Anda di halaman 1dari 13

MORFOLOGI RUMPUT LAUT

Nama : Latifah Ambar Lestari


NIM : B1A018149
Kelompok :5
Rombongan : II
Asisten : Arfinda Novitasari

LAPORAN PRAKTIKUM FIKOLOGI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2021
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumput laut (seaweed) adalah jenis ganggang yang berukuran besar


(macroalgae) yang termasuk tanaman tingkat rendah dan termasuk divisi
thallophyta. Rumput laut memiliki sifat morfologi yang mirip, karena rumput
laut tidak memperlihatkan adanya perbedaan antara akar, batang dan daun
walaupun sebenarnya berbeda. Bentuk-bentuk tersebut sebenarnya hanyalah
talus. Bentuk talus rumput laut bermacam-macam antara lain, bulat seperti
tabung, pipih, gepeng, dan bulat seperti kantong dan rambut dan sebagainya
(Aslan, 2008).
Talus ini ada yang tersusun hanya oleh satu sel (uniseluler) atau banyak
sel (multiseluler). Percabangan talus ada yang talus dichotomus (dua-dua terus
menerus), pinate (dua-dua berlawanan sepanjang talus utama), pectinate
(berderet searah pada satu sisi talus utama) dan ada juga yang sederhana tidak
bercabang. Sifat substansi talus juga beraneka ragam ada yang lunak seperti
gelatin (gelatinous), keras diliputi atau mengandung zat kapur (calcareous),
lunak bagaikan tulang rawan (cartilagenous), berserabut (spongeous) dan
sebagainya dengan berbagai keanekaragaman warna (Soegiarto et al, 1978).
Rumput laut terdiri atas tiga classis yaitu Chlorophyceaea (ganggang hijau),
Phaeophyceae (ganggang coklat) dan Rhodophyceae (ganggang merah). Ketiga
kelas ganggang tersebut merupakan sumber produk bahan alam hayati lautan
yang sangat potensial dan dapat dimanfaatkan sebagai bahan mentah maupun
bahan hasil olahan (Aslan, 2008).
Makroalga di alam hidup menempel pada substrat yang stabil untuk
menjaga posisinya agar tidak hanyut terbawa oleh arus, gelombang, dan
pasang surut. Ada dua tipe substrat utama yang digunakan sebagai tempat
hidup rumput laut yaitu substrat lunak yang meliputi lumpur, pasir atau
campuran pasir dan lumpur, dan substrat keras yang meliputi karang mati,
karang hidup dan batuan (Ferawati et al., 2014). Rumput laut hidup di laut dan
tambak dengan kedalaman yang masih dapat dijangkau cahaya matahari untuk
proses fotosintesisnya. Dalam dunia perdagangan rumput laut atau sea weeds
sangat populer. Rumput laut dalam dunia pengetahuan lebih dikenal dengan
sebutan algae. Rumput laut merupakan suatu komoditi laut yang penting bagi
manusia, walaupun rumput laut tidak dapat dikategorikan kebutuhan utama bagi
manusia, namun manfaatnya cukup baik dalam kehidupan sehari-hari (Tim
Penulis Penebar Swadaya, 1999).

B. Tujuan

Tujuan praktikum Morfologi Rumput Laut adalah untuk mengetahui


tempat tumbuh rumput laut, holdfast, bentuk talus, dan bentuk percabangan
beberapa rumput laut.
II. MATERI DAN METODE

A. Materi

Alat-alat yang digunakan pada praktikum Morfologi Rumput Laut adalah


lembar kerja dan alat tulis.
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum Morfologi Rumput Laut
adalah Eucheuma edule, Eucheuma spinosum, Gracilaria gigas, Halimeda sp.,
Sargassum duplicatum, dan Sargassum polycystum.

