KOLOM LAMBAT
SEMESTER GENAP
ANGGOTA :
JURUSAN FARMASI
TA 2017/2018
BAB I
PENDAHULUAN
METODE EKSPERIMEN
2.1 Alat
1. Silika GF254nm
2. Kloroform
3. Metanol
4. Kolom kromatografi diameter 1,5 cm, panjang 30 cm
5. Gelas ukur 100 ml
6. Gelas ukur 5 ml
7. Erlenmeyer 100 ml, 50 ml
8. Pinset
9. Vial 30 buah
10. Beaker glass
11. Corong pisah
12. Batang pengaduk
13. Alumunium foil
14. Kertas saring
15. Plat KLT lebar 3 cm
16. Pipet volume 1 ml, 2 ml, 3 ml
17. Gelas ukur 10 ml
18. Erlenmeyer 50 ml
19. Pinset
2.2 Bahan
1. Ekstrak/Fraksi Kayu Manis
2. N-heksana
3. Etil Asetat
4. Hasil pemisahan kolom lambat
2.3 Metode
Kayu Manis
Dilakukan optimasi dengan KLT untuk mngetahui eluen yang bisa memisahkan dengan
baik
Dikeluarkan silika, ditimbang berat silika yang dibutuhkan untuk mengisi 2/3 bagian
kolom (X)
Dimasukkan silica dalam Erlenmeyer, ditambahkan eluen hingga terendam, kocok selama
5 menit (tutup dengan aluminium foil)
Dibuka kran kolom, ditampung eluen, dibersihkan sisa silika pada erlenmeyer
Setelah semua silika masuk ke dalam kolom, disisakan eluen dalam kolom setinggi 1 cm,
ditutup kran pada kolom
(A) Ditimbang ekstrak 1% dari jumlah silica uang digunakan, ditambahkan silica aa, diaduk
ad homogen dan kering (metode dry loading). (B) ditimbang ekstrak 1% dari jumlah silica
yang digunakan, ditambahkan metanol 1 ml hingga larut sempurna
Jika spot ekstrak sudah mencapai 2/3 dari panjang kolom, tetesan mulai ditampung pada
vial dengan volume 3ml/vial
Tetesan ditampung hingga 25-30 vial, atau tidak ada lagi perubahan pada warna kolom
Hasil tampungan pada vial ditutup dengan aluminium foil untuk dilakukan analisa
Hasil
Hasil pemisahan
Disiapkan eluen
ditotolkan hasil tampungan pada plat KLT (totolan 1 : fraksi etil asetat ; 2 : vial 1 ; 3 : vial 5
; 4 : vial 10 ; 5 : vial 15 ; 6 : vial 20 ; 7 : vial 25)
Disemprot plat KLT dengan H2SO4 10% kemudian dipanaskan di hot plate dengan suhu
120° selama 5 menit dan diamati di 366 nm
Diidentifikasi golongan senyawa yang terdeteksi pada masing masing berdasarkan hasil
KLT
Hasil
BAB III
HASIL
3.1. Hasil pengamatan dalam sinar UV panjang gelombang 254 nm.
h
.
g.
f.
e
.
d
.
c.
b
.
a
.
3.2. Hasil pengamatan dalam sinar UV panjang gelombang 366 nm sebelum diberi H2SO4
10%
h
.
g.
f.
e
.
d
.
c.
b
.
a
.
3.3. Hasil
pengamatan dalam sinar UV panjang gelombang 366 nm setelah diberi H2SO4 10%
e
dg.h
c.
3.4. Hasil eluasi bf..
a. .
.
Fraksi Nilai Rf Warna.
1,2
Rf1 = = 0,15 Ungu
8
2,3
Rf2 = = 0,2875 Oranye
8
a. Etil asetat 3,8
Rf3 = = 0,475 Hijau
8
5
Rf4 = 8 = 0,625 Ungu
0,5
Rf1 = = 0,0625 Hijau
8
3,9
b. Vial 1 Rf2 = = 0,4875 Hijau
8
4,9
Rf3 = = 0,6125 Ungu
8
0,6
Rf1 = = 0,075 Hijau
8
3,8
c. Vial 5 Rf2 = = 0,475 Hijau
8
4,9
Rf3 = = 0,6125 Ungu
8
0,5
Rf1 = = 0,0625 Hijau
8
3,8
Rf2 = = 0,475 Hijau
8
d. Vial 10 4,8
Rf3 = = 0,6 Ungu
8
6,7
Rf4 = = 0,8375 Kuning
8
2,9
Rf1 = = 0,3625 Kuning
8
3,9
e. Vial 15 Rf2 = = 0,4875 Hijau
8
4,8
Rf3 = = 0,6 Ungu
8
0,6
Rf1 = = 0,075 Kuning
8
2,9
Rf2 = = 0,3625 Kuning
8
f. Vial 20 3,8
Rf3 = = 0,475 Hijau
8
4,8
Rf4 = = 0,6 Ungu
8
2,4
Rf1 = = 0,3 Kuning
8
3,8
g. Vial 25 Rf2 = = 0,475 Hijau
8
4,9
Rf3 = = 0,6 Ungu
8
3,9
Rf1 = = 0,4875 Hijau
8
h. Vial 30 5
Rf2 = 8 = 0,625 Ungu
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Prosedur awal dari metode ini adalah penyiapan kolom dan fase diam. Fase diam
yang digunakan praktikum ini adalan silica gel. Alasan pemilihan silica gel karena memiliki
tekstur dan struktur yang lebih kompak dan teratur. Saat memadat, silica gel akan berbentuk
tetrahedral raksasa sehingga ikatannya kuat dan rapat, sehingga proses pemisahan menjadi
optimal.
