BAB 1
PENDAHULUAN
Universitas Sriwijaya
1
2
Upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga kualitas rumput laut adalah
dengan penanganan yang baik. Proses penanganan rumput laut yang baik meliputi
kegiatan pemanenan, sortasi atau peyortiran, pencucian, penjemuran, pengepakan
dan peyimpanan. Pemanenan rumput laut yang baik dilakukan setelah rumput laut
berumur 45-60 hari. Setelah pemanenan, dilakukan peyortiran untuk memilih
rumput laut yang berkualitas baik dan memisahkan dari kotoran (kerikil, kayu,
dan rumput). Kemudian dilakukan pencucian agar tidak ada lagi lumpur yang
menempel pada rumput laut. Selanjutnya dilakukan penjemuran untuk menambah
daya simpan rumput laut dan mempermudah proses pengepakan. Rumput laut
yang sudah kering dikemas agar terhindar dari kontaminasi mikroorganisme
penyebab kerusakan. Lalu dilakukan penyimpanan di gudang yang bersih dan
sirkulasi udara yang baik.
1.2. Tujuan
Tujuan dari praktek lapangan ini adalah untuk mengetahui penanganan
rumput laut yang dilakukan di PT Galic Artabahri Bekasi Jawa Barat.
1.3. Manfaat
Adapun manfaat dari praktek lapangan ini dapat menambah informasi
untuk pengembangan di bidang teknologi hasil perikanan khususnya penanganan
rumput laut yang dilakukan di PT Galic Artabahri Bekasi Jawa Barat, dan
menjalin kerja sama antara program Studi Teknologi Hasil Perikanan Fakultas
Pertanian Universitas Sriwijaya dengan PT Galic Artabahari Bekasi Jawa Barat.
Universitas Sriwijaya
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Universitas Sriwijaya
3
4
Universitas Sriwijaya
5
pengganggu, kotoran, waktu pemanenan yang baik ketika umur rumput laut
mencapai 45-60 hari kadar karaginan dari Eucheuma cottonii sudah optimal.
Penanganan pasca panen rumput laut dapat dilakukan dengan memulai tahap
sortasi, pencucian, pengeringan, pengepakan, penyimpanan (Julianto et al, 2014).
2.2.1. Sortasi
Tahapan sortasi adalah tahapan awal dari penanganan. Kegiatan sortasi
meliputi penyortiran (memilih rumput laut yang masuk kriteria yang baik).
Kriteria rumput laut yang baik memiliki ciri-ciri diantaranya thallus mempunyai
tampilan warna cerah, transparan serta mudah dipatahkan, rumput laut bersih dari
penempelan antara lain ganggang dan kotoran lain serta thallus dan batang normal
dan mempunyai bau khas alamiah (Dirjen PB, 2015) . Pada tahapan sortasi ini
jika ada rumput laut yang tidak mempunyai karakteristik tidak layak untuk diolah
maka tidak dapat masuk ketahapan berikutnya. Kegiatan sortasi dapat dilakukan
oleh pembudidaya rumput laut itu sendiri.
Menurut Sugianto et al (2013) sortasi juga dilakukan setelah tahap
pengeringan, proses sortasi setelah pengeringan dilakukan pada saat rumput laut
benar-benar telah kering dengan mengayak rumput laut dalam kondisi kering.
Proses pengayakan untuk membantu mempermudah membuang kotoran yang
masih menempel pada rumput laut, berupa kerang, cangkang siput dan lumut.
Jenis kotoran tersebut sulit dihilangkan ketika rumput laut masih basah karena
hewan sejenis siput yang menempel umumnya masih hidup dan sulit lepas dari
thallus rumput laut.
2.2.2 Pencucian
Pencucian rumput laut adalah kegiatan untuk menghilangkan suatu
mikroorganisme dan zat pengotor yang terdapat pada rumput laut seperti, pasir,
karang, lumpur dan garam dengan menggunakan air untuk membersihkan rumput
laut. Air yang digunakan untuk pencucian rumput laut bisa menggunakan air
tawar. Untuk budidaya rumput laut di tengah laut dapat mencuci rumput laut
dengan air laut dan setelah sampai di daratan baru mencuci rumput laut dengan air
tawar. Pencucian rumput laut yang efisien dilakukan di air yang mengalir.
