Anda di halaman 1dari 26

OBSERVASI VARIASI DAN PROSES PENGOLAHAN TANAMAN OBAT

TRADISIONAL DI BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN


OBAT DAN OBAT TRADISIONAL (B2P2TOOT) TAWANGMANGU

Laporan Kuliah Kerja Lapangan


Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Etnobotani
Yang Dibina Oleh Drs. I. Wayan Sumberartha M. Si dan Yunita Rakhmawati S.Gz, M. Kes

Disusun oleh :

Kelompok 4 Offering Pangan 2017

Balqis Hanun Hanifah (170342615566)

Farida Ariyani (170342615518)

Indah Fitriyah (170342615519)

M. Herbert Hidayat (170342615576)

Mita Berliana (170342615544)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
November 2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang sangat melimpah.Menurut Siregar


(2010) Indonesia merupakan negara urutan kedua setelah Brazil yang memiliki kekayaan hayati
terbesar di dunia.Indonesia memiliki kurang lebih 25.000 sampai dengan 30.000 jenis
tumbuhan.Sembilan ribu jenis tanaman diketahui dapat dimanfaatkan sebagai
pengobatan.Keanekaragaman yang melimpah membuat Indonesia memiliki berbagai macam
jenis tanaman yang memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia.Tingkat peningkatan
penggunakan obat kimia bagi manusia memiliki banyak dampak yang merugikan bagi manusia
sedangkan tanaman obat memiliki berbagai fungsi yang juga sangat berguna bagi kesehatan
tanpa menambah dampak buruk lain yang dapat ditimbulkan,

Penggunaan tanaman obat di Indonesia dengan salah satu cara yaitu pengolahannya
sebagai jamu tradisional yang berguna untuk pengobatan dalam suatu penyakit. Data Riset
Kesehatan Dasar (2010) menunjukkan bahwa penduduk Indonesia yang pernah mengkonsumsi
jamu sebanyak 59,12% yang terdapat pada semua kelompok umur, laki-laki dan perempuan,
dipedesaan maupun di perkotaan. Penggunaan jamu untuk pengobatan di Klinik Saintifikasi
Jamu Hortus Medicus Tawangmangu mengembangkan program saintifikasi jamu yang telah
teraktreditasi tipe A yang bertujuan untuk mengurangi penggunaan obat kimia.Program
saintifikasi jamu berusaha memberikan pembuktian ilmiah jamu agar dapat digunakan di fasilitas
kesehatan, salah satunya memfokuskan penelitian pada empat ramuan formula jamu untuk gejala
hiperglikemia, hipertensi, hiperkolesterolemia dan hiperurisemia (Badan Litbang
Kesehatan,2011).

1.2 Tujuan

 Untuk mengetahui variasi tanaman obat yang dibudidayakan di Balai Besar Penelitian
dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional.
 Untuk mengetahui proses penelitian dan pengelolaan tanaman obat di Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional.
 Untuk mengtahui fasilitas yang ada di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Obat dan Obat Tradisional.

1.3 Manfaat

 Mengetahui variasi tanaman obat yang dibudidayakan di Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional.
 Mengetahui proses penelitian dan pengelolaan tanaman obat di Balai Besar Penelitian
dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional
 Mengetahui fasilitas yang ada di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman
Obat dan Obat Tradisional
BAB II
ISI

2.1 Profil dan Sejarah B2P2TOOT

Menurut website yang dikelola oleh B2P2TOOT, dijelaskan bahwa B2P2TOOT hadir
untuk mempersembahkan Kreativitas & Inovasi untuk Peradaban Nusantara dan menjawab
Amanah. Lembaga iptek Tanaman Obat dan Obat Tradisional sendiri memiliki peran sebagai
agent pembangunan Kesehatan Tradisional Indonesia (Indonesia Traditional
Medicine).B2P2TOOT dijelaskan memiliki tanggung jawab yaitu mengelola iptek Tanaman
Obat dan Obat Tradisional dalam mendukung pencapaian derajat kesehatan masyarakat yang
optimal, melalui penelitian, pengembangan, pelatihan iptek, pelayanan iptek dan diseminasi.

Menurut Permenkes No. 491 tahun 2006 dan definisi Iptek menurut UNESCO, aktivitas
yang dikelola di B2P2TOOT mencakup generation, advancement, pelatihan, diseminasi dan
aplikasi pengetahuan teknis di lingkungan iptek tanaman obat dan obat tradisional
(TOOT).Generation yaitu untuk memroduksi data temuan dan fakta, melalui RISTOJA, Riset TO
dan simplisia, Uji khasiat dan keamanan, Uji kesetaraan formula dam Riset model pemberdayaan
dan kemandirian masyarakat berbasis TO.Advancement yaitu untuk mengolah hasil temuan dan
fakta melalui:Pengembangan (teknologi formulasi, standar budidaya, pascapanen, dll) dan
Kajian.Diseminasi yaitu untuk memasarkan hasil iptek TOOT kepada segmen2 mitra konsumen
(akademisi, bisnis, pemerintah dan komunitas masyarakat) melalui jejaring Ristoja, jejaring
Saintifikasi Jamu, Seminar Internasional, Seminar Nasional dan Forum Diskusi. Implementasi
pengetahuan teknis, dalam kerangka iptek Saintifikasi JAMU melalui Jejaring Ristoja dan
Jejaring Saintifikasi Jamu.

