MAKALAH
Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Fikologi
Yang diampu oleh Dr. Murni Sapta Sari. M, Si.
Oleh :
Kelompok 2
Anna Iriansyah 170342615532
Balqis Hanun Hanifah 170342615566
Endah Retno Atdha Sari 170342615502
Mega Berliana 170342615550
Mita Berliana 170342615544
M. Herbert Hidayat 170342615576
UNIVERSITAS NEGERI
MALANG
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
BAB I
PENDAHULUA
N
Latar Belakang
Tabel 1. Potensi fikoeritrin dan fikosianin dalam berbagai bidang industri dan
Kesehatan
Kandungan Fikokoloid
Fikokoloid atau yang dikena dengan hidrokoloid merupakan kompone
primer rumput laut. Ada tiga jenis fikokoloid yang utama yaitu, alginate
dari rumput laut coklat, karaginan dari rumput laut merah, dan agar dari
rumput laut merah (Ohno dan Critchley, 1998).
Senyawa polisakarida yang bersifat hidrokoloi yang terdapat dalam rumput
laut antara lai adalah agar, karaginan (iota, kappa, dan lamda), dan alginate.
Menurut Dawes (1981), senyawa tersebut diperoleh dari ekstraksi beberaa
jenis rumput laut seperto: agarofit (Gracillaria spp dan Gelidium sp),
karaginofit (Eucheuma sp, Gigartina sp, Chondrus sp, Iridia sp, dan
Hypnea sp), alginofit (Laminaria sp, Macrocytis sp, Sargassum sp, dan
Turbinaria sp). Ketiga jenis fikokoloid di atas cukup tua pemakaiannya
dalam industry makanan, kosmeik, farmasi, dan lain-lain.
1. Alginat
Alginat merupakan bentuk garam dari asam alginate dan dapat diekstraksi
dengan beberapa metode. Standar mutu asam alginate maupun natrium
alginate telah ditetapkan oleh Food Chemical Codex.
Alginat terdapat pada semua rumpu laut coklat (Phaehyceae), dengan
keranka komponan utamanya adalah polisakarida. Sumber produksi algina
untuk industry yang utama adalah Macrocyria pyriera, beberapa spesies
Laminaria, Ascophyllum, dan Sargassum.
Kandungan algnat dari masing-asing ruput laut sangat beragam. Hal ini
sangat dipengaruhi beberapa factor antara lain spesies, daerah, dan iklim
tempat hidupnya (Segiarto et. al., 1978). Komponen peyusun alginate yaitu
asam manuroat dan asam gluronat dimana alginate merupakan naa umum
untuk garam sari asam algiat (McNelly dan Peit, 1973).
2. Karaginan
Karaginan merupakan nama yang diberikan untuk keluarga polisakarida
linear bersulfat yang diperoleh dari alga merah dan penting untuk
pangan. Dalam bidang industry, karaginan berfungsi sebaga stabilistor
(pengatur keseimangan), thickener (bahan pengentar), pembentuk gel,
dan lain-lain. Karaginan hasil ekstrasi dapat diperoleh melalui engendaan
dengan alcohol, pengeringan dengan alat drum drying, dan dengan proses
pembekuan. Jenis alcohol yang dapat digunakan untuk pemurnian hanya
terbatas pada methanol, etanol, dan isopropanol (Winarno, 1990).
Berdasarkan kandungan sulfatnya, Doty (1987), membedakan karaginan
menjadi
dua fraksi yaitu kappa karaginan yag mengandung sulfat kurang dari
28% dan iota karaginan jika mengandung sulfat lebih dari 30%.
Sedanka Winarno (1990), membagi karaginan menadi 3 fraksi
berdasarkan unit penyusunannya yaitu kappa, iota, dan lambda
karaginan. Lebih lanjut Renn (1986), menyatakan bahwa kappa
karaginan dihasilkan dari Eucheuma spinossum.
