Anda di halaman 1dari 20

KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS PREPARATIF

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar belakang

Wilayah Indonesia merupakan wilayah yang sangat strategis dan

baik untuk pertmubuhan tanaman taman. Hal ini dibuktikan dengan

banyaknya keanekaragaman dari tumbuhan yang dapat dijumpai. Dan

dari berbagai tanaman tersebut, memiliki banyak potensi untuk dijadikan

obat-obat yang berasal dari alam.

Pengobatan tradisional yang menggunakan bahan-bahan alam telah

sangat berkembang hingga saat ini, dan sangat menarik minat masyarakat

pada umumnya untuk kembali menggunakan bahan-bahan alam sebagai

obat karena mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan obat-

obat sintesis. Oleh sebab itu perlu dilakukan pemisahan senyawa

bermanfaat dari tamanan untuk dapat di manfaatkan secara maksimal.

Kromatografi merupakan salah satu metode pemisahan komponen-

komponen campuran dimana cuplikan berkesetimbangan di antara dua

fasa, fasa gerak yang membawa cuplikan dan fasa diam yang menahan

cuplikan secara selektif. Bila fasa gerak berupa gas, disebut kromatografi

gas, dan sebaliknya kalau fasa gerak berupa zat cair, disebut kromatografi

cair

Proses isolasi biasanya dilakukan dengan cara kromatografi. Pada

praktikum ini akan dilakukan percobaan yaitu kromatografi lapis tipis (KLT)

AYU MELINDA NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm


15020140081
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS PREPARATIF
preparatif merupakan salah satu metode pemisahan dengan

menggunakan peralatan sederhana. Ketebalan penjerap yang sering

dipakai adalah 0,5-2 mm, ukuran plat kromatografi biasanya 20x20 cm.

Pembatasan ketebalan lapisan dan ukuran plat sudah tentu mengurangi

jumlah bahan yang dapat dipisahkan dengan KLT preparatif. Penjerap

yang paling umum digunakan adalah silika gel.

KLT Preparatif dapat digunkaan untuk memisahkan bahan dalam

jumlah gram, namun sebagian besar pemakaian hanya dalam jumlah

milligram. Seperti halnya KLT secara umum, KLT Preparatif juga

melibatkan fase diam dan fase gerak. Dimana fase diamnya adalah

sebuah plat dengan ukuran ketebalan bervariasi. Untuk jumlah sampel 10-

100 mg, dapat dipisahkan dengan mengunakan KLT Preparatif dengan

adsorben silika gel atau aluminium oksida, dengan ukuran 20x20 cm dan

tebal 1 mm, jika tebalnya di dua kalikan, maka banyaknya sampel yang

dapat dipisahkan bertambah 50%, seperti halnya KLT biasa, adsorben

yang paling umum digunakan pada KLT Preparatif adalah silika gel.

B.Maksud praktikum

Adapun maksud dari peraktikum ini adalah untuk mengetahui dan

memahami cara pemisahan senyawa pada fraksi sampel daun paku hata

(Lygodium circinnatum) dengan menggunakan KLTP.

C.Tujuan praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk melakukan pemisahan

komponen kimia dengan menggunakan metode KLTP.

AYU MELINDA NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm


15020140081
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS PREPARATIF
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Uraian Tanaman

1. Klasifikasi (Catalogue of Life, 2016)

Regnum : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Divisio : Pteridophyta

Kelas : Pteridopsida

Sub Kelas : Schizaeatae

Ordo : Schizaeales

Famili : schizaeaceae

Genus : Lygodium

Spesies : Lygodium circinatum (Burm.) Sw.

