Anda di halaman 1dari 13

PROSES PASCAPANEN RUMPUT LAUT

Nama : Latifah Ambar Lestari


NIM : B1A018149
Kelompok :5
Rombongan : II
Asisten : Arfinda Novitasari

LAPORAN PRAKTIKUM FIKOLOGI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2021
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Produksi rumput laut di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir


menunjukkan kenaikan yang cukup menggembirakan. Produksi tersebut berasal
dari dua sumber usaha, yaitu pengambilan dari alam dan hasil budidaya.
Perkembangan tren beberapa tahun terakhir menunjukkan bahwa adanya
pergeseran sumber produksi rumput laut yang tadinya didominasi oleh produk
dari alam sekarang mulai mengarah ke budidaya. Prospek usaha budidaya
rumput laut di masa yang akan datang cukup baik dan masih memberikan
harapan yang cukup besar. Indonesia menjadi salah satu penghasil utama rumput
laut dan mampu memenuhi kurang lebih 60 % kebutuhan pasar dunia
(Partosuwiryo, 2008)
Kegiatan pascapanen merupakan kegiatan yang dilakukan setelah rumput
laut telah dibudidayakan dan siap untuk dipanen dan dikelolah meliputi : panen,
penjemuran, sortasi dan pengemasan. Oleh sebab itu kegiatan pemanenan hingga
penanganan pascapanen dilakukan dengan memperhatikan umur rumput laut.
Jika rumput laut tersebut akan digunakan sebagai bibit maka pemanenan
dilakukan setelah rumput laut berumur 30-40 hari karena pada saat itu tanaman
belum tentu tua, sedangkan jika rumput laut tersebut dipanen untuk dikeringkan
maka sebaiknya pemanenan dilakukan pada saat rumput laut berumur 1,5 bulan
atau lebih karena pada umur tersebut kandungan karaginan cukup tersedia
(Syarif, 2016).
Proses pascapanen merupakan hal penting dalam budidaya rumput laut.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam proses pasca panen rumput laut yaitu
pemanenan, pencucian dan perendaman, pengeringan dan sortasi, serta
pengemasan dan penyimpanan. Rumput laut yang sudah siap panen yang
dibudidayakan dengan metode rumpon (tali), dipanen dengan cara menarik
rumpon ke pinggir pantai. Rumput laut dilepas dari ikatannya, dipetik pucuknya
untuk ditanam kembali, diikat lagi pada rumpon sebagai tanaman baru. Umur
panen yang optimum adalah 40-45 hari, hal ini sangat disarankan karena pada
umur tersebut kandungan karagenannya sangat optimum. Pemanenan sebaiknya
dilakukan mulai siang hari. Hasil panen dicuci air laut untuk menghilangkan
kotoran yang melekat seperti lumpur, garam, dan lain lain, sehingga rumput laut
menjadi bersih. Selanjutnya rumput laut langsung direndam larutan alkali KOH
0,1% sampai terendam dan dibiarkan kontak dengan alkali semalaman. Tujuan
perendaman dengan menggunakan larutan alkali adalah untuk mendapatkan
karagenan yang maksimal. Tahapan selanjutnya, pagi harinya rumput laut
diangkat dan dicuci dengan air tawar sampai bersih dan netral (Sudariastuti,
2011).
Pengeringan dan Sortasi, rumput laut yang sudah netral dikeringkan
dengan penjemuran, dapat dilakukan di sekitar pantai sampai mencapai
kekeringan tertentu (optimum) biasanya 20-30%. Alas pengering yang
sederhanan adalah dengan bahan plastik, agar cepat kering dan lebih bersih,
dapat pula dengan pengeringan solar yang dipadu kompor dan untuk menjaga
mutu pengeringan harus dikeringkan di atas para para. Setelah rumput laut
kering, dilakukan pengemasan dengan karung net atau plastik. Untuk lebih
efisien tempat rumput laut kering dapat dipress (cetak) menjadi bentuk kotak-
kotak padat per kilogram atau 5 kg sehingga pengemasan selanjutnya menjadi
lebih efisien dalam kotak-kotak kayu dan dijaga agar sirkulasi udara baik. Hal
ini disebabkan apabila sirkulasi udara dalam ruangan dan kemasan tidak baik,
maka akan terjadi proses fermentasi, rumput laut menjadi apek dan timbul kapan
atau jamur yang akibatnya akan menurunkan mutu rumput laut (Sudariastuti,
2011).

