Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN LENGKAP

PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL II

KELAS : FARMASI A1

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2022
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Lengkap PSL (Pharmaceutical Skill Laboratory) Teknologi Steril 2 ini disusun
sebagai salah satu syarat untuk mengikuti OSCE (Objective Structured Clinical Examination)
Teknologi Steril 2 pada semester genap (VI) mahasiswa/mahasiswi Jurusan Farmasi Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar Tahun
Akademik 2022/2023 yang disetujui oleh:

NO PSL (PHARMACEUTICAL SKILL LABORATORY) ASISTEN

1 PREFORMULASI SEDIAAN INFUS LEVOFLOXACIN ASISTEN 1

2 FORMULASI SEDIAAN INFUS LEVOFLOXACIN

ALIF SETIAWAN
3 PREFORMULASI SEDIAAN AMPUL FUROSEMIDE
AMRAN, S.FARM

4 FORMULASI SEDIAAN AMPUL FUROSEMIDE


ASISTEN 2

5 PERSIAPAN PRODUKSI (STERILISASI)

6 PRODUKSI LVP DAN SVP

7 EVALUASI SEDIAAN
KURNIATI RARE,
S.FARM)
8 ANALISIS HASIL EVALUASI SEDIAAN
DAFTAR ISI

SAMPUL…………………………………………………………………………………1

LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………………..…….2

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………..3

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………...4

PREFORMULASI SEDIAAN INFUS LEVOFLOXACIN…………............................

FORMULASI SEDIAAN INFUS LEVOFLOXACIN…………....................................

ANALISIS HASIL EVALUASI INFUS LEVOFLOXACIN…………..........................

PREFORMULASI SEDIAAN AMPUL FUROSEMIDE...............................................

FORMULASI SEDIAAN AMPUL FUROSEMIDE.......................................................

ANALISIS HASIL EVALUASI AMPUL FUROSEMIDE.............................................

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................

LAMPIRAN.........................................................................................................................
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadrat Allah SWT yang telah memberikan
penulis kesempatan sehingga masih di berikan kesehatan untuk menyelesaikan
laporan lengkap ini. Salam dan shalawat tak lupa kita haturkan kepada junjungan
kita Nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam penuh
kegelapan menuju ke alam yang penuh keterangan.

Laporan lengkap PSL (Pharmaceutical Skill Laboratory) Teknologi Steril


2 ini terkhusus sebagai salah satu syarat untuk mengikuti OSCE (Objective
Structured Clinical Examination) Teknologi Steril 2. Semua percobaan yang
dilakukan telah terlampir dalam laporan lengkap ini.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen


koordinator dan asisten-asisten yang telah membantu kami dalam penyusunan
laporan lengkap ini, sehingga penyusunan laporanlengkap ini dapat terlaksana.

Akhir kata "tiada gading yang tak retak" tak ada yang sempurna di dunia
ini, semoga laporan lengkap ini bisa bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Gowa, 16 Juli 2022

Penulis
PREFORMULASI SEDIAAN INFUS LEVOFLOKSASIN

A. Studi Preformulasi

1. Uraian Bahan

a. Zat Aktif

1) Studi farmakologi

Mekanisme kerja : Mekanisme kerja dari levofloksasin adalah

dengan menghambat enzim DNA-gyrase,

sehingga mengakibatkan kerusakan rantai DNA.


DNA-gyrase (topoisomerase II) merupakan

enzim yang sangat diperlukan oleh bakteri untuk

memelihara struktur superheliks DNA, juga

diperlukan untuk replikasi, transkripsi dan

perbaikan DNA (Sweetman, et al. 2009: 292)

Indikasi : Agen tunggal untuk pengobatan pneumonia yang

didapat masyarakat dan mengobati infeksi yang

rentan termasuk tuberculosis (Sweetman, et al.

2009: 292)

Kontraindikasi : Gangguan ginjal, hipersensitifitas terhadap

levofloxacin dan penyakit saraf lainnya

(Sweetman, et al. 2009: 292)

Efek samping : Hiperglikemia simtomatik dan/atau hipoglikemia

telah dilaporkan, biasanya pada penderita

diabetes yang juga mengambil hipoglikemik atau

insulin. Pasien seperti itu harus memiliki

konsentrasi glukosa darah mereka yang dipantau


secara ketat robek dan jika tanda atau gejala
gangguan glukosa berkembang, levofloxacin

harus dihentikan (Sweetman, et al. 2009: 292)

Interaksi obat : Golongan fluorokuinolon berinteraksi dengan

beberapa obat misalnya: Antasid dan preparat

besi (FE), Teofilin, Obat-obat yang dapat

memperpanjang interval Qtc. (misalnya.

Kuinidin, Prokainamid, Amiodaron, Sotalol,

Terfenadin, dan Sisaprid (Gunawan. 2016: 727)

Dosis : Infus 500 mg/ 100 mL (1 x sehari secara

intravena) (Gunawan. 2016: 292) infus 750 mg/

100 mL (1 x sehari secara intravena) (Sweetman,

et al. 2009: 292)

Kegunaan : Zat Aktif

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung cahaya,

simpan dalam suhu ruang (Dirjen POM. 2020:


1021-1024)

2) Studi farmakokinetika

Absorpsi : Pemberian intravaskular artinya obat langsung

dimasukkan ke dalam pembuluh darah vena atau

arteri. Dalam hal ini tidak ada proses absorpsi

obat, maka semua obat (dosis yang diberikan)

yang ada dalam sediaan masuk ke dalam tubuh

(Nasution. 2015: 61)

Distribusi : Golongan obat fluorokuinolon didistribusi dengan

baik pada berbagai organ tubuh. Fluorokuinolon


hanya sedikit terikat dengan protein (Gunawan.