Universitas Sriwijaya
6
Penggunaan air yang mengalir akan membantu proses pencucian rumput laut lebih
cepat, karna dengan kondisi air yang mengalir zat pengotor lebih mudah
dibersihkan atau dihilangkan.
Zat pengotor yang sulit dihilangkan seperti (karang, substrat tumbuhan
laut lain) dapat dilakukan pencucian dengan cara sambil mengucek atau
menggosok rumput laut dengan menggunakan tangan. Salah satu benda yang
sering mengotori rumput laut adalah lumpur. lumpur harus di cuci besih karena
lumpur susah dibersihkan pada saat rumput laut sudah dalam kondisi kering, ini di
karenakan lumpur yang menempel sudah mengeras (Sugianto et al, 2013). Untuk
menghasilkan kualitas karagenan, alginat yang baik, setelah proses pencucian
rumput laut di rendam dengan larutan KOH 0,1% (Mirza et al, 2013)
2.2.3. Pengeringan
Pengeringan merupakan salah satu kigiatan yang biasanya dilakukan
petani setelah petani membersihkan hasil panennya, pengeringan dilakukan petani
dengan cara menjemur hasil panen dibawah sinar matahari. Tujuan petani
melakukan pengeringan ini untuk memperpanjang daya simpan hasil panen,
karena proses pengeringan akan mengurangi kadar air dalam bahan. Dengan kadar
air dalam bahan rendah dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme
penyebab kebusukan (patogen). Proses pengeringan dapat mengubah suatu
material berbentuk padatan, semi padatan atau cairan menjadi produk berbentuk
padatan melalui penguapan cairan didalamnya dengan mengubahnya ke fase uap
dengan penambahan panas (Siagian, 2008).
Pengeringan akan mengecilkan volume bahan menjadi lebih kecil
sehingga akan mempermudah dan menghemat ruang pengangkutan dan
pengepakan, berat bahan menjadi berkurang sehingga mempermudah pada proses
transportasi, dengan demikian diharapkan biaya produksi lebih murah. Jika proses
pengeringan tidak dilakukan pada rumput laut. Akan menyebabkan kerusakan
fisik, kimia dan biologi pada rumput laut (Wiyanto, 2010).
Pengeringan akan mempengaruhi kualitas rumput kering, dimana jika
rumput laut kering yang memiliki kadar air yang masih tinggi. Rumput laut yang
dihasilkan oleh industri dalam negeri masih rendah karena berwarna coklat
Universitas Sriwijaya
7
(browning) dan kadar air yang cukup tinggi yaitu di atas 20% (Djeani et al, 2012).
Penyebab kadar air yang tinggi ini akan menyebabkan kualitas karaginan rumput
laut rendah. Menurut Oviantari dan Purwata (2007) pengeringan rumput yang
kurang baik dapat menyebabkan perbedaan kadar pigmen (warna) pada rumput
laut kering, kadar pigmen akan mempengaruhi proses ekstraksi dari proses
karagenan.
Pengeringan rumput laut biasanya dilakukan dengan tiga metode yaitu
dengan Pengeringan dengan alas, Pengeringan dengan menggunakan para-para
jemur dan Pengeringan dengan metode gantung. Teknis pengeringan rumput laut
yang biasa dilakukan petani yaitu dengan alas. Pengeringan dengan alas dapat
dilakukan dengan menggelar alas (waring) di atas tanggul tambak. Rumput laut
hasil panen yang telah melewati proses sortasi dan pencucian yang masih basah di
letakkan dan diratakan di atas waring yang telah dipersiapkan. Pemilihan waring
sebagai alas pengeringan ini bertujuan untuk mempercepat proses pengeringan
rumput laut yang masih basah, karena karakteristik waring yang berupa lembaran
dengan lubang mess seperti saringan memungkinkan proses pengeringan berjalan
optimal karena udara dapat melewati permukaan rumput laut secara merata
(Sugianto et al, 2013).