3. Agar-agar
Karotenoid merupakan pigmen yang paling umum terdapat di alam dan disintesis
oleh semua organisme fotosintetik dan fungi. Komposisi karotenoid penting yang
dikandung oleh mikroalgae dan makroalgae terdiri dari β-karoten, astaxantin, lutein,
zeaxantin, kriptoxantin, serta fukoxantin.Seluruhnya memiliki peranan bagi kesehatan
manusia. Karotenoid-karotenoid tersebut diproduksi oleh beberapa spesies mikroalga
yaitu Dunaliella sallina, Haemotococcus pluvialis, Chlorella pyrenoidosa, Anthrospira
platensis, serta Nannnochloropsis oculata, dan juga beberapa spesies makroalga seperti
Kappaphycus alvarezii, Sargassum sp, dan Caulerpa sp. Karotenoid dari algae telah
terbukti sebagai antioksidan yang kuat serta dapat mencegah beberapa penyakit
degeneratif, kardiovaskular, dan kanker. Karotenoid juga telah diaplikasikan sebagai
pewarna dan suplemen makanan. Bioteknologi telah dikembangkan dalam rangkai
peningkatan produksi karotenoid dari mikroalgae dan makroalgae. Selama kultivasi,
beberapa kondisi stres dapat dimanipulasi secara khusus untuk mengoptimalkan
produksi karotenoid dari mikroalgae.
Struktur kimia dari florotanin. Phloroglucinol (1), Tetrafucol A (2), Tetraphlorethol B (3),
Fucodiphlorethol A (4), Tetrafuhalol A (5), Tetraisofuhalol (6), dan Phlorofucofuroeckol (7)
(Lopes dkk., 2012).
Serat ialah bagian yang dapat dimakan dari bahan nabati serta karbohidrat yang tidak
dapat dicerna maupun diserap di dalam usus halus manusia meliputi selulosa,
hemiselulosa, pektin, gum, dan lignin (Handayani, 2014). Serat sangat bervariasi
dalamkomposisi dan struktur kimianya. Serat dapat dibagi menjadi 2 jenis menurut
kelarutannya, yaitu serat yang larut dalam dan serat yang tak dapat larut. Serat yang
dikonsumsi dapar difermentasi oleh flora colon(mikroflora usus) yang akan
menghasilkan senyawa yang lebih sederhana dan mudah diserap. Pada makroalga yang
dapat dimakan mengandung33-62% serat total (berdasarkan berat kering),hal tersebut
lebih tinggi dibandingkandengan serat dari tumbuban tingkat tinggi, yang lebih banyak
didominasi oleb bagian terlarut. Manfaat dari serat pangan ialah mengurangi kolesterol
dalam darah, memperbaiki penyerapan glukosa bagi penderita diabetes, mencegah
penyakit kanker usus, dan juga memiliki fungsi pada fisiologis feses. Tidakhanya itu,
serat juga dapat menjadi potensi pengganti plastik pada industri (Munifah, 2008;
Dwiyitno, 2011).
Potensi Makroalga Sebagai Biodiesel
Menurut Kuncahyo dkk (2013) saat ini indonesia sedang mengalami krisis
energi, terutama energi bahan bakar minyak. Dari tren data produksi dan konsumsi
bahan bakar yang telah dianalisis, diperkirakan indonesia akan mengalami penurunan
dalam produksi bahan bakar dan habis pada tahun 2053. Salah satu solusi untuk hal
tersebut ialah dengan alternatif bahan bakar minyak dengan menggunakan biodiesel
yang berasal dari tumbuh – tumbuhan.
Pemilihan bahan baku biodiesel perlu diupayakan untuk mengetahui jenis
bahan baku biodiesel yang dapat dikembangkan secara luas. Kriteria yang dibutuhkan
sebagai bahan baku biodiesel ialah mudah tumbuh, mudah dikembangkan secara
luas, dan mengandung minyak nabati yang cukup besar [Zuhdi, 2005].
Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman hayati tinggi
sehingga kini terdapat lebih dari 50 jenis bahan
baku untuk biodiesel yang ada di indonesia. Dari 50 lebih jenis tersebut didapatkan 6
jenis dengan potensi karakteristik dan ketersediaan yang baik yaitu minyak jelantah,
kelapa sawit, jarak pagar, karet, dan alga (Kuncahyo et al, 2013).
Makroalga memiliki kandungan minyak yang komposisinya mirip seperti
tanaman darat lain, bahkan untuk jenis tertentu mempunyai kandungan minyak cukup
tinggi melebihi kandungan minyak tanaman darat seperti kelapa, kelapa sawit,
kedelai, dan jarak. Produksi biodiesel dari makroalga telah diakui sebagai pilihan
yang paling cocok dan memiliki keunggulan sebagai bahan baku biodiesel, jika
dibandingkan dengan tanaman nabati lainnya seperti terlihat pada tabel berikut ini.