B2P2TOOT bermula dari Kebun Koleksi Tanaman Obat, dirintis oleh R.M Santoso
Soerjokoesoemo sejak awal tahun kemerdekaan, menggambarkan semangat dari seorang anak
bangsa Nusantara yang tekun dan sangat mencintai budaya pengobatan nenek moyang. Beliau
mewariskan semangat dan kebun tersebut pada negara. Mulai April 1948, secara resmi Kebun
Koleksi TO tersebut dikelola oleh pemerintah di bawah Lembaga Eijkman dan diberi nama
“Hortus Medicus Tawangmangu”.
Terjadi evolusi sebagai suatu organisasi terjadi karena Kepmenkes No. 149 tahun 1978
pada tanggal 28 April 1978, yang mentransformasi kebun koleksi menjadi Balai Penelitian
Tanaman Obat (BPTO) sebagai Unit Pelaksana Teknis di Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan, Departemen Kesehatan. Transformasi I ini sebagai lembaga Iptek memberikan
nuansa dan semangat baru dalam mengelola tanaman obat (TO) dan potensi-potensi TO sebagai
bahan Jamu untuk pencegahan, pemeliharaan dan peningkatan kesehatan rakyat.

Evolusi organisasi berlanjut pada tahun 2006, dengan Permenkes No. 491 tahun 2006
tanggal 17 Juli 2006, BPTO bertransformasi menjadi Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT). Transformasi II ini memberikan amanah
untuk melestarikan, membudayakan, dan mengembangkan TOOT dalam mendukung pencapaian
derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Era persaingan, globalisasi dan keterbukaan, mendorong manusia dan negara menggali,
memanfaatkan, mengembangkan budaya kesehatan dan sumber daya lokal untuk pembangunan
kesehatan. Ini berdampak pada transformasi III B2P2TOOT, dengan Permenkes No. 003 tahun
2010 pada tanggal 4 Januari 2010 Tentang Saintifikasi JAMU dalam Penelitian Berbasis
Pelayanan Kesehatan. Sejak tahun 2010, B2P2TOOT memprioritaskan pada Saintifikasi Jamu,
dari hulu ke hilir, mulai dari riset etnofarmakologi tumbuhan obat dan Jamu, pelestarian,
budidaya, pascapanen, riset praklinik, riset klinik, teknologi, manajemen bahan Jamu, pelatihan
iptek, pelayanan iptek, dan diseminasi sampai dengan peningkatan kemandirian masyarakat.

