KELOMPOK 3 DIARE
Herlinawati (1116048)
Solihin (1116077)
BANDUNG
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) ada 2 milyar kasus diare
pada orang dewasa diseluruh Dunia setiap tahun. Di Amerika Serikat, insidens
kasus diare mencapai 200 juta hingga 300 juta kasus/tahun. Sekitar 900.000 kasus
diare perlu perawatan di rumah sakit. Diseluruh dunia sekitar 2,5 juta kasus
kematian karena diare/tahun. Di Amerika Serikat, diare terkait mortalitas tinggi
pada lanjut usia. Satu studi data mortalitas nasional melaporkan lebih dari 280.000
kematian akibat diare dalam waktu 9 tahun, 51% kematian terjadi pada lanjut usia.
Selain itu, diare masih merupakan penyebab kematian anak di seluruh dunia,
meskipun tatalaksana sudah maju (WHO, 2015).
Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi
lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering
(biasanya tiga kali atau lebih ) dalam satu hari. Secara klinis penyebab diare dapat
dikelompokan dalam 6 golongan besar yaitu infeksi disebabkan oleh bakteri, virus
atau invasi parasit, malabsorbsi, alergi, keracunan, imunodefisiensi dan sebab-
sebab lainya (DEPKES RI, 2011).
Diare terjadi karena adanya Infeksi (bakteri, protozoa, virus, dan parasit)
alergi, malabsorpsi, keracunan, obat dan defisiensi imun adalah kategori besar
penyebab diare. Pada balita, penyebab diare terbanyak adalah infeksi virus
terutama Rotavirs. Virus Merupakan penyebab diare akut terbanyak pada anak
(70-80%). Beberapa jenis virus penyebab diare akut antara lain Rotavirus
serotype 1,2,8, dan 9 pada manusia, Norwalk Virus, Astrovirus, Adenovirus
(tipe 40,41), Small bowel structure virus, Cytomegalovirus (Permata, 2012).
Diare merupakan salah satu penyakit berbasis lingkungan. Faktor penyebab
diare yang sangat dominan adalah sarana air bersih dan pembuangan tinja.
Kedua faktor ini akan berinteraksi bersama perilaku manusia, apabila faktor
lingkungan tidak sehat karena tercemar bakteri atau virus serta berakumulasi
dengan perilaku dengan manusia yang tidak sehat pula yaitu melalui makanan
dan minuman,maka dapat menimbulkan penyakit diare.
Banyak faktor baik secara langsung mmaupun tidak langsung dapat menjadi
faktor pendorong terjadinya diare, terdiri dari faktor agent, pejamu,
lingkungan dan perilaku. Faktor lingkungan paling dominan yaitu sarana
penyediaan air bersih dan pembuangan tinja, kedua faktor ini akan berinteraksi
bersama dengan perilaku manusia. Apalbila faktor lingkungan tidak sehat,
karena tercemar kuman diare serta terakumulasi dengan perilaku manusia
yang tidak sehat pula, maka penularan diare dengan mudah dapat terjadi.
Beberapa faaktor yang menjadi salah satu penyebab kejadian diare adalah
sumber air minum, kualitas fisik air bersih dan personal hygiene. Sumber air
minum mempunyai peranan dalam penyebaran beberapa penyakit menular.
Sumber air minum merupakan salah satu sarana sanitasi yang berkaitan
dengan diare. Sebagian kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui
jalur fekal oral. Merka dapat ditularkan dengan memasukan kedalam
mulut,cairan atau benda yang tercemar dengan tinja.
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah ganguan osmotik
(makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam
rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam
rongga usus, isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare). Selain itu
menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi
air dan elektrolit meningkat kemudian menjadi diare. Gangguan motilitas
usus yang mengakibatkan hiperperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah
kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan
keseimbangan asam basa (asidosis metabolik dan hypokalemia), gangguan
gizi (intake kurang, output berlebih), hipoglikemia dan gangguan sirkulasi
darah (Zein, 2004).
B. Tujuan Penulisan
1. Tujan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara sumber air minum, kualitas fisik air
bersih, kepemilikan jamban dan personal hygiene dengan kejadian
diare.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan kondisi sumber air minuman,kualitas fisik air
bersih,daan personal hygiene.
b. Mendeskripsikan kejadian diare.
c. Menganalisis hubingan antara sumber air minum dengan
angka kejafian diare
d. Menganalisi hubingan antra kulaitas fisik air bersih dengan
kejadian angka diare
e. Menganalisi hubungan perrsonal hygiene dengan angka
kejadiaan diare .
