GASTROENTERITIS AKUT
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Definisi Pengertian
Gastroenteritis merupakan suatu peradangan yang biasanya disebabkan baik
oleh virus maupun bakteri pada traktus intestinal (Guyton & Hall, 2006). Pada diare
infeksius umum infeksi paling luas terjadi pada usus besar dan pada ujung distal
ileum. Dimana pun terjadi infeksi, mukosa teriritasi secara luas, dan kecepatan
sekresinya menjadi sangat tinggi. Selain itu, motilitas dinding usus biasanya
meningkat berlipat ganda. Akibatnya, sejumlah besar cairan cukup untuk membuat
agen infeksius tersapu ke arah anus, dan pada saat yang sama gerakan pendorong
yang kuat akan mendorong cairan ini ke depan. Ini merupakan mekanisme yang
penting untuk membebaskan traktus intestinal dari infeksi. Diare yang sangat menarik
perhatian adalah yang disebabkan oleh kolera (kadang oleh bakteri seperti basilus
kolon patogen). Toksin kolera secara langsung menstimulasi sekresi cairan dan
elektrolit yang berlebihan dari kripa Lieberkhn pada ileum distal dan kolon.
Jumlahnya dapat 10 sampai 12 liter per hari, walaupun kolon biasanya mengabsorpsi
maksimum hanya 6-8 liter per hari. Oleh karena itu, kehilangan cairan dan elektrolit
dapat begitu mengganggu beberapa hari sehingga dapat menimbulkan kematian.
Gastroenteritis atau diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari
dengan atau tanpa lendir dalam tinja. Diare akut adalah diare yang timbul secara
mendadak dan berlangsung kurang dari 7 hari pada bayi dan anak yang sebelumnya
sehat (Mansjoer,dkk, 2000 dalam Wicaksono, 2011). Diare akut timbul secara
mendadak dan berlangsung terus secara beberapa hari (WHO, 1992 dalam
Wicaksono, 2011). Kehilangan cairan dan garam dalam tubuh yang lebih besar dari
normal menyebabkan dehidrasi. Dehidrasi timbul bila pengeluaran cairan dan garam
lebih besar dari pada masukan. Lebih banyak tinja cair dikeluarkan, lebih banyak
cairan dan garam yang hilang. Dehidrasi dapat diperburuk oleh muntah, yang sering
menyertai diare (Andrianto, 1995 dalam Nurmasarim 2010).
2. Epidemiologi/insiden kasus
Gastroenteritis merupakan suatu penyakit yang umum pada anak usia di
bawah 5 tahun. Gastroenteritis akut terjadi di Amerika dengan 37 juta kasus setiap
tahun. Di Indonesia merupakan penyakit utama kedua yang paling sering menyerang
anak anak. Rotavirus adalah penyebab dari 35-50 % hospitalisasi karena
gastroenteritis akut, antara 7- 17 % disebabkan adenovirus dan 15% disebabkan
bakteri. Bayi yang mendapatkan ASI lebih jarang menderita gastroenteritis akut dari
bayi yang mendapat susu formula. (Wong, 2007 dalam Winarsih, 2011). Data
Departemen Kesehatan RI, menyebutkan bahwa angka kesakitan diare di Indonesia
saat ini adalah 230-330 per 1000 penduduk untuk semua golongan umur dan 1,6 2,2
episode diare setiap tahunnya untuk golongan umur balita. Angka kematian diare
golongan umur balita adalah sekitar 4 per 1000 balita (Ratnawati, 2008).
