Anda di halaman 1dari 11

Setelah dilakukan studi lapangan di Pantai Kondang Merak oleh 16 kelompok, maka dari

sekian banyak spesies makroalga yang didapatkan dibagi kepada masing-masing


kelompok.Sehingga dalam hal ini, hanya dibahas dari hasil pembagian saat identifikasi di dalam
Laboratorium Ekologi Jurusan Biologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Adapun spesies
yang akan dibahas adalah sebagai berikut:
3.1    Gelidium pulchellum
a.    Gambar

b.    Klasifikasi
Klasifikasi dari Gelidium pulchellum adalah (KKP, 2010):
Kingdom : Plantae
            Divisi : Rhodophyta
Kelas : Rhodophyceae
Ordo : Gilidiales
Famili : Gelidiaceace
Genus : Gelidium
Spesies : Gelidium pulchellum
c.   Deskripsi
Berdasarkan hasil pengamatan dan identifikasi, spesies ini bermarna merah, thallus
berbentuk pipih, jenis percabangan tidak teratur, ada yang dikotom dan trikotom dengan
berukuran panjang ± 4-7 cm. Holdfast tumbuh melekat pada substrat batu karang di rataan
trumbu yang tergenang air.
Sesuai namanya, semua organisme yang tergolong ke dalam Rhodophyta dominan
berwarna merah karena mengandung pigmen fotosintetik yang disebut fikobilin (fikoeritrin dan
fikosianin). Rhodophyta merupakan satu-satunya devisi yang anggotanya tidak mempunyai
stadium flagel. Habitat Rhodophyta umumnya di perairan laut dan payau. Rhodophyta
bereproduksi secara aseksual dan seksual. Reproduksi aseksual dilakukan dengan membentuk
spora. Reproduksi seksual di lakukan melalui fertilisasi sel kelamin jantan yang tidak berflagel
(spermatium) dengan ovum (Aslan, 1991).
Bentuknya berupa helaian atau berbentuk seperti pohon. Tidak berflagella. Selnya terdiri
dari komponen yang berlapis–lapis. Mempunyai pigmen fotosintetik fikobilin, memiliki pirenoid
yang terletak didalam koroplas, pirenoid berfungsi untuk menyimpan cadangan makanan. Tubuh
bersel banyak menyerupai benang atau lembaran. Dalam reproduksinya tidak mempunyai stadia
gamet berbulu cambuk. Alat perekat (holdfast) terdiri dari perakan sel tunggal atau sel banyak.
Memiliki pigmen fikobilin yang terdiri dari fikoeritrin (berwarna merah) dan fikosianin
(berwarna biru). Memilki persediaan makanan berupa kanji (floridean starch). Cara hidup
Gelidium pulchellum umumnya bersifat autotrof, ada juga yang heterotrof, yaitu yang tidak
memiliki kromatofora dan biasanya parasit pada ganggang lain.Habitat dari spesies ini adalah
mumnya hidup di laut yang dalam dari pada tempat hidup ganggang cokelat, hidup diperairan
tawar (Bold, 1978).
Jenis rumput laut tersebut termasuk kedalam golongan algae merah yang mempunyai ciri-
ciri, yaitu:Dalam reproduksinya tidak mempunyai stadia gamet berbulu cambuk. Reproduksi
seksual  dengan karpogonia dan spermatia. Pertumbuhannya bersifat uniaksial (satu sel di ujung
thallus) dan multiaksial (banyak sel di ujung thallus). Alat pelekat (holdfast) terdiri dari
perakaran sel tunggal atau sel banyak. Memiliki pigmen fikobilin yang terdiri dari fikoeretrin
(berwarna merah) dan fikosianin (berwarna biru). Bersifat adaptasi kromatik, yaitu memiliki
penyesuaian antara proporsi pigmen dengan berbagai kualitas pencahayaan dan dapat
menimbulkan warna pada thalli seperti: merah tua, merah muda, pirang, coklat, kuning dan hijau.
Mempunyai persediaan makanan berupa kanji. Didalam dinding selnya terdapat selulosa, agar,
carrageenan, porpiran dan furselaran (Lovelees, 1989).

d.    Manfaat
Beberapa jenis rumput laut di Indonesia yang bernilai ekonomis.Seperti halnya Glacelaria
sp., Gelidium sp.juga dapat menghasilkan metabolit primer senyawa hidrokoloid untuk
pembuatan agar-agar, sehingga spesies ini disebut agarophyte.Oleh karena itu, spesies algae
jenis Gelidium merupakan jenisrumput laut berpotensial yang tersebar di Indonesia(KKP, 2010).