2. Nama Lain (Anonim, 2015)

Daerah pasundan sering di sebut paku hata, daerah pangkep

sering disebut caweng

3. Morfologi Tanaman

Tumbuhan paku merambat (Schizaeaceae) yang panjangnya dapat

mencapai 10 m dan diameter batang 2 – 5 mm. Bentuk daunnya

menjari 2-5 dengan tepi daun bergerigi, pada permukaan bawahnya

terdapat sporangium. Jenis ini memiliki rimpang pendek ( 10 cm),

AYU MELINDA NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm


15020140081
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS PREPARATIF
sedikit berdaging dan menjalar dalam tanah. Tumbuh subur pada

tempat-tempat terbuka dan hutan-hutan sekunder mulai dari dataran

rendah hingga ketinggian 1.500 m dpl.

4. Kandungan Kimia (Medicinal Herbs Of Pasir Mayang, Jambi :

Ethnopharmacyand Toxicity screening, 2004).

Tumbuhan paku mengandung steroid dan tidak mengandung

saponin dan flavonoid

5. Kegunaan Tanaman

Kegunaan paku ini yaitu batangnya untuk pembuatan tas tangan,

topi, sebagai obat luka dari sengatan binatang melata seperti ular, lipan

dan laba-laba yaitu dengan menggunakan getah yang terdapat pada

paku ini. Juga sebagai obat luka dari sengatan binatang air yaitu

dengan cara menumbuk halus daunnya.

B. Teori Umum

Kromatografi lapis tipis preparatif (KLTP) adalah salah satu

metode yang memerlukan pembiayaan paling murah dan memakai

peralatan paling dasar. Walaupun KLTP dapat memisahkan bahan

dalam jumlah gram, sebagian besar pemakainya hanya dalam jumlah

miligram.KLTP bersama-sama dengan kromatografi kolom terbuka,

masih dijumpai dalam sebagian besar publikasi mengenai isolasi

bahan alam (Hostettmann, 2006).

AYU MELINDA NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm


15020140081
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS PREPARATIF
Ketebalan penjerap (adsorben) yang paling sering dipakai pada

KLTP adalah sekitar 0,5-2 mm. Ukuran pelat kromatografi biasanya 20

x 20 cm atau 20 x 40 cm. Pembatasan ketebalan lapisan dan ukuran

pelat sudah tentu mengurangi jumlah bahan yang dapat dipisahkan

dengan KLTP. Penjerap yang paling umum digunakan ialah silika gel

dan dipakai untuk pemisahan campuran senyawa lipofil maupun

campuran senyawa hdrofil (Hostettmann, 2006).

Dalam teknik kromatografi, sampel yang merupakan campuran

dari berbagai macam komponen ditempatkan dalam situasi dinamis

dalam sistem yang terdiri dari fase diam dan fase bergerak. Semua

pemisahan pada kromatografi tergantung pada gerakan relatif dari

masing-masing komponen diantara kedua fase tersebut. Senyawa atau

komponen yang tertahan (terhambat) lebih lemah oleh fase diam akan

bergerak lebih cepat daripada komponen yang tertahan lebih kuat.

Perbedaan gerakan (mobilitas) antara komponen yang satu dengan

lainnya disebabkan oleh perbedaan dalam adsorbs, partisi, kelarutan

atau penguapan diantara kedua fase. Jika perbedaan-perbedaan ini

cukup besar, maka akan terjadi pemisahan secara sempurna. Oleh

karena itu dalam kromatografi, pemilihan terhadap fase bergerak

maupun fase diam perlu dilakukan sedemikian rupa sehingga semua

komponen bisa bergerak dengan kecepatan yang berbeda-beda agar

dapat terjadi proses pemisahan (Ibnu, 2005).