BAB II
KONSEP DASAR TEORI
Konsep Penyakit
1. Pengertian
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cairan atau
setengah cairan, dengan demikian kandungan air pada tinja lebih banyak
dari keadaan normal yakni 100-200 ml sekali defekasi (Hendarwanto,
1999).
Menurut WHO (1992) diare adalah buang air besar encer atau cair lebih
dari tiga kali sehari.
Diare ialah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi
dan lebih dari 3 kali pada anak dengan konsistensi feses encer, dapat
berwarna hijau atau dapat bercampur lendir dan darah (Ngastiyah, 2002).
2. Penyebab
1. Faktor infeksi
a. Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak, meliputi infeksi bakteri (Vibrio,
E. coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia,
Aeromonas, dsb), infeksi virus (Enterovirus, Adenovirus,
Rotavirus, Astrovirus, dll), infeksi parasit (E. hystolytica,
G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C. albicans).
b. Infeksi parenteral; merupakan infeksi di luar sistem pencernaan
yang dapat menimbulkan diare seperti: otitis media akut, tonsilitis,
bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya.
2. Faktor Malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa
dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan
galaktosa). Intoleransi laktosa merupakan penyebab diare yang
terpenting pada bayi dan anak. Di samping itu bisa terjadi
malabsorbsi lemak dan protein.
3. Faktor Makanan
Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun
dan alergi terhadap jenis makanan tertentu.
4. Faktor Psikologis
Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas),
jarang terjadi tetapi dapat ditemukan pada anak yang lebih besar.
3. Anatomi – Fisiologi
1) Anatomi sistem pencernaan
a. Mulut
Mulut adalah permulaan saluran pencernaan yang terdiri atas 2
bagian :
1) Bagian luar yang sempit atau vestibula yaitu diruang antara gusi,
bibir dan pipi.
2) Rongga mulut/bagian dalam yaitu rongga mulut yang dibatasi
sisinya oleh tulang maksilaris, palatum dan mandi bilaris
disebelah belakang bersambung dengan faring.
b. Faring
c. Esofagus (kerongkongan)
d. Gaster (lambung)
1) Duodenum
Disebut juga usus 12 jari, panjangnya ± 25 cm, berbentuk
sepatu kuda melengkung kekiri, pada lengkungan ini terdapat
pankreas. Pada bagian kanan duodenum terdapat selaput lendir
yang nambulir disebut papila vateri.
2) Yeyunum
Usus kosong atau jejunum adalah bagian kedua dari usus
halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus
penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa panjangnya ± 2-3 meter.
3) Ileum
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus
halus. Pada sistem pencernaan manusia panjangnya sekitar ± 4-5 m
dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh
usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit
basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam
empedu.
1) Sekum.
2) Kolon asenden.
Terletak diabdomen sebelah kanan, membujur keatas dari ileum
sampai kehati, panjangnya ± 13 cm.
3) Appendiks (usus buntu)
Sering disebut umbai cacing dengan panjang ± 6 cm.
4) Kolon transversum.
Membujur dari kolon asenden sampai ke kolon desenden dengan
panjang ± 28 cm.
5) Kolon desenden.
Terletak dirongga abdomen disebelah kiri membujur dari anus ke
bawah dengan panjangnya ± 25 cm.
6) Kolon sigmoid.
Terletak dalam rongga pelvis sebelah kiri yang membentuk huruf
"S" ujung bawah berhubungan dengan rektum.
7) Rektum.
Terletak dibawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum
mayor dengan anus.
8) Anus.
Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan
rektum dengan dunia luar.
Isi usus digerakkan oleh peristaltik yang terdiri atas dua jenis
gerakan, yaitu segmental dan peristaltik yang diatur oleh sistem saraf
autonom dan hormon (Sjamsuhidajat Jong, 2005). Pergerakan
segmental usus halus mencampur zat-zat yang dimakan dengan sekret
pankreas, hepatobiliar, dan sekresi usus, dan pergerakan peristaltik
mendorong isi dari salah satu ujung ke ujung lain dengan kecepatan
yang sesuai untuk absorpsi optimal dan suplai kontinu isi lambung
(Price & Wilson, 1994).