 3.1    Turbinaria ornate


a.    Gambar

 
b.    Klasifikasi
Klasifikasi dari Turbinaria ornate adalah (Tabin, 2010):
Kingdom : Plantae
            Divisi : Phaeophyta
Kelas : Phaseophyceae
Ordo : Fucales
Famili : Sargassaceae
Genus : Turbinaria
Spesies : Turbinaria ornata

c.    Deskripsi
Berdasarkan hasil pengamatan dan identifikasi pada Turbinaria ornata adalah dapat
diketahui beberapa bagian-bagiannya antara lain: Thallusnya dapat dibedakan antara daun,
batang dan holdfast/rhizoid. Holdfast sebagai alat perekat pada substrat yang menyerupai akar
pada tumbuhan tingkat tinggi, panjang thallus ± 3,5 cm berbentuk pipih, berwarna coklat
terdapat filoid (blades), memiliki percabangan dikotom dan berbentuk kerucut segitiga atau
corong dengan tepi bergerigi seperti turbin. Spesies ini biasa hidup berhabitat menempel pada
bagian celah batu karang.
Seperti yang dilansiroleh hawaii.edu, tanaman ini tingginya berukuran 2-20 cm. Holdfast
beruang satu silinder, bagian tegak dan bagian basal kerucut atau tidak teratur, biasanya dengan
beberapa cabang atau dikotomus. Sebagian berwarna coklat kekuningan sampai coklat tua
dengan bintik-bintik cokelat tua. Sebagaimana menurut Winarno (1990), Turbinaria masuk ke
dalam kelompok alga cokelat (Phaeophyta).
Perbedaan dengan jenis lainnya, jenis ini memiliki daun yang umumnya seperti corong
dengan pinggir bergerigi.Karakteristik jenis ini adalah pinggir daunnya membentuk bibir dengan
bagian tengah daun melengkung ke dalam (Setiawan, 2001).
Spesies ini seperti yang telah dikemukakan oleh Sulisetjono, 2009 bahwa habitatnya yaitu
di air laut. Sebagaimana disebutkan juga oleh (Nybakken, 1992), Turbinaria ornata sangat
umum ditemukan pada pertengahan intertidial untuk setidaknya pada kedalaman 20-30 cm.
tumbuh dalam berbagai habitat, biasanya ditemukan dalam sekelompok kecil yang menempel
pada celah-celah karang, termasuk batu pasanag surut, dan pada permukaan terumbu karang.
Turbinaria ornata termasuk jenis algae yang umum didapat dan tersebar luas di perairan
Indonesia (iptek.net, 2002). Karakteristik morfologi dari alga ini memungkinnya untuk bertahan
hidup dalam kondisi lingkungan yang ekstrim. T. ornata berhasil mereproduksi baik dan
reproduksi seksual dan fragmentasi (Magruder, 1979).
Sedangkan di dalam salah satu blog (Anonymous, 2012) disebutkan bahwa spesies ini
memiliki thallus tegak, tinggi hingga 30 cm, menempel pada batu karang dan tumbuh bercabang
dikotomus dengan ujung bercakram. Cabang utama menyilinder, dengan cabang ke segala arah.
Daun kasar, agak mempiramid sampai bentuk gangsing, hingga 20 mm panjangnya dan lebarnya
15 mm, bagian ujung membundar atau menyegitiga, bagian tengah agak cekung, biasanya
diseliputi oleh sederetan gigi kasar. Cabang penyangga bentuk tandan, terdapat pada sepertiga
dari tangkai daun.
Turbinaria ornata ditemukan dan menyebar secara luas di kawasan Asia tenggara
termasuk Indonesia, Malaysia, Filipina dan Papua Nugini. Adapun habitatnya, pada umumnya
ditemukan di karang dengan pasang surut rendah dan area pasang sampai ke daerah dengan
ombak sedang hingga ombak tinggi dan bisa juga ditemukan di zona tenang. Tingkat ombak,
salintas, pH dan pergerakan air di sisi lain merupakan faktor utama tempat tumbuhnya rumput
laut. Turbinaria ornata juga menstimulasi tumbuhnya dinoflagelata, dan juga merupakan habitat
bagi hydroid, polychaeta (Nontji, 1993).