Tabel 1.1 Perbandingan Potensi Beberapa Bahan Baku Biodiesel
Bahan Baku Produktivitas (Liter/Hektar/Tahun)
Kedelai 450
Camelina 581
Bunga Matahari 956
Jarak 1.893
Kelapa Sawit 5.950
Makroalga 50.000-120.000
Sumber : Christi, 2007
Menurut tabel di atas, terlihat bahwa makroalga dapat memproduksi bahan
bakar hingga 100 kali lebih banyak dibandingkan dengan kedelai ataupun bahan baku
lain dalam luas lahan yang sama. Semua jenis makroalga memiliki komposisi kimia
sel yang terdiri dari protein, karbohidrat, asam lemak (fatty acids), dan nucleic acids.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Makroalga laut tidak memiliki akar, batang dan daun sejati yang disebut
talus, dan oleh karenanya dikelompokkan dalam Divisi Thallophyta.
2. Makroalga mengandung agar, alginat, vitamin, klorofil, lipid dan asam lemak,
mineral, biliprotein, pikokoloid, karotenoid, protein, karagenan, polisakarida dan
serat, serta polifenol.
3. Makroalga memiliki kandungan minyak yang cukup tinggi sehingga dapat
dimanfaatkan sebagai bahan bakar.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 2005. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Anggadiredja, T.J., Zatnika, A., Heri, P., dan Istini, S. 2009. Rumput Laut. Jakarta : Penebar
Swadaya.
Anggadiredja, J. T., A. Zatnika, H. Purwoto dan S. Istini. 2006. Rumput Laut. Cetakan
I. Jakarta : Penerbit Swadaya
Aslan, L.M. 1990. Budidaya Alga Laut. Yogyakarta : Kanisus
Atmadja, W.S., Kadi, A., Sulistijo & Rachmaniar. 1996. Pengenalan jenisjenis rumput laut
Indonesia. PUSLITBANG Oseanologi. LIPI, Jakarta. Hlm.56-152.
Berge J.-P. and Barnathan G. (2005) Fatty Acids from Lipids of Marine Organisms:
Molekuler Biodiversity, Role as Biomarkers, Biologically Active Compounds, and
Economical Aspects. Mar. Biotechnol. 96, 49–125.
Burtin, Patricia. 2003. Nutritional Value of Seaweeds. Electron. J. Environ. Agric.
Food Chem. 2(4): 498-503.
Dawes, C.J. 1981. Marine Botany. Second Edition. University of South Florida : John Wiley
and Sons, Inc.
Fitton, Helen. 2005. Marine Algae and Health: A Review of The Scientific and Historical
Literature.
Glicksman, M. 1983. Food Hydrocolloids Vol.II. Florida : CRC Press.
Henrikson, R. 2000.Earth Food Spirulina.Essential Fatty Acids and
Phytonutrients.Ronore Enterprises, Inc. California.
Lopes, G., Sousa, C., Silva, L. R., Pinto, E., Andrade, P. B., Bernardo, J., Mouga, T.,
&Valentão, P. (2012). Can phlorotannins purified extracts constitute a novel
pharmacological alternative for microbial infections with associated inflammatory
conditions? PLoS ONE, 7(2).
Rocha De Souza, M. C., Marques, C. T., Guerra Dore, C. M., Ferreira Da Silva, F. R., Oliveira
Rocha, H. A., &Leite, E. L. (2007). Antioxidant activities of sulfated polysaccharides from
brown and red seaweeds. Journal of Applied Phycology, 19(2), 153–160.
Wang, J., Zhang, Q., Zhang, Z., & Li, Z. (2008). Antioxidant activity of sulfated polysaccharide
fractions extracted from Laminaria japonica. International Journal of Biological
Macromolecules, 42(2), 127–132.
Dul, M., Paluch, K. J., Kelly, H., Healy, A. M., Sasse, A., &Tajber, L. (2015). Self-assembled
carrageenan/protamine polyelectrolyte nanoplexes-investigation of critical parameters
governing their formation and characteristics. Carbohydrate Polymers, 123(778051), 339–
349.
Jha, B., Reddy, C.R.K., Thakur, M.C., dan rao, M.U. 2009. Seaweeds of India : The Diversity
and Distribution of Seaweed of Gujarat Coast. New York.