2006: 725)

Metabolisme : Levofloxacin diberikan dalam bentuk intravena

yang langsung diberikan kedalam sirkulasi darah,

sehingga metabolism Levofloxacin terjadi

diperedaran darah, dimana untuk bentuk sediaan

intravena, hampir seluruh bahan obat diubah

menjadi metabolit dengan konsentrasi mendekati

100 % (Nasution. 2015: 65)

Eksresi : Kebanyakan fluorokuinolon dieksresikan melalui


ginjal (Gunawan. 2006: 725)

3) Studi Fisikakimia (Dirjen POM. 2020: 1021-1024)

Nama Resmi : LEVOFLOXACIN

Nama lain : Levofloksasin, Levaquin, Quixin, Cravit,

Levofloxacin

Rumus Molekul : C18H20FN3O4

Berat Molekul : 370,38

Rumus Struktur :

Pemerian : Hablur atau serbuk hablur; putih kekuningan

sampai putih kuning.


Kelarutan : Agak sukar larut dalam air, dalam aseton, dan

dalam metanol; praktis tidak larut dalam gliserin

dan dalam n-oktanol; larut dalam

dimetilsulfoksida dan dalam asam asetat.

pH : 3,8 - 5,8

Incompatibilitas : Oksidator kuat (MSDS)

Stabilitas : Stabil di bawah kondisi suhu dan tekanan normal

dan jika disimpan per sisipan paket (MSDS)

Kegunaan : Zat Aktif

Wadah : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung cahaya.

Penyimpanan : Simpan dalam suhu ruang

Peringatan : Penggunaan pada penderita diabetes dengan

terapi insulin atau hipoglikemik; penggunaan

pada anak-anak dan remaja karena adanya

perubahan pada sendi; penggunaan pada pasien

dengan gangguan ginjal (Sweetman. 2009: 292)

Kategori Kehamilan : Menurut FDA (2008) Levofloksasin termasuk

kedalam kategori C
b. Bahan Tambahan

1) Pembawa (European Pharmacopoeia Commisian. 2013: 3555) (Dirjen POM.

1979: 97) (Rowe, et al. 2009: 766) (Dirjen POM. 2014: 64)

Nama Resmi : WATER FOR INJECTION

Sinonim : Aquadest, Air suling, Air untuk injeksi, Aqua pro

Injection, Aqua Destilata

Rumus Molekul : H2O

Berat Molekul : 18,02

Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau

pH : 5,0-7,0

Stabilitas dan Suhu : Stabil dalam semua keadaan fisik, titik didih

100oC. Suhu kritis 374, 2oC titik beku 0oC

Incompatibilitas : Eksipien lain yang rentan terhadap hidrolisis

(penguraian dalam kehadiran air atau

kelembaban) di lingkungan dan ditinggikan suhu.

Air dapat bereaksi hebat dengan logam alkali dan

secara cepat dengan logam alkali dan oksidanya,

seperti kalsium oksida dan magnesium oksida.

Air juga bereaksi dengan senyawa anhidrat untuk

membentukhidrat dari berbagai komposisi, dan


dengan bahan organik tertentu dan kalsium

karbida dan kalsium karbida

Kegunaan : Pembawa/pelarut

Wadah : Dalam wadah tertutup kedap. Jika disimpan

dalam wadah bertutup kapas harus digunakan


dalam waktu 3 hari setelah pembuaan.

2) Pengisotonis (Allen, L.V. 2009: 637-639; Dirjen POM. 2020: 1225-1227)

Nama Resmi : NATRII CHLORIDUM

Sinonim : Natrium klorida, sodium chloride, garam biasa,

garam dapur, garam laut

Berat Molekul : 58,44

Rumus Molekul : Na Cl

Pemerian : Hablur bentuk kubus, tidak berwarna atau serbuk

hablur putih; rasa asin

Kelarutan : Mudah larut dalam air; larut dalam gliserin; sukar

larut dalam etanol

Stabilitas : Larutan Natrium klorida berair stabil tetapi dapat

menyebabkan pemisahan partikel kaca dari jenis

wadah kaca tertentu. Larutan berair dapat

disterilkan dengan autoklaf atau filtrasi

pH : 6,7-3,0

Inkompatiblitas : Larutan Natrium klorida berair bersifat korosif

terhadap besi. Mereka juga bereaksi membentuk

endapan dengan garam perak, timbal, dan

merkuri. Zat pengoksidasi kuat membebaskan

klorin dari larutan natrium yang diasamkan


klorida. Kelarutan bahan pengawet antimikroba

metil-paraben berkurang dalam larutan natrium

klorida berair dan viskositas gel karbomer dan

larutan hidroksietil selulosa atau hidroksipropil

selulosa direduksi dengan penambahan natrium

klorida

Kegunaan : Pengisotonis

Konsentrasi : 0,9%

Metode Sterilisasi : Autoklaf atau filtrasi


Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

3) Natrium hidroksida (Dirjen POM. 1979: 412; Dirjen POM. 2020: 185-186;

Rowe, et al. 2009: 648-649)

Nama Resmi : NATRII HYDROXYDUM

Nama Lain : Natrium hidroksida, Sodium hydroxide, Ascaritre

Soda kaustik, Sodium oxidanide, Natrii

hydroxide

Rumus Molekul : NaOH

Berat Molekul : 40,00

Rumus Struktur : Na O H

pH : 12 (0,05 % b/b Larutan berair); 13 (0,5 % b/b

Larutan berair)