d.    Manfaat
Bermacam-macam jenis Turbinaria telah banyak dipergunakan sebagai makanan manusia,
pupuk, pestisida, dan obat anti serangga. Di Malaysia jenis makroalga (rumput laut) ini
digunakan dalam salad. Sebagai pupuk atau pendingin tanah, dengan cara dicampurkan dengan
ganggang coklat (Sargassum, Hormophysa dan Dictyota) dan dikomposkan 2–3 bulan sebelum
digunakan. Untuk mempercepat pengomposan, ditambahkan daun lirik sidia (Glyricida sepium).
Apabila makroalga ini dicampur dengan rebusan makroalga lain dan dikukus dapat digunakan
untuk mengobati anak-anak yang sakit panas. Di Filipina, jika dicampur dengan ganggang coklat
Sargassum dapat digunakan untuk mengusir hama di kebun sayuran. Namun, makroalga (rumput
laut) ini walaupun telah dicoba dibudidayakan akan tetapi masih belum tampak sukses
(Anonymous, 2012).
Kandungan kimia alga ini adalah alginate dan iodine (iptek.net, 2002) sehingga dalam
Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan (Fajarningsih, 2008) disebutkan
bahwa bioaktifitas ekstrak Turbinaria dapat sebagai antitumor serta efeknya terhadap poliferasi
limfosit.

3.1    Laminaria sp.


a.    Gambar
 

b.    Klasifikasi
Klasifikasi dari Laminaria sp. adalah (Hamid, 2009):
Kingdom : Plantae
            Divisi : Phaeophyta
Kelas : Phaeophyceae
Ordo : Laminariales
Famili : Laminariaceae
Genus : Laminaria
Spesies : Laminaria sp.