2.2 Fasilitas
B2P2TOOT sebagai lembaga IPTEK yang berfokus pada penelitian dan pengembangan
tanaman obat dan obat tradisional tentunya didukung dengan adanya berbagai fasilitas yang
mendukung kegiatan yang dilakukan. Fasilitas-fasilitas yang ada di antaranya, yaitu:
1. Kebun Tanaman Obat
B2P2TOOT memiliki kebun tanaman obat di berbagai tempat yang tersebar di kabupaten
Karanganyar dan di luar kabupaten Karanganyar. Kebun tanaman obat tersebut yaitu:
 Kebun Tanaman Obat Tlogodlingo
Kebun Tanaman Obat Tlogodlingo berlokasi di dusun Tlogodlingo, desa
Gondosuli, kec.Tawangmangu, kab. Karanganyar, Jawa Tengah. Kebun subtropik
Tlogodlingo terletak di ketinggian 1.600-1.800 meter di atas permukaan laut
dengan luas sekitar 12 Ha. Kebun tanaman obat ini berfungsi sebagai lahan riset,
pembibitan, produksi tanaman obat, ruang destilasi minyak atsiri dan wisata
ilmiah tanaman obat. Contoh Koleksi dan Budidaya Tanaman Obat yang ada di
kebun tanaman obat Tlogodlingo misalnya: Adas (Foeniculum vulgare Mill),
Timi (Thymus vulgaris L.), Stevia (Stevia rebaudiana Bertoni), Krangean (Litsea
cubeba), Kelembak (Rheum officinale L).
 Kebun Tanaman Obat Kalisoro
Berlokasi di Desa Kalisoro, Kec. Tawangmangu, Karanganyar – Jawa Tengah.
Berada pada ketinggian 1.200 mdpl dengan luas 3.644 m². Memiliki fungsi
sebagai Kebun induk Tanaman Obat (Plasma Nutfah), lahan percobaan, kebun
koleksi, pembibitan, kebun produksi tanaman obat dan lahan produksi pupuk
organik. Contoh Koleksi dan Budidaya Tanaman Obat: Daun ungu
(Graphtophyllum pictum Griff.), Ekinase (Echinacea purpurea), Jati belanda
(Guazuma ulmifolia), Kumis kucing (Orthosipon stamineus), Rumput bolong
(Equisetum dibile), Jombang (Taraxacum officinale).
 Kebun Tanaman Obat Toh Kuning, Karangpandan
Berlokasi di Desa Toh Kuning, Kec Karangpandan, Karanganyar – Jawa Tengah.
Berada pada ketinggian 400 - 600 mdpl dengan luas 7.972 m².Beiliki fungsi
sebagai lahan percobaan, tempat produksi dan pembibitan tanaman obat. Contoh
Koleksi dan Budidaya Tanaman Obat: Tempuyung (Sonchus arvensis L.),
Kemuning (Murraya paniculata L.), Sambang colok (Aerva sanguiolenta),
Artemisia (Artemesia annua L.), Pegagan (Centella asiatica Urb.), Meniran
(Phyllanthus niruri L), Saga (Abrus precatorius).
 Kebun Tanaman Obat Ngemplak, Karangpandan
Berlokasi di Desa Ngemplak, Kec Karangpandan, Karanganyar – Jawa Tengah.
Berada pada ketinggian 400 – 600 mdpl dengan luas 3.127 m².Berfungsi sebagai
lahan percobaan, lahan produksi dan pembibitan tanaman obat. Contoh Koleksi
dan Budidaya Tanaman Obat: Temulawak (Curcuma xanthorrhiza), Pegagan
(Centella asiatica Urb.), Kunyit (Curcuma domestica Val.), Tempuyung
(Sonchus arvensis L.), Daun Ungu (Graphtophyllum pictum Griff.), Jati Belanda
(Guazuma ulmifolia), Kumis Kucing (Orthosipon stamineus).
 Kebun Tanaman Obat Doplang, Karangpandan
Berlokasi di desa Doplang, kec.Karangpandan, kab. Karanganyar, Jawa Tengah.
Berada pada ketinggian 400-600 mdpl dengan luas lahan 25.000 m2.berfungsi
sebagai lahan percobaan, tempat budidaya, produksi, pembibitan tanaman obat
dan lahan pupuk kompos. Contoh koleksi dan budidaya yang ada di Kebun
Tanaman Obat Doplang yaitu Pegagan (Centella asiatica Urb.), Temulawak
(Curcuma xanthorrhiza), Temu Ireng (Curcuma aeruginosa), Kunir Putih
(Kaempferia rotunda L.), Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa), Jati Belanda
(Guazuma ulmifolia).
 Kebun Tanaman Obat Tegalgede, Karanganyar
Berlokasi di Kec. Karanganyar, Karanganyar – Jawa Tengah dan berada di
ketinggian 185 - 200 mdpl dengan luas 6.170 m². Berfungsi sebagai lahan
percobaan dan kebun produksi tanaman obat. Contoh Koleksi dan Budidaya
Tanaman Obat: Meniran (Phyllanthus niruri  L.), Daun Ungu (Graptophyllum
pictum Griff.), Tempuyung (Sonchus arvensis L.), Temulawak (Curcuma
xanthorrhiza), Brotowali (Tinospora tuberculata Beumee.)
 Kebun Tanaman Obat Citeureup, Bogor, Jawa Barat
Berlokasi di Desa Babakan Madang, Citeureup, Bogor – Jawa Barat. Berada pada
ketinggian 400 mdpl dengan luas 32.000 m², memiliki fungsi sebagai tempat
produksi dan etalase tanaman obat. Contoh Koleksi dan Budidaya Tanaman Obat:
Sambiloto (Andrographis paniculata Ness.), Tapak liman (Elephantopus
scaberL.),  Sembung (Blumea balsamifera DC.), Cabe jawa (Piper
retrofractum Vahl.), Pala (Myristica fragrans),Buah merah (Pandanus
conoideus), Paliasa (Kleinhovia hospita L.)
2. Etalase Tanaman Obat Indonesia
Berlokasi di Desa Kalisoro, Kec. Tawangmangu, Karanganyar – Jawa Tengah. Berada
pada ketinggian 1.200 mdpl dengan luas 3.505 m² dan memiliki fungsi sebagai Kebun
Koleksi dan wisata ilmiah Tanaman Obat. Koleksi Tanaman Obat meliputi: Koleksi
tanaman obat di Kebun Etalase lebih dari 600 jenis tanaman, sebagai contoh Ekinase
(Echinacea purpurea), Lidah Buaya (Aloe vera L.), Trawas (Litsea odorifera Val.),
Kranji (Milletia pinnata), Kluwak (Pangium edule), Lerak (Sapindus rarak), Ashitaba
(Angelica keiskei).
3. Rumah Riset Jamu Hortus Medicus
Rumah Riset Jamu Hortus Medicus terdiri dari:
a. Klinik Saintifikasi Jamu
Klinik Saintifikasi Jamu “Hortus Medicus” adalah klinik Tipe A, merupakan
implementasi peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 003/Menkes/Per/I/2010 tentang
Saintifikasi Jamu dalam Penelitian Berbasis Pelayanan Kesehatan untuk menjamin
jamu aman, bermutu dan berkhasiat. Klinik Saintifikasi Jamu dirintis tahun 2007, dan
sejak tanggal 30 April 2012 menempati gedung baru sebagai rintisan Rumah Riset
Jamu “Hortus Medicus” sebagai tempat uji klinik dilengkapi dengan rawat inap.
Selama tahun 2015 setiap bulannya melayani kunjungan pasien yang jumlahnya rata-
rata 2.600 pasien. SDM pendukung RRJ “Hortus Medicus” merupakan tenaga terlatih
dan ahli di bidangnya, terdiri dari 8 dokter, 3 orang apoteker, 9 orang dari D3
Farmasi, 5 orang perawat, 2 orang Analis Kesehatan (Laboran), 3 orang
petugas medical record dan 1 orang Ahli Gizi. RRJ “Hortus Medicus” telah