Penyakit Diare Akut (DA) atau Gastroenteritis Akut (GEA) masih merupakan
penyebab utama kesakitan dan kematian anak di Indonesia dengan mortalitas 70-80%
terutama pada anak dibawah umur lima tahun (Balita) dengan puncak umur antara 624 bulan (Subianto, 2001 dalam Wicaksono, 2011). Di seluruh dunia diperkirakan
diare menyebabkan 1 milyar episode dengan angka kematian sekitar 3-5 miliyar
setahunnya. Pada tahun 1995 Depkes RI memperkirakan terjadi episode diare sekitar
1,3 miliyar dan kematian pada anak balita 3,2 juta setiap tahunnya (Soebagyo, 2008
dalam Wicaksono, 2011). Data statistik menunjukkan bahwa setiap tahunnya diare
menyerang 50 juta jiwa penduduk Indonesia, dan dua pertiganya adalah dari balita
dengan angka kematian tidak kurang dari 600.000 jiwa. Di beberapa rumah sakit di
Indonesia, data menunjukkan bahwa diare akut karena infeksi menempati peringkat
pertama sampai dengan keempat pasien dewasa yang datang berobat ke rumah sakit.
Gambaran klinis diare akut acapkali tidak spesifik. Namun selalu berhubungan
dengan hal-hal berikut: adanya travelling (domestik atau internasional), kontak
personal dan adanya sangkaan food-borne dengan masa inkubasi pendek. Jika tidak
ada demam, menunjukkan adanya proses mekanisme enterotoksin (Zein dkk., 2004).
3. Penyebab/Faktor Predisposisi
Ditinjau dari sudut patofisiologisnya, maka penyebab gastroenteritis akut
(diare akut) ini dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
a. Diare Sekresi (secretory diarrhoea), disebabkan oleh:
1) Infeksi virus, kuman-kuman patogen dan apatogen:
a)
b)
c)
4. Patofisiologi Penyakit
Sebagian besar diare akut di sebabkan oleh infeksi. Banyak dampak yang
terjadi karena infeksi saluran cerna antara lain: pengeluaran toksin yang dapat
menimbulkan gangguan sekresi dan reabsorbsi cairan dan elektrolit dengan akibat
dehidrasi,gangguan keseimbangan elektrolit dan gangguan keseimbangan asam basa.
Invasi dan destruksi pada sel epitel, penetrasi ke lamina propia serta kerusakan
mikrovili yang dapat menimbulkan keadaan maldigesti dan malabsorbsi,dan apabila
tidak mendapatkan penanganan yang adekuat pada akhirnya dapat mengalami invasi
sistemik.
Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotavirus, Adenovirus
enteris, Virus Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella, Escherichia
coli, Yersinia dan lainnya), parasit (Biardia Lambia, Cryptosporidium). Beberapa
mikroorganisme patogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi
enterotoksin atau sitotoksin dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus
pada Gastroenteritis akut. Penularan Gastroenteritis bisa melalui fekal-oral dari satu
penderita ke yang lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan
makanan dan minuman yang terkontaminasi. Mekanisme dasar penyebab timbulnya
diare adalah gangguan osmotic (makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan
tekanan osmotic dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan
elektrolit kedalam rongga usus,isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare).
Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga
sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan moltilitas usus
yang mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri
adalah kehilangan air dan elektrolit (Dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam
basa (Asidosis Metabolik dan Hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output
berlebih), hipoglikemia dangangguan sirkulasi darah.
5. Klasifikasi
Diare dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1)
Ditinjau dari ada atau tidaknya infeksi, diare dibagi menjadi dua golongan:
a) Diare infeksi spesifik : tifus dan para tifus, staphilococcus disentri basiler,
dan Enterotolitis nektrotikans.
b) Diare non spesifik : diare dietetis.
2)
Ditinjau dari lama infeksi, diare dibagi menjadi dua golongan yaitu:
a) Diare akut : Diare yang terjadi karena infeksi usus yang bersifat mendadak,
berlangsung cepat dan berakhir dalam waktu 3 sampai 5 hari. Hanya 25%
sampai 30% pasien yang berakhir melebihi waktu 1 minggu dan hanya 5
sampai 15% yang berakhir dalam 14 hari.
b) Diare kronik, dalam Pertemuan Ilmiah Berkala Badan Koordinasi
Gastroenterologi Anak Indonesia (PIB BK GAI) ke 1 di Palembang,
disetujui bahwa definisi diare kronik dalah diare yang berlangsung 2
minggu atau lebih (Sunoto, 1990).