c.   Deskripsi
Berdasarkan hasil pengamatan dan identifikasi pada Laminaria sp. diperoleh ciri-ciri
morfologi bahwa alga ini memiliki blades, stipe dan thallusnya berbentuk lembaran, lebar thallus
+ 9 cm, panjang + 22 cm, lebarnya mencapai 9 cm, dan berwarna cokelat. Spesies ini biasanya
tumbuh pada substrat dasar daerah pasang surut, kadang pula melekat pada batu atau terumbu
karang.
Laminaria sp. ini tergolong dalam devisi Phaeophyta. Laminaria sp. memiliki holdfast
yang berfungsi sebagai organ untuk menempel pada batu-batuan atau karang dan juga memiliki
lamina seperti lembaran daun. Pada Lamina ini juga terjadi proses fotosintesis dilakukan sebagai
sumber makanannya. Namun, lamina dari Laminaria sp. berbeda dengan lamina pada
Dictyosasp. Padina sp., pada Laminaria sp. laminanya tidak memiliki cabang-cabang, hanya ada
lembaran tunggal yang mana bagian samping-sampingnya memiliki lekukan-lekukan yang
disebut dengan stipe. Panjang dari lamina adalah 19 cm sedangkan lebarnya 4 cm, sedangkan
pada lamina yang satu berukuran 12x3 cm (Pandey, 1995).
Laminaria sp. memilki pola pertumbuhan yang berbeda-beda, lapisan luar sel yang disebut
mesoderm adalah daerah utama pembentuk sel baru.Meristoderm terutama aktif pada perbatasan
helai dan tangkai, dimana sel-sel baru ditambahkan helai, tangkai, dan bagian anterior pada
tingkat lenih rendah.Permukaan lapisan di seluruh thallus juga menunjukkan aktifitas
meristematik (Setiawan, 2001).
Jenis-jenis yang termasuk bangsa laminariales mempunyai sporofit yang dapat dibagi
menjadi alat pelekat, tangkai dan belaian atau lembaran. Pertumbuhan terjadi pada bagian yang
meristematik yang letakknya interkalar dan biasanya terletak di antara tangkai dan lembaran.
Sporofit mempunyai sporangia yang unilokuler dan terkumpul dalam suatu “sorus” pada
permukaan lembaran. Beberapa marga tertentu, sporangianya terletak pada suatu lembaran
khusus (sporofit). Gametofit dari Laminariales berupa gilamen yang mikroskopik,
perkembangbiakan seksual bersifat oogamik. Bangsa ini mempunyai marga 30 marga dengan
kurang lebih 100 jenis yang kesemuanya merupakan penghuni lautan di daerah beriklim dingin
(Aslan, 1991).
Laminaria sp. ini memiliki anatomi multiseluler yang paling kompleks diantara semua
alga, beberapa diantaranya memiliki jaringan dan organ yang berdiferensiasi yang mirip
tumbuhan tingkat tinggi (Campbell, 2003).
Menurut Dowes (2000), reproduksi dapat dilakukan secara aseksual yaitu vegetatif, sporik
dan gametofit. Reproduksi yang vegetatif umum dilakukan fragmetasi tallus. Reproduksi sporik
dengan zoospora atau alpanospora yang masing-masing tidak berdinding. Sedangkan reproduksi
secara gametofit dilakukan secara isogami, anisogami dan oogami.

d.    Manfaat
          Manfaat Laminaria sp. dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai bahan pewarna murni
dan ada yang sebagian dimanfaatkan sebagai pewarna pada cat sehingga tampak lebih cerah.
Dalam dunia ekonomi atau masyarakat Laminaria sp. dimanfaatkan sebagai bahan pokok
makanan, sedangkan masyarakat Jepang menggunakannya sebagai bahan pokok sup (Stern,
2003).
BAB IV
PENUTUP

4.1    Kesimpulan
Berdasarkan hasil studi lapangan keanekaragaman makroalga di Pantai Kondang Merak,
dapat disimpulkan bahwapantai Kondang Merak memiliki vegetasi makroalga yang masih bagus.
Sehingga didapatkan beragam spesies makroalga, terutama dari Divisi Chlorophyta, Phaeophyta,
dan Rhodophyta. Akan tetapi yang hanya dibahas pada kelompok studi ini antara lain:
1.    Gellidiumpulchellum
Spesies ini bermarna merah, thallus berbentuk pipih, jenis percabangan tidak teratur, ada
yang dikotom dan trikotom dengan berukuran panjang ± 4-7 cm. Holdfast tumbuh melekat pada
substrat batu karang di rataan trumbu yang tergenang air dan tergolong ke dalam divisi
Rhodophyta (alga merah).
2.    Turbinaria ornata
Spesies ini mempunyai bagian-bagiannya antara lain: Thallusnya dapat dibedakan antara
daun, batang dan holdfast/rhizoid. Holdfast sebagai alat perekat pada substrat yang menyerupai
akar pada tumbuhan tingkat tinggi, panjang thallus ± 3,5 cm berbentuk pipih, berwarna coklat
terdapat filoid (blades), memiliki percabangan dikotom dan berbentuk kerucut segitiga atau
corong dengan tepi bergerigi seperti turbin. Spesies ini biasa hidup berhabitat menempel pada
bagian celah batu karang.Turbinariaornatamasuk ke dalam kelompok alga cokelat (Phaeophyta).
3.    Laminaria sp.
Spesies ini memiliki ciri-ciri morfologi bahwa alga ini memiliki blades, stipe dan
thallusnya berbentuk lembaran, lebar thallus + 9 cm, panjang + 22 cm, lebarnya mencapai 9 cm,
dan berwarna cokelat. Spesies ini biasanya tumbuh pada substrat dasar daerah pasang surut,
kadang pula melekat pada batu atau terumbu karang.Laminaria sp. ini tergolong dalam devisi
Phaeophyta (alga cokelat).

