PETROKIMIA SEMARANG
"PABRIK PUPUK PT. PETROKIMIA SEMARANG”
Oleh :
Oleh :
Penulisan laporan ini telah diusahakan semaksimal mungkin, namun kami juga
menyadari bahwa laporan ini tentu masih terdapat kekurangan didalamnya. Untuk itu, kritik,
saran dan masukan yang membangun akan kami terima dan akan sangat membantu untuk
menyempurnakan kembali laporan ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
3.1 Umum .................................................................................................................... 42
3.2 Tahap Pra Konstruksi ............................................................................................. 44
3.3 Tahap Konstruksi ................................................................................................... 48
3.4 Tahap Operasi ........................................................................................................ 54
BAB 4 ................................................................................................................................... 56
EVALUASI SECARA HOLISTIK TERHADAP DAMPAK LINGKUNGAN ................. 56
4.1 Evaluasi Dampak Potensial ................................................................................... 56
1. Kenyamanan Lingkungan ................................................................................................ 70
3. Perubahan Persepsi dan Sikap Masyarakat ..................................................................... 72
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. 1. Diagram alir pembuatan pupuk NPK ............................................................ 4
Gambar 1. 2. Diagram alir proses produksi pupuk Phonska IV .......................................... 5
Gambar 1. 3. Identifikasi Dampak Potensial Tahap Pra-Konstruksi ................................. 16
Gambar 1. 4. Identifikasi Dampak Potensial Tahap Konstruksi ........................................ 16
Gambar 1. 5. Identifikasi Dampak Potensial Tahap Operasi ............................................ 17
Gambar 1. 6. Identifikasi Dampak Potensial Tahap Pasca Operasi ................................. 17
Gambar 1. 7. Batas Proyek .............................................................................................. 30
Gambar 1. 8. Batas Ekologis ........................................................................................... 31
Gambar 1. 9. Batas Sosial ............................................................................................... 32
Gambar 1. 10. Batas Administrasi.................................................................................... 32
v
BAB 1
PENDAHULUAN
1
disetujui oleh Bupati berdasarkan surat keputusan Bupati Semarang
No.173.63/28/ILK/312.921/2017 seluas 20 ha. Di Dalam Permen Lingkungan Hidup No. 5
Tahun 2012 tentang kriteria usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting yang wajib
dilengkapi dengan Membuat Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) terhadap
setiap rencana yang diperkirakan memiliki dampak penting terhadap lingkungan hidup,
maka dikeluarkanlah Peraturan Pemerintah No.27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan
Pasal 1 ayat (1) adalah izin yang diberikan kepada setiap orang yang melakukan usaha.
Gangguan terhadap keseimbangan lingkungan yaitu kesadaran manusia untuk
mengubah keseimbangan lingkungan dari tingkat kualitas yang lebih tinggi. Dalam hal ini
harus menjaga agar lingkungan tetap mampu untuk mendukung tingkat hidup pada kualitas
yang lebih tinggi. Oleh karena itu pembangunan yang memungkinan timbulnya
dampak penting terhadap lingkungan harus dibuat analisis mengenai dampak
lingkungan, misalnya pembangunan pabrik kain, pembangunan pabrik pupuk, dan lain-lain.
Kewajiban membuat analisis mengenai dampak lingkungan dapat kita lihat pada Peraturan
Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2012 yaitu kriteria usaha dan/atau
kegiatan yang berdampak penting yang wajib dilengkapi dengan Membuat Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Mengenai masalah analisis mengenai dampak
lingkungan adalah menyangkut masalah orang banyak, maka peranan pihak yang
berkepentingan yaitu pemrakarsa, aparatur pemerintah, dan masyarakat sangat penting. Oleh
karena itu untuk menegakan analisis mengenai dampak lingkungan ini harus ada kerjasama
yang baik antara aparatur pemerintah dan pihak yang terkait.
1.1.2 Tujuan dan Manfaat Rencana Kegiatan
1. Tujuan
Tujuan pembangunan PT Petrokimia Semarang di Kecamatan Tembalang adalah
untuk menunjang kegiatan hortikultura dan agroindustri di daerah sekitar dengan
memproduksi dan menyediakan pupuk kimia untuk petani sekitar dengan kualitas
yang baik. Sehingga dapat meningkatkan kualitas hasil panen masyarakat.
2
2. Manfaat
Manfaat pembangunan PT Petrokimia Semarang di Kecamatan Tembalang secara
rinci dikelompokkan menjadi kemanfaatan bagi masyarakat Kecamatan Tembalang,
Pemerintah Kabupaten Semarang, serta Pemrakarsa.
a. Kecamatan Tembalang.
1. Pengembangan perekonomian masyarakat Kecamatan Tembalang dan
sekitarnya,
2. Membuka peluang kerja bagi masyarakat Kecamatan Tembalang, apabila
memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh PT Petrokimia Semarang,, pada
tahap konstruksi maupun operasional.
3. Pembangunan sarana dan prasarana penunjang kegiatan hortikultura dan
agroindustri yang nantinya akan mendorong perkembangan perekonomian
Kecamatan Patrang.
b. Pemerintah Kota Semarang.