Gas kolon berasal dari udara yang ditelan, difusi dari darah, dan
produksi intralumen. Nitrogen, oksigen, karbon dioksida, hidrogen,
metan. Bakteri membentuk hidrogen dan metan dari protein dan
karbohidrat yang tidak tercerna. Normalnya 600 ml/hari. (Schwartz,
2000)
4. Pathofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah:
1. Gangguan osmotic
Adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam lumen usus meningkat sehingga
terjadi pergeseran air dan elektroloit ke dalam lumen usus. Isi rongga
usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya
sehingga timbul diare.
2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus
akan terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam lumen
usus dan selanjutnya timbul diare kerena peningkatan isi lumen usus.
KH,Lemak,Protein
menyerap makanan
Hipertermi DIARE
5. Gejala Klinis
Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer.
Pada anak cengeng, gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu makan
berkurang.
Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
Daerah sekitar anus kemerahan dan lecet karena seringnya difekasi dan tinja
menjadi lebih asam akibat banyaknya asam laktat.
Ada tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelek (elistitas kulit menurun),
ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan disertai penurunan
berat badan.
Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun,
denyut jantung cepat, pasien sangat lemas hingga menyebabkan kesadaran
menurun.
Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).
6. Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan tinja
b) Makroskopis dan mikroskopis
c) PH dan kadar gula dalam tinja
d) Bila perlu diadakan uji bakteri
2. Dietetik
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan
berat badan kurang dari 7 kg, jenis makanan :
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah pertama dari prioritas keperawatan
dengan pengumpulan data-data yang akurat dari klien sehingga akan
diketahui berbagai permasalahan yang ada. (Hidayat, 2004 : 98)
a. Identitas Klien
1) Data umum meliputi : ruang rawat, kamar, tanggal masuk, tanggal
pengkajian, nomor medical record.
2) Identitas klien
Biodata klien yang penting meliputi nama, umur, jenis kelamin,
agama, suku dan gaya hidup.
b. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Bab cair lebih dari 3x.
4. Intervensi Rasional
1) Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
kehilangan cairan skunder terhadap diare
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
keseimbangan dan elektrolit dipertahankan secara
maksimal
Kriteria hasil :
e. Kolaborasi :
1. Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit (Na, K,Ca,
BUN)
R/ Koreksi keseimbang cairan dan elektrolit, BUN untuk
mengetahui faal ginjal (kompensasi).
Kriteria hasil :
- Suhu tubuh dalam batas normal ( 36-37,5 C)
- Tidak terdapat tanda infeksi (rubur, dolor, kalor, tumor, fungtio
laesa)
Intervensi :
Kriteria hasil :
3) Atur posisi tidur atau duduk dengan selang waktu 2-3 jam
R/ Melancarkan vaskulerisasi, mengurangi penekanan yang
lama sehingga tak terjadi iskemi dan irirtasi .
BAB III
RESUME KEPERAWATAN
Kasus
Seorang pasien bernama Ny.N, usia 67 tahun, Pendidikan D3, Ibu Rumah Tangga,
Agama Islam. MRS tanggal 26 November 2019, No MR 0079546, Diagnosa
Medis Diare akut, Alamat Gunung puyuh RT 06 / RW 11, Penanggung Jawab Ny.
L adik kandung pasien.
Pada saat dikaji tanggal 26 November 2019 Klien mengeluh BAB cair lebih dari
10x / hari, perut terasa mules dan kembung, Pemeriksaan Tekanan darah 110/80
mmHg, Nadi 82 x/menit, Suhu 36,3˚C, Respirasi 20 x/menit TB 150 cm, BB 75
kg.
Gigi sudah memakai gigi palsu, bising usus 32x/menit. Kongjutiva ananemis.
Pemeriksaan laboratorium tanggal 26 november 2019 Hb. 13,4 gr/dl, Lekosit
8.900 /μl, Hematokrit 42 %, Trombosit 372.000 μl, GDS 121, Urin lengkap: Bj.