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan eanol (95%)

Pemerian : Bentuk batang; butiran, masa hablur atau

keeping, kering, keras, rapuh dan menunjukkan

susunan hablur; putih, mudah meleleh basah,

sangat alkalis dan korosif. Akan cepat menyerap


karbon dioksida dan lembab. Berbentuk pellet

kecil

Stabilitas : Larutan natrium klorida berair stabil tetapi dapat

menyebabkan pemisahan partikel kaca dari jenis

wadah kaca tertentu

Sterilitas : Larutan berair dapat disterilkan dengan autoklaf

atau filtrasi

Penyimpanan : Bahan padat stabil dan harus disimpan di tempat

yang tertutup rapat wadah, di tempat yang sejuk

dan kering

Wadah : Dalam wadah tertutup baik

Incompabilitas : Larutan natrium klorida berair bersifat korosif

terhadap besi. Bereaksi membentuk endapan

dengan garam perak, timbal, dan merkuri. Zat

pengoksidasi kuat membebaskan klorin dari

larutan natrium yang diasamkan klorida.

Kelarutan pengawet antimikroba metil paraben

menurun dalam larutan natrium klorida berair dan

viskositas gel karbomer dan larutan hidroksietil

selulosa atau hidroksipropil selulosa direduksi

dengan penambahan natrium klorida


Kegunaan : pH Adjustment

4) Asam klorida (Dirjen POM. 1979: 53; Dirjen POM. 2014: 156)

Nama Resmi : ACIDUM HYDROCHLORIDUM

Nama Lain : Asam klorida, Asam hidroklorida, Hidrogen

klorida, Asam lambung, Hydrochloride acid


Rumus Molekul : HCl

Berat Molekul : 36,46

Rumus Struktur :H Cl

Kelarutan : Larut dalam etanol, asam asetat, tidak larut dalam

air

Pemerian : Cairan, tidak berwarna, berasap, bau merangsang.

Jika diencerkan dengan 2 bagian air, asap dan bau

hilang. Bobot jenis ± 1,18

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

pH : 0,1 (10% v/v larutan air)

Kegunaan : pH Adjustment

Stabilitas : Asam klorida harus disimpan dalam wadah yang

tertutup rapat, kaca atau wadah inert lainnya pada

suhu di bawah 308oC. Penyimpanan di dekat

kedekatan dengan alkali pekat, logam, dan

sianida harus dihindari

Incompatibilitas : Asam klorida bereaksi hebat dengan basa, dengan

evolusi sejumlah besar panas. Asam klorida juga

bereaksi dengan banyak logam, membebaskan

hidrogen
2. Alasan Pemilihan

a. Bentuk Sediaan

Berdasarkan kelarutan dari levofloksasin, yaitu agak sukar larut

dalam air (Dirjen POM. 2020: 1021), maka bagian pelarut yang

dibutuhkan untuk melarutkan satu bagian zat terlarut adalah 30-100

bagian (Dirjen POM. 1995: 1).

Dapat diartikan bahwa untuk 1 gram zat aktif (Levofloksasin)

membutuhkan 30-100 mL air untuk melarutkan zat aktif tersebut.

Karena sifat kelarutan zat aktif inilah, maka akan dibuat dalam bentuk

sediaan parenteral volume besar (LVP) yaitu infus, karena zat aktif

membutuhkan banyak pelarut. Infus adalah sediaan steril berupa

larutan atau emulsi, bebas pirogen dan sedapat mungkin isotonis

terhadap darah, disuntikkan langsung ke dalam vena dalam volume

relatif banyak, mengacu kepada injeksi untuk pemberian intravena dan

dikemas dalam wadah 100 ml atau lebih (Tungadi. 2017: 105).

Dalam pemberian obat secara intravena, larutan berair

disuntikkan langsung ke dalam vena dengan kecepatan yang sepadan

dengan efisiensi, keamanan, kenyamanan pasien, dan durasi respons

obat yang diinginkan. Injeksi intravena memungkinkan tercapainya

kadar obat dalam darah yang diinginkan secara optimal dan kuantitatif

(Ansel. 2011: 194-195).

Pemberian obat secara intravena menghasilkan kerja obat yang

cepat dibandingkan dengan cara-cara pemberian lain karena absorpsi

obat tidak menjadi masalah, maka tingkatan darah optimum dapat

dicapai dengan dengan ketepatan dan kesegeraan yang tidak mungkin

di dapat dengan cara-cara lain. Pada keadaan gawat, pemberian obat


lewat intravena dapat menjadi cara yang menyelamatkan hidup karena

penempatan obat langsung ke sirkulasi darah dan kerja obat yang

cepat terjadi (Ansel. 1989: 401).

Pemberian Intravena mencapai respon yang cepat dan dapat

diprediksi ini memastikan 100 % obat bioavailibilitas (Jones. 2008:

104)

b. Zat aktif (Levofloxacin)

Levofloksasin merupakan antibakteri golongan fluorokuinolon

yang dijuluki sebagai respiratory quinolone karena mempunyai daya

antibakteri yang cukup baik terhadap kuman gram-positif, gram-

negatif, dan kuman atipik penyebab Infeksi Saluran Napas Bawah

(Gunawan. 2016: 726).

Untuk sediaan infus, dosis dari Levofloksasin adalah 500

mg/100 mL dengan dosis 1 kali sebanyak 500 mg IV setiap 24 jam

(Gunawan. 2016: 726), atau 750 mg secara IV setiap hari dan untuk

pediatric adalah 8-20 mg/kg/hari dengan indikasi pneumonia infeksi

bakteri (DiPiro, et al. 2020: 5252).