menerapkan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008.
b. Laboratorium Klinik
Setiap harinya melayani 12-19 pasien.Kegiatan pemeriksaan Laboratorium klinik
sudah menerima sertifikat ISO 9001:2008 sebagai jaminan sistem manajemen mutu
sehingga data yang dihasilkan terjamin kebenarannya.
c. Griya Jamu
Griya jamu merupakan bagian akhir pelayanan klinik, yaitu bagian penyedia jamu
baik berupa kapsul maupun rebusan.Jamu yang digunakan berupa racikan simplisia,
serbuk dan juga ekstrak tanaman obat yang telah diteliti keamanan, mutu dan khasiat
melalui riset praklinik dan riset klinik.Telah menerapkan Sistem Manajemen Mutu
ISO 9001:2008. Selain pasien, griya jamu juga melayani permintaan dari dokter
jejaring Saintifikasi Jamu
4. Museum Jamu Hortus Medicus
Museum Jamu Hortus Medicus dikelola untuk memfasilitasi aktivitas permuseuman
Jamu dalam kerangka Saintifikasi Jamu.Museum ini menyediakan sarana, fasilitas dan
artefak Jamu untuk pengoleksian, pelestarian, riset, komunikasi dan diseminasi benda
nyata dalam kerangka Saintifikasi Jamu. Museum Jamu Hortus Medicus dikelola sebagai
pusat permuseuman Jamu Kemenkes, juga untuk menjadi bahan studi oleh kalangan
akademis, dokumentasi kekhasan masyarakat tertentu, ataupun dokumentasi dan
pemikiran imajinatif pada masa depan.
Museum Jamu Hortus Medicus  terdiri dari beberapa ruangan yaitu:
 Ruang Utama
Terdapat bagan alur saintifikasi jamu, atlas tumbuhan obat yang ada di Indonesia,
peralatan membuat jamu tradisional, dan gambar pembuatan jamu.
 Ruang Bahan baku
Terdapat berbagai koleksi simplisia dan material bahan baku obat tradisonal.
 Ruang Seni dan Alat
Terdapat koleksi alat pengobatan tradisional dan tradisi adat istiadat dari
nusantara.
 Ruang Produk Jamu
Koleksi ASEAN herbal medicine (produk obat tradisional dari negara anggota
ASEAN) dan Jamu dari Indonesia.
 Ruang Naskah
Terdapat naskah kuno yang berhubungan dengan jamu.
 Ruang Prestasi
B2P2TOOT, buku-buku terbitan serta foto
5. Sinema Fitomedika
Sinema Fitomedika, merupakan wahana penyebaran informasi, berupa pemutaran film
dokumenter iptek yang merupakan salah satu destinasi awal pada kegiatan Wisata
Kesehatan Jamu. Di tempat ini, pemandu wisata akan menyampaikan presentasi
sambutan, pemaparan profil institusi dan diskusi awal dengan para peserta Wisata
Kesehatan Jamu B2P2TOOT Tawangmangu.
6. Gedung Diklat Iptek Tanaman Obat dan Jamu
Merupakan gedung pelatihan yang digunakan untuk pelaksanaan kegiatan Pelatihan
Saintifikasi Jamu, Pembinaan Petani Tanaman Obat, Rapat Pegawai dan Kegiatan di
B2P2TOOT lainya.Gedung Diklat Iptek ini memiliki fasilitas 28 kamar dan 3 ruang
kelas.
7. Rumah Kaca Adaptasi dan Pelestarian Tanaman Obat
Berlokasi di Dusun Tlogodlingo, Desa Gondosuli dan  Desa Kalisoro Kec
Tawangmangu, Karanganyar – Jawa Tengah. Berada di ketinggian 1.800 mdpl dan 1.200
mdpl, memiliki luas lahan yang terdiri dari: ruang pelestarian 102,12 m² dan ruang
adaptasi 77,7 m². Memiliki fungsi sebagai tempat  adaptasi dan pembudidayaan Tanaman
Obat. Contoh Koleksi dan Budidaya Tanaman Obat, yaitu: Sirih Merah (Piper sp.), Daun
Jinten (Plectranthus amboinicus), Kencur Jumbo (Kaempferia Sp.), Tabat Barito
(Ficus deltoidea Jack), Sambang Darah (Excoecaria bicolor Hassh), Gaharu (Aquilaria
malaccensis),Cabe Jawa (Piper retrofractum Vahl), Sarang Semut (Hydnophytum
formacarum), Kawista (Limonia acidissima).
8. Perpustakaan
Perpustakaan dikelola untuk memfasilitasi dukungan referensi dan kepustakaan
B2P2TOOT serta menyediakan sarana dan fasilitas terkait sumber data dan informasi
iptek dalam kerangka Saintifikasi Jamu.Perpustakaan B2P2TOOT dikelola sebagai
bagian dari pusat data dan informasi Kemenkes, juga pusat pembelajaran iptek untuk
pihak akademisi/ilmuwan, pemerintah, dunia usaha dan kelompok masyarakat.
Pepustakaan B2P2TOOT memiliki kurang lebih 2000 koleksi buku antara lain:
a. Humaniora dan Etnografi Kesehatan
b. Budidaya Tanaman Obat
c. Budidaya Pascapanen
d. Ilmu Kedokteran dan Ilmu Pengobatan
e.  Farmasi
f. Penyakit Tanaman
g. Pertanian dan Teknologi yang berkaitan
h. Kimia
i. Hukum dan Perundang-undangan
j. Ilmu Tumbuhan
k. Biologi dan Ilmu Hayati
l. Ilmu Umum dan Komputer
m. Ensiklopedi
n. Permasalahan dan Kesejahteraan Sosial
o. Administrasi Negara &  Ilmu Kemitraan
p. Seni Fotografi & Foto
2.3 Laboratorium
Sebagai lembaga IPTEK, B2P2TOOT dilengkapi dengan laboratorium. Laboratorium
yang ada yaitu:
a. Laboratorium Sistematika Tumbuhan
b. Laboratorium Benih dan Pembibitan
c. Laboratorium Galenika
d. Laboratorium Fitokimia
e. Laboratorium Instrumen
f. Laboratorium Formulasi
g. Laboratorium Mikrobiologi
h. Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman
i. Laboratorium Biomolekuler
j. Laboratorium Pascapanen
k. Laboratorium Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman (HPT)
l. Laboratorium Hewan Coba
2.4 Aktifitas Iptek
Permenkes No. 491 tahun 2006 dan definisi Iptek menurut UNESCO, aktivitas yang
dikelola di Babe Litbang TOOT mencakup generation, advancement, pelatihan, diseminasi dan
aplikasi pengetahuan teknis di lingkungan iptek tanaman obat dan obat tradisional (TOOT).
 Generation, untuk memroduksi data temuan dan fakta, melalui:
1. RISTOJA
2. Riset TO dan simplisia
3. Uji khasiat dan keamanan
4. Uji kesetaraan formula
5. Riset model pemberdayaan dan kemandirian masyarakat berbasis TO
 Advancement, untuk mengolah hasil temuan dan fakta, melalui:
1. Pengembangan (teknologi formulasi, standar budidaya, pascapanen, dll)
2. Kajian
 Diseminasi
Dilakukan untuk memasarkan hasil iptek TOOT kepada segmen2 mitra konsumen
(akademisi, bisnis, pemerintah dan komunitas masyarakat) melalui jejaring Ristoja,
jejaring Saintifikasi Jamu, Seminar Internasional, Seminar Nasional dan Forum Diskusi
 Implementasi pengetahuan teknis
Implementasi pengetahuan teknis dalam kerangka iptek Saintifikasi JAMU melalui:
1. Jejaring Ristoja
2. Jejaring Saintifikasi Jamu
2.5Budidaya Tanaman Obat