4.2    Saran
             Diharapkan laporan hasil studi lapangan ini dapat dijadikan bahan acuan untuk mempelajari
spesies-spesies makroalga lebih lanjut. Sehingga kritik yang membangun dari pembaca sangat
diperlukan agar bisa mengantarkan output yang lebih baik dari sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Aditya. 2010. Laporan Penelitian Alga Kondang Merak http://mushoffaditya.blogspot.com/ Diakses


pada tanggal 13 Oktober 2012 pukul 16:30 WIB
Anonymous. 2012. Makroalga. http://agengsimuk.wordpress.com/ Diakses pada tanggal 20 Nopember
2012 pukul 11:12 WIB
Aslan, L. M. 1991. Budidaya Rumput Laut. Yogyakarta: Kanisius
Bold, 1978.Introduction To The Algae, Structure and Reproduction. New Delhi: Prentice Hall Of India.
Campbel.2003. Biologi Jilid 3. Jakarta: Erlangga
Dawes, C. J. 2000. Marine Botany A Wiley Interscience. New York: Publication John Wiley & Sons
Fajarningsih, Nurrahmi Dewi, dkk. 2008. Bioaktivitas Ekstrak Turbinaria decurrens Sebagai Antitumor
(Hela dan T47D) Serta Efeknya Terhadap Polifera Limfosit.Jurnal Pascapanen dan
Bioteknologi Kelautan dan Perikanan.Vol 3. No 1. hlm 21
Hamid, Huzaifah. 2009. Phaeophyta (Algae Coklat) http://zaifbio.wordpress.com/ Diakses pada tanggal
20 Nopember 2012 pukul 05:45 WIB
Hasnunida, Neni S.Pd., M.Si.2007. Buku Ajar Botani Tumbuhan Rendah. Bandarlampung: UNILA
Iptek.net. 2002.Alga Cokelat. http://iptek.net.id/ Diakses pada tanggal 13 Nopember 2012 pukul 22:55
WIB
KKP. 2010. Mengenal Rumput Laut. http://penyuluhpi.blogspot.com/ Diakses pada tanggal 20 Nopember
2012 pukul 11:03 WIB
Loveless, A.R. 1989.Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik 2.Jakarta: PT Gramedia
Magruder, WH dan JW.Hunt.1979. Rumput Laut dari Hawai. Hawai: Oriental Publication
Nontji, A. 1993.Laut Nusantara. Jakarta: Penerbit Djambatan
Nybakken, J. W. 1992. Biologi Laut : Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta: PT Gramedia
Pandey, S.N. 1995. A Textbook of Algae.Jakarta: Vikas Publishing
Setiawan, Ahmad Dwi. 2001. Petunjuk Praktikum Taksonomi Tumbuhan I (Cryptogamae). Semarang:
UNS
Stern, Kingsley R, dkk.2003. Intrduction Plant Biology Nineth Edition. New York: The Mc Graw-
HillCompanies, Inc
Sulisetjono.2009. Bahan Serahan Alga. Malang: Jurusan Biologi UIN
Tabin, Amin. 2010. Laporan Praktikum Lapangan Tentang Jenis-Jenis Algae yang Ada di Pantai Pasir
Putih. http://amintabin.blogspot.com/ Diakses pada tanggal 13 Oktober 2012 pukul 16:31 WIB
Winarno, F.G. 1990. Teknologi Pengelolaan Alga Laut. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan

LAMPIRAN 
(DOKUMENTASI STUDI LAPANGAN DI PANTAI KONDANG MERAK) 

A. Makroalga yang Diperoleh (sampel)

B. Habitat (substrat)

C. Hasil dan Proses Pengumpulan

D. Identifikasi dan Pembuatan Larutan Herbarium di Laboratorium


E. Herbarium Jadi

Anda mungkin juga menyukai