Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA

FRAKSINASI DENGAN KROMATOGRAFI KOLOM

Tim Dosen :
1.

Drs. Herra Studiawan, M.si., Apt


2. Dra. Rakhmawati, M.si., Apt
3. Siti Rofida, S.Si., M.Farm., Apt

Nama : Ririn Puspita


Nim : 201210410311175
Kelas : Farmasi A
Kelompok :3
Tgl. Praktikum : 08 Mei 2015

PROGRAM PENDIDIKAN FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2014/2015
I. TUJUAN

Mahasiswa mampu melakukan fraksinasi suatu ekstrak menggunakan kromatgrfi kolom.


II. TINJAUAN PUSTAKA

a. Kromatografi Kolom

Kromatografi kolom merupakan metode tertua dari cara kromatografi yang lain, dan
seperti yang dipraktekkan secara tradisional, merupakan bentuk kromatografi cair. Fase diam,
baik bahan yang jerap (KCP) atau film zat cair pada penyangga (KCC), ditempatkan didalam
tabung kaca berbentuk silimder, pada bagian bawah tertutup dengan katup atau keran, dan fase
gerak dibiarkan mengalir ke bawah melaluinya karena gaya berat. Kromatografi biasanya dibuat
dengan menuangkan lumpur atau suspensi fase diam dalam pelarut yang sesuai ke dalam kolom
dan dibiarkan memampat.Selanjutnya permukaan pelarut dilarutkan dalam pelarut yang sesuai
diletakkan pada bagian atas kolom dan dibiarkan mengalir ke dalam lapisan atas penjerap atau
penyangga.Kemudian fase gerak dimasukkan dan dibiarkan mengalir mengembangkan
kromatogram. Pada kondisi yang dipilih dengan baik, linarut yang merupakan komponen
campuran, turun berupa pita dengan laju yang berlainan dan dengan demikian dipisahkan.
Linarut biasanya dipisahkan dengan cara membiarkannya mengalir keluar dari kolom dan
mengumpulkannya sebagai fraksi, seringkali dengan memakai pengumpul fraksi mekanis.
Jika kita menangani senyawa tak berwarna, eluen yang keluar dari dasar kolom harus
dipantau untuk pengetahui dimana linarut itu berada.Ini dapat dilakukan secara terus menerus
dengan memakai detektor yang cocok atau dengan membagi efluen menjadi sejumlah cuplikan
yang berurutan dan menganalisisnya, biasanya dengan KLT, atau dengan menimabang masing-
masing fraksi setelah pelarutnya diuapkan. Kromatografi lapis tipis dan kertas lebih sering
dikembangkan dengan pelarut tunggal atau campuran pelarut yang tetap, sedangkan
kromatografi kolom biasanya dikembangkan dengan campuran pelarut yang terus menerus
berubah dengan cara landaian.
Pada kromatografi kolom, campuran yang akandipisahkan diletakkan berupa pita pada
bagian atas kolom penjerap yang berada dalam tabung kaca, tabung logam atau bahkan tabung
plastik. Pelarut (fase gerak) dibiarkan mengalir melalui kolom karena aliran yang disebebakan
oleh gaya berat atau didorong dengan tekanan. Pita senyawa linarut bergeak melalui kolom
dengan laju yang berbeda, memisah, dan dikumpulkan berupa fraksi ketika keluar dari alas
kolom.
Ada empat perubahan utama yang dilakukan pada cara kolom klasik. Pertama, dipakai
penjerap yang lebih halus dengan kisaran ukuran mesh lebih sempit agar tercipta
kesetimbagngan yang lebih baik didalam sistem.Kedua, sistem tekanan, biasanya pompa
mekanis, dipakai untuk mendorong pelarut melalui penjerap yang halus.Ini perlu karena ukuran
partikel kecil, tetapi pompa itu juga menyebabkan kromatografi lebih cepat, jadi memperkecil
difusi.Ketiga detektor telah dikembangkan sehingga diperoleh analisis senyawa yang
berkesinambungan ketika senyawa itu keluar dari kolom.Data analisis dapat dipakai untuk
membagi-bagi fraksi ketika keluar, dan jika diperlakukan dengan tepat, dapat memberikan data
kuantitatif mengengai banyaknya senyawa yang ada. Akhirnya, penjerap baru dan cara
pengemasan kolom baru dikembangkan sehingga memungkinkan derajat daya pisah yang tinggi
tercapai.
b. Ekstrak Psidium guajava
Kerajaan : Plantae
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae
Upafamili : Myrtoideae
Bangsa : Myrteae
Genus : Psidium
Spesies : P. guajava