Kadi, A., dan Atmadja, W.S. 1988. Rumput Laut (Algae) Jenis, Reproduksi, Produksi,
Budidaya dan Pasca Panen. Jakarta : Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi
LIPI.
Kumari P., Kumar M., Reddy C. R. K. and Jha B. (2013) Algal lipids, fatty acids and
sterols. In Functional Ingredients from Algae for Foods and Nutraceuticals Elsevier.
pp. 87–134.
Kurniawan, R. 2017. Keanekaragaman Jenis Makroalga di Perairan Laut Desa Teluk Bakau
Kabupaten Bintan Kepulauan Riau. Tanjungpinang : Universitas Maritim Raja Ali
Haji.
Marinho-Soriano E, Bourret E. 2004. Polisaccharides from the red seaweed Gracilaria dura
(Gracilariales, Rhodophyta). J. Bioresource Technology 04: 04.012.
Nyssen F., Brey T., Dauby P. and Graeve M. (2005) Trophic position of Antartic amphipods
- enhanced analysis by a 2-dimensional biomarker assay. Mar. Ecol. Prog. Ser. 300,
135–143.
Palallo, A. 2013. Distribusi Makroalga pada Ekosistem Lamun dan Terumbu Karang di
Pulau Bonebatang Kecamatan Ujung Tanah Kelurahan Barrang Lompo Makassar.
Makassar : Universitas Hasanuddin.
Pepe, M., Giordino, C., Borsani, G., Cardoso, A.C., Chiauda, G., G. Premazzi, E., Rodari dan
Zilioli, E. 2001. Relationship Between Apparent Optical Properties And
Photosynthetic Pigments In The Sub-Alpine Lake Iseo. The science of total
environment 268 : 31-45.
Ramazanov, Z., 2006. New wave of health from the sea. Nutraceuticals World 2(6): 38-39.
Ratana-arporn P, Chirapart A. 2006. Nutritional evaluation of tropical greenseaweeds Caulerpa
lentillifera and Ulva reticulata. Kasetsart Journal of Natural Science. 40: 75-83.
Rasyid, Abdullah. 2003. ALGAE COKLAT (PHAEOPHYTA) SEBAGAI
SUMBER ALGINAT). ISSN 0216-1577.
Sasaki et al., 1995. Promotive Effect of 5 –aminolevulinic acid on The growth and
photosynthesis of spirulina plantesis. J Ferment Bioeng. 5,453-457.
Scheer, H. 2006. An Overview of Chlorophyll and Bacteriochlorophyll : Biochemistry,
Biophysics, Function and Applications. Chapter 1. In: Grimm, B., Porra, R.J.,
Rudiger, W., and Scherr, H (ed). Chlorophyll and Bacteriochlorophylls,
Biochemistry, Biophysics, Functions and Applications. Volume 25. Springer.
Nederlands. p. 1- 26.
Schaduw, J.N.W., Ngangi, E.L.A., dan Mudeng, J.D. 2013. Kesesuaian Lahan
Budidaya Rumput Laut di Kabupaten Minahasa, Propinsi Sulawesi Utara. Jurnal
Ilmu dan Manajemen Perairan 1(1) : 72-81.
Soo-Jin Heo, Pyo-Jam Park, Eun-Ju Park, Se-Kwon Kim, dan You-Jin Jeon. 2005.
Antioxidant Activity Of Enzymatic Extracts From A Brown Seaweed Ecklonia Cava
By Electron Spin Resonance Spectrometry And Comet Assay. Eur Food Res Technol
221:41–47.
Sulistijo. 2009. Pelayaran Kebangsaan Ilmuwan Muda. Jakarta : Pusat Penelitian
Oseanografi LIPI
Sulistyowati, R. 2003. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta : Gadjah Mada University
Tjitrosoepomo. 1994. Jenis Algae dalam Pengenalan Jenis-Jenis Rumput Laut
Indonesia. Jakarta : Puslitbang Oseanologi LIPI
Waryono, T. 2001. Biogeografi Alga Makro (Rumput Laut) dalam Kawasan Pesisir Indonesia.
Malang : Seminar Ikatan Geografi Indonesia.
Williams, P. A. dan Phillips, G. O. 2004. Handbook of Hydrocolloids. North East
Wales Institute : Wrexham.