AYU MELINDA NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm


15020140081
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS PREPARATIF
Pada kromatografi lapis tipis preparatif, cuplikan yang akan

dipisahkan ditotolkan berupa garis pada salah satu sisi pelat lapisan

besar dan dikembangkan secara tegak lurus pada garis cuplikan

sehingga campuran akan terpisah menjadi beberapa pita. Pita

ditampakkan dengan cara yang tidak merusak jika senyawa itu

tanwarna, dan penyerap yang mengandung senyawa pita dikerok dari

pelat kaca. Kemudian cuplikan dielusi dari penyerap dengan pelarut

polar. Cara ini berguna untuk memisahkan campuran reaksi sehingga

diperoleh senyawa murni untuk telaah pendahuluan, untuk menyiapkan

cuplikan analisis, untuk meneliti bahan alam yang lazimnya berjumlah

kecil dan campurannya rumit dan untuk memperoleh cuplikan yang

murni untuk mengkalibrasi kromatografi lapis tipis kuantitatif (Nasution,

2010).

Proses isolasi kromatografi lapis tipis preparatif terjadi

berdasarkan perbedaan daya serap dan daya partisi serta kelarutan

dari komponen-komponen kimia yang akan bergerak mengikuti

kepolaran eluen, oleh karena daya serap adsorben terhadap komponen

kimia tidak sama, maka komponen bergerak dengan kecepatan yang

berbeda sehingga hal inilah yang menyebabkan pemisahan (Munson,

2010).

Pengembangan plat KLTP biasanya dilakukan dalam bejana kaca

yang dapat menampung beberapa plat. Koefisien pemisahan dapat

ditingkatkan dengan cara pengembangan berulang. Harus diperhatikan

AYU MELINDA NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm


15020140081
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS PREPARATIF
bahwa semakin lama senyawa berkontak dengan penyerap maka

semakin besar kemungkinan penguraian (Nasution, 2010).

KLT Preparatif dapat digunakan untuk memisahkan bahan dalam

jumlah gram, namun sebagian besar pemakaian hanya dalam jumlah

milligram (Kristanti, 2008).

Seperti halnya KLT secara umum, KLT Preparatif juga melibatkan

fase diam dan fase gerak. Dimana fase diamnya adalah sebuah plat

dengan ukuran ketebalan bervariasi. Untuk jumlah sampel 10-100 mg,

dapat dipisahkan dengan mengunakan KLT Preparatif dengan

adsorben silika gel atau aluminium oksida, dengan ukuran 20x20 cm

dan tebal 1 mm, jika tebalnya di dua kalikan, maka banyaknya sampel

yang dapat dipisahkan bertambah 50%, seperti halnya KLT biasa,

adsorben yang paling umum digunakan pada KLT Preparatif adalah

silika gel (Kristanti, 2008).

Sebelum ditotolkan pada plat KLT Preparatif, sampel dilarutkan

terlebih dahulu dalam sedikit pelarut. Pelarut yang baik adalah pelarut

yang mudah menguap, misalnya n-heksana, diklorometana atu etil

asetat. Karena jika pelarut yang digunakan tidak mudah menguap,

maka akan terjadi pelebaran pita. Konsentrasi sampel juga sebaiknya

hanya 5-10%. Sampel yang ditotolkan harus berbentuk pita yang

sesempit mungkin karena baik tidaknya pemisahan juga bergantung

pada lebarnya pita (Kristanti, 2008).

AYU MELINDA NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm


15020140081
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS PREPARATIF
Kelebihan dari penggunaan KLT Preparatif adalah biaya yang

digunakan murah dan memakai peralatan paling dasar. Sementara

kekurangannya antara lain : adanya kemungkinan senyawa yang

diambil dari plat adalah senyawa beracun, waktu yang diperlukan

dalam proses pemisahan cukup panjang ,adanya pencemar setelah

proses ekstraksi senyawa dari adsorben dan biasanya rendemen yang

diperoleh berkurang dari 40%-50% dari bahan awal (Kristanti, 2008).

AYU MELINDA NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm


15020140081
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS PREPARATIF
BAB III

METODE KERJA

A. Alat

Adapun alat yang digunakan yaitu chamber kecil, chamber besar,

gelas ukur, lampu UV254 dan UV366, lempeng KLT preparatif, mistar,

penggaris, pensil, pipa kapiler, pipet tetes, sentrifuge, tabung sentrifuge,

vial.