B. Tujuan

Tujuan praktikum Proses Pascapanen Rumput Laut adalah untuk


mengetahui tahapan proses pascapanen rumput laut serta langkah-langkah
pengeringan dan pemutihan.
II. MATERI DAN METODE

A. Materi

Alat-alat yang digunakan pada praktikum Proses Pascapanen Rumput


Laut adalah lembar kerja.
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum Proses Pascapanen Rumput
Laut adalah rumput laut Gracilaria sp.

B. Metode

Praktikan mengamati jalannya praktikum, kemudian menonton video


pengeringan dengan air tawar yang tersedia di Google Classroom

Praktikan menonton video pengeringan dengan air tawar yang tersedia


di Google Classroom

Laporan disusun dengan hasil dalam laporan berisikan foto screenshoot


setiap tahapan proses rumput laut
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Gambar 3.1 Proses Penimbangan Rumput Laut

Gambar 3.2 Proses Penyortiran Kotoran Rumput Laut

Gambar 3.3 Proses Pencucian Pertama Rumput Laut


Gambar 3.4 Proses Pencucian Kedua Rumput Laut

Gambar 3.5 Proses Perendaman Pertama Rumput Laut

Gambar 3.6 Proses Penjemuran Pertama Rumput Laut

Gambar 3.7 Proses Perendaman Kedua Rumput Laut


Gambar 3.8 Proses Pencucian Sebelum Dijemur

Gambar 3.9 Proses Penjemuran Kedua Rumput Laut

Gambar 3.10 Proses Perendaman Ketiga Rumput Laut

Gambar 3.11 Proses Penjemuran Ketiga Rumput Laut


Gambar 3.12 Proses Perendaman Keempat Rumput Laut

Gambar 3.13 Proses Penjemuran Keempat Rumput Laut

Gambar 3.14 Hasil Pemutihan Rumput Laut

Gambar 3.15 Proses Penimbangan Rumput Laut


untuk Dihilangkan Bau Amisnya

Gambar 3.16 Proses Pencampuran Tepung Beras dengan Air


Gambar 3.17 Proses Perendalam Rumput Laut dalam Air Tepung Beras

Gambar 3.18 Proses Pengangkatan Rumput Laut Setelah Direndam

Gambar 3.19 Hasil Proses Penghilangan Bau Amis Rumput Laut


B. Pembahasan

Metode pengeringan rumput laut diantaranya penjemuran langsung,


penjemuran dengan pencucian air tawar, penjemuran dengan direndam dengan
kapur kohor, dan penjemuran dengan difermentasi. Penjemuran langsung
dilakukan dengan cara rumput laut dijemur langsung di oven atau di bawah
matahari selama 2-3 hari. Penjemuran dengan pencucian air tawar dilakukan
dengan cara rumput laut yang di bersihkan, di jemur selama 1-2 hari, dicuci lagi
agar larutan garam yang menempeng larut, dijemur 1-2 hari hingga putih lalu
disimpan. Penjemuran dengan direndam dengan kapur kohor dilakukan dengan
cara rumput dibersihkan, dicuci dengan air untuk melarutkan garam yang
menempel, direndam dengan air kohor 1-2 jam, dijemur 1-2 hari, lalu disimpan.
Penjemuran dengan difermentasi dilakukan dengan cara rumput laut dibersihkan
dibungkus plastik dan direndam dalam bak berisi air tawar selama 2-3 hari, di
jemur selama 2-3 hari, disimpan. (Anggadiredja et al ., 2006)
Kualitas rumput laut dipengaruhi oleh teknik budaya, umur panen dan
penanganan pasca panen. Rumput laut siap panen saat berumur sekitar 1-1,5
bulan setelah tanam. Pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi hari supaya
rumput laut yang dipanen sempat dijemur dahulu sebelum disimpan. Hal ini
mengurangi kerusakan kualitas sebelum dijemur kembali keesokan harinya.
Penanganan pascapanen dimulai sejak rumput laut dipanen, yaitu meliputi
pencucian, pengeringan, pembersihan kotoran atau garam (sortasi), pengepakan,
pengangkutan, dan penyimpanan (Fahrul, 2006).
Pertumbuhan yang terjadi pada rumput laut tidak hanya disebabkan oleh
ketersediaan unsur N dan P saja, tetapi juga oleh faktor lingkungan seperti suhu,
salinitas dan pH. Menjaga media penelitian agar tetap optimum dilakukan