1. Peningkatan pendapatan daerah terkait dengan pemungutan Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB), Pajak Makanan dan Minuman, Retribusi Parkir, IMB, dsb.,
2. Masyarakat Kecamatan Tembalang dan Sekitarnya,
3. Pada tahap konstruksi yang akan menciptakan lapangan kerja dan
peningkatan pendapatan masyarakat.
c. Pemrakarsa.
1. Dapat membantu Pemerintah Daerah dalam peningkatan pelayanan kesehatan
masyarakat,
2. Membantu pemerintah dan masyarakat menciptakan lapangan kerja.
1.1.3 Status Studi AMDAL
Studi AMDAL ini disusun dengan berdasarkan pada Master Plan Pembangunan PT
Petrokimia Semarang. Rencana teknis yang berupa desain teknis rinci atau Detail
Engineering Design (DED) beberapa rencana pembangunan gedung dan infrastruktur sedang
dilaksanakan. Rencana Pembangunan Industri Pupuk ini dapat menimbulkan dampak positif
maupun negatif terhadap lingkungan baik komponen lingkungan geofisik, kimia, biologi,
sosial ekonomi dan budaya, serta kesehatan masyarakat. Penyusunan studi Amdal ini
3
dilaksanakan secara bersamaan denan penyusunan studi kelayakan (Feasibility Study). Hasil
dari studi Amdal ini nantinya akan digunakan sebagai acuan dalam rencana pengelolaan dan
pemantauan lingkungan kegiatan Pembangunan Industri Pupuk PT Petrokimia Semarang.
Studi ini dilaksanakan dengan tujuan untuk melihat adanya perubahan lingkungan, geofisik-
kimia, biologi, sosial, ekonomi, budaya, dan kesehatan masyarakat akibat adanya kegiatan
pembangunan ini. Kajian analisis dampak lingkungan yang ditelaah meliputi kondisi
lingkungan sebelum kegiatan dilaksanakan atau kondisi rona lingkungan awal dan prakiraan
kondisi lingkungan setelah kegiatan dilaksanakan.
1.1.4 Kesesuaian Lokasi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan dengan Rencana Tata
Ruang
PT Petrokimia Semarang akan melakukan pembangunan Industri Pupuk pada lahan
seluas 20 ha yang terletak di Kecamatan Tembalang Kelurahan Kramas Kota Semarang,
Provinsi Jawa Tengah. Pembangunan Industri Pupuk ini berada di atas lahan yang telah
direncanakan yang saat ini masih berupa area persawahan dan perkebunan.
1.1.5 Deskripsi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan
a. Alur Proses Produksi
4
Pada unit Phonska, proses pembuatan pupuk NPK yang digunakan merupakan
proses kompleks yang menggabungkan proses pencampuran (mixing) dan
pereaksian (reaction). Umumnya, proses pembuatan pupuk Phonska terdiri dari
pemrosesan bahan padat dan cair yang kemudian akan disatukan dalam sebuah alat
yang disebut granulator.
Unit produksinya dilengkapi dengan proses penyerapan (scrubbing) yang
memiliki tujuan utama untuk mengurangi kadar unsur hara dan zat berbahaya dari
gas buang. Selain itu, proses penyerapan juga dimanfaatkan untuk mengencerkan
asam fosfat yang akan digunakan untuk proses produksi.
5
Bahan baku yang pertama melewati belt conveyor akan melewati filter
magnetik untuk mengambil benda logam yang ikut ke dalam bahan baku.
Selanjutnya bahan baku akan dipindahkan ke pabrik menggunakan belt
conveyor kedua. Bahan baku dimasukkan ke belt conveyor 22M-304 yang
membagi bahan baku ke bin 26D-316/317/318/319.
Untuk menyimpan urea, ZA, dan KCl menggunakan tiga bin berkapasitas
besar. Ketinggian dikonversikan dari berat baku dalam bin. Jika ketinggian
bahan baku terlalu tinggi, high level switch dapat menyebabkan interlock di
sistem pengumpanan bahan baku yang berhubungan dengan gudang
penyimpanan, sehingga sistem pengumpanan akan dihentikan oleh operator
pay loader. Jika terdapat kesalahan pada weighing cell atau kesalahan
pembacaan akibat adanya penyumbatan pada bin, alarm akan berbunyi. Bahan
baku padat dari 26D-316,317,318,319 akan dikumpulkan di belt conveyor
yang selanjutnya dimasukkan ke granulator melalui recycle elevator 22M-
305.
2) Persiapan Slurry dan Proses Granulasi
Untuk dapat menghasilkan perolehan granulator yang besar dibutuhkan sistem
yang efisien pada variasi formulasi NPK. Dilakukan penambahan asam sulfat
ke dalam bahan baku melalui distributing pipe, sedangkan untuk amoniak dan
steam akan diumpankan melalui sparger yang berada di dasar granulator.
