Anda di halaman 1dari 23

1

TEKNOLOGI BIOFILTER ANAEROB AEROB UNTUK


PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DOMESTIK (GREYWATER)

Disusun Oleh
Group
: 6
Anggota
: 1. Andriano Suryawan Utama (3335131867)
2. M. Ridho Khoirul M (3335131935)
3. Prasetyo Khinanta (3335130617)
4. Rahmat Hidayat (3335132101)
5. Ukas Riyupi (3335132187)
Kelas
: A
Mata Kuliah : Pemgolahan Limbah dan Air
Dosen
: Rusdi, S.T., M.T.

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK KIMIA
CILEGON BANTEN
2015

ABSTRAK

Air limbah domestik (greywater) merupakan air buangan yang berasal dari
kegiatan dapur, toilet, wastafel dan sebagainya yang jika langsung dibuang ke
lingkungan tanpa dilakukan pengolahan terlebih dahulu akan menyebabkan
pencemaran dan dampak terhadap kehidupan di air. Oleh karena itu air limbah
tersebut perlu diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke saluran umum. Masalah yang
sering muncul dalam hal pengelolaan limbah rumah adalah terbatasnya dana yang ada
untuk membangun fasilitas pengolahan limbah serta operasinya. Untuk mengatasi hal
tersebut maka perlu dikembangkan teknologi pengolahan air limbah rumah domestik
yang murah, mudah operasinya serta harganya terjangkau. Salah satu upaya dalam
mengelola limbah domestik yaitu dengan pengolahan biofilter anaerob aerob
yang dinilai merupakan teknologi yang murah, mudah operasinya, dan harganya
terjangkau namun tetap memiliki efisiensi yang tinggi dalam menurunkan
konsentrasi BOD, COD, dan padatan tersuspensi (SS). Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui efisiensi penurunan nilai BOD, COD, dan padatan
terlarut (TSS) pada limbah cair rumah tangga dengan pengolahan biofilter anaerob
aerob dari prototipe alat dari bahan fiber glass (FRP). Proses penelitian ini
meliputi proses pembiakan bakteri (seeding) selama 2 minggu, dilanjutkan dengan
aklimatisasi dengan waktu tinggal total selama 1-3 hari dan pengambilan contoh
dilakukan setelah 4 minggu operasi dan setelah 5 minggu operasi. Dari hasil uji
coba prototipe alat pengolah air limbah rumah tangga tersebut dengan kondisi
operasi waktu tinggal 1 - 3 hari dan proses sirkulasi dengan rasio resirkulasi
hidrolik, HRR = 1 didapatkan efisiensi pengolahan yang cukup tinggi yakni BOD
84,7 - 91 %, COD 79,6 - 95,3 %, padatan tersuspensi (TSS) 94,1 - 95 %, Ammonia
(NH4-N) 89,3 - 89,8 %, Deterjen (MBAS) 83 - 87 % dan Phospat (PO4) 44,4 - 47,3
%..

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
ABSTRAK
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan Penelitian
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Limbah
2.2 Limbah Cair
2.3 Limbah Cair Domestik
2.4 Baku Mutu Limbah Domestik
2.5 Pengolahan dengan Sistem Biofilter Anaerob - Aerob
BAB III METODE PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.2 Metodologi Penelitian
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil dan Pembahasan Penelitian
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Referensi
Lampiran

halaman
i
ii
iii
1
1
4
4
5
10
11
12
13
15
20
20

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah pencemaran lingkungan di kota-kota besar di Indonesia,
telah menunjukkan gejala yang cukup serius, khususnya masalah
pencemaran air. Penyebab dari pencemaran tadi tidak hanya berasal dari
buangan industri dari pabrikpabrik yang membuang begitu saja air limbahnya
tanpa pengolahan lebih dahulu ke sungai atau ke laut, tetapi juga yang tidak kalah
memegang andil baik secara sengaja atau tidak adalah masyarakat Jakarta itu
sendiri, yakni akibat air buangan rumah tangga yang jumlahnya makin hari
makin besar sesuai dengan perkembangan penduduk maupun perkembangan
kota itu sendiri. Ditambah lagi rendahnya kesadaran sebagian masyarakat yang
Iangsung membuang kotoran/tinja maupun sampah ke dalam sungai,
menyebabkan proses pencemaran sungai-sungai yang ada di Jakarta
bertambah cepat.
Dengan semakin besarnya laju perkembangan penduduk dan industrialisasi,
telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan. Padatnya
pemukiman dan kondisi sanitasi lingkungan yang jelek serta buangan industri
yang Iangsung dibuang ke badan air tanpa proses pengolahan telah
menyebabkan pencemaran sungai serta badan-badan air yang ada, bahkan di
beberapa wilayah telah menyebabkan pencemaran air tanah dangkal,
misalnya di beberapa daerah di wilayah DKI Jakarta.
Air limbah kota-kota besar di Indonesia khususnya Jakarta secara garis besar
dapat dibagi menjadi tiga yaitu air limbah industri dan air limbah domestik yakni
yang berasal dari buangan rumah tangga dan yang ke tiga yakni air limbah dari
perkantoran dan pertokoan (daerah komersial). Saat ini selain pencemaran
akibat limbah industri, pencemaran akibat limbah domestikpun telah
menunjukkan tingkat yang cukup serius. Di Jakarta misalnya, sebagai akibat
masih minimnya fasilitas pengolahan air buangan kota (s ewer age
s ys tem ) mengakibatkan tercemarnya badan sungai oleh air limbah domestik,
bahkan badan sungai yang diperuntukkan sebagai bahan baku air minumpun telah
tercemar pula.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Dinas PU DKI dan Tim JICA
(1989), jumlah unit air buangan dari buangan rumah tangga per orang per hari
adalah 118 liter dengan konsentrasi BOD rata-rata 236 mg/It dan pada tahun
2010 nanti diperkirakan akan meningkat menjadi 147 liter dengan konsentrasi
BOD rata-rata 224 mg/It. Jumlah a ir b ua ng an s ec ar a k es e l ur uh an
diperkirakan sekitar 1,3 juta M3/hari, dimana 80 % lebih dari jumlah limbah
berasal dari air limbah domestik serta air buangan perkantoran dan daerah komersial.
Sedangkan sisanya merupakan air limbah yang berasal dari buangan industri.