1.020, PH 6.0, keton ++, warna kuning tua, agak keruh, lekosit 1-4, eritrosit 0-2,
epitel +, Pemeriksaan feses: konsistensi lembek, warna hijau, lender positif,
leukosit 4-5, eritrosit 1-2, telur cacing negatif, amuba negative, Pseudohypha
positif
Terapi Medis Ofloxacin 3x1 gr, Pantoprazole 1x20 mg/iv, Salofax 2 x 250 mg,
Urispas 3x200 mg, Dogmatil 3x 400 mg, Sucralfat 3 x 15 ml, Alfrazolam 1x25
mg
A. PENGKAJIAN
1. Pengumpulan Data
a. Biodata
1) Identitas Klien
Nama : Ny. N
Usia : 67 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : D3
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Suku : Sunda
Golongan Darah : -
Tgl Masuk RS : 26 November 2019
Tgl Pengkajian : 26 November 2019
No. Medrek : 0079546
Ruangan :A
Dx Medis : Diare Akut
Alamat : Gunung Puyuh RT 06/11
2) Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. L
Usia : 60 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : D3
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Hub Klien : Adik Kandung Pasien
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama : Mules
2) Riwayat kesehatan sekarang : klien mengeluh BAB cair lebih dari
10x/menit, perut terasa mules dan kembung
3) Riwayat kesehatan dahulu : -
4) Riwayat kesehatan keluarga : -
c. Pemeriksaan Fisik
1) Sistem Pencernaan
a) Kepala : bentuk kepala normal, rambut sebagian memutih/beruban,
rambut merata, kulit kepala bersih, tidak ada ketombe, tidak ada
benjolan dan lesi.
b) Mata : simetris kiri dan kanan,mata bersih, konjungtiva anemis,
skelera tidak ikterik, pupil isokor kiri dan kanan, dan tidak ada alat
bantu penglihatan
c) Hidung : simetris kiri dan kana, tidak ada pernafasan
cupinghidung, tidak ada kotoran, tidak ada pembengkakan dan
popil
d) Telinga : simetris kiri dan kanan, bersih tidak ada serumen, tidak
ada laserasi, pendengaran masih baik
e) Mulut : bibir terlihat kering, terpasang gigi palsu
f) Wajah : simetris, tidak ada lesi, tampak pucat
g) Leher : tidak terlihat benjolan dan pembesaran kelenjar tiroid
h) Dada : bentuk normal chest, simetris, pernafasan dada, gerakan
paru simetris, ekspansi dada simetris, tidak ada suara nafas
tambahan, suara nafas vestikuler, suara paru sonor
i) Punggung : tidak ada lesi, tidak ada nyeri, dan kelainan tulang
belakang
j) Abdomen : simetris, bising usus 32x/menit, pasien menyatakan
mules, perut kembung
k) Genetalia : tidak terpasang kateter, tidak odem, tidak ada kelainan
l) Ekstremitas atas : lengkap, pasien bisa menggerakan tangan kiri
dan kanan, tidak terdapat odem, tidak terlihat atropi, tidak terlihat
tanda-tanda infeksi
m) Ekstremitas bawah : lengkap, kaki kiri dan kanan bisa di gerakan,
dan tidak ada gangguan, tidak terdapat odem, otot kaki tidak atropi
d. Data Psikologis
1) Konsep diri
a) Body image : baik
b) Harga diri : baik
c) Peran : baik
d) Identitas diri : -
2) Status Emosional : pasien gelisah
3) Pola koping : baik
4) Gaya komunikasi : baik
5) Persepsi klien terhadap penyakit : klien ingin sembuh dengan cepat
e. Data Sosial
1) Gaya komunikasi : baik
2) Hubungan sosial : baik
f. Data Spiritual
1) Falsafah kehidupan : pasien menerima keadaan hidupnya
2) Sense of tracendence : pasien berharap dapat sembuh
3) Konsep kepercayaan : pasien mampu melakukan ibadah dengan baik
g. Data Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Hb 13,4 14-16 g/dl
Leukosit 8.900 5000-10000 mm
Hematrolit 42 (L): 40-49% (P): 37-46%
Trombosit 372.000 150.000-40.000 mm
GDS 121 70-130 mg/dL
4) Therapi
1. Obat Oral
- Ofloxacin 3x1 gr
- Salofalk 2x250 mg
- Urispas 3x200 mg
- Dogmatil 3x400 mg
- Sucralfat 3x15 ml
- Alfrazolam 1x25 mg