Silica gel dapat membentuk ikatan hidrogen dipermukaannya, karena terikat gugus
hidroksi. Oleh karenanya, silica gel bersifat polar. Jika fase gerak non polar, komponen-
komponen yanag bersifat polar akan terikat dan tertahan dalam fase diam. Komponen yang
tidak polar akan keluar bersama fase gerak lebih cepat (Hanani,2015).
Pada identifikasi senyawa alkaloid dari fraksi etil asetat dengan uji KLT, reaksi ini
akan menghasilkan warna merah kecoklatan (Wati dkk, 2017). Pada plat KLT ini tidak
ditemukan adanya senyawa alkaloid, karena tidak terdapat spot atau noda berwarna merah
kecoklatana pada sampel fraksi etil asetat maupun hasil tampungan lainnya. Akan tetapi,
tidak semua jenis alkaloid akan menghasilkan warna kuning saat diuji dengan asam sulfat,
sehingga untuk mengetahui lebih detail mengenai jenis alkaloid yang ada pada noda tersebut
perlu dilakukan uji kimiawi yang lebih spesifik.
Pada kasus identifikasi senyawa fenol, diketahui bahwa senyawa fenol merupakan
senyawa yang berfluoresensi secara alami bila disinari dengan sinar Ultraviolet dengan
panjang gelombang 366 nm, dimana fluoresensi pada senyawa fenol ini menghasilkan warna
biru. Namun, senyawa fenol terdapat berbagai jenisnya. Berdasarkan Ćetković et al., noda
berwarna biru ata biru muda mengindikasikan senyawa asam fenolat (Ćetković et al., 2003).
Berdasarkan pengamatan dibawah sinar UV 366 nm, spot atau noda hijau sebenarnya
nampak seperti antara biru dan biru muda, kemungkinan besar noda tersebut merupakan
golongan senyawa fenol yaitu senyawa asam fenolat. Akan tetapi, tidak semua jenis fenol
akan menghasilkan warna biru saat diuji dengan UV 366 nm, sehingga untuk mengetahui
lebih detail mengenai jenis fenol yang ada pada noda tersebut perlu dilakukan uji kimiawi
yang lebih spesifik.
Pada identifikasi senyawa steroid, diketahui bahwa steroid akan menghasilkan warna
biru kehijauan apabila direaksikan dengan asam sulfat (Kristianti., 2007). Pada plat KLT
terdapat noda yang berwarna biru kehijauan yang memungkinkan merupakan noda yang
berasal dari senyawa steroid. Namun, warna biru kehijauan ini juga dapat mengindikasikan
adanya senyawa fenol. Maka dari itu perlu dilakukan uji spesifik terhadap senyawa-senyawa
ini.
Pada identifikasi senyawa minyak atsiri, minyak atsiri akan menghasilkan warna
ungu apabila disinari dengan sinar Ultraviolet dengan panjang gelombang 366 nm (Apriani.,
2012). Pada plat KLT ini, ditemukan spot atau noda berwarna ungu, yang memungkinkan
terdapat senyawa minyak atsiri dalam ekstrak Cinnamomum burmanii pada fraksi etil asetat.
Namun, diperlukan uji spesifik lebih lanjut karena warna ungu atau violet juga
menginsikasikan adanya senyawa flavonoid.
Adnan, M. 1997. Teknik Kromatografi Untuk Analisis Bahan Makanan, ANDI UGM,
Yogyakarta.
Apriani, Riza. 2012. Uji Penghambatan Aktivitas α-Glukosidase dan Identifikasi Golongan
Senyawa dari Fraksi yang Aktif pada Ekstrak Kulit Batang Cinnamomum burmannii
(Nees & T.Ness) Blume. Tugas akhir. Tidak diterbitkan, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, Depok
Ćetković S. Gordana et al. Thin Layer Chromatography Analysis and Scavenging Activity of
Maringold (Calendula officinalis) Extracts. Journal of APTEFF, 2004; 34: 93-102
Kristianti, Puspita Ayu. 2007. Isolasi dan Identifikasi Glukosida Saponin pada Herba Krokot
(Portulaca oleracea L.). Tugas akhir. Tidak diterbitkan. Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma, Yogyakarta
Wijaya, Kusuma Hembing. 1996. Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia, Jilid IV. Jakarta :
Pustaka Kartini
Wati, Mila, Erwin, Daniel Tarigan. 2017. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Metabolit
Sekunder dari Fraksi Etil Asetat pada Daun Berwarna Merah Pucuk (Syzygium
myrtifilum WALP. Jurnal Kimia Mulawarman Volume 14 Nomor 2: 100-107