Produk hasil dari bahan baku akan dialirkan secara gravitasi menuju drum
granulator 22M-361 dan akan mengalami proses granulasi. Granulasi adalah
proses utama dalam membuat Phonska Granular. Dalam proses granulasi
terjadi reaksi kimia dan fisis antara berbagai macam bahan baku dengan
senyawa H3PO4 yang asalnya dari asam fosfat. Asam fosfat akan dinetralkan
dengan senyawa amonia sehingga dapat mencapai nisbah molar N/P = 0,8;
bergantung pada grade yang diinginkan dengan pH sebesar 3. Proses
netralisasi akan berlangsung pada Pre Neutralizer yang dipasang dengan
sedemikian rupa agar hasil yang berupa Slurry amonium fosfat (mengandung
sedikit sulfat) langsung tertuang ke dalam granulator. Temperatur dari slurry
6
antara 100-120 oC, sedangkan kadar airnya mencapai 8-17%. Apabila
terdapat asam fosfat dengan konsentrasi tinggi maka kadarnya akan lebih
rendah. Pada Pre Neutralizer terdapat pengontrol laju alir fosfat, asam sulfat
dan amoniak cair. Asam fosfat dengan konsentrasi tinggi akan dicampurkan
pada asam ini. Selain itu, air proses juga ditambahkan agar asam fosfat dapat
mengencer. Ammoniation system sparger dipasang untuk melengkapi proses
netralisasi asam agar dapat mencapai nisbah N/P 1,8 (tergantung pada grade
yang diinginkan), dan/atau digunakan untuk dapat menetralkan asam sulfat
yang diumpankan pada granulator. Sparger yang dipasang di dasar granulator
adalah sparger dengan jenis ploughshare, sehingga amoniak yang ada di
dalam scrubber dapat diminimasi. Amoniak cair digunakan untuk
mempermudah pengontrolan temperatur pada granulator. Nilai NPK dari
produk yang keluar dari granulator dapat sesuai.
3) Granulator Rotary Drum (22M-361)
Seluruh bahan baku dan recycle diumpankan pada granulator untuk membuat
NPK. Recycle berasal dari produk yang berbentuk butiran halus, produk
undersize, produk oversize, dan sebagian produk komersil untuk menjaga
keseimbangan air dan panas yang digunakan. Dalam semua grade, asam sulfat
bisa ditambahkan langsung ke dalam granulator yang kemudian akan bereaksi
dengan amonia yang dimasukkan melalui ploughshare penambahan amonia
dan asam sulfat. Reaksi asam sulfat terjadi di permukaan granul dan
menyebabkan granul tetap kering (jika menggunakan urea dengan kelarutan
tinggi akan menjadi keuntungan), keadaan ini bisa membuat granul mengeras
sehingga dapat lebih mudah disimpan dan ditangani. Agar granul yang
dihasilkan lebih seragam dapat ditambahkan air secara langsung pada
granulator. Tetapi, hal tersebut tidak umum untuk dilakukan. Urea akan sangat
menyatu dengan granul karena panas yang dihasilkan dalam Pre Neutralizer.
Suhu pada granulator berkisar 78 oC dengan perputaran granulator diantara
11-12 rpm. Padatan yang keluar dari granulator memiliki kandungan kadar air
normal 2-3% dan diumpankan secara gravitasi menuju dryer untuk
7
mendapatkan kadar air yang diinginkan yakni 1-1,5%. Chute yang menjadi
penghubung dryer dan granulator harus terpasang dengan kemiringan 70o
agar tidak terjadi penumpukan dari produk di dindingnya. Pada granulator
terbentuk gas dan akan disedot melalui granulator pre-scrubber 26D-311AB
untuk menangkap kembali debu dan sisa amonia yang lolos.
4) Pengeringan dan Pengayakan Produk
Dryer yang digunakan berbentuk rotary drum, 22M-362. Alat ini akan
mengeringkan padatan hasil olah di granulator sehingga kadar airnya
mencapai 1-1,5% dengan menggunakan udara pengering dengan arah co-
current. Bahan bakar yang digunakan combustion chamber (furnace) adalah
batu bara sebagai media pemanasnya. Suhu masuk ke dalam dryer berkisar
500 oC dan suhu keluarannya berkisar 90 oC. Untuk menyuplai udara ke
dalam dryer terdapat 1 buah fan. Udara yang keluar dari dalam dryer memiliki
kandungan debu, amonia yang lepas dari produk, dan air yang diuapkan dari
pengeringan produk. Udara akan masuk pada cyclone 22D-322, dengan tujuan
untuk memisahkan sebagian besar partikel yang terbawa oleh gas. Cyclone
dilengkapi dengan rantai pembersih dan small vibrator agar tidak terjadi
penumpukan pada dindingnya. Produk kering akan diumpankan ke exit dryer
conveyor. Setelah itu, produk akan diumpankan ke screen feed elevator 22M-
362, yang akan meneruskan produk ke penyaring 22F-301A/B/C/D di
Phonska IV dengan 4 screen. Produk onsize dari penyaring akan diumpankan
langsung ke small recycle regulator bin. Produk oversize yang sudah
dipisahkan akan dijatuhkan secara gravitasi ke dalam crusher 22Q-
301A/B/C/D untuk dihancurkan dan produk yang dihasilkan crusher kembali
ke granulator melalui recycle drag conveyor 22M-304. Produk undersize
akan masuk ke dalam recycle belt conveyor 22M-304, sedangkan produk
onsize akan dibawa ke product feeder 22M-310A melalui product screen
conveyor 22M-303. Conveyor tersebut mempunyai kecepatan yang berbeda-
beda dan dikontrol menggunakan CCR. Recycle belt conveyor 22M-304 harus
diberikan perhatian khusus karena dioperasikan dengan kecepatan rendah. Hal
8
tersebut dilakukan untuk mencegah terbangnya produk. Penutup dari recycle
belt conveyor harus didesain sedemikian rupa untuk mencegah emisi debu.
Efluen dari recycle conveyor akan dimasukkan ke dalam recycle elevator yang
menampung semua aliran bersama dengan bahan baku padat yang akan
dimasukkan lagi ke dalam granulator.
5) Pendinginan (Cooler 22-M-363)
Produk yang keluar dari product feeder 22M-310A dengan ukuran onsize akan
dibawa ke dalam polishing screen 26F-302 dengan tujuan menghilangkan
butiran halus yang selanjutnya digabungkan dengan aliran recycle. Produk
akan dialirkan ke cooler drum (22M-363) yang berfungsi menurunkan
temperatur dengan 1 tahap pendinginan menggunakan udara kering pendingin
yang berasal dari exchanger pemanas amoniak. Beberapa grade NPK
memiliki kelembaban relatif kritis (CRH) sekitar 55% pada suhu 30 oC (pada
temperatur tinggi akan makin rendah). Jika kondisi udara lingkungan
mempunyai kadar air yang relatif tinggi akan dapat ditahan. Pemanas udara
akan meningkatkan temperatur dan menyebabkan kelembaban relatif udara
akan berkurang. Partikel yang terbawa oleh udara saat keluar dari pendingin
akan diambil kembali ke dalam cyclone 23D-323 dan dikumpulkan ke dalam
hopper. Partikulat akan dikembalikan ke recycle conveyor dari hopper. Udara
bersih yang dikeluarkan dari cyclone akan dialirkan ke final tail gas scrubber
26D-312 untuk dicuci melewati fan. Agar efisiensi energi meningkat,
sebagian udara hangat yang sudah bersih dimasukkan pada drum sebagai
udara pengencer melalui fan. Produk dingin akan dimasukkan ke final product
elevator 26M-308, sebelum masuk ke tahap pelapisan, produk dari product
elevator 26M-308 harus melewati polishing screen 26F-302 dimana produk
onsize masuk ke dalam cooter 26M-364. Sedangkan produk undersize masuk
kembali ke bahan baku melalui recycle drag conveyor 22M-304.
6) Proses Pelapisan
Proses pelapisan dibutuhkan utamanya pada formulasi yang menggunakan
urea. Hal tersebut karena sifat higroskopis dari bahan baku yang dapat
9
mempercepat proses caking, terutama bila terdapat variasi temperatur udara
dan kadar air. Coating agent terbuat dari silica powder dan coating oil.
Coating oil dan padatan dialirkan ke dalam coater drum. Coating oil diisikan
langsung dari truck atau barrel menggunakan pompa portabel, lalu disimpan
di dalam tangki. Untuk menambahkan sifat anticaking, salah satu coating
agent ditambahkan senyawa teraminasi agar dapat memberikan daya tahan
ekstra terhadap penyerapan air. Efluen dari coater dimasukkan ke dalam final
belt conveyor yang kemudian dikirimkan ke gudang penyimpanan akhir.
7) Penyerapan Gas (Gas Scrubbing)
Pabrik ini memiliki sistem scrubbing dan peralatan dedusting dengan tujuan
untuk membersihkan gas buang dan menangkap unsur hara untuk di daur
ulang. Sistem scrubbing terdiri dari 4 tahap sebagai berikut.
a. Pencucian Tahap Pertama
Alat yang digunakan dinamakan granulator pre scrubber 26D-311AB.
Fungsi dari alat tersebut adalah untuk mencuci gas yang mengalir dari
granulator 22M-361 dan Pre Neutralizer 26R-303. Granulator pre
scrubber ini terdiri dari ventury scrubber dengan beda tekanan rendah dan
cyclonic tower. Alat ini dilengkapi dengan sprayer yang terletak pada
pipa sebelum memasuki scrubber dengan tujuan menjaga pipa agar tetap
bersih, pencucian awal, dan membasahi gas untuk mencapai kondisi
jenuh. Bagian dasar cyclone tower adalah tangki penampung larutan.
Larutan disirkulasikan dengan menggunakan pompa juga sekaligus
mentransfer larutan ke unit Pre Neutralizer.
b. Pencucian Tahap Kedua
Pada tahap ini, pencucian menggunakan 2 buah ventury scrubber dengan
dimensi yang sama. Alat yang digunakan diantaranya :
- Dryer scrubber 22D-302, berfungsi mencuci gas yang berasal dari
dryer cyclone 22D-322.