2. Obat injeksi
- Pantoprazole 1x20 mg/iv
2. Analisa Data
No Data Kemungkinan Masalah
penyebab/dampak
1. DO : Faktor infeksi Diare
- Bising usus
34x/menit
- Pasien terdiagnosis Masuk dan berkembang
GEA dalam usus
- Pasien terlihat
lemah dan lemas
DS : Hipersekresi air dan
- Pasien menyatakan elektrolit
sakit perut
- Pasien mengatakan
BAB 10x dengan Diare
konsistensi
lembek, warna nya
hijau, lendir positif
2. DO : Gastroenteritis akut Resiko
- Pasien terlihat kekurangan
lemah volume cairan
- Bibir terlihat Makanan atau zat tidak
kering dapat diserap tubuh
- Pasien terdiagnosa
GEA
- Tanda-tanda vital Tekanan osmotic rongga
TD : 110/80 usus meningkat
mmHg
Nadi : 82 x/menit
Suhu : 36,3ºc Diare
RR : 20 x/menit
TB : 150 cm
BB : 75 kg Peningkatan frekuensi
defekasi
DS :
- Pasien mengatakan
BAB lebih dari Konsistensi feses lembek
10x/hari,
konsistensi
lembek, warna Kehilangan cairan tubuh
hijau tua, lendir
positif
Defisit volume cairan
Prioritas diagnosa keperawatan
No Diagnosa Keperawatan
diagnosa
1. Diare berhubungan dengan peningkatan motilitas usus
2. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake
output
B. PERENCANAAN
Tanggal/wakt No Tujuan dan Intervensi Rasional
u kriteria hasil Keperawatan
1. Setelah - Manajemen - Dengan
dilakukan elektrolit/cairan dilakukan
tindakan (pemberian manajemen
keperawatan infus) elektrolit/cair
selama 3X24 jam - Manajemen an
diare nutrisi (pemberian
berkurang/hilang (pemberian infus)
dengan kriteria: makanan yang diharapkan
- Diare mengandung dapat
berkurang/hil serat) meningkatka
ang. n cairan
- Pasien tidak elektrolit
mengeluh yang hilang
BAB cair. akibat diare.
- Perut pasien - dengan
tidak mules dilakukannya
dan manajemen
kembung. nutrisi
(pemberian
makanan
yang
mengandung
serat)
diharapkan
dapat
meningkatka
n intake yang
seimbang.
2. Setalah - Pemasangan - Dengan
dilakukan infus dilakukan
tindakan - Terapi pemasangan
keperawatan intravena. infus
selama 3X24 jam - Pemberian diharapkan
kekurangan makan dapat
volume cairan meningkatkan
berkurang volume
dengan kriteria: cairan.
- peningkatan - Dengan
volume dilakukan
cairan. terapi
- tidak intravena
menunjukan untuk
tanda-tanda memberikan
dehidrasi hidrasi cairan
tubuh secara
parenteral
- Dengan
dilakukan
pemberian
makan untuk
menjaga
asupan
makanan
yang
dibutuhkan
tubuh.
C. IMPLEMENTASI
Tanggal / No Implementasi Respon Klien TTD
waktu Keperawatan
1. - Memanajemen 1. Feses berbentuk,
elektrolit/cairan BAB sehari sekali
(pemberian infus) 2. Tidak mengalami
- Memanajemen diare
nutrisi (pemberian 3. Menjelaskan
makanan yang penyebab diare dan
mengandung serat) rasional tindakan
4. Menjaga daerah
sekitar rektal dari
iritasi
2. - Melakukan 1. Mempertahankan
Pemasangan infus urine output sesuai
- Melakukan Terapi dengan usia dan BB,
intravena. BJ urine normal, HT
- Melakukan normal
Pemberian makan 2. TTV dalam batas
Normal
3. Tidak ada tanda
tanda dehidrasi,
elastisitas turgor
kulit baik,
membrane mukosa
lembab, tidak ada
rasa haus yang
berlebihan.
D. EVALUASI
Tanggal/Wakt No Evaluasi Keperawatan TTD
u
1 S: Pasien tidak mengeluh diare.
O: BAB pasien normal tidak cair
A: masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
2 S: Pasien tidak mengeluh lemah
O: mukosa bibir tidak kering
A: masalah teratasi
P: intervensi dihentikan
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan, verifikasi
dan komunikasi tentang data klien. Fase proses keperawatan ini mencakup dua
langkah yaitu data dari sumber primer (klien), dan sumber sekunder (keluarga dan
tenaga kesehatan) dan analisis data sebagai dasar untuk diagnosa keperawatan.