Permasalahan yang ada sampai saat ini adalah laju perkembangan pembangunan
sarana pengelolaan air limbah secara terpusat sangat lambat (hanya sekitar 3,5 %
dari luas total daerah pelayanan), serta teknologi pengolahan air limbah rumah
tangga individual (On Site treatment), ataupun semi komunal yang ada tidak
memadai atau sangat kurang sekali, sehingga pelaksanaan pengelolaan limbah untuk
wilayah yang belum terlayani oleh jaring an air li mbah belu m dapat
dilaksanakan. Sistem penbuangan air limbah yang umum digunakan masyarakat
yakni air limbah yang berasal dari toilet dialirkan ke dalam tangki septik dan air
limpasan dari tangki septik diresapkan ke dalam tanah atau dibuang ke saluran umum.
Sedangkan air limbah non toilet yakni yang berasal dari mandi, cuci serta buangan
dapur dibuang langsung ke saluran umum.
Berdasarkan survey di Jakarta tahun 1989, tiap orang rata-rata mengeluarkan
beban limbah organik sebesar 40 gram BOD per orang per hari, yakni dari limbah toilet
13 gram per orang per hari dan dari limbah non toilet sebesar 27 gram BOD per orang per
hari. Jika hanya air limbah toilet yang diolah dengan sistem tangki septik dengan efisiensi
pengolahan 65 %, maka hanya 22,5 % dari total beban polutan organik yang dapat
dihilangkan, sisanya 77,5 % masih terbuang keluar. Hal ini secara umum dapat
diterangkan seperti pada Gambar 1.
Untuk mengatasi masalah air limbah rumah tangga, salah satu cara adalah
dengan merubah sistem pembuangan air limbah yang lama, yakni dengan cara
seluruh air limbah rumah tangga baik air limbah toilet maupun air limbah non toilet
diolah dengan unit pengolahan air limbah di tempat (on site treatment), selanjutnya air
olahannya dibuang ke saluran umum. Jika efisiensi pengolahan "On site treatment "
rata-rata 90 %, maka hanya tinggal 10 % dari total beban polutan yang masih
terbuang keluar. Sistem pembuangan air limbah dengan sistem on site treatmet
"secara sederhana ditunjukkan seperti pada Gambar 2.
Salah satu teknologi pengolahan air limbah rumah tangga dengan sistem " On
S i t e Tre a t m e n t " a d a l a h d e n g a n menggunakan proses kombinasi biofilter
anaerob dan aerob. Sistem ini dapat diaplikasikan untuk tiap-tiap rumah tangga
maupun semi komunal yakni beberapa rumah menggunakan satu unit alat
pengolahan air limbah

Gambar 1. Effisiensi pembuangan air limbah rumah tangga dengan sistem On


Site Treatment sederhana.