10
- Granulator scrubber 22D-301, berfungsi mencuci gas-gas yang
masih mengandung emisi dari granulator pre scrubber 26D-
311AB.
c. Tahap Pencucian Ketiga
Alat yang digunakan adalah dust scrubber 22D-303. Alat ini berfungsi
untuk mencuci gas yang berasal dari 2 sistem scrubber sebelumnya dan
gas yang berasal dari Dedusting cyclone 22D-323 dan scrubber seal tank
22TK-302. Scrubber ini memiliki 2 tahap pencucian, yang pertama pada
posisi saluran tegak tempat gas masuk dan yang kedua pada bagian
mendatar.
d. Tahap Pencucian Keempat
Tahap ini dilakukan dengan tujuan untuk memenuhi ketentuan emisi gas
buang. Pada tahap ini alat yang digunakan adalah Tail Gas Scrubber
(TGS) 26D-312. Gas NH3 yang masih terdapat dalam scrubber 22D-
301A/B, 22D-302A/B dan 22D-303A/B akan ditangkap oleh TGS 26D-
312. Alat ini dilengkapi dengan pompa sirkulasi dan sistem injeksi asam
sulfat pada bagian bawah tower untuk mengatur pH cairan dengan nilai
4,5. Kemudian cairan tersebut akan disirkulasikan dengan pompa menuju
ke bagian atas tower dengan cara spray agar amoniak yang masih terbawa
dalam gas buang bisa diserap sehingga gas yang keluar dari tower ini
dapat sesuai dengan baku mutu emisi gas buang.
11
Tabel 1. 1. jenis peralatan yang digunakan pada proses produksi pupuk
1. Belt conveyor
2. Granulator
4. Furnace
8. Crusher
9. Cooler
10. Scrubber
12. Elevator
13. Hopper
14. Payloader
12
18. Dryer scrubber
22. Fan
23. Cyclone
26. Sprayer
13
membuat kontrak tenaga listrik bersama PLN. Selain memperoleh tenaga listrik
dari PLN, kebutuhan listrik juga disuplai dari emergency generator untuk menjaga
komunitas proses produksi yang stabil bila terjadi pemadaman mendadak.
d. Rencana Pengelolaan Limbah dan Penerapan Konservasi Energi
Proses produksi pupuk tentunya akan menimbulkan dampak terhadap
lingkungan, salah satunya adalah limbah. Sebelum mengolah limbah yang timbul
atau dihasilkan dari industri pupuk, perlu dilakukan pengklasifikasian terlebih
dahulu terhadap limbah yang ditimbulkan. Limbah yang ditimbulkan dari proses
produksi pupuk dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Limbah transportasi,
Limbah transportasi adalah limbah-limbah yang ditimbulkan dari kegiatan
pengangkutan barang (pengangkutan bahan baku dan hasil produksi),
pengangkutan di dalam lingkup pabrik, serta transportasi karyawan. Dari
kegiatan-kegiatan tersebut, limbah yang ditimbulkan adalah debu, kebisingan,
kemacetan lalu lintas, serta polutan gas dari mesin kendaraan transportasi.
Limbah tersebut dapat ditangani dengan cara dibuatnya wilayah terbuka hijau
di sekitar kawasan pabrik dan dilakukan perawatan yang rutin terhadap
wilayah terbuka hijau tersebut. Selain itu, untuk mengurangi dampak negatif
dalam aspek kesehatan manusia dapat dikurangi dengan mewajibkan
penggunaan masker bagi karyawan dan juga tamu yang melakukan kunjungan
ke area pabrik. Selain itu pengontrolan kegiatan transportasi dan pengontrolan
jumlah kendaraan yang keluar-masuk area pabrik juga menjadi salah satu cara
untuk menanggulangi polutan gas yang mungkin timbul dari kegiatan
transportasi pabrik.
2. Limbah B3 dan Non B3,
Limbah B3 dihasilkan atau timbul dari proses produksi dan juga limbah
domestik hasil operasional pabrik. Untuk menangani timbulan B3, dilakukan
pengelolaan sesuai dengan SOP dalam penanganan limbah B3. Dalam hal ini,
untuk pengelolaan limbah B3 Pengelola pabrik menyerahkan proses
pengolahan limbah B3 dengan bekerja sama dengan pihak ketiga yang
14
memiliki izin resmi untuk pengangkutan dan juga pengelolaan limbah B3
yang dihasilkan.
Sedangkan untuk limbah non B3 akan ditampung di TPS untuk kemudian
dibakar.
3. Limbah domestik,
Limbah domestik berasal dari kegiatan sanitasi seperti MCK, toilet,
pembersihan lingkungan dan kendaraan, kegiatan dapur serta hasil
operasional pabrik. Untuk pengolahan limbah cair domestik sendiri dilakukan
dengan membuat parit, septic tank serta membuat jalur limbah sesuai dengan
jenis limbahnya untuk dialirkan ke effluent ataupun unit pengolahan yang
sesuai dengan kondisi dan kandungan limbah cairnya.
Adapun beberapa rencana guna menerapkan konservasi energi, yang dapat
berdampak baik bagi lingkungan, yaitu :
1. Langkah penghematan energi pada proses pengolahan bahan baku
Pada langkah ini, bahan baku di seleksi dengan baik agar dapat diolah secara
lebih optimal dan disimpan dengan tepat dan baik untuk mempertahankan
kualitas bahan baku. Kemudian, alat alat seperti crusher, mixer juga
digunakan secara optimal dan dilakukan maintenance dengan baik. Selain itu,
analisis biakan mikroba dengan menggunakan media yang spesifik dan baik
serta analisis ukuran mesh juga diperlukan agar energi yang digunakan
optimal dan tidak terbuang sia-sia.
2. Langkah penghematan energi pada proses fermentasi dengan menggunakan
alat fermentor.
Dengan menggunakan fermentor, dapat memaksimalkan segala proses yang
berkaitan dengan fermentasi dan mikroba yang digunakan dalam proses
fermentasi, sehingga membuat waktu produksi lebih efektif dan efisien, serta
energi yang dibutuhkan pun terpakai dengan sangat baik dan secukupnya.
15
1.2 Ringkasan Dampak Penting Hipotetik
1.2.1 Identifikasi Dampak Potensial
Identifikasi dampak potensial dimaksudkan untuk mengidentifikasi semua dampak
terhadap lingkungan hidup yang potensial terjadi karena rencana kegiatan. Tahap ini hanya
menginventarisasi semua dampak yang mungkin timbul tanpa memperhitungkan besaran dan
penting tidaknya dampak.
16
Gambar 1. 5. Identifikasi Dampak Potensial Tahap Operasi
17
Tabel 1. 2. Matriks Interaksi Komponen Kegiatan dengan Komponen Lingkungan
18
menimbulkan efek signifikan tetapi sudah diketahui sejak awal. Rencana pengelolaan dan
pengendalianya secara menyeluruh sudah dibuat berdasarkan standard dan prosedur yang
jelas dan dapat dipertanggungjawabkan. Sehingga dampak signifikan yang terjadi dapat
dikurangi secara maksimal atau bahkan ditiadakan.
Tahap evaluasi dampak potensial tidak memperhitungkan besar kecilnya dampak
secara detail. Namun hanya mengkaji penting tidaknya dampak sesuai dengan Permen LH
nomor 27 tahun 2012 tentang ijin lingkungan. Metode yang digunakan adalah diskusi dengan
masyarakat, studi literatur, diskusi pemrakarsa dengan penyusun dan instansi terkait,
observasi lapangan, serta metode lain yang bisa dipertanggungjawabkan.
19
20
21
22
23
24
25
26
Tabel 1. 3. Daftar Dampak Tidak Penting Hipotetik
27
28
1.3 Batas Wilayah Studi dan Batas Waktu Kajian
1.3.1 Batas Wilayah Studi
Batas wilayah studi terdiri atas batas proyek, batas ekologis, batas sosial, dan batas
administratif. Overlay dari semua batas tersebut adalah batas wilayah study.
1. Batas Proyek
Batas proyek adalah ruangan tempat kegiatan berlangsung mulai dari tahap
prakonstruksi, konstruksi dan operasi, meliputi lahan yang dipergunakan unruk
kegiatan pengembangan PT. Petrokimia Semarang. Batas proyek pengembangan
adalah sesuai dengan posisi geografis pada koordinat.
29
Gambar 1. 7. Batas Proyek
2. Batas Ekologis
Batas ekologis adalah ruang persebaran dampak dari kegiatan melalui media air,
udara dan tanah, termasuk prose salami yang berlangsung di dalam ruang tersebut
yang diperkirakan akan mengalami perubahan secara mendasar. Media udara
digunaan untuk penentuan batas perubahan kualitas udara dan kebisingan. Dalam
penentuan batas ekologisnya memperhatikan arah dan kecepatan angin yang terjadi
di lokasi rencana kegiatan. Media air digunakan untuk batas perubahan kualitas air
permukaan dan kuantitas air tanah.
30
Gambar 1. 8. Batas Ekologis
3. Batas Sosial
Batas sosial merupakan ruang di sekitar lokasi kegiatan yang merupakan tempat
berlangsungnya interaksi sosial yang terkait dengan norma dan nilai tertentu yang
sudah mapan (termasuk sistem dan struktur sosial); sesuai dengan proses dinamika
sosial suatu kelompok masyarakat yang diperkirakan mengalami perubahan
mendasar akibat rencana kegiatan pengembangan PT. Petrokimia Semarang tersebut.
Kelompok masyarakat di sekitar kegiatan yang akan terkena dampak positif maupun
negatif adalah masyarakat di permukiman terdekat. Mengingat dampak lingkungan
hidup menyebar tidak merata, sehingga batas sosial ditetapkan dengan membatasi
permukiman-permukiman yang dipra-kirakan akan terkena dampak lingkungan.