Levofloksasin secara umum diketahui memiliki aktifitas

antibakteri dua kali lipat sama aktifnya dengan Ofloksasin (Sweetman.

2009: 292). Levofloksasin adalah salah satu quinolone generasi baru

yang secara luas digunakan karena efektifitas dan keamanannya.

Antibiotik ini juga dikenal karena memiliki keefektifitasan yang

tinggi, kemungkinan resistensi yang rendah dibandingkan quinolone

jenis lama (Nathalie, et al. 2019: 25-26), dan spektrum antibakteri

yang luas (Sweetman. 2009: 292).


Levofloksasin sebagai fluorokuinolon generasi baru memiliki

kelebihan dibandingkan dengan generasi lama yakni pada aspek

farmakokinetiknya, dimana bioavailabilitas fluorokuinolon generasi

baru seperti Levofloksasin adalah antara 85-95%, sementara generasi

lama hanya berkisar pada 70% saja (Raini. 2016: 165).

Selain kelebihan di atas, kelebihan lain dari golongan

fluorokuinolon adalah harganya yang relative murah, dapat ditoleransi

dengan baik, dan kejadian efek samping berupa ruam kulit yang

biasanya terjadi pada pemberian secara intravena juga lebih sedikit

ditemukan (Melarosa, et al. 2019: 14).

c. Bahan Pembawa dan Bahan Tambahan

1) Water For Injection

Berdasarkan kelarutan zat aktif Levofloksasin yaitu agak

sukar larut dalam air (Dirjen POM. 2020: 1021) namun akan

dibuat dalam bentuk sediaan infus, maka pembawa atau pelarut

yang digunakan pada formula ini adalah air. Pelarut dalam

formulasi injeksi merupakan komponen terbesar, pelarut yang

sering digunakan adalah Water for Injection (Akers. 2010: 58).

Menurut European Medicines Agency, kualitas minimum

air yang dapat diterima untuk sediaan parenteral adalah Water For

Injection (European Medicines Agency. 2020: 6).


Table 1: Sterile Medicinal Products
Minimum Acceptable Quality of
Sterile Medicinal Products Water
Biologics (including vaccines and WFI
ATMP)
Parenteral WFI

Ophtalmic Purified Water


Haemofiltration Solutions WFI
Haemodiafiltration Solutions
Peritoneal Dialysis Solutions WFI

Irrigation Solutions WFI

Nasal/Ear Preparations Purified Water

Cutaneous Preparations Purified Water

Berdasarkan tabel diatas, maka pembawa yang digunakan

adalah WFI. Air untuk injeksi adalah air yang telah dimurnikan

dengan cara destilasi atau proses pemurnian lain yang setara atau

lebih baik dari destilasi untuk menurunkan kontaminan mikroba

dan zat kimia. Air untuk injeksi diolah dari air yang memenuhi

persyaratan Air Murni. Tidak mengandung zat tambahan lain

(Dirjen POM. 2020: 71).

2) NaCl (Agen Pengisotonis)


Dalam formulasi sediaan LVP, isotonisitas merupakan

factor yang sangat esensial keberadaannya, dimana range

osmolaritas untuk sediaan parenteral adalah berkisar antara 280

dan 290 mOsm/L (Sneha, et al. 2018: 82).

Pada dasarnya, Natrium klorida 0,9% merupakan agen

pengisotonis yang paling umum digunakan dalam formulasi


sediaan parenteral, kecuali bila penambahan bahan tambahan ini
diketahui dapat menimbulkan efek yang merugikan bagi sediaan,

maka agen pengisotonis lain dapat digunakan (Gibson. 2004:

334).

Tonisitas cairan intravena menggambarkan osmolalitas

cairan intravena terhadap plasma (Cree and Rischmiller, 2005 in

Yohana Natalia, et al. 2018: 76). Apabila osmolalitas cairan

intravena dalam rentang yang sama dengan plasma, cairan

tersebut dikatakan isotonis. Adapun cairan dengan osmolalitas

yang lebih rendah disebut hipotonis, dan yang lebih tinggi disebut

hipertonis (Ganong, 2008 in Yohana Natalia, et al. 2018: 76).

Secara teoritis, cairan yang bersifat hipertonis yang masuk

ke dalam tubuh akan memiliki tendensi untuk menyerap air dari

jaringan tubuh menuju ke cairan dalam upaya untuk melakukan

dilusi dan menyamakan konsentrasi equilibrium. Dalam darah,

hal ini akan menyebabkan krenasi (pengkerutan) sel darah (Ansel,

et al. 2014: 609). Sedangkan cairan yang sifatnya hipotonis,

dengan mekanisme yang berlawanan, akan mengakibatkan

terjadinya hemolysis atau penghancuran sel (Sneha, et al. 2018:

82).

Dalam sebuah studi yang dilakukan pada tahun 2018 oleh

Yohana Natalia et al., juga menunjukkan adanya hubungan antara

kejadian phlebitis dengan cairan intravena yang bersifat hipertonis

dengan mencetuskan respon inflamasi, sedangkan cairan yang

bersifat isotonis memiliki resiko kejadian phlebitis yang rendah,

sehingga faktor isotonisitas juga penting untuk diperhatikan

(Yohana Natalia et al. 2018: 78).


NaCl menurut Excipients Edisi VI tidak menunjukkan

adanya inkompatibilitas dengan bahan obat sehingga aman untuk

digunakan dalam formulasi ini. Ini merupakan bahan pengisotonis

yang paling umum digunakan, bersifat stabil dalam bentuk

larutannya, dan bersifat nontoxic serta non-irritant (Rowe, et al.