Tumbuhan ini berbentuk pohon, Batang jelas terlihat, berkayu (lignosus), silindris,
permukaanya licin dan terlihat lepasnya kerak (bagian kulit yang mati), batang berwarna coklat
muda, percabangan dikotom. Arah tumbuh cabang condong keatas dan ada pula yang
mendatar. Jambu biji memiliki cabang sirung pendek (virgula atau virgula sucre scens) yaitu
cabang-cabang kecil dengan ruas-ruas yang pendek.

Daun jambu biji tergolong daun tidak lengkap karena hanya terdiri dari tangkai (petiolus)
dan helaian (lamina) saja disebut daun bertangkai. Dilihat dari letak bagian terlebarnya jambu
biji bagian terlebar daunya berada ditengah-tengah dan memiliki bangun jorong karena
perbandingan panjang : lebarnya adalah 1½ - 2 : 1 (13-15 : 5,6-6 cm).

Jambu biji kaya akan kandungan kimia, terutama pada daun dan buah bahkan pada
akarnya. Daun mengandung tanin, minyak asiri (eugenol), minyak lemak, damar, zat samak,
triterpenoid, flvonoid, asam malat, dan asam apfel. Sementara, buahnya mengandung asam
amino (triptofan, lisin), pektin, kalsium, fosfor, besi, mangan, magnesium, belerang, dan vitamin
(A, BI dan C). Saat menjelang matang, kandungan vitamin C dapat mencapai 3-6 kali lipat lebih
tinggi dari jeruk.

III. PROSEDUR KERJA


1. Lakukan optimasi eluen dengan cara uji KLT terhadap ekstrak dengan mengganti-
ganti eluen sampai diperoleh pemisahan yang baik. Eluen tersebut akan digunakan
untuk fraksinasi.
2. Siapkan 50 gram silika gel.
3. Siapkan eluen yang sesuai nomer 1 (saat praktikum digunakan eluen n-heksan : etil
asetat 4:1) sebanyak 300 ml.
4. Silika gel dimasukkan dalam labu erlenmeyer, kemudian ditambahkan sedikit eluen,
kocok sampai 15 menit.
5. Campuran nomer 4 dituang kedalam klom sampai tinggi 10 cm dari atas.
6. Tuangkan eluen kedalam kolom sampai penuh, tutup dengan alumunium foil dan
biarkan semalam.
7. Timbang ekstrak sebanyak 1 % dari jumlah silika gel yang digunakan, kemudian
ekstrak ditambahkan sedikit pelarut (metanol/etanol/sesuai eluen yang digunakan)
ad larut dicampur dengan silika gel sama banyak, diaduk-aduk menggunakan gelas
pengaduk ad homogen dan kering.
8. Eluen dialirkan sampai permukaannya 0,5 cm diatas permukaan silika gel.
9. Ekstrak yang sudah dikeringkan dengan silika gel dimasukkan kedalam kolom
(diatas permukaan silika gel), lalu ditambahkan eluen kira-kira setinggi 3 cm. Eluen
dialirkan/diteteskan sambil dituangi eluen baru sampai kolom terisi penuh dengan
eluen, sementara penetesan tetap dilakukan. Kecepatan penetesan diatur.
10. Penampungan eluen setiap vial sebanyak 5 ml.
11. Dilakukan uji KLT untuk setiap kelipatan 10 vial (vial no. 1, 10, 20, 30, 40 dst).
Pada uji KLT, fase gerak yang digunakan adalah sama dengan fase gerak pada
kromatografi kolom.
12. Bila uji KLT memberikan noda yang sama, maka fraksi diantaranya dapat
digabung.
13. Bila uji KLT memberikan noda yang berbeda, maka uji KLT dilakukan pada vial
diantaranaya (bila vial 10 dan 20 berbeda, maka pada vial no. 15 dilakukan uji
KLT).
14. Penetesan dihentikan bila vial terakhir sudah tidak memberikan noda pada uji KLT.
IV. HASIL
V. PEMBAHASAN
VI. KESIMPULAN
VII. PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai