SEMESTER GENAP
1. DEFINISI
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair
(setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 g atau 200
ml/24 jam. Definisi lain memakai kriteria frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3
kali per hari. Buang air besar encer tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah. Diare akut
adalah diare yang onset gejalanya tiba-tiba dan berlangsung kurang dari 14 hari, sedang diare
kronik yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari. Diare dapat disebabkan infeksi
maupun non infeksi. Dari penyebab diare yang terbanyak adalah diare infeksi. Diare infeksi
dapat disebabkan Virus, Bakteri, dan Parasit. (Ciesla WP, dkk., 2003)
2. EPIDEMIOLOGI
Diare akut merupakan masalah umum ditemukan diseluruh dunia. Di Amerika Serikat
keluhan diare menempati peringkat ketiga dari daftar keluhan pasien pada ruang praktek
dokter, sementara di beberapa rumah sakit di Indonesia data menunjukkan diare akut karena
infeksi terdapat peringkat pertama s/d ke empat pasien dewasa yang datang berobat ke rumah
sakit (Hendarwanto,1996).
Bila angka itu diterapkan di Indonesia, setiap tahun sekitar 100 juta episode diare pada
orang dewasa per tahun. Dari laporan surveilan terpadu tahun 1989 jumlah kasus diare
didapatkan 13,3 % di Puskesmas, di rumah sakit didapat 0,45% pada penderita rawat inap
dan 0,05 % pasien rawat jalan. Penyebab utama disentri di Indonesia adalah Shigella,
Salmonela, Campylobacter jejuni, Escherichia coli, dan Entamoeba histolytica. Disentri berat
umumnya disebabkan oleh Shigella dysentery, kadang-kadang dapat juga disebabkan oleh
Shigella flexneri, Salmonella dan Enteroinvasive E.coli ( EIEC) (Soewondo, 2002).
Beberapa faktor epidemiologis penting dipandang untuk mendekati pasien diare akut
yang disebabkan oleh infeksi. Makanan atau minuman terkontaminasi, berpergian,
penggunaan antibiotik, HIV positif atau AIDS, merupakan petunjuk penting dalam
mengidentifikasi pasien beresiko tinggi untuk diare infeksi (Kolopaking, 2002).
3. ETIOLOGI
Diare akut karena infeksi disebabkan oleh masuknya mikroorganisme atau toksin melalui
mulut. Kuman tersebut dapat melalui air, makanan atau minuman yang terkontaminasi
kotoran manusia atau hewan, kontaminasi tersebut dapat melalui jari/tangan penderita yang
telah terkontaminasi (Suzanna, 1993). Mikroorganisme penyebab diare akut karena infeksi
seperti dibawah ini
Penyebab diare juga dapat bermacam macam tidak selalu karena infeksi dapat
dikarenakan faktor malabsorbsi seperti malabsorbsi karbohidrat, disakarida (inteloransi
laktosa, maltosa, dan sukrosa) monosakarida (inteloransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa),
Karena faktor makanan basi, beracun, alergi karena makanan, dan diare karena faktor
psikologis, rasa takut dan cemas (Vila J et al., 2000).
Etiologi diare akut pada 25 tahun yang lalu sebagian besar belum diketahui, akan tetapi
sekarang lebih dari 80% penyebabnya telah diketahui. Terdapat 25 jenis mikroorganisme
yang dapat menyebabkan diare. Penyebab utama oleh virus adalah rotavirus (40-60%)
sedangkan virus lainnya ialah virus norwalk, astrovirus, calcivirus, coronavirs, minirotavirus,
dan virus bulat kecil (Depkes RI, 2005).
Diare karena virus ini biasanya tak berlangsung lama, hanya beberapa hari (3- 4 hari) dapat
sembuh tanpa pengobatan (selft limiting disease). Penderita akan sembuh kembali setelah
enetrosit usus yang rusak diganti oleh enterosit yang baru dan normal serta sudah matang,
sehingga dapat menyerap dan mencerna cairan serta makanan dengan baik (Mansono, 2002).
Bakteri penyebab diare dapat dibagi dalam dua golongan besar, ialah bakteri non invasif dan
bakteri invasif. Termasuk dalam golongan bakteri noninfasif adalah: Vibrio cholerae, E.colli
patogen (EPEC, ETEC, EIEC), sedangkan golongan bakteri invasif adalah Salmonella sp
(Vila J et al., 2000). Diare karena bakteri invasif dan noninvasif terjadi melalui salah satu
mekanisme yang berhubungan dengan pengaturan transport ion dalam sel-sel usus berikut ini:
cAMP (cyclic Adenosin Monophosphate), cGMP (cyclic Guanosin Monophosphate), Ca-
dependet dan pengaturan ulang sitoskeleton (Mandal et al,., 2004).