2009: 637-639).

3) NaOH dan HCl (pH Adjustment)

NaOH dan HCl berfungsi sebagai pH adjustment, yang

secara berturut-turut akan membasakan dan mengasamkan pH

larutan (Rowe, et al. 2009: 648, 308).

Pada dasarnya, produk-produk parenteral harus

diformulasikan dengan pH yang dekat dengan pH fisiologis

namun tetap mempertimbangkan pH stabilitas sediaan, dimana

biasanya pemilihan pH formulasi ini adalah pH maksimum

stabilitas, solubilitas dan keberterimaan pH fisiologis (Gibson.

2004: 333).

Biasanya, pH sediaan dibuat sedekat mungkin dengan pH

fisiologis yakni ±7,4 namun tubuh memiliki range khusus yang

masih dapat ditolerir, misalnya untuk darah, pada sediaan dengan

rute intravena masih dapat mentolerir sediaan dengan pH 2-12.

Banyak produk yang diformulasikan pada pH yang sedikit asam

karena pertimbangan solubilitas dan stabilitas, serta sebagian

besar produk berlisensi memiliki pH antara 3-9. pH di luar range

ini harus dihindari jika memungkinkan karena pH di bawah 3

dapat menyebabkan nyeri saat penyuntikan dan phlebitis,


sedangkan pH di atas 9 dapat menyebabkan nekrosis jaringan

(Gibson. 2004: 333).

Menurut studi sifat fisikakimia bahan aktif, pH

Levofloksasin dalam bentuk injeksi adalah antara 3,8 dan 5,8

(Dirjen POM. 2020: 1024). Hal ini menunjukkan bahwasanya

range pH injeksi Levofloksasin adalah masih dalam range pH

yang dipersyaratkan pada pernyataan di atas, sehingga

penggunaan buffer pada formulasi ini dianggap tidak

esensial/tidak diperlukan (Dirjen POM. 2020: 1024).

Hal ini juga didukung dengan studi yang dilakukan oleh

Prevesh Kumar et al., pada tahun 2016 mengenai injeksi

antibiotik parenteral, bahwasanya untuk LVP, buffer biasanya

tidak digunakan (Kumar, et al. 2016: 986).

Adapun alasan yang mendukung hal ini adalah sifat darah

yang dapat mendilusi sediaan dengan cepat (Gibson. 2004: 333),

dan berfungsi sebagai buffer alami (Lambert, et al. 2017).

HCl dan NaOH diketahui tidak inkompatibel dengan zat

aktif atau bahan tambahan lainnya, aman digunakan untuk

penggunaan intravena sehingga dapat digunakan pada formulasi

sediaan ini (Rowe et al. 2009: 648-308).


FORMULASI SEDIAAN INFUS LEVOFLOKSASIN

A. Formulasi

1. Rancangan Formula

Nama Prodok : LEVO THREE

Jumlah Produk : 10.000 (sepuluh ribu )

Tanggal Formulasi : 23 Juni 2022

Tanggal Produksi : 08 Juni 2022

Nomor Registrasi : DKL2219687249A1

Nomor Best : 2080721

Komposisi : Tiap 100 ml sediaan Infus Mengandug

Levofloxacin 0,5%

Natrium klorida 0,854%

Asam hidroklorida qs pH

Sodium hidroksida qs pH

Water for injection qs 100 ml

2. Master Formula

Diproduksi Tanggal Tanggal Dibuat


Disetujui oleh
oleh formulasi produksi oleh
Tim
Surya Ningsih
Mi Classe formulation
23 Juni 2022 08 Juni 2022 S.Si., M.Si.,
Farma Mi Classe
Apt.
Farma
Kode Nama Per bets
Fungsi/kegunaan Per 100 ml
bahan bahan (10.000 )
01 - LVF Levofloxacin Bahan aktif 500 mg 5,1 kg
02 - NCL Natrium Agen 0,854 gram 8,711 kg
klorida pengisotonis Ad 100 ml Ad 1020 Liter
03 - WFI Water for Pembawa
injection
3. Perhitungan Dosis

Menurut Gunawan (2016), dosis infus Levofloksasin untuk dewasa

adalah satu kali sehari untuk sediaan 500 mg/100 mL atau 5 mg/1 mL

(Gunawan. 2016: 726) atau dalam sumber lain 750 mg/100 mL

(Sweetman. 2009: 292). Sedangkan untuk anak-anak adalah 8-20

mg/kg/hari (DiPiro, et al. 2020: 5252).

Berdasarkan kedua uraian di atas, diketahui sediaan infus ini baik

dewasa maupun anak-anak digunakan secara single-dose, tergantung

kondisi pasien (berat badan untu anak-anak, dan kebutuhan masing-masing

pasien) (DiPiro, et al. 2020: 5252).

4. Perhitungan Bahan

a. Perkemasan

1) Levofloksasin

Tiap 100 mL mengandung 500 mg Levofloksasin, sehingga :

= atau 0,5%

Tiap satu wadah infus 100 mL mengandung 0,5% bahan aktif

2) Natrium klorida

Diketahui : Nilai Liso untuk asam lemah adalah 2,0 (Agarwal. 2014:

128)

Levofloksasin merupakan golongan fluorokuinolon yang

merupakan asam lemah (Meredith, 2015)

Perhitungan :

E NaCl =

E NaCl =
E NaCl = 0,092 gram

Jadi, satu gram Levofloksasin setara dengan 0,092 gram NaCl atau 0,5

gram Levofloksasin setara dengan 0,046 gram NaCl. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa sediaan hipotonis (<0,9 gram), perlu ditambahkan

pengisotonis berupa NaCl sebanyak perhitungan berikut :

Jumlah NaCl yang diperlukan untuk membuat sediaan isotonis adalah

0,9% (Gibson. 2004: 234) atau 0,9 gram dalam 100 mL.