B. Metode

Praktikan mengamati spesies yang sudah disediakan

Praktikan mencatat, dan menggambar spesies yang sudah diamati pada


lembar kerja yang sudah disediakan

Laporan disusun dengan hasil dalam laporan berisikan lembar kerja


yang sudah disediakan
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Gambar Skematis Keterangan:


1. Bentuk Talus : silindris
2. Tipe Percabangan: berselang-
seling
3. Holdfast : stolon merambat
dengan cakram perekat
4. Substrat : Batuan berkarang

Foto Klasifikasi:
Kingdom : Plantae
Divisi : Phaeophyta
Kelas : Phaeopphyceae
Ordo : Gigartinales
Famili : Gigartinaceae
Genus : Eucheuma
Spesies : Eucheuma edule

Keterangan:
1. Bentuk Talus : silindris
2. Tipe Percabangan : Dichotomous
3. Holdfast : Stolon merambat dengan
cakram perekat
4. Substrat : Batuan berkarang

Klasifikasi:
Kingdom : Plantae
Divisi : Thallophyta
Classis : Rhodophyceae
Ordo : Nemastomales
Familia : Rhodophyllidaceae
Genus : Eucheuma
Species : Eucheuma spinosum
Keterangan:
1. Bentuk Talus : bulat
2. Tipe Percabangan : tidak teratur
3. Holdfast : Stolon merambat dengan
cakram perekat
4. Substrat : Campuran

Klasifikasi:
Kingdom : Plantae
Divisi : Rhodophyta
Kelas :Floridaeophyceae
Ordo : Gracilariales
Famili : Gracilariaceae
Genus : Gracilaria
Spesies : Gracilaria gigas

Keterangan:
1. Bentuk Talus : segmen seperti
kipas
2. Tipe Percabangan : Dichotomous
3. Holdfast : Kerucut yg berdasar
kuat
4. Substrat : Pasir

Klasifikasi:
Kingdom : Plantae
Divisi : Chlorophyta
Kelas : Ulvophyceae
Ordo : Bryopsidales
Famili : Halimedaceae
Genus : Halimeda
Spesies : Halimeda sp.

Keterangan:
1. Bentuk Talus : silindris
2. Tipe Percabangan : dichotomous
3. Holdfast : Kerucut yang kuat
4. Substrat : Batuan berkarang

Klasifikasi:
Kingdom : Plantae
Divisi : Thallophyta
Kelas : Phaeophyceae
Ordo : Fucales
Famili : Sargassaceae
Genus : Sargassum
Spesies : Sargassum duplicatum

Keterangan:
1. Bentuk Talus : silindris
2. Tipe Percabangan : Pinnate
alternate
3. Holdfast : Stolon merambat dengan
cakram perekat
4. Substrat : Batuan berkarang

Klasifikasi:
Kingdom : Plantae
Divisi : Thallophyta
Kelas : Phaeophyceae
Ordo : Fucales
Famili : Sargassaceae
Genus : Sargassum
Spesies : Sargassum polyfolium