Di Indonesia tanaman obat juga sering dikategorikan sebagai tanaman Biofarma.


Tanaman biofarma mencakup 15 jens tanaman, meliputi jahe, laos/lengkuas, kencur, kunyit,
lempuyang, temulakawak, temuireng, temukunci, dlingo/dringo, kapulaga, mengkudu/pace,
mahkota dewa, kejibeling, sambiloto, dan lidah buaya (Statistik Holtikultura, 2016 dalam
Kemendag RI, 2017). Berdasarkan data Statistik Hortikultura tahun 2014, total produksi terbesar
terhadap total produksi tanaman biofarmaka di Indonesia sebesar 595.423.212 kilogram,
meningkar 9,97% dibandingkan tahun 2013. Komoditas yang member kontribusi produksi
terbesar terhadap total produksi tanaman biofarmaka di Indonesia, yaitu jahe (37,98%), kunyit
(18,82%), kapulaga (12,22%), laos/lengkuas (10,50%), dan kencur (6,33%). Sementara
persentase produksi untuk tanaman biofarmaka lainnya masing-masing kurang dari 5% dari total
produksi tanaman biofarmaka di Indonesia. Mengingat jenis tanaman obat yang sangat beragam
tersebut, serta kontribusi dominan beberapa tanaman obat, maka Bunga Rampai Info Komoditi
(BRIK) Tanaman Obat ini hanya memfokuskan pada beberapa tanaman obat jenis rimpang-
rimpangan yang umumnya telah dibudidayakan dan sudah dimanfaatkan untuk memproduksi
obat dan jamu serta khasiat dan keamanannya telah dibuktikan berdasarkan uji klinik sejajar
dengan obat modern (Askan, 2004 dalam Pujiasmanto, 2016 dalam Kemendag RI, 2017).
Tanaman obat tersebut adalah jahe, laos/lengkuas, kencur, dan kunyit.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Balai Besar Penelitian dan


Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT) Tawangmangu yang berperan
sebagai Lembaga iptek Tanaman Obat dan Obat Tradisional sebagai agen pembangunan
Kesehatan Tradisional Indonesia (Indonesia Traditional Medicine) yang memiliki Kebun
Koleksi Tanaman Obat pun membudidaya beberapa tanaman obat yang ada di Indonesia, di
antaranya,

1. Sambiloto (Andrographis paniculata)

(Sumber: http://www.b2p2toot.litbang.kemkes.go.id)
Bagian yang digunakan : Herba
Manfaat : Membantu menurunkan kadar gula darah
2. Sambung nyawa (Gynura procumbens)

(Sumber: http://www.b2p2toot.litbang.kemkes.go.id)
Bagian yang digunakan : Herba
Manfaat : Sebagai antioksidan dan mencegah kanker
3. Temulawak (Curcuma xanthorrhiza)

(Sumber: http://www.b2p2toot.litbang.kemkes.go.id)
Bagian yang digunakan : Rimpang
Manfaat :Penambah nafsu makan dan menjaga fungsi hati
4. Kunyit (Curcuma domestica)

(Sumber: http://www.b2p2toot.litbang.kemkes.go.id)
Bagian yang digunakan : Rimpang
Manfaat : Menjaga fungsi hati, sebagai antiradang dan antinyeri
5. Pegagan (Centella asiatica)

(Sumber: http://www.b2p2toot.litbang.kemkes.go.id)
Bagian yang digunakan : Daun
Manfaat : Menurunkan tekanan darah dan mengurangi ketegangan
otot (muscle relaxant)
6. Daun Ungu (Graptophyllum pictum)

(Sumber: http://www.b2p2toot.litbang.kemkes.go.id)

Bagian yang digunakan : Daun


Manfaat : Membantu pengobatan wasir (ambeien)
7. Brotowali (Tinospora crispa)

(Sumber: http://www.b2p2toot.litbang.kemkes.go.id)
Bagian yang digunakan : Batang
Manfaat : Membantu menurunkan kadar gula darah
8. Sembung(Blumea balsamifera)

(Sumber: http://www.b2p2toot.litbang.kemkes.go.id)
Bagian yang digunakan : Daun
Manfaat : Membantu pengobatan pada gangguan pencernaan
9. Kunir Putih (Kaempferia rotunda)

(Sumber: http://www.b2p2toot.litbang.kemkes.go.id)
Bagian yang digunakan : Rimpang
Manfaat :Sebagai antikanker
10. Menta (Mentha piperita)
(Sumber: http://www.b2p2toot.litbang.kemkes.go.id)
Bagian yang digunakan : Herba
Manfaat : Membantu meredakan batuk
11. Ekinase (Echinacea purpurea)

(Sumber: http://www.b2p2toot.litbang.kemkes.go.id)
Bagian yang digunakan : Akar dan herba
Manfaat : Meningkatkan daya tahan tubuh (immunomodulator)
12. Krangean (Litsea cubeba)

(Sumber: http://www.b2p2toot.litbang.kemkes.go.id)
Bagian yang digunakan : Buah
Manfaat : Penambah stamina (afrodisiaka) dan membantu
mengobati batuk
13. Kamilen (Matricaria chamomilla)
(Sumber: http://www.b2p2toot.litbang.kemkes.go.id)
Bagian yang digunakan : Bunga
Manfaat : Penambah kesuburuan (fertilitas) bagi wanita dan sebagai
antiradang
14. Rumput Bolong (Equisetum debile)

(Sumber: http://www.b2p2toot.litbang.kemkes.go.id)
Bagian yang digunakan : Herba
Manfaat : Membantu pengobatan osteoarthritis (gangguan pada
tulang)
15. Temu Mangga (Curcuma mangga)

(Sumber: http://www.b2p2toot.litbang.kemkes.go.id)
Bagian yang digunakan : Rimpang
Manfaat : Menjaga fungsi hati dan sebagai antikanker
16. Silibum (Silybum marianum)
(Sumber: http://www.b2p2toot.litbang.kemkes.go.id)
Bagian yang digunakan : Biji
Manfaat : Menjaga fungsi hati
17. Stevia (Stevia rebaudiana)

(Sumber: http://www.b2p2toot.litbang.kemkes.go.id)
Bagian yang digunakan : Daun
Manfaat : Pemanis rendah kalori
18. Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa)