Maka jumlah NaCl yang perlu ditambahkan ke dalam sediaan infus ini

adalah :

0,9 gram – 0,046 gram = 0,854 gram

= 0,854%

3) pH adjustment

Pada umumnya, jika suatu formula memerlukan penambahan

pH adjuster, maka dapat digunakan larutan encer (0,1 hingga 0,2

N) HCl atau NaOH. Ini juga merupakan jenis pH adjusters yang

biasanya digunakan (Villiers. 2008: 227). Dalam hal ini, dapat

digunakan 0,2 N dengan pH :

0,2 N HCl  pH = - log [Ca]

= - log [0,2]

= 0,698 atau 1 (dibulatkan)

0,2 N NaOH  pH = pKw + log [Ca]

= 14 + log [0,2]
= 14 – 0,698

= 13

Dimana pH adjuster 0,2 N HCl dan 0,2 N NaOH ini setara dengan :

N = M x e ; dimana M adalah molaritas; dan e adalah jumlah ion

(Barnet, 2018)

0,2 N HCl = M x 2

M = 0,1 M

0,2 N NaOH = M x 2

M = 0,1 M

Sehingga, 0,2 N HCl dan 0,2 N NaOH secara berturut-turut setara

dengan 0,1 M HCl dan 0,1 M NaOH.

b. Perbets (10,000 wadah)

Menurut USP, setiap produk untuk sediaan injeksi harus

dilebihkan volumenya sebanyak jumlah tertentu tergantung dari

berapa volume sediaan injeksi yang akan dibuat. Dalam formulasi ini,

akan dibuat sebanyak 100 mL sediaan dengan pelarut air yang bersifat

tidak viskos (tidak menggunakan pemviskos), sehingga perlu

dilebihkan sebanyak 2% (USP, 2010).

1) Levofloksasin

x 10000 (+2%) = 5 kg (+2%)

= 5,1 kg
2) Natrium klorida

x 10000 (+2%) = 8,54 kg (+2%)

= 8,7108 kg

5. Cara Kerja

a. Sterilisasi Bahan

1) Levofloksasın di sterilisasi sengan metode panas kering pada suhu

160°C selama 120 menit (Kemenkes. 2010: 29; Nisar, et al. 2019:

1273)

2) Water for injection di sterilisasi Dengan metode panas basah pada

121°C selama 15 menit (Kemenkes. 2016: 99).

3) Natrium klorida disterilisasi dengan metode autoklaf 101°C selama

15 menit dengan membran filtration (Rowe. 2009: 637-639)

4) HCl disterilisasi dengan metode autoklaf 121°C selama 15 menit

karena bentuknya yang cair ( Kemenkes. 2016: 29).

5) NaOH disterilisasi Dengan metode autoklaf 121°C selama 15-30

menit (Stanley, et al. 2003: 257).

b. Sterilisasi ruangan

Untuk membantu mengurangi kontaminasi udara dan

permukaan dalam lingkungan. Produksi steril dapat dilakukan

sterilisasi ruangan dengan metode sinar UV pada panjang gelombang

2537 Angstrom units (253,7 milimikron) (Lachman. 1987: 628).

c. Sterilisas alat

Untuk alat-alat yang terbuat dari kaca dan logam, lakukan

sterilisasi Dengan metode panas kering karena alat-alat jenis ini

umumnya tahan dengan sterilisasi panas kering (Lachman. 1987: 627).


Untuk alat-alat yang berupa komponen karet dan selulosa dapat

dilakukan sterilisasi dengan metode panas basah suhu minimal.

Biasanya < 140°C (Lachman. 1987: 627-628).

d. Pembuatan Infus (Jones, 2008 : 109-150)

1) Lakukan sterilisasi terhadap bahan, alat, dan ruangan seperti yang

tertera sebelumnya

2) Lakukan pencampuran bahan-bahan dalam formulasi, yakni NaCl

dan Levofloksasin dalam main vessels pengan Water for injection.

3) Lakukan pencampuran hingga semua bahan larut

4) Cukupkan volume sediaan sebanyak yang diinginkan

5) Lakukan pengecekan pH dengan pH meter, sesuaikan pH sediaan

*Bila sediaan terlalu Basa, tambahkan pH adjustment asam: HCl

*Bila sediaan terlalu asam, tambahkan pH adjustment basa: NaOH

6) Lakukan sterilisasi akhir dengan metode panas basah autoklaf

121℃ selama 15 menit

7) Lakukan pengisian ke dalam wadah dengan teknik aseptik.

8) Simpan sediaan yang telah dikemas ke dalam wadah di ruang

karantina untuk dilakukan evaluasi sebelum resmi diedarkan

6. Evaluasi Sediaan

a. Evaluasi fisika

1) Uji bahan partikkulat dalam injeksi (Dirjen POM. 1995: 1533-

1534)

Prosedurnya dengan cara memanfaatkan sensor

penghamburan cahaya, jika tidak memenuhi batas yang ditetapkan

maka dilakukan pengujian mikroskopik. Pengujian mikroskopik ini


menghitung bahan partikulat subvisible setelah dikumpulkan pada

penyaring membrane mikropori.