B. Bahan

Adapun bahan yang digunakan yaitu aluminium foil, fraksi daun paku

hata (Lygodium circinnatum), etil asetat, n-heksan, dan tissue.

C. Prosedur Kerja

a. Skrining eluen

Dipilih fraksi dari metode KKK dan KCV, setelah itu ditotolkan pada

lempeng KLT ukuran 7 x 1 cm. Selanjutnya dielusi dengan eluen,

misalnya eluen perbandingan N-heksan: etil asetat 8:2 dalam 5 mL.

Kemudian diamati pada lampu UV 254 dan UV 366 nm.

b. Skrining fraksi

Dipilih fraksi dari metode KKK dan KCV, setelah itu ditotolkan pada

lempeng KLT ukuran 7 x 1 cm. Selanjutnya dielusi dengan eluen,

misalnya eluen perbandingan N-heksan: etil asetat 8:2 dalam 5 mL.

Kemudian diamati pada lampu UV 254 dan UV 366 nm. Setelah itu

disemporot dengan DPPH (2,2 Diphenil phicryl Hidrazyl). Setelah


AYU MELINDA NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm
15020140081
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS PREPARATIF
penyemprotan dengan DPPH maka akan terjadi perubahan warna

kuning berlatar ungu.

c. Kromatografi lapis tipis preparatif (KLTP)

Fraksi yang aktif dari metode KKK dan KCV selanjutnya dilarutkan

dengan eluen, kemudian ditotolkan dengan membentuk garis lurus

(pita) pada KLTP ukuran 20x20 cm (10 cm untuk KKK dan 10 cm untuk

KCV). Selanjutnya dielusi dalam chamber yang sesuai ukuran lempeng.

Selanjutnya diamati pada UV 254 dan UV 366 nm, terbentuk pita/noda.

Setelah itu sebagian lempeng KLTP ditutu[i dengan aluminium foil,

bagian yang tidak tertutup disemprot dengan DPPH, kemudian diamati

di bawah sinar tampak dan beri tanda. Setelah itu dikeruk pita lalu

dimasukkan dalam tabung sentrifuge dan tambahkan dengan 5 mL

metanol kemudian disentrifuge dengan kecepatan 500-1000 rpm

selama 10 menit. Setelah itu, jika terbentuk endapat maka endapan

disaring dan filtrat ditampung di vial.

AYU MELINDA NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm


15020140081
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS PREPARATIF
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari praktikum Kromatografi Lapis Tipis Preparatif didapatkan hasil

sebagai berikut :

Eluen Pengamatan UV 254 dan Jumlah


Fraksi
8:2 UV 366 pita

(N-heksan: etil asetat) KKK Orange,biru,kuning, dan 4

hijau

(N-heksan: etil asetat) KCV Biru, hijau, orange dan 4

ungu muda

Kromatografi adalah suatu nama yang diberikan untuk teknik

pemisahan tertentu. Cara yang asli telah diketengahkan pada tahun 1903

oleh Tsweet yang digunakan untuk pemisahan senyawa-senyawa yang

berwarna, dan nama kromatografi diambil dari senyawa yang berwarna.

Meskipun demikian pembatasan untuk senyawa-senyawa yang berwarna

tak lama, dan sekarang hampir kebanyakan pemisahan secara

kromatografi digunakan juga untuk senyawa-senyawa yang tak berwarna,

termasuk gas.

Kromatografi Lapis Tipis Preparatif merupakan proses isolasi yang

terjadi berdasarkan perbedaan daya serap dan daya partisi serta

kelarutan dari komponen-komponen kimia yang akan bergerak mengikuti

AYU MELINDA NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm


15020140081
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS PREPARATIF
kepolaran eluen oleh karena daya serap adsorben terhadap komponen

kimia tidak sama, maka komponen bergerak dengan kecepatan yang

berbeda sehingga hal inilah yang menyebabkan pemisahan.

