Klasifikasi terpenoid ditentukan dari unit isopren atau unit C-5 atau penyusun
senyawa tersebut. Secara umum, biosintesa dari terpenoid terjadi dengan 3 reaksi dasar yaitu:
1) Pembentukan isoprena aktif berasal dari asam asetat melalui asam mevalonat. 2)
Penggabungan kepala dan ekor dua unit isopren akan membentuk mono-, seskui-, di-, sester-,
dan poli-terpenoid. 3) Penggabungan ekor dan ekor dari unit C-15 atau C-20 menghasilkan
triterpenoid dan steroid. Mekanisme dari tahap-tahap biosintesis terpenoid adalah asam asetat
yang telah diaktifkan oleh koenzim A melakukan kondensasi jenis Claisen menghasilkan
asam asetoasetat. Senyawa yang dihasilkan ini dengan asetil koenzim A melakukan
kondensasi jenis aldol mnghasilkan rantai karbon bercabang sebagaimana ditemukan pada
fosforilasi, eliminasi asam fosfat, dan dekarboksilasi menghasilkan iso-pentil pirofosfat (IPP)
yang selanjutnya berisomerisasi menjadi dimetil alil pirofosfat (DMAPP) oleh enzim
isomerase. IPP sebagai unit isopren aktif bergabung melalui ikatan kepala ke ekor dengan
DMAPP dan penggabungan ini merupakan langkah pertama dari polimeraisasi isoprena
atom karbon dari DMAPP yang kekurangan elektron diikuti oleh penyingkiran ion pirofosfat
yang menghasilkan geranil pirofosfat (GPP) yaitu senyawa antara bagi semua senyawa
monoterpenoid. Penggabungan selanjutnya antara satu unit IPP dan GPP dengan mekanisme
yang sama menghasilkan farnesil pirofosfat (FPP) yang merupakan senyawa antara bagi
geranil piofosfat (GGPP) yang berasal dari kondensasi antara satu unit IPP dan GPP dengan
mekanisme yang sama. Reaksi-reaksi selanjutnya dari senyawa antara GPP, FPP, dan GGPP
jenis reaksi sekunder. Reaksi-reaksi sekunder tersebut antara lain hidrolisis, siklisasi,
oksidasi, reduksi, dan reaksi-reaksi spontan yang dapat berlangsung dengan mudah dalam
suasana netral dan pada suhu kamar, seperti isomerisasi, dehidrasi, dekarboksilasi, dan
Achmad, S.A. 1986. Kimia Organik Bahan Alam. Jakarta: Universitas Terbuka