B. Pembahasan
Eucheuma edule memiliki karakteristik berwarna coklat kemerahan,
talusnya bercabang banyak selang-seling berebentuk silindris, berdaging dan
agak kaku dengan bintil-bintil duri yang besar mencuat ke samping dengan
permukaan yang licin dengan panjang 15-18 cm. Rumput laut ini biasa hidup
menempel pada batu di daerah rataan terumbu karang. Eucheuma edule banyak
ditemukan di Kepulauan Seribu, Bali, Seram Timur (Maluku), Sulawesi Tengah,
Wakatobi, dan Sulawesi Tenggara. Potensi Eucheuma edule dapat dimanfaatkan
sebagai sumber kappa karagenan, pada bidang industri baik pangan, farmasi dan
kosmetika banyak digunakan sebagai pengemulsi, pembentul gel, pengental, dan
penstabil, contohnya dalam pembuatan shampo, tablet, pasta gigi, sirup, ice
cream, sosis, dan lain-lain (Cholid, 2005).
Eucheuma spinosum dikenal dengan nama daerah agar-agar. Rumput laut
ini berwarna cokelat tua, hijau cokelat, hijau kuning, atau merah ungu. Ciri-ciri
rumput laut jenis Eucheuma spinosum yaitu talus silindris, percabangan talus
berujung runcing atau tumpul, dan ditumbuhi nodulus (tonjolan-tonjolan) berupa
duri lunak yang tersusun berputar teratur mengelilingi cabang, lebih banyak dari
yang terdapat pada Eucheum cottonii. Ciri-ciri lainnya mirip seperti E. cottoni.
Jaringan tengah terdiri dari filamen tidak berwarna serta dikelilingioleh sel-sel
besar, lapisan korteks, dan lapisan epidermis (luar). Pembelahan sel terjadi pada
bagian apikal talus (Anggadiredja et al., 2006).
Rumput laut Eucheuma spinosum dapat diolah menjadi karaginan yang
memiliki nilai ekonomi tinggi. Karaginan ialah senyawa hidrokoloid yang
merupakan senyawa polisakarida rantai panjang dan diekstraksi dari rumput laut
jenis karaginofit. Karaginan banyak digunakan pada industri pangan, obat-obatan,
kosmetik, tekstil, cat, pasta gigi dan industri lainnya. Karaginan memiliki peranan
yang sangat penting sebagai stabilisator (pengatur keseimbangan), thickener
(bahan pengental), pembentuk gel, pengemulsi.
Gracilaria gigas memiliki karakteristik talus panjang 5,6-30 cm, sifat
substansi kartilagenus, percabangan tidak teratur dan cenderung memusat ke arah
pangkal. Cabang lateral tumbuh berulang- ulang, searah, memanjang dan tidak
begitu rapat. Jarak antar cabang 5-25 mm. Bentuk talus silinder berdiameter 1-4
mm. Diameter sistokarp 1-1,5 mm. Rumput laut ini banyak dimanfaatkan dalam
pembuatan agar-agar, selain itu juga dimanfaatkan Sebagai penyedia makanan
dalam jumlah yang banyak bagi ikan, untuk penyamakan kulit dan sebagai
biofiter pencemaran limbah. (Atmadja et al., 1996)
Halimeda sp. dicirikan dengan karakteristik talus coenocytic, spesies ini
berkembang baik di terumbu karang bersubstra keras. Talus Halimeda banyak
mengandung kapur dan membentuk koloni-koloni atau berkelompok dan
mempunyai alat perekat berupa kerucut yang berdasar kuat. Pada umumnya
Halimeda sp. mempunyai bentuk percabangan yang hampir sama yaitu
dichotomous dan trichotomous, bentuk segmen yang silindris dan garis
permukaan utrikel yang hampir sama yaitu heksagonal dan polygonal. Halimeda
sp. dapat diolah menjadi obat-obatan dan bahan makanan bagi hewan laut.,
menjadi penyumbang kapur di laut juga produsen primer (Tampubolon et al.,
2013)
Sargassum duplicatum memiliki talus bulat pada batang utama dan agak
gepeng pada percabangan, permukaan halus atau licin. Percabangan dichotomous
dengan talus daun bulat lonjong, pinggir bergerigi, tebal dan duplikasi (double
edged) dan kecil. Vesikel melekat pada batang dan daun, bulat telur atau elip
dengan ukuran kecil. Vesikel ada yang bersayap dan menyerupai bentuk daun.
Reseptakel membentuk rangkaian atau pengelompokan yang rimbun merapat
seperti kembang kol. Talus secara keseluruhan agak keras berukuran kecil.
Warna talus coklat tua atau coklat muda, tinggi rumpun dapat mencapai 60 cm
(Widyartini et al., 2012).
Sargassum polycystum memiliki panjang talus sekitar 35 cm, warna talus
coklat kekuning-kuningan, holdfast berbentuk discoid berrhizoid, dengan axis
silindris. Mempunyai talus bentuk batang dan vesikel. Talus batang pendek,
percabangan utama tumbuh rimbun di bagian ujungnya. Panjang talus bentuk
daun 1,3 - 4,2 cm. Lebar talus bentuk daun 0,25 - 1,15 cm. Pada umumnya
berbentuk membujur dan runcing atau membulat, dengan tepi bergerigi.
Cryptostoma jelas, urat daun tidak begitu jelas. Vesikel berbentuk oval atau
spherical, berukuran kecil, jumlah banyak pada talus dewasa, dengan diameter
1,5 - 3 mm. Ujung berduri dan membulat, melekat pada talus batang primer atau
sekunder, dapat secara bergerombol atau sendiri-sendiri. Reseptakel bulat
memanjang atau gepeng dengan pinggir berduri-duri terdapat dalam satu
rangkaian bersama daun dan vesikel (Widyartini et al., 2012).
Sargassum sp. mengandung bahan alginat dan iodin yang bermanfaat bagi
industri makanan, farmasi, kosmetik dan tekstil. Beberapa manfaat  Sargassum
sp yaitu salah satu sumber penghasil alginat yang digunakan sebagai bahan
pembuat cangkang kapsul, emulsifier dan stabilizer. Sebagai bahan baku untuk
industri antara lain industri makanan, minuman, farmasi maupun industri lainnya
seperti cat tekstil, film, makanan ternak, keramik, kertas, dan fotografi. Berguna
untuk kosmetik, kandungan koloid alginatnya di gunakan sebagai bahan pembuat
sabun, shampo dan cat rambut. Dalam perikanan budidaya,
keberadaan Sargassum sp membantu meningkatkan produksi udang windu,
sehingga rumput laut jenis Sargassum sp ini di gunakan sebagai model budidaya
ganda dengan udang windu. Adanya rumput laut jenis Sargassum sp di sekitar
tambak udang windu dapat mengurangi jumlah bakteri patogen sehingga mampu
menurunkan kemungkinan berkembangnya penyakit yang menyerang udang
windu (Izzati, 2007). Sargassum Polycystum diketahui memiliki aktivitas
antibakteri terhadap bakteri Vibrio harveyi dan Micrococcus luteus (Riyanto et
al., 2013).
IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa Eucheuma edule