2) Penetapan pH (Dirjen POM. 1995: 1572-1573)

Pengukuran pH cairan uji menggunakan sebagaimana

mestinya yang mampu mengukur harga pH sampai 0,02 unit pH

menggunakan electrode indicator yang peka, electrode kaca, dan

electrode pembanding yang sesuai.

3) Uji kejernihan (Dirjen POM. 1995: 998)

Uji kejernihan untuk larutan steril adalah dengan cahaya

lampu untuk melihat ada tidaknya partikel variable.

4) Uji kebocoran (Agoes. 2009: 191-192)

Untuk cairan bening tidak berwarna (1) wadah tekanan

tunggal yang masih panas setelah selesai disterilkan dimasukkan ke

dalam larutan metilen biru 0,1%. Jika ada wadah yang bocor maka

larutan metilen biru akan masuk ke dalam wadah akan jadi biru.

Untuk cairan yang berwarna (2) lakukan dengan posisi terbalik,

wadah takaran tunggal ditempatkan diatas kertas saring atau kapas.

Jika terjadi kebocoran maka kertas saring atau kapas akan basah.

5) Uji kejernihan dan warna (Agoes. 2009: 201-203 )

Wadah-wadah kemasan akhir diperiksa satu persatu dengan

menyinari wadah dari samping dengan latar belakang hitam untuk

menyelidiki pengotor berwarna.

b. Evaluasi Biologi

1) Sterilitas <71> (Dirjen POM. 1995: 855-856)

a) Inokulasi langsung
Siapkan media untuk pengujian antara lain media tioglikolat

cair (untuk kondisi aerob). Media tioglikolat alternatif, dan

soybean-casein digest medium (untuk bakteri dan jamur pada

kondisi aerob).

Pindahkan cairan dari wadah uji menggunakan pipet atau

jarum suntk steril secara aseptic inokulasi sejumlah tertentu

bahan dari wadah uji ke tabung media.

Campur cairan dengan media tanpa aerasi berlebihan.

Inkubasi media yang telah diinkulasi selama tidak kurang dari

14 hari. Amati pertumbuhan mikroba beberapa hari, selama

masa inkubasi. Bandingkan dengan control positif (media +

mikroba uji).

Media tioglikolat alternatif inkubasi pada suhu 30-35

derajat celcius. Dalam kondisi anaerob dan soybean casein

digest medium diinkiubasi pada suhu 22,5 + 2,5oC

b) Penyaringan membrane

Infus disaring melalui membrane steril secara aseptic, lalu

bilas membrane dengan larutan steril yang sesuai. Pindahkan

membrane ke dalam media. Inkubasi media selama tidak

kurang dari 14 hari Amati pertumbuhan mikroba beberapa kali

selama masa inkubasi.

2) Uji endotoksin (Dirjen POM. 1995: 1527-1532)

Pengujian dilakukan menggunakan limulus amebocyta lisate

(LAL). Teknik pengujian dengan menggunakan jendal gel dan

fotometrik. Teknik jendal gel pada titik akhir raksi di bandingkan

langsung enceran dari zat unit uji dengan enceran endotoksin yang
dinyatakan dalam unit endotoksin FI. Teknik fotometrik (metode

turbidimetri) yang didasarkan pada pembentukan kekeruhan.

3) Uji pyrogen untuk volume sekali penyuntikkan > 10 ml (Dirjen

POM. 1995: 908-909)

Pengukuran kenaikan suhu kelinci setelah penyuntikkan

larutan uji secara IV dan ditunjukkan untuk sediaan yang dapat

ditoleransi dengan uji kelinci dengan dosis penyuntikan tidak lebih

dari 10 mL/kg BB dalam jangka waktu tidak lebih dari 10 menit.


7. Etiket

8. Brosur
LEVO-THREE

INFUS I.V LEVOFLOXACIN 0,5%

Komposisi :

Tiap 100 mL larutan infus mengandung :

Levofloxacin …………………………………………………………………... 500 mg

Mekanisme Kerja : Mekanisme kerja dari levofloksasin adalah dengan menghambat


enzim DNA-gyrase, sehingga mengakibatkan kerusakan rantai DNA. DNA-gyrase
(topoisomerase II) merupakan enzim yang sangat diperlukan oleh bakteri untuk
memelihara struktur superheliks DNA, juga diperlukan untuk replikasi,transkripsi dan
perbaikan DNA.

Indikasi : Agen tunggal untuk pengobatan pneumonia dan mengobati infeksi yang rentan
termasuk tuberkulosis.

Kontraindikasi : Gangguan ginjal, hipersensitifitas terhadap levofloxacin dan penyakit


saraf lainnya

Dosis : Infus 500 mg/ 100 ml (1 x sehari secara Intravena)

Efek Samping : Hiperglikemia simtomatik dan/atau hipoglikemia telah dilaporkan,


biasanya pada penderita diabetes yang juga mengambil hipoglikemik atau insulin.

Peringatan dan perhatian : Penggunaan pada penderita diabetes dengan terapi insulin
atau hipoglikemik; penggunaan pada anak-anak dan remaja karena adanya perubahan pada
sendi; penggunaan pada pasien dengan gangguan ginjal.

Penyimpanan : Simpan dalam suhu ruang dan terlindung dari cahaya.