6. Manifestasi Klinis
Diare akut karena infeksi dapat disertai keadaan muntah-muntah dan/atau
demam, tenesmus, hematochezia, nyeri perut atau kejang perut. Diare yang
kehilangan
bikarbonas,
perbandingan
bikarbonas
berkurang,
yang
8. Pemeriksaan diagnostic/penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium.
a.
Pemeriksaan tinja.
b.
c.
2)
Pemeriksaaan fisik
3)
4)
Foto
5)
Pengobatan Cairan
Untuk menentukan jumlah cairan yang perlu diberikan kepada penderita
diare, harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
Jumlah cairan : jumlah cairan yang harus diberikan sama dengan
1) jumlah cairan yang telah hilang melalui diare dan/muntah muntah PWL
(Previous Water Losses) ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang
melalui keringat, urin dan pernafasan NWL (Normal Water Losses).
2) cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus berlangsung
CWL (Concomitant water losses) (Suharyono dkk., 1994 dalam Wicaksono,
2011)
b)
b)
b.
Antibiotik
Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut
infeksi, karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa
pemberian anti biotik. Pemberian antibiotik di indikasikan pada : Pasien dengan
gejala dan tanda diare infeksi seperti demam, feses berdarah,, leukosit pada feses,
mengurangi ekskresi dan kontaminasi lingkungan, persisten atau penyelamatan
jiwa pada diare infeksi, diare pada pelancong, dan pasien immunocompromised.
Contoh antibiotic untuk diare Ciprofloksasin 500mg oral (2x sehari, 3 5 hari),
c.
yang
bermanfaat
sekali
sebagai
penghambat
enzim
Kelompok opiat
Dalam kelompok ini tergolong kodein fosfat, loperamid HCl serta kombinasi
difenoksilat dan atropin sulfat (lomotil). Penggunaan kodein adalah 15-60mg
3x sehari, loperamid 2 4 mg/ 3 4x sehari dan lomotil 5mg 3 4 x sehari.
Efek kelompok obat tersebut meliputi penghambatan propulsi, peningkatan
absorbsi cairan sehingga dapat memperbaiki konsistensi feses dan
mengurangi frekwensi diare.Bila diberikan dengan cara yang benar obat ini
cukup aman dan dapat mengurangi frekwensi defekasi sampai 80%. Bila
diare akut dengan gejala demam dan sindrom disentri obat ini tidak
dianjurkan.
Kelompok absorbent
Arang aktif, attapulgit aktif, bismut subsalisilat, pektin, kaolin, atau smektit
diberikan atas dasar argumentasi bahwa zat ini dapat menyeap bahan
infeksius atau toksin-toksin. Melalui efek tersebut maka sel mukosa usus
Zat Hidrofilik
Ekstrak tumbuh-tumbuhan yang berasal dari Plantago oveta, Psyllium,
Karaya (Strerculia), Ispraghulla, Coptidis dan Catechu dapat membentuk
kolloid dengan cairan dalam lumen usus dan akan mengurangi frekwensi dan
konsistensi feses tetapi tidak dapat mengurangi kehilangan cairan dan
elektrolit. Pemakaiannya adalah 5-10 cc/ 2x sehari dilarutkan dalam air atau
diberikan dalam bentuk kapsul atau tablet.
Probiotik
Kelompok probiotik yang terdiri dari Lactobacillus dan Bifidobacteria atau
Saccharomyces boulardii, bila mengalami peningkatan jumlahnya di saluran
cerna akan memiliki efek yang positif karena berkompetisi untuk nutrisi dan
reseptor
saluran
cerna.
Syarat
penggunaan
dan
keberhasilan
terjadi
gejala
dehidrasi,berat
badan
menurun.
Turgor
kulit
berkurang,selaput lendir mulut dan bibir kering,frekwensi BAB lebih dari 4 kali
dengan konsistensi encer.
3. Riwayat kesehatan masa lalu.
4. Riwayat penyakit keluarga.
5. Diagnosis Medis dan Terapi : Gastroenteritis Akut dan terapi obat antidiare, terapi
intravena, dan antibiotic.