1.2 Tujuan Penelitian


Berikut ini merupakan tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu :
a. Untuk mengetahui efisiensi penurunan nilai BOD, COD, dan padatan terlarut
(TSS) pada limbah cair rumah tangga dengan pengolahan biofilter anaerob
aerob dari prototipe alat dari bahan fiber glass (FRP)
b. Untuk mengolah limbah cair rumah tangga agar sesuai dengan baku mutu
yang telah ditetapkan oleh pemerintah untuk dibuang ke lingkungan
c. Memberikan pengetahuan teknologi pengolahan limbah yang efisien dan
ekonomis sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Limbah
Hampir disetiap aktivitas yang kita lakukan, kita menghasilkan limbah,
mulai dari proses metabolisme didalam tubuh hingga proses-proses industri yang
berbasis teknologi tinggi. Menurut UU No. 23 Tahun 1997 tentang pengelolaan
lingkungan hidup, pengertian limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan.
Limbah adalah sisa dari suatu usaha dan/atau kegiatan manusia baik berbentuk
padat, cair ataupun gas yang dipandang sudah tidak memiliki nilai ekonomis
sehingga cenderung untuk dibuang. P
Terdapat tiga jenis limbah, yaitu limbah padat, limbah cair, dan limbah
gas. Berikut merupakan beberapa karakteristik limbah, yaitu:
a. Berukuran mikro
b. Dinamis
c. Berdampak luas (penyebarannya)
d. Berdampak jangka panjang (antar generasi)
2.2 Limbah Cair
Menurut Qasim (1985), air limbah adalah cairan atau limbah yang dibawa
melalui air yang berasal dari rumah tangga, komersial, atau proses industri,
bersama dengan air permukaan, air hujan atau infiltrasi air tanah. Sedangkan
menurut Metcalf & Eddy (2003), air limbah adalah kombinasi dari cairan dan
sampah cair yang berasal dari daerah pemukiman, perkantoran dan industri
yang kadang-kadang hadir bersama air tanah, air permukaan dan air hujan.
Menurut Tjokrokusumo (1998), air limbah dapat juga diartikan sebagai suatu
kejadian masuknya atau dimasukkannya benda padat, cair dan gas ke dalam air
dengan sifat yang dapat berupa endapan atau padat, padat tersuspensi,
terlarut/koloid, emulsi yang menyebabkan air sehingga hams dipisahkan atau
dibuang.
Air limbah merupakan cairan atau limbah yang terbawa ke dalam air,
baik berupa benda padat, cair dan gas dengan sifat yang dapat berupa
endapan atau padat, padat tersuspensi, terlarut/koloid, emulsi, yang berasal dan rumah tangga,
komersial atau proses industri, yang kadang terdapat bersama dengan air tanah, air permukaan, air
hujan atau infiltrasi air tanah.
Sugiharto (1987) membagi klasifikasi sumber air limbah menjadi dua bagian, yaitu air
limbah rumah tangga (domestic wastewater) dan air limbah industri. Limbah domestik
mengandung bahan-bahan pencemar organik, nonorganik dan bakteri yang sangat potensial untuk
mencemari sumber-sumber air. Sumber utama air limbah domestik (rumah tangga) dari masyarakat
adalah berasal dari daerah perumahan, perdagangan, kelembagaan dan rekreasi. Limbah non
domestik adalah limbah yang berasal dan industri, pertanian, peternakan, perikanan,
transportasi, dan sumber-sumber lain. Limbah ini sangat bervariasi terlebih lagi untuk limbah

industri. Limbah pertanian biasanya teridir atas bahan padat bekas tanaman yang bersifat organik,
pestisida, bahan pupuk yang mengandung nitrogen dan sebagainya.
2.3 Limbah Cair Domestik
Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 112 Tahun 2003
tentang baku mutu air limbah domestik, air limbah domestik adalah air limbah yang berasal dari
usaha dan atau kegiatan permukiman (real estate), rumah makan (restauran), perkantoran,
perniagaan, apartemen dan asrama. Limbah cair domestik terbagi dalam dua kategori,
yaitu:
1) Limbah cair domestik yang berasal dari air cucian, seperti sabun, deterjen,
minyak dan pestisida.
2) Limbah cair yang berasal dan lkus, seperti sabun, shampoo, tinja dan air seni
Limbah cair domestik menghasilkan senyawa organik berupa protein, karbohidrat, lemak
dan asam nukleat. Bahan-bahan organik dalam limbah cair dapat terurai menjadi nitrat, fosfat dan
karbonat, sedangkan deterjen dapat terurai menjadi fosfat. Limbah cair domestik dapat
mencemari badan air dan mengakibatkan penurunan kualitas air bila dibuang begitu saja
tanpa adanya pengolahan terlebih dahulu. Hal ini terjadi terutama pada musim kemarau saat
debit air turun. Penyebab penurunan kualitas air pada badan air dijelaskan sebagai
berikut:
a. Pertama, badan air memerlukan oksigen ekstra untuk menguraikan ikatan
dalam senyawa organik (dekomposisi), akibatnya membuat badan air miskin
oksigen, sehingga membuat jatah oksigen bagi biota air lainnya berkurang
jumlahnya. Pengurangan kadar oksigen dalam air ini sering mengakibatkan
peristiwa kematian massal pada ikan.
b. Kedua, limbah organik mengandung padatan terlarut yang tinggi sehingga
menimbulkan kekeruhan dan mengurangi penetrasi cahaya matahari
bagi biota fotosintetik.
c. Ketiga, puluhan ton padatan terlarut yang dibuang akan mengendap
danmerubah karakteristik dasar badan air, akibatnya beberapa
biota yangmenetap di dasar badan air akan tereleminasi atau bahkan
punah.
Indikator atau tanda bahwa air lingkungan telah tercemar adalah adanya
perubahan atau tanda yang dapat diamati yang dapat digolongkan menjadi:
1. Pengamatan secara fisis, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan
tingkat kejernihan air (kekeruhan), perubahan suhu, dan adanya
perubahan warna, bau dan rasa.
2. Pengamatan secara kimiawi, yaitu pengamatan pencemaran air
berdasarkan zat kimia yang terlarut dan perubahan pH.
3. Pengamatan secara biologis, yaitu pengamatan pencemaran air
berdasarkan mikroorganisme yang ada dalam air, terutama ada tidaknya
bakteri patogen.