Pengkajian merupakan komponen dasar dalam proses keperawatan, sehingga
dengan pengkajian yang tepat akan menentukan langkah berikutnya (Potter &
Perry, 2005).
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan respon aktual
atau potensial klien terhadap masalah kesehatan yang mempunyai lisensi dan
kompeten untuk mengatasinya. Diagnose keperawatan memberikan dasar
pemilihan intervensi untuk mencapai hasil yang menjadi tanggung gugat perawat
(Potter & Perry, 2005).
Berdasarkan pengkajian dan analisa data yang dilakukan pada kasus pasien
Ny. N ditemukan ada 2 diagnosa keperawatan yaitu :
D. Implementasi Keperawatan
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengkajian
2. Diagnosa Keperawatan
3. Rencana Keperawatan
Tindakan keperawatan pada pasien dilakukan sesuai rencana pada teori. Tidak
semua tindakan yang direncanakan dilakukan karena penulis dalam melakukan
tindakan lebih mengutamakan tindakan prioritas dalam proses pengobatan dan
penyembuhan pasien dan juga disesuaikan dengan kondisi, situasi, dan perubahan
yang dialami pasien.
Lampiran1
STANDAR OPERASIONAL (SOP)
1. Standart infus
2. Bidai dan pembalut jika perlu
3. Perlak dan alasnya
4. Pembendung (tourniquet)
5. Plester
6. Gunting perban
7. Bengkok
5. Pelakasanaan Persiapan Pasien :
1. Memperkenalkan diri
2. Memberitahu dan menjelaskan tujuan tindakan
3. Meminta kesediaan pasien untuk dirawat
4. Alur posisi yang nyaman bagi klien
Persiapan Lingkungan :
8. Mencuci tangan
9. Memakai sarung tangan
10. Membuka daerah yang akan dipasang infus
11. Memasang alas dibawah anggota badan yang akan
dipasang infus
12. Menusukkan jarum dan meletakkannya pada bak
instrument steril mengalirkan cairan ke selang infus ke
dalam botol infus, kemudian mengalirkan cairan ke
selang infus. Berakhir di bengkok untk mengeluarkan
udara dan mengisi selang infus.
13. Isi tempat tetesan onfus kurang lebih separuhnya
14. Pastikan roller selang infus dalam keadaan menutup ke
arah bawah
15. Menggantungkan selang infus pada standar infus
16. Buka abocath dari bungkusnya
17. Potong 3 lembar plester
18. Pilih pembuluh darah yang akan dipasang infus,
19. Bendung bagian proksimal/atas dari pembuluh dara
yang akan dipasang infus dengan tourniquet
20. Minta pasien menggenggamkan tangan, dengan ibu jari
pasien di dalam genggaman
21. Mendesinfeksi daerah yang akan dipasang infus
22. Menusukan jarum infus ke vena dengan lubang jarum
menghadap keatas. Pastikan darah mengaliri jarum dan
abocath, jika belum teraliri darah temukan pembuluh
darah sampai darah mengaliri jarum dan abocath.
23. Tourniquet dilepas bila darah sudah masuk
24. Lepas jarum sambil meninggalkkan abocath di dalam
pembuluh darah
25. Tekan pangkal abocath untuk mencegah darah keluar
dan masukan ujung selang infus ke abocath
26. Fixasi secara menyilang menggunakan plester abocath
yang sudah terpasang
27. Alirkan cairan dari botol ke pembuluh darah dengan
membuka roller. Bila tetesan lancar, jarum masuk di
pembuluh darah yang benar
28. Fixasi dengan cara kupu-kupu, meletakkan plester
dengan cara terbalik dibawah selang infus, kemudian
disilangkan.
29. Menutup jarum dan tempat tusukan dengan kassa steril
dan diplester
30. Mengatur/menghitung jumlah tetesan
31. Mengatur posisi pada anggota tubuh yang diinfus bila
perlu diberi spalk
32. Menuliskan tanggal pemasangan infus pada plester
terakhir
33. Merapikan alat dan pasien
34. Melepas handscoon dan mencuci tangan
a. Aliran dan tetesan infus lancer
b. Tidak terjadi hematom