Isi Bersih :

1 botol @100 mL

No. Registrasi : DKL 2219687249 A1

No. Bets : 2080721

Exp. Date : 8 Juli 2024

PT. MI CLASSE FARMA

Makassar-Sulawesi Selatan
9. Wadah

a. Primer
b. Sekunder
HASIL EVALUASI SEDIAAN INFUS LEVOFLOXACIN

1. Uji Kejernihan
Sampel Hasil Kesimpulan
1 Jernih tidak ada benda asing Memenuhi syarat
2 Terdapat partikel pengotor Tidak memenuhi syarat
3 Jernih tidak ada benda asing Memenuhi syarat
4 Jernih tidak ada benda asing Memenuhi syarat

Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh dari 4 sampel yang

di uji terdapat 1 sampel yang mengandung zat pengotor yaitu sampel ke 2,

sedangkan sampel 1,3 dan 4 tidak mengandung zat pengotor.

Syarat untuk uji kejernihan sediaan steril adalah apabila tidak

terdapat zat pengotor baik zat pengotor berwarna putih maupun zat

pengotor yang berwarna. (Goeswin. 2009 : 201-203)

Dapat disimpulkan dari hasil pengamatan dengan syarat uji

kejernihan terdapat 1 sampel yang tidak memenuhi syarat yaitu sampel 2,

sedangkan sampel 1,3 dan 4 telah memenuhi syarat.

2. Uji kebocoran
Sampel Hasil Kesimpulan
1 Tidak bocor Memenuhi syarat
2 Tidak bocor Memenuhi syarat
3 Tidak bocor Memenuhi syarat
4 Tidak bocor Memenuhi syarat

Berdasarkan uji kebocoran yang telah dilakukan, diperoleh hasil

bahwa sampel 1, 2, 3, dan 4 tidak ditemukan adanya kebocoran, hal ini

ditandai dengan larutan infus dalam botol tidak mengalami perubahan

warna.
Sediaan dikatakan memenuhi syarat uji kebocoran jika larutan

dalam wadah tidak menjadi biru dan kertas saring atau kapas tidak basah

(Robert Tungadi. 2017 : 20)

Dapat disimpulkan bahwa, hasil pengamatan dengan syarat uji

kebocoran, sampel 1,2,3,4 memenuhi syarat karena tidak ada satupun

sediaan dalam botol yang mengalami perubahan warna.

3. Uji Volume Terpindahkan


Sampel Hasil Kesimpulan
1 120 mL Memenuhi syarat
2 110 mL Memenuhi syarat
3 110 mL Memenuhi syarat
4 100 mL Memenuhi syarat

Berdasarkan uji volume terpindahkan yang telah dilakukan,

diperoleh hasil volume masing-masing sampel yaitu, sampel 1 (120ml),

sampel 2 (110ml), sampel 3 (110ml), dan sampel 4 (100ml). Hal ini

menandakan bahwa semua sampel tidak kurang dari 100ml.

Sediaan dikatakan memenuhi syarat uji volime terpindahkan jika

volume rata-rata tidak kurang dari 100% dan tidak satupun wadah dari 4

sampel yang kurang dari 95%. (Dirjen POM. 1995 :1089)

Dapat disimpulkan bahwa, hasil pengamatan dengan syarat uji

volume terpindahkan, sampel 1,2,3,4 telah memenuhi syarat, karena tidak

ada satupun wadah yang kurang dari 95%.


4. Uji Sterilitas

HASIL
PENGAMATAN
Hasil Persyaratan Kesimpulan
Kontrol
NB PDB
negarif
++ + Tidak boleh ada Tidak memenuhi
- cemaran mikroba syarat
+++ + Tidak ada cemaran Tidak memenuhi
2 mikroba syarat
+ + Tidak ada cemaran Tidak memenuhi
- mikroba syarat
+ + Tidak ada cemaran Tidak memenuhi
mikroba syarat

Berdasarkan hasil pengamatan dari 4 sampel yang telah diuji pada

media Nutrient broth dan Potato dextrosa broth terdapat cemaran mikroba

pada keempat sampel yang telah diuji.

Syarat uji sterilitas sediaan steril adalah adalah tidak adanya cemaran

mikroba pada sediaan yang diuji. (Dirjen POM. 2020: 1834)

Sehingga dapat disimpulkan bahwa 4 sampel yang diuji tidak

memenuhi syarat karena terdapat cemaran mikroba pada setiap sampel

yang diuji.

5. Uji pH
Sampel Hasil Kesimpulan
1 1 (asam) Memenuhi syarat
2 7 (netral) Tidak memenuhi syarat
3 1 (asam) Memenuhi syarat
4 1 (asam) Memenuhi syarat

Berdasarkan tabel percobaaan sediaan LVP Levofloxacin , terdapat

4 sampel yang telah dilakukan uji ph dengan menggunakan kertas

indikator pH . Pada sampel 1 pH yang dihasilkan adalah 1 tergolong


asam , sampel 2 pH yang dihasilkan adalah 7 tergolong netral , sampel 3

pH yang dihasilkan adalah 1 , dan sampel 4 menghasilkan pH 2 .

Levofloxacin merupakan salah satu obat goongan kuinolon dengan

ph stabil 3,8 - 5,8 (Dirjen Pom , 2020 :1201 ) . Rute parenteral dalam hal ini

intravena range ph yang dapat diterima adalah 2 - 12 . Tetapi ph dengan

range tersebut kurang direkomendasikan dan ph yang tergolong aman dalam

rute intravena yang dapat diterima yaitu 3 - 9 . (Gibson Mark. 2004 : 334)

Berdasarkan hasil percobaaan terdapat sampel yang tidak

memenuhi syarat target ph yaitu pada sampel 1 ,3 dan 4. Sedangkan ,

sampel 2 memenuhi syarat karena ph yang dihasilkan adalah 7 dimana

mendekati pH zat aktif yaitu 5,8 dan range pada rute intravena dapat

diterima pada range 3-9.

Anda mungkin juga menyukai