pergantian air sebesar 100% setiap tiga hari. Dengan adanya pertukaran air setiap
tiga hari sekali sebesar 100%, diharapkan suhu, salinitas dan pH tetap dalam
kisaran yang baik untuk pertumbuhan Gracilaria sp. Suhu mempunyai pengaruh
terhadap aktivitas metabolisme dan perkembangan suatu organisme. Suhu
berkisar antara 29-31oC dan pada kisaran tersebut Gracilaria sp. masih dapat
tumbuh dengan baik. Ini sesuai dengan yang dikemukakan suhu yang baik untuk
pertumbuhan rumput laut berkisar antara 26-33oC, bila suhu di bawah 25oC akan
terjadi penurunan pertumbuhan pada Gracilaria sp. Salinitas yang terukur selama
penelitian berkisar antara 30%. Pada kisaran tersebut Gracilaria verrucosa masih
dapat tumbuh dengan baik, hal ini sesuai dengan pendapat yang menyatakan
bahwa salinitas optimal bagi pertumbuhan Gracilaria sp. adalah 20-35%.
Perubahan salinitas akan menyebabkan adanya turgor antara bagian dalam dan
luar rumput laut. Penurunan dan peningkatan salinitas di atas batas optimum
tidak menyebabkan kematian, tetapi elastisitas rumput laut menjadi berkurang,
mudah patah dan pertumbuhan akan terhambat. Power of Hydrogen (pH) air
selama penelitian berkisar antara 6-8 (Juni, 2010).
Metode yang dilakukan dalam praktikum kali ini yaitu metode pencucian
dengan air tawar. Metode ini dilakukan dengan cara pertama sebanyak 1 kg
rumput laut Gracilaria sp. ditimbang kemudian disortir atau dibersihkan dari
benda-benda yang menempel. Setelah itu rumput laut Gracilaria sp. dicuci
sebanyak 2 kali lalu direndam selama 12 jam. Setelah 12 jam perendaman,
kemudian rumput laut dijemur di bawah sinar matahari langsung dengan
diletakan di atas papan bambu yang telah dialasi jaring atau terpal. Kemudian
rumput laut direndam kembali selama 12 jam, lalu dicuci hingga bersih dan
dijemur kembali. Perendaman, pencucian dan penjemuran diulang sebanyak 4
kali hingga rumput laut bewarna putih. Kemudian dilakukan proses penghilangan
bau amis dengan cara merendam hasil rumput laut yang telah putih dalam air
larutan tepung beras selama 12 jam, kemudian setelah itu dibilas. Menurut
Anggadiredja et al. (2006), penjemuran dengan pencucian air tawar dilakukan
dengan cara rumput laut yang di bersihkan, di jemur selama 1-2 hari, dicuci lagi
agar larutan garam yang menempeng larut, dijemur 1-2 hari hingga putih lalu
disimpan.
IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa proses


pascapanen rumput laut meliputi pemanenan, pencucian dan perendaman,
pengeringan dan sortasi, serta pengemasan dan penyimpanan. Proses pengeringan
atau penjemuran dengan pencucian air tawar dilakukan dengan cara rumput laut yang
di bersihkan, di jemur selama 1-2 hari, dicuci lagi agar larutan garam yang
menempeng larut, dijemur 1-2 hari hingga putih lalu disimpan.
DAFTAR REFERENSI

Anggadiredja, J. T., Zatnika, A., Purwoto, H. & Istini, S., 2006. Rumput Laut.
Penebar Swadaya, Jakarta.
Fahrul. 2006. Pelatihan Budidaya Laut Coremap Fase II Kabupaten Selayar.
Makassar : Yayasan Mattirotasi.
Juni, R., Triastuti, R. D. & Kurnijasanti, R. 2010. Pengaruh Persentase Pertukaran
Air pada Pertumbuhan Gracilaria verrucosa dalam Budidaya Bak Terkontrol.
Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 2 (1).
Partosuwiryo, Suwarman., 2008. Budidaya Rumput Laut. Yogyakarta : Citra Aji
Parama.
Sudariastuti, E. 2011. Pengolahan Rumput Laut. Jakarta : Pusat Penyuluhan KP-
BPSDMKP.
Syarif, A., 2016. Partisipasi dan Kontibusi Ekonomi Ibu-Ibu Rumah Tangga Petani
dalam Pengelolaan Rumput Laut di Kelurahan Bintatore Kecamatan Ujung
Bulu Kabupaten. Octopus, 5(2), pp. 515-521.

Anda mungkin juga menyukai