KLT Preparatif dapat digunakan untuk memisahkan bahan dalam

jumlah gram, namun sebagian besar pemakaian hanya dalam jumlah

milligram. Prinsip dari kromatografi Lapis Tipis Preparatif yaitu adsorpsi

dan partisi, adsorpsi yaitu penyerapan pada permukaan oleh adanya fase

diam (silica) sedangkan partisi yaitu pemisahan oleh adanya fase gerak

(eluen).

Keuntungan KLTP adalah salah satu metode pemisahan yang

memerlukan pembiayaan paling murah dan memakai peralatan paling

dasar. Kerugian KLTP adalah pengambilan senyawa dari plat yang

dilanjutkan dengan pengekstraksian penjerap memerlukan waktu lama

dan jika senyawa beracun harus dikerok dari plat akan menimbulkan

banyak masalah serius. Serta adanya zat pencemar dan sisa dari plat

sendiri setelah pengsekstraksian pita yang mengandung senyawa yang

dipisahkan dengan pelarut.

Tujuan dilakukannya praktikum ini yaitu untuk menentukan

komponen kimia dari fraksi dari sampel paku hata (Lygodium circinnatum)

dengan metode kromatografi lapis tipis preparatif.

Dalam praktikum ini prosedur yang digunakan yaitu kromatografi

lapis tipis preparatif. Sebelum melakukan pemisahan dengan KLT

preparatif terlebih dahulu dilakukan pemilihan eluen yang cocok yaitu

AYU MELINDA NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm


15020140081
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS PREPARATIF
untuk memastikan eluen memiliki daya serap untuk fraksi yang digunakan,

kemudian dilakukan pemilihan fraksi untuk melihat fraksi yang lebih

banyak senyawa yang tertarik. Setelah dilakukan pemelihan eluen dan

pemilihan fraksi barulah dilakukan pengerjaan kromatografi lapis tipis

preparatif.

Fraksi aktif dari hasil KKK dan fraksi aktif dari hasil KCV ditotolkan

berbentuk pita pada garis yang telah dibuat sebelumnya. Lempeng yang

digunakan itu berukuran 20 x 20 cm. Setelah ditotolkan, kemudian dielusi

dengan eluen n-heksan : etil asetat (8:2). Setelah dielusi lempeng diamati

di bawah lampu UV 254 nm dan UV 366 nm. Pita yang terbentuk dideteksi

dengan menyemprotkan DPPH untuk melihat senyawa yang aktif dan

diberi tanda kemudian dikeruk untuk disentrifuge sehingga terpisah

supernatan dengan isolat murni.

Setelah itu masing-masing fraksi yang telah dipilih ditotolkan pada

lempeng KLTP menggunakan pipa kapiler. Selanjutnya dielusi dalam

chamber yang berisi eluen n-heksan : etil asetat dengan perbandingan 8:2

dalam 100 mL yang telah jenuh. Lalu dibiarkan terelusi, selanjutnya

diamati penampakan bercak noda pada lampu UV 254 dan 366 nm.

Setelah itu dilakukan uji antioksidan dengan cara menyemprot lempeng

menggunakan DPPH. Setelah disemprot, maka akan tampak fraksi aktif

sebagai antioksidan dengan perubahan warna noda menjadi kuning.

Setelah itu fraksi aktif tersebut dikeruk. Dan hasil pengerukan tersebut

disimpan ke dalam vial, kemudian dilarutkan dengan metanol, lalu

AYU MELINDA NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm


15020140081
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS PREPARATIF
dipindahkan ke tabung sentrifuge, dan sentrifuge selama 10 menit.

Setelah terbentuk endapan, bagian metanolnya diambil kemudian

dipindahkan ke dalam vial kembali, dan untuk endapannya dimasukkan

kedalam vial yang berbeda.