10

Indikator yang umum diketahui pada pemeriksaan pencemaran air adalah


pH atau konsentrasi ion hidrogen, oksigen terlarut (Dissolved Oxygen, DO),
kebutuhan oksigen biokimia (Biochemiycal Oxygen Demand, BOD) serta
kebutuhan oksigen kimiawi (Chemical Oxygen Demand, COD).
Secara umum sifat air limbah cair domestik terbagi atas tiga karakteristik,
yaitu :
1. Karakteristik fisik
a. Padatan (solid)
Padatan terdiri dari bahan padat organik maupun anorganik yang
dapat larut, mengendap atau tersuspensi. Bahan ini pada akhirnya akan
mengendap di dasar air sehingga menimbulkan pendangkalan pada dasar
badan air penerima.
b. Bau (odor)
Bau timbul karena adanya kegiatan mikroorganisme yang
menguraikanzat-zat organik yang menghasilkan gas-gas tertentu juga
karena adanya reaksi kimia yang menimbulkan gas. Standar bau
dinyatakan dalam bilangan ambang bau (Threshold Odor Number) yang
menunjukkan pengenceran maksimum dari contoh air (limbah) hingga
dihasilkan campuran yang tidak berbau lagi.
c. Warna (color)
Warna dibedakan menjadi true color dan apparent color. Warna
yang bisa diukur adalah true color, yaitu warna yang disebabkan oleh
buangan terlarut pada air limbah tersebut. Sedangkan apparent color
disebabkan oleh warna-warna bahan yang terlarut maupun yang
tersuspensi. Secara kualitatif, keadaan limbah dapat ditandai warnawarnanya. Air buangan yang baru dibuang biasanya berwarna keabuabuan. Jika senyawa organik yang ada mulai pecah oleh aktivitas bakteri
dan adanya oksigen terlarut direduksi menjadi nol, maka warna biasanya
berubah menjadi semakin gelap. Standar warna sebagai perbandingan
untuk contoh air adalah standar Pt-Co, dan satuan warna yang digunakan
adalah satuan Hazen. Untuk air minum warnanya tidak boleh lebih dari
50 satuan Hazen.
d. Temperatur
Temperatur air limbah mempengaruhi badan penerima jika terdapat
temperatur yang cukup besar. Hal ini akan mempengaruhi kecepatan
reaksi serta tata kehidupan dalam air. Perubahan suhu memperlihatkan
aktivitas kimiawi dan biologi.
e. Kekeruhan (turbidity)

11

Kekeruhan menunjukkan sifat optis air yang akan membatasi


pencahayaan kedalam air. Kekeruhan terjadi karena adanya zat-zat koloid
yang melayang dan zat-zat yang terurai menjadi ukuran yang lebih
(tersuspensi) oleh binatang , zat-zat organik, jasad renik, lumpur, tanah,
tanah, dan benda-benda lain yang melayang.
2. Karakteristik kimia
Parameter organic
a. Biological Oxygen Demand (BOD)
Pengujian BOD adalah pengujian yang paling umum digunakan
dalam pengolahan air limbah. Jika terdapat oksigen dalam jumlah yang
cukup maka pembusukan biologis secara aerobik dari limbah organik
akan terus berlangsung sampai semua limbah terkonsumsi. Air limbah
menjadi produk akhir sel-sel baru serta bahan-bahan organik stabil dan
hasil akhir lainnya. Mula-mula sebagian air limbah dioksidasi produk
akhir untuk melepaskan energi guna pemeliharaan sel serta pembentukan
sel baru dengan menggunakan sebagian energi yang dilepas selama
oksidasi. Akhirnya pada saat bahan organik dipakai sel-sel baru mulai
memakan sel-sel nya sendiri untuk mendapatkan energi guna
pemeliharaan sel. Proses ketiga ini disebut respirasi endogen. Jika istilah
CHONS ( Carbon, Hydrogen, Oxygen, Nitrogen, Sulphur) dipakai untuk
mewakili limbah organik dan istilah C5H7NO2 mewakili serat-serat sel,
maka ketiga proses dapat dinyatakan dengan reaksi kimia berikut.
Oksidasi :
CHONS + O2 + bakteri CO2 + H2O +NH3 + produk + energy
Persenyawaan :
CHONS + O2 + bakteri + energi C5H7NO2
Respirasi endogen :
C5H7NO2 + 5 O2 5 O2 + NH3 + H2O
Karena adanya proses biokimia, maka laju pengeluaran BOD sangat
tergantung pada suhu dan bahan organiknya.

b. Chemical Oxygen Demand ( COD)


Analisis COD adalah menentukan banyaknya oksigen yang
diperlukan untuk mengoksidasi senyawa organik secara kimiawi. Hasil
analisis COD menunjukkan kandungan senyawa organik yang terdapat
dalam limbah.
c. Protein

12

Protein merupakan bagian yang penting dari makhluk hidup,


termasuk di dalamnya tanaman, dan hewan bersel satu. Protein
mengandung karbon, hidrogen, dan oksigen yang mempunyai bobot
molekul sangat tinggi. Struktur kimianya sangat kompleks dan tidak
stabil serta mudah terurai, sebagian ada yang larut dalam air, tetapi ada
yang tidak. Susunan protein sangat majemuk dan terdiri dari beribu-ribu
asam amino dan merupakan bahan pembentuk sel dan inti sel. Di dalam
limbah cair, protein merupakan unsur penyabab bau, karena adanya
proses pembusukan dan peruraian oleh bakteri.
d. Karbohidrat
Karbohidrat antara lain : gula, pati, sellulosa dan benang-benang
kayu terdiri dari unsur C, H, dan O. Gula dalam limbah cair cenderung
terdekomposisi oleh enzim dari bakteri-bakteri tertentu dan ragi
menghasilkan alkohol dan gas CO2 melalui proses fermentasi.
Fermentasi merupakan proses peruraian metabolik dari bahan organik
oleh mikroorganisme yang menghasilkan energi dan gas, yang
berlangsung dalam kondisi anaerobik. Metabolisme merupakan peristiwa
pembentukan dan peruraian zat di dalam diri makhluk hidup yang
memungkinkan berlangsungnya hidup. Pati merupakan salah satu
karbohidrat yang relatif lebih stabil, tetapi dapat diubah menjadi gula
oleh aktivitas bakteri. Sedang sellulosa merupakan salah satu karbohidrat
yang paling tahan terhadap dekomposisi atau peruraian bakteri.
Karbohidrat ini keberadaannya dalam limbah cair mengakibatkan bau
busuk dan turunnya oksigen terlarut, sehingga dapat mengganggu
kehidupan biota air.
e. Minyak dan lemak
Minyak adalah lemak yang bersifat cair. Keduanya mempunyai
komponen utama karbon dan hidrogen yang mempunyai sifat tidak larut
dalam air. Bahan-bahan tersebut banyak terdapat pada makanan, hewan,
manusia dan bahkan ada dalam tumbuh-tumbuhan sebagai minyak
nabati. Sifat lainnya adalah relatif stabil, tidak mudah terdekomposisi
oleh bakteri.
f.

Deterjen
Deterjen termasuk bahan organik yang sangat banyak digunakan
untuk keperluan rumah tangga, hotel, dan rumah sakit. Fungsi utama
deterjen adalah sebagai pembersih dalam pencucian, sehingga tanah,
lemak dan lainnya dapat dipisahkan. Pemisahan terjadi akibat penurunan
tegangan muka, sehingga kotoran-kotoran yang menempel pada alat atau
bahan dapat dipisahkan. Bahan aktif pembersih yang terkandung dalam
deterjen di Indonesia sebelum tahun 1993 masih menggunakan ABS

13

(Alkyl Benzene Sulfonate). ABS ini dapat menimbulkan busa yang


mempunyai sifat tahan terhadap peruraian biologis, sehingga dapat
menimbulkan masalah pencemaran air. Sejak tahun 1993, bahan aktif ini
diganti dengan LAS (Linear Alkyl Sulfonate) yang busanya dapat
diuraikan, walaupun harganya relatif lebih mahal.
Parameter anorganik dan gas
a. pH
pH mempengaruhi kehidupan dalam air, pH kurang dari 5 atau
lebih dari 9 akan menyebabkan korosi logam.
b. Chlorida
Merupakan zat anorganik yang larut dan tidak terendapkan atau
tidak dapat dihilangkan dengan proses biologis. Chrorida dalam jumlah
kecil berguna sebagai desinfektan, tetapi dalam bentuk ion jika
bersenyawa dengan Na dapat menimbulkan garam yang akan merusak
instalasi/peralatan yang ada dalam air.
c. Alkalinitas
Disebabkan adanya hidroksida, karbonat dan bikarbonat dari ionion seperti K2+,Mg2+, Na+, Ca2+, NH4+ . Konsentrasi alkali penting
dalam pengolahan limbah secara kimiawi.
d. Oksigen terlarut (DO)
Oksigen terlarut adalah jumlah oksigen yang ada dalam air dan
dinyatakan dalam mg/l atau ppm (part per million) pada suhu 25oC.
Oksigen terlarut dibutuhkan oleh mikroorganisme dan makhluk hidup
lainnya untuk kehidupannya. Adanya oksigen terlarut di dalam air ini
akan mencegah bau yang tidak enak. Semakin tinggi DO dalam air,
semakin baik kehidupan biota airnya.
e. Logam-logam berat
Kandungan logam-logam berat dalam jumlah tertentu dalam air
sangat diperlukan untuk kehidupan makhluk hidup, namun dalam jumlah
yang besar akan bersifat racun, maka perlu diawasi dengan ketat. Logam
tersebut antara lain : Pb, Cr, Mn, Cu, Zn dan Hg.
f.

Nitrogen
Unsur nitrogen merupakan bagian yang penting untuk keperluan
pertumbuhan protista dan tanaman. Nitrogen ini dikenal sebagai unsur
hara atau makanan dan perangsang pertumbuhan. Nitrogen dalam limbah
cair terutama merupakan gabungan dari bahan-bahan berprotein dan urea.
Oleh bakteri, nitrogen ini diuraikan secara cepat dan diubah menjadi

14

ammonia, sehingga umur dari air buangan secara relatif dapat


ditunjukkan dari jumlah ammonia yang ada.
g. Phospor
Unsur phospor (P) dalam air seperti juga elemen nitrogen,
merupakan unsur penting untuk pertumbuhan protista dan tanaman, yang
dikenal pula sebagai nutrient dan perangsang pertumbuhan. Phospor
merupakan komponen yang menyuburkan algae dan organisme biologi
lainnya, sehingga dapat dijadikan tolak ukur kualitas perairan.
h. Gas-gas
Gas-gas yang umumnya terdapat dalam limbah adalah gas nitrogen
(N2), gas oksigen (O2), gas karbondioksida (CO2), gas hydrogen sulfida
(H2S), gas ammonia (NH3) dan gas methan (CH4). Gas NH3 dan gas
CH4 berasal dari hasil peruraian bahan-bahan organik yang ada dalam air
limbah. Gas-gas ini dapat dijadikan tolok ukur kualitas air.

3. Karakteristik Biologi
Parameter penting lainnya adalah golongan mikroorganisme yang ada dalam
airdan golongan patogen, sebab pada dasarnya dalam air mengandung berjuta-juta
bakteri baik yang menguntungkan maupun yang merugikan manusia

2.4 Baku Mutu Limbah Domestik


Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 112 Tahun 2003
tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik, yang dimaksud dengan air limbah
domestik adalah air limbah yang berasal dari usaha dan atau kegiatan
permukiman (real estate), rumah makan (restauran), perkantoran, perniagaan,
apartemen dan asrama. Sedangkan, yang dimaksud dengan baku mutu air limbah
domestik adalah ukuran batas atau kadar unsur pencemar dan atau jumlah unsur
pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam air limbah domestik yang akan
dibuang atau dilepas ke air permukaan. Baku mutu air limbah domestik dalam
keputusan ini berlaku bagi rumah makan (restauran) yang luas bangunannya
lebih
Tabel 1 Baku Mutu Air Limbah Domestik

Parameter

Satuan

BOD
T SS
Minyak dan Lemak

mg/1

pH

mg/1
mg/1

Sumber : Kepmen LH No. 112 Tahun 2003

Kadar Maksimum
6-9
100
100
10

15

2.5 Pengolahan dengan Sistem Biofilter Anaerob - Aerob


Air limbah rumah tangga yang akan diolah dikumpulkan dari beberapa
rumah dengan cara mengalirkannya melalui pipa PVC. Jenis air limbah yang
diolah yakni seluruh air limbah rumah tangga yang berasal dari air bekas
cucian, buangan dapur, buangan kamar mandi dan buangan (limbah) tinja.
Air limbah dialirkan ke alat pengolahan melalui lubang pemasukan (inlet)
masuk ke ruang (bak) pengendapan awal. Selanjutnya air limpasan dari bak
pengendapan awal air dialirkan ke zona anaerob. Zona anaerob tersebut terdiri
dari dua ruangan yang diisi dengan media dari bahan plastik sarang tawon
untuk pembiakan mikroba. Pada zona anaerob pertama air limbah mengalir
dengan arah aliran dari atas ke bawah, sedangkan pada zona anaerob ke dua air
limbah mengalir dengan arah aliran dari bawah ke atas. Selanjutnya air limpasan
dari zona anaerob ke dua mengalir ke zona aerob melalui lubang (weir).
Di dalam zona aerob tersebut air limbah dialirkan ke unggun media plastik
sarang tawon dengan arah aliran dari bawah ke atas, sambil dihembus dengan
udara. Air limbah dari zona aerob masuk ke bak pengendapan akhir melalui
saluran yang ada di bagian bawah.
Air limbah yang ada di dalam bak pengendapan akhir tersebut
disirkulasikan ke zona anaerob pertama, sedangkan air limpasan dari bak
pengendapan akhir tersebut merupakan air hasil olahan dan keluar melalui
lubang pengeluaran, selanjutnya masuk ke bak kontaktor khlorlimpasan dari
bak kontaktor dibuang ke saluran umum.
Setelah proses berjalan selama dua sampai empat minggu pada
permukaan media sarang tawon akan tumbuh lapisan mikro-organisme, yang
akan menguraikan senyawa polutan yang ada dalam air limbah.
BAB III METODE PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


Prototipe alat ini dibuat dari bahan fiber glas (FRP) dan dibuat dalam
bentuk yang kompak dan langsung dapat dipasang dengan ukuran panjang
310 cm, lebar 100 cm dan tinggi 200 cm. Ruangan di dalam alat tersebut dibagi
menjadi beberapa zona yakni ruangan pengendapan awal, zona biofilter
anaerob, zona biofilter aerob dan ruangan pengendapan akhir. Media yang
digunakan untuk biofilter adalah media plastik sarang tawon. Air limbah yang
ada di dalam ruangan pengendapan akhir sebagian disirkulasi ke zona aerob dengan
menggunakan pompa sirkulasi.
Prototipe alat tersebut dirancang untuk dapat mengolah air limbah
sebesar 6 m3/hari, atau untuk melayani sekitar 40 - 50 orang. Desain alat
dapat disesuaikan dengan kapasitas air limbah yang akan diolah atau
disesuaikan dengan luas lahan yang tersedia. Untuk kapasitas pengolahan yang

16

lebih besar atau lebih kecil dapat dirancang sesuai dengan kebutuhan.
Rancangan sistem pengolahan air limbah dengan kombinasi proses biofilter
anaerob - aerob tersebut ditunjukkan oleh gambar berikut ini :

Gambar 2. Penampang unit alat pengolahan air Iimbah rumah tangga dengan
proses biofilter anaerob-aerob dari bahan Fiberglas.