31
Gambar 1. 9. Batas Sosial
4. Batas Administrasi
Batas Administrasi adalah ruang tempat masyarakat dapat secara leluasa melakukan
kegiatan sosial ekonomi dan budaya sesuai dengan peraturan dan perundang-
undangan yang berlaku di dalam ruang tersebut. Batas ruang dimaksud berupa batas
ruang secara administratif
32
5. Batas Wilayah Studi
Batas wilayah studi merupakan resultan dari batas kegiatan proyek, batas ekologis,
batas sosial dan batas administrasi. Secara keruangan maka wilayah studi dapat
disajikan pada gambar di bawah ini
1.3.2 Batas Waktu Kajian
Batas waktu kajian AMDAL merupakan rentang waktu dalam memprediksi dampak
dari rencana kegiatan terhadap komponen lingkungan terkena dampak. Batas waktu kajian
dampak ditetapkan selama tahun mulai beroperasinya PT. Petrokimia Semarang hingga
tahun berakhirnya. Dampak yang terjadi, prediksi maupun evaluasinya dibuat berdasar batas
waktu kajian. Secara rinci batas waktu kajian disampaikan pada tabel berikut.
Deskripsi
No. Dampak Potensial Batas Waktu Kajian
Rencana Kegiatan
PRA KONTRUKSI
Persiapan administrasi hingga
Survei dan pekerjaan pengukuran
1 Keresahan Masyarakat
Investigasi dilakukan 5 bulan sampai 1
tahun
Persiapan administrasi hingga
Perubahan Persepsi dan pekerjaan pengukuran
2
Sikap Masyarakat dilakukan 5 bulan sampai 1
tahun
Persiapan administrasi hingga
Sosialisasi dan
pekerjaan pengukuran
3 Publikasi ke Keresahan Masyarakat
dilakukan 5 bulan sampai 1
Masyarakat
tahun
33
Deskripsi
No. Dampak Potensial Batas Waktu Kajian
Rencana Kegiatan
Pengurangan Produksi
6 9 bulan sampai 1 tahun
Pertanian
Kegiatan pengelolaan
9 Perubahan Flora dan Fauna
lingkungan sampai 1 tahun
KONTRUKSI
Rekruitmen Tenaga Penurunan tingkat 2 tahun selama masa
1
Kerja Pengangguran konstruksi
1 - 2 bulan pada masa awal
2 Kegiatan ekonomi lokal
konstruksi
1 - 2 bulan pada masa awal
3 Keresahan Masyarakat
konstruksi
Perubahan persepsi 1 - 2 bulan pada masa awal
4
masyarakat konstruksi
Aktivitas 2 tahun selama masa
5 Kenyamanan Lingkungan
Basecamp konstruksi
2 tahun selama masa
6 Keresahan Masyarakat
konstruksi
Perubahan persepsi dan 2 tahun selama masa
7
sikap masyarakat konstruksi
Mobilitas Tenaga
2 tahun selama masa
8 Kerja Bahan dan Kepadatan lalu lintas
konstruksi
Peralatan
34
Deskripsi
No. Dampak Potensial Batas Waktu Kajian
Rencana Kegiatan
Pembangunan Fisik
Gedung, Jalan, 2 tahun selama masa
18 Peningatan Kadar Debu
serta Sarana konstruksi
Prasarana
35
Deskripsi
No. Dampak Potensial Batas Waktu Kajian
Rencana Kegiatan
36
Deskripsi
No. Dampak Potensial Batas Waktu Kajian
Rencana Kegiatan
Kegiatan
5 Penurunan kualitas udara 20 tahun selama masa operasi
operasional pupuk
Peningkatan Debu
12 Penurunan kualitas udara 20 tahun selama masa operasi
dan Kebisingan
37
Deskripsi
No. Dampak Potensial Batas Waktu Kajian
Rencana Kegiatan
Fasilitas pelayanan
21 Penurunan Kualitas Air 20 tahun selama masa operasi
umum
38
BAB 2
39
menunjukkan adanya berbagai kemiringan tanah berkisar antara 0%-40% (curam)
dan ketinggian antara 0,75-348,00 mdpl. Kondisi tanah lereng Kota Semarang
dibagi menjadi 4 jenis kelerengan. Kecamatan Tembalang dan Kecamatan
Banyumanik berada pada keempat jenis kelerengan tanah.
3) Geologi
Kota Semarang dipengaruhi oleh keadaan alam yang membentuk struktur
kota geologi kota. Struktur geologi sebagian besar terdiri dari batuan beku yang
mempunyai ciri khas yaitu dalam bentuk perbukitan, dataran rendah dan daerah
pantai. Kondisi geologi Kota Semarang berdasarkan peta Geologi Lembar
Magelang-Semarang, susunan stratigrafi adalah sebagai berikut Aluvium, batuan
gunungapi Gajahmungkur, batuan gunungapi Kaligesik, formasi Jongkong,
formasi Damar, formasi Kaligetas, formasi Kalibeng, dan formasi Kerek.
2.1.2 Komponen Biologi
1) Flora darat
Wilayah studi yang menjadi lokasi pabrik tidak termasuk dalam kawasan
hutan lindung sehingga flora yang ada bukan merupakan jenis langka yang
dilindungi. Kegiatan pabrik tidak terlalu berpengaruh terhadap flora darat yang ada
di kawasan pabrik.
2) Fauna darat
Kawasan yang menjadi lokasi pabrik memiliki keragaman fauna yang sedikit
dan tidak ada jenis fauna yang dilindungi. Kegiatan pabrik tidak berpengaruh
terhadap fauna yang ada di wilayah tersebut.
