan pengisian cara kering. Pengisian cara basah dilakukan dengan membuat
campuran antara adsorben dengan eluen yang akan digunakan untuk elusi. Campuran dibuat
dengan kekentalan tertentu agar dapat dituang dalam kolom. Adsorben ditambahkan pada pelarut
sedikit demi sedikit agar tidak terjadi gumpalan dalam campuran. Campuran ynag terbentuk
dimasukkan dalam kolom menggunakan corong. Selama proses pemasukan adsorben campuran,
dinding kolom diketuk- ketuk agar lapisan yang terbentuk benar- benar mampat dan juga tidak
terdapat gelembung. Kran bagian bawah dari kolom dibuka untuk mengeluarkan pelarut.
Langkah tersebut diulang sampai seluruh adsorben yang akan digunakan untuk elusi berhasil
dimasukkan dalam kolom. Setelah itu, ditunggu cairan yang berada diatas adsorben sampai
jernih2.
Pengisian cara kering dilakukan dengan cara kolom diisi dengan eluen yang akan
digunakan untuk elusi sebanyak 2/3 bagian. Adsorben yang akan digunakan dimasukkan secara
perlahan sambil diketuk- ketuk dinding secara perlahan. Kran bagian bawah kolom dibuka agar
semua pelarut keluar dan adsorben masuk ke dalam kolom. Setelah semua adsorben masuk ke
dalam kolom, dibiarkan kolom beberapa saat sampai cairan yang berada diatas adsorben menjadi
jernih. Jumlah eluen atau pelarut harus selalu diatas batas adsorben2.
Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah salah satu metode pemisahan komponen
menggunakan fasa diam berupa plat dengan lapisan bahan adsorben inert. Kromatografi Lapis
Tipis (KLT) adalah suatu teknik yang sederhana yang banyak digunakan, metode ini
menggunakan lempeng kaca atau lembaran plastik yang ditutupi penyerap atau lapisan tipis dan
kering. Untuk menotolkan karutan cuplikan pada lempeng kaca, pada dasarya menggunakan
mikro pipet atau pipa kapiler. Setelah itu, bagian bawah dari lempeng dicelup dalam larutan
pengelusi di dalam wadah yang tertutup KLT dapat digunakan untuk memisahkan senyawa-
senyawa yang sifatnya hidrofobik seperti lipida- lipida dan hidrokarbon yang sukar dikerjakan
dengan kromatografi kertas. KLT juga dapat berguna untuk mencari eluen untuk kromatografi
kolom, analisis fraksi yang diperoleh dari kromatografi kolom, identifikasi senyawa secara
kromatografi, dan isolasi senyawa murni skala kecil1. Prinsip KLT adalah adsorbsi dan partisi
dimana adsorbsi adalah penyerapan pada pemukaan, sedangkan partisi adalah penyebaran atau
kemampuan suatu zat yang ada dalam larutan untuk berpisah kedalam pelarut yang digunakan3.
Fraksi pati merupakan kandungan yang terbesar pada rimpang temulawak (Pati 48,18%-
59,64%). Makin tinggi tempat tumbuh maka kadar pati semakin tinggi. Pati rimpang temulawak
terdiri dari abu, protein, lemak, karbohidrat, serat kasar, kalium, natrium, kalsium magnesium,
besi, mangan, dan kadmium. Fraksi kurkuminoid (1,60%-2,20%) yang terdapat pada rimpang,
kurkuminoid terdiri atas senyawa berwarna kuning kurkumin dan turunannya dan minyak atsiri
(6,00%-10,00%) yaitu isofuranogermakren, trisiklin, allo-aromadendren, germakren,
xanthorrizol. Kurkuminoid merupakan unsur non zat gizi yang mempunyai sifat atau
karakteristik yaitu senyawa khas dari kurkumin (flavour) yang berwarna kuning dan bersifat
aromatik, terdiri dari campuran kurkumin, desmetoksikurkumin, dan bidesmetoksikurkumin4.
Setelah selesai pembuatan kolom kromatografi, dilakukan elusi pada sampel. Langkah ini
dilakukan dengan cara memasukkan ekstrak pekat rimpang Temulawak yang telah dibuat
sebelumnya sebanyak 0,5 ml kemudian elusi dengan eluen CHCl2 : MeOH (99:1). Menurut
Rahmawati8, campuran pelarut efektif untuk memisahkan masing-masing komponen senyawanya
yang memiliki tingkat kepolaran yang berbeda. Eluat yang diperoleh ditampung dalam botol vial
setiap 5 ml. Pita-pita isolat komponen ekstrak rimpang Temulawak hasil pemisahan ditempatkan
dalam vial secara khusus dan diberi kode. Isolat ditampung tiap volume tertentu dimaksudkan
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
1. Wati, N. Peningkatan Kualitas Minyak Nilam Melalui Proses Adsorpsi Menggunakan
Adsorben γ-Alumina Dengan Sistem Flow. Indonesian Journal of Chemical Research. 2014;
(Risthanti, 2019)
(Risthanti, 2019)
(Risthanti, 2019)