(Sumber: http://www.b2p2toot.litbang.kemkes.go.id)
Bagian yang digunakan : Herba
Manfaat : Sebagai antikanker
19. Adas (Foeniculum vulgare)
(Sumber: http://www.b2p2toot.litbang.kemkes.go.id)
Bagian yang digunakan : Buah
Manfaat : Membantu meredakan batuk

2.6 Pengembangan Tanaman Etnis untuk Obat-obatan

Keterbatasan ekonomi menyebabkan pengobatan tradisional menjadi pilihan utama


masyarakat untuk mengobati penyakit.Biasanya, pengobatan tradisional ini selain digunakan
untuk pertolongan pertama dan pengggunaanobat tradisional mudah didapat dan tidak
memerlukan biaya yang tidak begitu besar dibanding dengan obat-obatan modern.Cara
pengolahan masih sangat sederhana hanya berdasarkan kebiasaan dan pengalamansehari-hari
yang diwariskan secara turun temurun dari nenek moyang mereka. Dalam kehidupan masyarakat
tradisional, apabila seseorang memiliki pengetahuan, dalam hal ini khususnya pengetahuan
tradisional, maka dengan sendirinya yang bersangkutan akan mendapatkan pengakuan sosial
yang lebih tinggi, faktor ini juga yang menjadi salah satu penyebab pengetahuan akan obat-
obatan tradisional dijaga kerahasiaannya dan hanya disampaikan secara turun temurun, serta sulit
disampaikan secara bebas (Lantik, 1998 sebagaimana dikutip Sabri, 2011 dalam Efrimila, dkk.,
2015).Famili yang paling banyak dimanfaatkan oleh masyarakat adalah famili Zingiberaceae
sebanyak 4 jenis yaitu tanaman jahe (Zingiber officenale), kencur (Kaemferia galanga), kunyit
(Curcuma sp), dan lengkuas (Alpinia galanga L). Dari keempat spesies famili yang sama ini
semuanya mempunyai kegunaan masing-masing untuk mengobati suatu penyakit (Efrimila, dkk.,
2015).

2.7 Informasi dan Analisis Hasil Kunjungan

Kunjungan ke Balai Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional
(B2P2TOOT) Tawangmangu dilaksanakan pada hari Selasa, 5 November 2019.B2P2TOOT
memiliki Laboratorium Pasca Panen dan Laboratorium Terpadu. Pada saat awal kunjungan,
pengunjung diarahkan menuju ruang sinema fitomedika, di ruang tersebut pengunjung
diputarkan video dokumenter mengenai sejarah dan profil dari B2P2TOOT Tawangmangu mulai
dari awal berdirinya sampai mengalami evolusi pada tahun 2006 hingga saat ini menjadi
B2P2TOOT yang merupakan Unit Pelaksana Teknis Kemenkes. Selain sejarah, di dalam video
juga ditampilkan visi dan misi dari B2P2TOOT.Setelah diputarkan video dokumenter,
pengunjung berdiskusi dengan pemandu mengenai hal-hal terkait B2P2TOOT Tawangmangu
dan Hortus Medicus.

Dalam diskusi setelah pemutaran video, didapatkan informasi bahwa pada B2P2TOOT
Tawangmangu melakukan sebuah riset penelitian tanaman etnis yang bernama Riset Tanaman
Obat dan Jamu (RISTOJA).Ristoja merupakan etno medicine dari spesies tanaman
obat.B2P2TOOT telah melakukan identifikasi tanaman obat di berbagai suku di
Indonesia.Tanaman dikaji berdasaekan sumber penyehat tradisional (HATRA).Setelah dikaji
kemudian dibuktikan dengan penelitian ilmiah (saintifik).Dalam B2P2TOOT juga dikembangkan
tanaman budidaya, mulai dari bibit, biji, dan stek.

B2P2TOOT terus mengembangkan risetnya mengenai tanaman obat dan obat tradisional
dan sebagai aplikasinya, B2P2TOOT memiliki repositori tanaman obat di Indonesia yang
berbasis android, dimana aplikasinya dapat didownload.Selain aplikasi yang berbasis android,
juga terdapat jurnal penelitian tanaman obat yang dapat diakses pada Jurnal Tanaman Obat
Indonesia.Terdapat satu kalimat yang menggambarkan penggunaan tanaman obat di Indonesia
yang memiliki keanekaragaman tanaman obat yang luar biasa, tanaman obat digunakan sebagai
jamu, terutama penggunaan tanaman etnis di berbagai suku di Indonesia.