6. Pengkajian Pola Gordon (Pola Fungsi Kesehatan).
1.
2.
3.
Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali
sehari,BAK sedikit atau jarang.
4.
Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya nyeri
akibat distensi abdomen yakni dibantu oleh orang lain.
5.
6.
7.
8.
9.
Peran hubungan : pasien memiliki hubungan yang baik dengan keluarga dan
peran pasien pada kehidupan sehari-hari mengalami gangguan.
7. Pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan tinja,darah lengkap dan duodenum intubation yaitu untuk
mengetahui penyebab secara kuantitatif dan kualitatif.
2. Diagnosis Keperawatan yang mungkin muncul
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif ditandai
dengan kulit kering, peningkatan suhu tubuh, haus, kelemahan, membrane mukosa
kering, peningkatan hematokrit.
b. Diare berhubungan dengan kontaminan ditandai dengan nyeri abdomen, sedikitnya
tiga kali buang air besar cair per hari, ada dorongan.
c. Disfungsi motilitas gastrointestinal berhubungan dengan makan kontaminan ditandai
dengan nyeri abdomen, distensi abdomen, diare, perubahan bising usus, mual,
muntah.
d. Mual berhubungan dengan iritasi lambung ditandai dengan melaporkan mual, rasa
asam di mulut, peningkatan salivasi, keengganan terhadap makanan.
e. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera kimia ditandai dengan perubahan selera
makan, mengekspresikan perilaku, perilaku berjaga-jaga atau melindungi area nyeri,
melaporkan nyeri secara verbal
f. Kesiapan meningkatkan keseimbangan cairan ditandai dengan dehidrasi, turgor
jaringan baik, tidak ada haus berlebihan, membrane mukosa lembab.
g. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan factor
biologis
ditandai
dengan
nyeri
abdomen,
diare,
bising
usus
hiperaktif,
DAFTAR PUSTAKA
Dochterman, Bulecheck. 2009. Nursing Intervention Classification. United States of
America : Mosby.
Guyton & Hall. 20010. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (terjemahan). Jakarta:EGC
Moorhead S, Johnson M, Maas M, Swanson, E. 2008. Nursing Outcomes Classification.
United States of America : Mosby
North American Nursing Diagnosis Association (NANDA). 2014. Diagnosis Keperawatan
2014-2015. Jakarta : EGC.
Nurmasari, Mega. 2010. Pola Pemilihan Obat dan Outcome Terapi Gastroenteritis Akut
(GEA) Pada Pasien Pediatri di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Surakarta Januari - Juni Tahun 2008. Jawa Tengah. Universitas
Muhammadiyah. (Diakses 12 Desember 2011 : http://etd.eprints.ums.ac.id/7681/)
T55V
Ratnawati, Dwi. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Ny. J Dengan Gastroenteritis di Bangsal
Anggrek RSUD Sukoharjo. Jawa Tengah. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
(Diakses 12 Desember 2011 : etd.eprints.ums.ac.id/2886/1/J200050055.pdf)
Wicaksono, Arridho D. 2011. Pemilihan Obat dan Outcome Terapi Gastroenteritis Akut Pada
Pasien Pediatri di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Tahun
2009. Jawa Tengah. Universitas Muhammadiyah Surakarta. (Diakses 12 Desember
2011 : etd.eprints.ums.ac.id/12642/1/COVER%2B_BAB_1.pdf).
Winarsih, Biyanti D. 2011. Efektivitas Mutu Berbasis Praktek, Intervensi Peningkatan
Multimodal Untuk Gastroenteritis Pada Anak. Jakarta. Universitas Indonesia.
(Diakses 12 Desember 2011 : www.fik.ui.ac.id/pkko/files/Tugas%20SIM
%20UTS.pdf).
Zein, Umar., Sagala, Khalid H., Ginting, Josia. 2004. Diare Akut Disebabkan Bakteri.
Sumatra Utara. Universitas Sumatra Utara. . (Diakses 12 Desember 2011 :
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/.../penydalam-umar5.pdf).