Universitas Sriwijaya
8
sirkulasi udara digudang cukup baik dan lantai gudang tempat penyimpanan
sebaiknya diberi pallet kayu (Juliato, 2014). Penyimpanan yang tidak baik bisa
menyebabkan kadar air rumput laut meningkat hingga 50-55%. Pada kondisi
demikian, rumput laut bisa membusuk dan tidak mampu disimpan lama. Rumput
laut yang mengalami peningkatan kadar air yang sebaiknya dilakukan penjemuran
ulang dan dipadatkan kembali, kemudian disimpan pada tempat yang memenuhi
syaratpenyimpanan (Dirjen PB, 2015).
2.3.1. Agar
Agar adalah pikokoloid yang diekstrak dari rumput laut merah kelas
(Rhodophyceae) yang meliputi Gelidium, Pterocladia, dan Gracilaria. Gelidium.
Agar sering dimanfaatkan sebagai bahan pengemulsi (emulsifier), penstabil
Universitas Sriwijaya
9
2.3.2. Karaginan
Getah rumput laut yang diekstraksi dengan air atau larutan alkali dari
spesies tertentu dari kelas Rhodophyceae (alga merah), lazim dinamakan dengan
Karaginan yang telah banyak digunakan dalam industri pangan sebagai pengental,
pengemulsi, pensuspensi, dan faktor penstabil. Karagenan juga dipakai dalam
industri pangan untuk memperbaiki penampilan produk kopi, bir, sosis, salad, es
krim, susu kental, coklat, jeli. Industri farmasi memakai karaginan untuk
pembuatan obat, sirup, tablet, pasta gigi, sampo dan sebagainya. Industri
kosmetika menggunakannya sebagai gelling agent (pembentuk gel) atau binding
agent (pengikat). Sedangkan industri non pangan seperti tekstil, kertas, cat air,
transportasi minyak mentah, penyegar udara, pelapisan keramik, kertas printer
atau mesin pencetak serta karpet (Winarno, 1996).
BAB 3
PELAKSANAAN PRAKTEK LAPANGAN
Universitas Sriwijaya
10
Universitas Sriwijaya
11
5) Jumlah karyawan
6) Hari kerja
2). Penanganan Rumput laut
Proses atau metode penanganan
1) Sortasi
2) Pencucian
3) Pengangkutan ke tempat penjemuran
4) Persiapan alat penjemuran
5) Penjemuran
6) Pengangkutan ke gudang
7) Pengepakan
8) Penyimpanan
DAFTAR PUSTAKA
Universitas Sriwijaya
12
Doty, M.S. 1973. Farming the red seaweed, Eucheuma, for carrageenans.
Micronesia 9:59-73.
Harahap F. 2010. Budidaya Rumput laut dengan Spora dan Kultur Jaringan untuk
Peningkatan Pendapatan Keluarga. Jurnal pengabdian kepada
masyarakat. 16 (62) : 0852-2715.
Mirza MRA dan Pramesti R. 2013. Pengaruh perendaman larutan KOH dan
NaOH terhadap kualitas alginat rumput laut sargassum polycycstum C.A.
agardh. Journal Of Marine Research. Vol. 2(1):41-47.
Munifah I. 2008. Prospek Pemanfaatan Alga Rumput Laut Untuk Industri. Balai
Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan.
Vol. 3 (2).
Murdiah, Dina Faransiksa dan Subaryono. 2008. Pembuatan bakto agar dari
rumput laut gelidium rigidum untuk media tumbuh bagi organism. Journal
pasca panen dan bioteknologi kelautan dan perikanan. Vol 3 (1) ;79-88
Universitas Sriwijaya
13
Samidjo J. 2014. Pengelolaan Sumber Daya Air. Fakultas ilmu kelautan dan
Perikanan. Universitas Veteran Semarang.
Wiyanto DB. 2010. Uji aktivitas anti bakteri ekstrak rumput laut Kappaphycus
alvarezii dan Eucheuma denticullatum terhadap bakteri Aeromonas
hydrophila dan vibrio harveyii. Jurnal Kelautan. Vol. 3(1): 1907-9931.
Universitas Sriwijaya