Dari ruang sinema fitomedika, pengunjung diarahkan menuju Laboratorium Pasca Panen.
Di sana pengunjung harus memakai alas kaki yang sudah disediakan. Di dalam laboratorium
tersebut berisi proses pengolahan jamu mulai dari pasca panen sampai pada proses pembuatan
jamu dalam bentuk jamu godog dan jamu kapsul. Pada saat berada dalam laboratorium tersebut,
pengunjung dipandu oleh seorang pemandu. Di sana didapatkan informasi mengenai proses
pengolahan tanaman obat yang sudah dipanen sampai pengolahan menjadi jamu. Pertama, proses
yang dilakukan adalah sortasi basah, dimana tanaman yang sudah dipanen akan dipilih dan akan
digunakan pada proses selanjutnya. Kedua yaitu proses perajangan yang dilakukan agar
memudahkan pengolahan jamu pada tahap selanjutnya. Setalah dirajang, tanaman obat
dikeringkan. Proses pengeringan selama lima hari (tiga hari pengeringan dengan sinar matahari
dan dua hari dikeringkan dalam oven dengan suhu 40°). Apabila stok tanaman kurang, maka
akan ditambah stok dari luar daerah Tawangmangu, yaitu daerah Wonogiri, Magelang, dan
Ponorogo.

Dari laboratorium pasca panen, pengunjung diarahkan menuju laboratorium terpadu


untuk menguji kandungan dan kualitas dari tanaman obat yang sudah dikeringkan sebelumnya.
Didapatkan informasi bahwa kandungan suatu senyawa pada tanaman obat akan naik setelah
empat bulan pasca tanam. Simplisia dikatakan baik apabila ketika pengecekan, kadar airnya
kurang dari 10%. Laboratorium Terpadu terdiri dari beberapa laboratorium lagi, seperti
laboratorium galenika, yaitu mengekstraksi dan menguji kadar dari simplisia tanaman obat.
Teradapat juga laboratorium fitokimia, yaitu laboratorium untuk menguji kadar senyawa.
Didapatkan informasi bahwa standard suatu simplisia yang akan diuji pada laboratorium
galenika dan laboratorium fitokimia yaitu simplisia dalam bentuk serbuk.

Setelah mengunjungi laboratorium pasca panen dan laboratorium terpadu, pengunjung


diarahkan menuju ke museum “Hortus Medicus” yang berisi awetan-awetan berbagai macam
tanaman obat yang disertai dengan informasi khasiat dari tanaman tersebut.Dari museum,
pengunjung diarahkan untuk menuju kebun pembibitan dan kebun pelestarian.Dari kebun
kemudian pengunjung diarhakn menuju eatalase tanaman obat yang berisi berbagai macam
tanaman obat dan obat tradisional. Tempat etalase tanaman obat ini berseberangan dengan
B2P2TOOT, di depan etalase tanaman obat teradapat Hotrus Medicus yang merupakan klinik
pengobatan dengan obat dan jamu tradisional.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Proses pengolahan tanaman obat menjadi jamu melalui proses yang panjang, pertama
yaitu berupa pembibitan tanaman obat dan obat tradisional, kemudian dipindahkan ke lahan.
Proses selanjutnya yaitu panen, kandungan senyawa tanaman obat lebih tinggi saat empat bulan
setelah masa tanam. Proses selanjutnya yaitu pada Laboratorium Pasca Panen (sortasi kering,
perajangan, pengeringan, sortasi kering). Selanjutnya simplisia tanaman obat akan diuji
kandungan senyawa dan kualitasnya di Laboratorium Terpadu (Laboratorium Galenika dan
Laboratorium Fitokimia).

3.2 Saran

Indonesia merupakan negeri yang kaya akan berbagai macam tanaman, termasuk
tanaman obat yang dapat bermanfaat bagi kesehatan manusia.Seharusnya kita lebih mempelajari
dan mempertahankan tradisi neneng moyang yang selalu memanfaatkan tanaman tradisional
(etnis) sebagai obat untuk mengobati suatu penyakit pada zaman dahulu, dan tidak selalu
bergantung pada obat-obatan kimia apabila sakit.
DAFTAR RUJUKAN

Efrimila, Wardenaar, Sisillia. 2015. Studi Etnobotani Tumbuhan Obat Oleh Etnis SUKU Dayak
di Desa Kayu Tanam Kecamatan Mandor Kabupaten Landak. Jurnal Hutan Lestari Vol. 3
(2): 234-246. Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura Pontianak.

http://www.b2p2toot.litbang.kemkes.go.id/
Kemendag, RI. 2017. Info Komoditi Tanaman Obat(Online)
(https://www.bps.go.id/Subjek/view/id/55).

Siregar, Amarullah H. (2010). Jamu-Tanaman Obat Indonesia dari Tradisional Menuju Era
Biomolekuler.Saintifikasi Jamu Indonesia, Kendal.
LAMPIRAN

Laboratorium Terpadu B2P2TOOT Alat-alat pada proses perajangan

Tempat proses sortasi


Tempat menyimpan simplisia jamu
(jamu serbuk)

Tempat menyimpan simplisia jamu Proses pengeringan tanaman obat


Laboratorium Galenika Laboratorium Fitokimia

Museum Hortus Medicus berupa Museum Hortus Medicus berupa


awetan tanaman obat alat-alat kuno untuk membuat
jamu

Kebun Pelestarian Kebun Pembibitan


Etalase Tanaman Obat Rumah Riset Jamu Hortus Medicus

Anda mungkin juga menyukai