Alasan penggunaan n-heksan : etil asetat (8:2) yaitu karena n-

heksan etil asetat ialah salah satu fase gerak biner yang sering dipakai

pada pemisahan. Adapun kegunaan dari DPPH yaitu untuk pengujian

aktivitas antioksidan pada sampel fraksi yang digunakan. DPPH yaitu

radikal bebas yang dapat bereaksi dengan senyawa. DPPH juga

digunakan sebagai pewarna (indikator) yang dapat menunjukkan

perubahan warna dari ungu ke kuning, yang menandakan bahwa senyawa

tersebut dapat menangkal radikal bebas. Sedangkan bahaya dari

penggunaan DPPH yaitu karena sifatnya yang radikal bebas maka sangat

reaktif sehingga kerusakan fungsi sel sehingga harus digunakan secara

hati-hati.

Dari praktikum yang dilakukan ini didapatkan hasil dari KKK dan KCV

masing terbentuk 4 pita/noda yang dimana dari metode KKK dan KCV

masing-masing diambil 2 pita/noda untuk dikeruk dan selanjutnya

dimasukkan ke dalam vial dan dilakukan sentrifuge untuk mengetahui

senyawa yang terbentuk pada lempeng.

AYU MELINDA NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm


15020140081
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS PREPARATIF
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa

isolasi pada fraksi daun paku hata (Lygodium circinnatum) pada metode

KKK terbentuk 4 pita/noda dan pada metode KCV terbentuk 4 pita/noda

setelah diamati pada UV 254 dan 366 nm dan dipilih 2 dari masing-masing

metode untuk selanjutnya disentrifug.

B. Saran

Diharapkan agar bahan dan alat yang akan digunakan, dapat

disediakan oleh laboratorium.

AYU MELINDA NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm


15020140081
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS PREPARATIF
LAMPIRAN

Skema Kerja

a. Skrining eluen

Fraksi dari metode KKK


dan KCV

o Dipilih fraksi dari metode KKK dan KCV


o Ditotolkan pada lempeng KLT ukuran 7 x
1 cm
o Dielusi dengan eluen n-heksan: etil asetat
8:2 dalam 5 mL
o Diamati pada UV 254 dan UV 366 nm

Terbentuk noda

b. Skrining fraksi

Fraksi dari metode KKK


dan KCV

o Dipilih fraksi dari metode KKK dan KCV


o Ditotolkan pada lempeng KLT ukuran 7 x
1 cm
o Dielusi dengan eluen n-heksan: etil asetat
8:2 dalam 5 mL
o Diamati pada UV 254 dan UV 366 nm
o Disemprot dengan DPPH

Terjadi perubahan warna


kuning berlatar ungu

AYU MELINDA NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm


15020140081
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS PREPARATIF
c. Kromatografi lapis tipis preparatif (KLTP)

Fraksi yang aktif dari


metode KKK dan KCV

o Dipilih fraksi dari metode KKK dan KCV


o Ditotolkan pada lempeng KLT ukuran 7 x
1 cm
o Dielusi dengan eluen n-heksan: etil asetat
8:2 dalam 5 mL
o Diamati pada UV 254 dan UV 366 nm
o Disemprot dengan DPPH

Terbentuk pita/noda

isolat

AYU MELINDA NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm


15020140081
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS PREPARATIF
GAMBAR

a. Skrining eluen

(pada UV 254 nm) (pada UV 366 nm)

b. Skrining fraksi

(pada UV 254 nm) (pada UV 366 nm)

AYU MELINDA NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm


15020140081
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS PREPARATIF

(pada UV 254 nm) (pada UV 366 nm)

(sebelum diamati pada lampu UV)

AYU MELINDA NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm


15020140081
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS PREPARATIF
c. Kromatografi lapis tipis preparatif (KLTP)

1. Dari metode KKK

(pada UV 254 nm) (pada UV 366 nm)

2. Dari metode KCV

(pada UV 254 nm) (pada UV 366 nm)

AYU MELINDA NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm


15020140081

Anda mungkin juga menyukai