4. PATOFISIOLOGI
Diare akut infeksi diklasifikasikan secara klinis dan patofisiologis menjadi diare non
inflamasi dan Diare inflamasi. Diare Inflamasi disebabkan invasi bakteri dan sitotoksin di
kolon dengan manifestasi sindroma disentri dengan diare yang disertai lendir dan darah.
Gejala klinis yang menyertai keluhan abdomen seperti mulas sampai nyeri seperti kolik,
mual, muntah, demam, tenesmus, serta gejala dan tanda dehidrasi. Pada pemeriksaan tinja
rutin secara makroskopis ditemukan lendir dan/atau darah, serta mikroskopis didapati sel
leukosit polimorfonuklear (Ciesla WP dkk, 2003).
Pada diare non inflamasi, diare disebabkan oleh enterotoksin yang mengakibatkan
diare cair dengan volume yang besar tanpa lendir dan darah. Keluhan abdomen biasanya
minimal atau tidak ada sama sekali, namun gejala dan tanda dehidrasi cepat timbul,
terutamapada kasus yang tidak mendapat cairan pengganti. Pada pemeriksaan tinja secara
rutin tidak ditemukan leukosit. Mekanisme terjadinya diare yang akut maupun yang kronik
dapat dibagi menjadi kelompok osmotik, sekretorik, eksudatif dan gangguan motilitas. Diare
osmotik terjadi bila ada bahan yang tidak dapat diserap meningkatkan osmolaritas dalam
lumen yang menarik air dari plasma sehingga terjadi diare. Contohnya adalah malabsorbsi
karbohidrat akibat defisiensi laktase atau akibat garam magnesium (Ciesla dkk, 2003).
Diare sekretorik bila terjadi gangguan transport elektrolit baik absorbsi yang
berkurang ataupun sekresi yang meningkat. Hal ini dapat terjadi akibat toksin yang
dikeluarkan bakteri misalnya toksin kolera atau pengaruh garam empedu, asam lemak rantai
pendek, atau laksantif non osmotik. Beberapa hormon intestinal seperti gastrin vasoactive
intestinal polypeptide (VIP) juga dapat menyebabkan diare sekretorik (Guerrant dkk, 2001).
2. Modifikasi diet
Pasien disarankan untuk mengkonsumsi makanan yang bernutrisi dengan porsi
yang lebih kecil (6 porsi kecil / hari) untuk mencegah terjadinya malnutrisi. Selain itu,
menghindari makanan yang dapat menyebabkan iritasi saluran cerna, seperti makanan
pedas, asam, atau jus dalam kaleng karena bersifat hiperosmotik dan dapat memicu
diare. Beberapa produk yang diketahui dapat membantu mengurangi gejala diare
adalah makanan yang padat dan berserat tinggi, misalnya nasi, pisang, dan whole-
what. Walaupun makanan tersebut umumnya diketahui digunakan untuk mencegah
konstipasi, tetapi makanan berserat juga dapat menormalkan konsistensi feces dapat
digunakan pada beberapa kondisi diare. Kofein sebaiknya dihindari karena dapat
menyebabkan diare.. Volume intake cairan perlu ditambah untuk menghindari
dehidrasi. Probiotik merupakan produk yang mengandung bakteri hidup, misalnya
Lactobacillus GG (ATCC 53103) yang telah terbukti dari beberapa penelitian dapat
berguna sebagai terapi diare. Walaupun demikian efek tersebut bersifat sangat
spesifik untuk setiap strain dan masih diperlukan penelitian lebih lanjut terkait
efikasinya pada kondisi diare. Pada bayi dan anak-anak dibawah 2 tahun perlu
diberikan ASI atau susu formula (jika perlu digunakan formula khusus atau
pengenceran) dalam jumlah yang lebih banyak dari biasanya untuk mencegah
dehidrasi (Ciesla WP dkk, 2003).
6. TERAPI FARMAKOLOGI
a. Renalit
Renalyte diindikasikan untuk perawatan cairan dan nutrisi pengganti, kekurangan
kalium, ketidakseimbangan elektrolit, kadar natrium yang rendah, kadar kalium
rendah, kadar magnesium yang rendah dan kondisi lainnya.
b. Metoklopramid
Metoklopramid adalah obat yang digunakan untuk mengatasi gejala mual dan
muntah, obat ni termaksuk dalam kelompok obat yang dikenal sebagai antagonis
reseptor dopamine. Metoklopramid juga digunakan jangka pendek untuk mengobati
maag yang disebabkan oleh refluks gastroesophageal pada orang yang telah
menggunakan obat-obat lain tanpa menghilangkan gejala.
Cara kerja obat ini dengan cara meningkatkan aktifitas otot-otot pada saluran
pencernaan sehingga makanan lebih cepat terdorong dari lambung menuju usus,
proses ini akan mengurangi gejala mual yang dirasakan. Mual dan muntah adalah
gejala yang dilator belakangi oleh berbagai kondisi serta penyakit-penyakit.
c. Bismuth Subsalicylate
Bismut Subsalisilat diindikasikan untuk perawatan diare, sakit perut, mulas, mual
dan kondisi lainnya. Bismuth Subsalicylate meningkatkan kondisi pasien
dengan cara yaitu memperlambat pertumbuhan bakteri.
Bismut subsalisilat (bismuth salisilat) dihidrolisis dalam saluran
pencernaan menjadi garam bismut dan sodium salisilat. Sebuah penelitian
menunjukkan penyerapan bismut yang minimal (konsentrasi serum tidak spesifik)
dari bismut subsalisilat pada 12 subjek sehat didapatkan tingkat puncak serumnya
0,,050 μg / mL setelah dosis 216 mg colloidal bismuth subcitrate pada satu pasien.
Beberapa absorpsi bismut ada di mukosa lambung normal, tetapi
terjadi absorpsiutama dari duodenum. Pada hasil pengamatan penelitian observasi
didapatkanbahwa penyerapan bismut hanya terjadi pada gastric antrum, bukan dalam
lambung atau duodenum
d. Ibuprofen
Ibuprofen adalah salah satu jenis anti-inflamasi non-steroid (NSAID) yang
diindikasikan untuk meredakan nyeri ringan sampai sedang, nyeri setelah operasi,
nyeri pada penyakit sendi (seperti pengapuran sendi atau rematik), nyeri otot, nyeri
haid, serta menurunkan demam. Ibuprofen juga memiliki efek anti-radang dan anti-
pembekuan darah yang lemah. Dosis : 3-4 x 200-400 mg sehari
e. Demulcent
Obat ini bekerja melapisi mukosa faring dan mencegah kekeringan selaput lendir.
Obat ini digunakan sebagai pelarut antitusif lain atau sebagai lozenges yang
mengandung madu, akasia, gliserin dan anggur. Secara objektif tidak ada data yang
menunjukkan obat ini mempunyai efek antitusif yang bermakna, tetapi karena aman
dan memberikan perbaikan subjektif obat ini banyak dipakai.
f. Sefalosporin Golongan III
Sefoperazon,sefotaksim, seftizoksim, seftriaxon, sefotiam, sefiksim,
sefpodoksim, dan sefprozil. Aktivitasnya terhadap kuman Gram-negatif lebih kuat
dan lebih luas lagi dan meliputi Pseudomonas dan Bacteroides, khususnya seftazidim.
Resistensinya terhadap laktamase juga lebih kuat, tetapi khasiatnya terhadap
stafilokok jauh lebih rendah.
Seorang ibu muda datang ke apotek Anda untuk menebus resep berisi obat diare
sebagai berikut. Pasien juga membawa hasil pemeriksaan laboratorium berupa hasil
endoskopi dan bersedia menunjukkan kepada Anda. Catatan interpretasi dari endoskopi
mengatakan adanya ulkus pada usus besar (pseudomembranous colitis). Pasien sangat
mengharapkan Anda selaku Apoteker dapat memberi banyak penjelasan terkait terapi dalam
resep serta hasil lab nya.
Keluhan: BAB encer, BAB 5-7 kali/hari dan tidak tuntas, BAB kadang berdarah,
mual (+), muntah (+), pusing, lemas, nafsu makan menurun (+), aktivitas terganggu
(+)
Riwayat alergi obat: antalgin (+), ampisilin (+), asam mefenamat (nyeri lambung +)
Riwayat pengobatan: Biodiar 2 tab 3x/hari pada Tgl. 15/5/2017
Riwayat penyakit: -
Riwayat sosial: suka mengkonsumsi antibiotika.
8. PEMBAHASAN
8.1 FORM REKAM MEDIS
FORM REKAM MEDIS PASIEN
8.2 Objectiv
1. Pemantauan klinis
- Pengurangan dehidrasi dilihat dari tekanan turgor kulit pasien (karena
BAB 5-7 kali/hari, muntah juga)
- Frekuensi BAB dalam sehari, volume BAB pasien, konsistensi BAB
pasien, ada/tidaknya lendir dan darah pada BAB pasien
- Pusing, mual, lemas, nasfu makan, dan aktivitas pasien kembali normal
2. Pemantauan Lab
- Hasil adanya ulkus pada usus besar (pseudomembranous colitis).
8. 3 Subjective:
1) Identitas pasien:
Nama pasien : Ny. rani
Umur : 33 tahun
2) Keluhan pasien :
Pada saat BAB ada rasa sakit pada anus
BAB 5-7 kali/hari dan tidak tuntas
8.6 Plan
1. Diberikan Renalyte untuk mengganti cairan tubuh yang hilang