Gambar 3. Penampang unit alat pengolahan air limbah rumah tangga dengan proses biofilter
anaerob aerob dari bahan Beton Semen

3.2 Metodologi Penelitian


Air limbah rumah tangga yang akan diolah dikumpulkan dari beberapa rumah
dengan cara mengalirkannya melalui pipa PVC. Jenis air limbah yang diolah yakni

17

seluruh air limbah rumah tangga yang berasal dari air bekas cucian, buangan
dapur, buangan kamar mandi dan buangan (limbah) tinja.
Air limbah dialirkan ke alat pengolahan melalui lubang pemasukan (inlet) masuk ke
ruang (bak) pengendapan awal. Selanjutnya air limpasan dari bak pengendapan awal air
dialirkan ke zona anaerob. Zona anaerob tersebut terdiri dari dua ruangan yang diisi
dengan media dari bahan plastik tipe sarang tawon. Pada zona anaerob pertama
air limbah mengalir dengan arah aliran dari atas ke bawah, sedangkan pada zona
anaerob ke dua air limbah mengalir dengan arah aliran dari bawah ke atas.
Selanjutnya air limpasan dari zona anaerob ke dua mengalir ke ke zona aerob melalui
lubang (weir).
Di dalam zona aerob tersebut air limbah dialirkan ke unggun media dari bahan plastik
tipe sarang tawon dengan arah aliran dari bawah ke atas, sambil dihembus dengan
udara. Air limbah dari zona aerob masuk ke bak pengendapan akhir melalui saluran
yang ada di bagian bawah.
Air limbah yang ada di dalam bak pengendapan akhir tersebut
disirkulasikan ke zona anaerob pertama, sedangkan air limpasan dari bak
pengendapan akhir tersebut merupakan air hasil olahan dan keluar melalui
lubang pengeluaran, selanjutnya masuk ke bak kontaktor khlor. Selanjutnya air
limpasan dari bak kontaktor dibuang ke saluran umum.
Setelah proses berjalan selama dua minggu pada permukaan media (batu
pecah) akan tumbuh lapisan mikroorganisme, yang akan menguraikan
senyawa polutan yang ada dalam air limbah. Analisa kualitas air limbah dilakukan secara
periodik dengan cara mengambil contoh air limbah yang masuk, air limbah pada tiap-tiap
zona dan air olahan, sedangkan parameter yang akan diperiksa yakni BOD, COD,
padatan tersuspensi (SS), ammonium nitrogen (NH4 -N), deterjen (MBAS), dan
phospat (PO4). Skema proses pengolahannya ditunjukkan seperti pada Gambar 5.
Adapun kondisi operasi pada saat metodologi penelitian ini, yaitu :
Waktu tinggal total adalah 1 3 hari
Air yang ada di dalam bak pengendapan akhir sebagian disirkulasikan ke zona
anaerob pertama dengan menggunakan pompa sirkulasi
Rasio sirkulasi hidrolis (Hydraulic Recycle Ratio, HRR) = 1
Pengambilan sampel dilakukan setelah 4 minggu (1 bulan) operasi, dan setelah 5
minggu operasi

18

Gambar 4. Bagan aliran air limbah dan proses pengolahan yang digunakan untuk percobaan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil dan Pembahasan Penelitian


Dari hasil uji coba prototipe alat pengolahan limbah cair rumah tangga
dengan proses Biofilter Anaerob Aerob tersebut dengan waktu tinggal total
antara 1 - 3 hari dan proses sirkulasi dengan rasio resirkulasi hidrolik, HRR = 1,
diperoleh data efisiensi pengolahan limbah yang cukup tinggi yaitu BOD 84,7 - 91
%, COD 79,6 - 95,3 %, padatan tersuspensi (TSS) 94,1 - 95 %, Ammonia (NH4 -N) 89,3
- 89,8 %, Deterjen (MBAS) 83 - 87 % dan Phospat (PO4) 44,4 - 47,3 %.
Efisiensi pengolahan khususnya penghilangan senyawa organik (BOD, COD)
dan SS cukup stabil meskipun debit dan konsentrasi polutan dalam air limbah sangat
berfluktuasi. Unit alat pengolah air limbah rumah tangga dengan sistem kombinasi
biofilter anaerob-aerob ini dapat dibuat dengan skala kecil ataupun skala besar
sesuai dengan kebutuhan. Untuk pengolahan air limbah rumah tangga
dengan kapasitas 40 orang (5-6 m3 per hari) memerlukan energi listrik sekitar 65 watt.