memiliki talus silindris, percabangan selang seling, holdfast stolon merambat dengan
cakram perekat dan substrat berupa batuan berkarang. Eucheuma spinosum memiliki
talus silindris, percabangan Dichotomous, holdfast stolon merambat dengan cakram
perekat, dan substrat berupa batuan berkarang. Gracilaria gigas memiliki talus
silindris, percabangan tidak teratur, holdfast stolon merambat dengan cakram
perekat, dan substrat campuran. Halimeda sp. memiliki talus segmen seperti kipas,
percabangan dichotomus, holdfast kerucut yang berdasar kuat, dan substrat berupa
pasir. Sargassum duplicatum memiliki talus silindris, percabangan dichotomus,
holdfast kerucut yang kuat, dan subtrat batuan berkarang. Sargassum polycystum
memiliki bentuk talus silindris, percabagan pinnate alternate, holdfast stolon
merambat dengan cakram yang kuat, dan substrat batuan berkarang.
DAFTAR REFERENSI

Anggadiredja, J. T., Zatnika, A., Purwanto, H. & Istini, S., 2006. Rumput
Laut. Jakarta : Penerbit Swadaya.
Aslan, M.L. 2008. Rumput Laut. Cetakan VII. Yogyakarta : Kanisius.
Atmadja, W.S., Kadi, A., Sulistijo & Rachmaniar. 1996. Pengenalan jenis-jenis
rumput laut Indonesia. Jakarta : PUSLITBANG Oseanologi. LIPI.
Chodid, N., 2005. Metode Penelitian. Jakarta : PT Bumi Aksara
Ferawati, E., Widyartini, D.S., & Insan, A.I., 2014. Komunitas Rumput Laut pada
Berbagai Substrat di Perairan Pantai Permisan Kabupaten Cilacap. Scripta
Biologica, 1(1) : 55-60.
Tampubolon, A., Gerung, G. S. & Wagey, B. 2013. Biodiversitas Alga Makro Di
Lagun Pulau Pasige,Kecamatan Tagulandang, Kabupaten Sitaro. Jurnal
Pesisir dan Laut Tropis, 2(1), pp. 35-43.
Tim Penulis PS., 1999. Karet Strategi Pemasaran Tahun 2000 Budidaya dan
Pengolahan. Jakarta : Penebar Swadaya.
Widyartini, D. S., Insan, A. I. & Sulistyani. 2012. Keanekaragaman Morfologi
Rumput Laut Sargassum Dari Pantai Permisan Cilacap Dan Potensi
Sumberdaya Alginatnya Untuk Industri. Prosiding Seminar Nasional, pp.
61-66.

Anda mungkin juga menyukai