19

Grafik penurunan konsentrasi dan efisiensi penghilangan BOD, COD, SS,


Ammonia (NH4-N), deterjen (MBAS) dan phospat (PO4 ), di tiap titik pengambilan
contoh ditunjukkan seperti pada Gambar 4 sampai dengan Gambar 9.

Gambar 5. Penurunan konsentrasi dan efisiensi penghilangan BOD pada tiap


titik pengambilan contoh
Keterangan :
1 = Air Baku Limbah
2 = Setelah Bak Pengendapan Awal
3 = Setelah Zona Anaerob
4 = Air Olahan

Gambar 6. Penurunan konsentrasi dan efisiensi penghilangan COD pada tiap


titik pengambilan contoh

20

Keterangan :
1 = Air Baku Limbah
2 = Setelah Bak Pengendapan Awal
3 = Setelah Zona Anaerob
4 = Air Olahan

Gambar 7. Penurunan konsentrasi dan efisiensi penghilangan padatan


tersuspensi (TSS) pada tiap titik pengambilan contoh
Keterangan :
1 = Air Baku Limbah
2 = Setelah Bak Pengendapan Awal
3 = Setelah Zona Anaerob
4 = Air Olahan

21

Gambar 8. Penurunan konsentrasi dan efisiensi penghilangan Ammonia (NH4)


pada tiap titik pengambilan contoh
Keterangan :
1 = Air Baku Limbah
2 = Setelah Bak Pengendapan Awal
3 = Setelah Zona Anaerob
4 = Air Olahan

Gambar 9. Penurunan konsentrasi dan efisiensi penghilangan Deterjen


(MBAS) pada tiap titik pengambilan contoh

22

Keterangan :
1 = Air Baku Limbah
2 = Setelah Bak Pengendapan Awal
3 = Setelah Zona Anaerob
4 = Air Olahan

Gambar 10. Penurunan konsentrasi dan efisiensi penghilangan Phosphat (PO4)


pada tiap titik pengambilan contoh

Keterangan :
1 = Air Baku Limbah
2 = Setelah Bak Pengendapan Awal
3 = Setelah Zona Anaerob
4 = Air Olahan

23

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan selama percobaan pengolahan limbah cair
domestik terutama limbah rumah tangga (greywater) dengan proses biofilter
anaerob aerob mempunyai beberapa keunggulan atau kelebihan dibandingkan
dengan metode ataupun proses lainnya, yaitu :
a. Efisiensi penghilangan atau penurunan konsentrasi BOD, COD, dan
padatan tersuspensi (TSS) cukup tinggi, yakni mencapai 90%.
b. Pengelolaannya sangat mudah
c. Biaya operasinya rendah
d. Dibandingkan dengan proses lumpur aktif, lumpur yang dihasilkan relatif
sedikit (selama 4 minggu operasi belum terjadi ekses lumpur).
e. Suplai udara untuk aerasi relatif kecil, untuk kapasitas kira kira 50
orang hanya membutuhkan listrik 65 watt.
f. Dapat digunakan untuk limbah cair dengan beban BOD yang cukup
besar.
g. Tahan terhadap perubahan beban pengolahan secara mendadak.

24

5.2 Saran
Berdasarkan pebelitian yang telah dilakukan terdapat beberapa saran yang
dapat diberikan, diantaranya :
a. Alat ini dapat diterapkan untuk pengolahan beberapa jenis limbah cair
lainnya selain dari limbah cair rumah tangga, misalnya :
Pengolahan limbah cair perkantoran skala kecil sampai besar
Pengolahan limbah cair pemukiman kumuh
Pengolahan limbah cair puskesmas, rumah bersalin, ataupun limbah
rumah sakit
Pengolahan limbah cair organik untuk industri kecil misalnya
industri kecil tahu-tempe dan industri makanan lainnya berskala
kecil
Pengolahan limbah MCK
b. Teknologi ini dapat dikembangkan maupun disesuaikan dengan
kebutuhan baku mutu yang diinginkan dan ketersediaan lahan yang
digunakan maupun biaya operasional yang mampu dikeluarkan.

DAFTAR PUSTAKA
Filliazati, Mega, Isna Apriani, Titin Anita Zahara. Pengolahan Limbah Cair
Domestik dengan Biofilter Aerob Menggunakan Media Bioball dan
Tanaman Kiambang. Jurnal Pengolahan Limbah. Pontianak: Universitas
Tanjungpura
Idaman, Nusa Said. Teknologi Anaerob-Aerob Tercelup Untuk Pengolahan Air
Limbah Domestik. Jurnal Pengolahan Limbah: BPPT.
Wim, Vera Andiese. 2011. Pengolahan Limbah Cair Rumah Tangga dengan
Metode Kolam Oksidasi. Jurnal Infrastruktur. Palu: Universitas Tadulako
Wulandari, Desi, Riska Hesti M. Proses Pengolahan Limbah Cair Domestik
secara Anaerob. Jurnal Penelitian. Semarang: UNDIP
Yusuf, Guntur.2008. Bioremediasi Limbah Rumah Tangga dengan Sistem
Simulasi Tanaman Air. Jurnal Bumi Lestari. Makassar: Universitas Islam
Makassar

Anda mungkin juga menyukai