2.1.3 Komponen Sosial Ekonomi dan Budaya
1) Kondisi kesehatan
2) Mata pencaharian
3) Pendapatan
4) Fasilitas perekonomian
5) Norma-norma
6) Pendidikan
40
2.2 Kegiatan Lain yang ada di Sekitar Lokasi Rencana
Kegiatan lain yang ada di sekitar lokasi pabrik PT PETROKIMIA SEMARANG
diantaranya:
1) Kegiatan perdagangan
2) Kegiatan lalu lintas
3) Kegiatan bersosialisasi
4) Pemukiman warga
41
BAB 3
3.1 Umum
Prakiraan dampak merupakan kajian cermat dan mendalam dari dampak potensial yang
dihasilkan dari proses pelingkupan. Pendekatan prakiraan dilakukan dengan berbagai metode
seperti analogi, matematis, serta teknik pertimbangan keahlian profesi (profesional
judgment). Adapun 7 (tujuh) kriteria dampak penting berpedoman pada Undang-undang No.
32 Tahun 2009 Pasal 22 ayat (2) dan Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2012 Pasal 3 ayat
(3) dengan kriteria sebagai berikut:
1. Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana kegiatan Dikatakan
penting apabila jumlah penduduk di wilayah studi yang terkena dampak negatif
namun tidak menikmati manfaat dari kegiatan tersebutsama atau lebih besar
daripada jumlah yang menikmati manfaat dari kegiatan tersebut.
2. Luas wilayah penyebaran dampak Dikatakan penting apabila wilayah yang
mengalami perubahan lingkungan mendasar cukup luas
3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung Dikatakan penting, apabila rencana
kegiatan akan menyebabkan perubahan mendasar pada beberapa hal sebagai
berikut :
a. Sifat fisik, sifat hayati yang melampaui baku mutu lingkungan
b. Komponen lingkungan hidup yang melampaui kriteria yang diakui
berdasarkan pertimbangan ilmiah
c. Spesies-spesies yang langka atau endemik atau yang dilindungi Undang
Undang karena terancam punah atau habitat alaminya mengalami kerusakan
d. Kawasan lindung (hutan lindung, cagar alam, taman nasional, suaka
margasatwa, dll) yang telah ditetapkan menurut undang-undang
e. Benda peninggalan sejarah yang bernilai tinggi
f. Konflik, kontroversi dengan masyarakat atau pemerintah daerah
42
g. Perubahan areal yang mempunyai keindahan alam yang tinggi h. Berapa lama
dampak akan berlangsung
4. Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak
Dikatakan penting apabila rencana kegiatan akan menimbulkan dampak sekunder
dan dampak lanjutan lainnya dimana jumlah komponennya lebih banyak atau sama
dengan komponen lingkungan yang terkena dampak primer.
5. Sifat kumulatif dampak Dikatakan penting, apabila :
a. Dampak terhadap lingkungan hidup berlangsung berulang kali dan terus
menerus, sehingga pada kurun waktu tertentu tidak dapat diasimilasi oleh
lingkungan alam atau sosial yang menerimanya
b. Beragam dampak terhadap lingkungan bertumpuk dalam suatu ruang tertentu,
sehingga tidak dapat diassimilasi oleh lingkungan alam atau sosial yang
menerimanya
c. Dampak lingkungan dari berbagai sumber kegiatan menimbulkan efek yang
saling memperkuat (sinergetik)
6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak Dikatakan penting, apabila perubahan
yang akan dialami oleh suatu komponen lingkungan tidak dapat dipulihkan
kembali walaupun dengan intervensi manusia
7. Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Dikatakan penting apabila teknologi yang tersedia tetapi mahal atau sukar
didapatkan atau bahkan belum ada teknologi yang dapat mengelola dampak tersebut.
Evaluasi dampak tersebut dianggap penting atau tidak dapat ditentukan berdasarkan
kriteria sebagai berikut :
1. Jika jumlah kriteria P (penting) > 3, maka prakiraan dampaknya adalah penting.
2. Jika jumlah kriteria P (penting) < 3, tetapi jika salah satu P merupakan kriteria jumlah
manusia yang terkena dampak, maka prakiraan dampak adalah penting.
3. Jika jumlah P < 3 dan bukan termasuk kriteria jumlah manusia yang terkena dampak,
maka prakiraan dampaknya menjadi tidak penting.
43
3.2 Tahap Pra Konstruksi
1. Sosialisasi Rencana Pembangunan
A. Keresahan Masyarakat
1) Besar Dampak
Keresahan masyarakat muncul disebabkan oleh kekhawatiran masyarakat
terhadap kemungkinan gangguan yang mungkin terjadi ketika kegiatan
dilaksanakan. Kekhawatiran ini akan berkembang ketika informasi yang
disampaikan dalam kegiatan sosialisasi kurang sesuai dengan harapan
masyarakat.
● Kondisi Lingkungan Tanpa Kegiatan
Kondisi lingkungan saat ini menggambarkan interaksi antara
masyarakat dengan pihak pembangun pabrik pupuk dan interaksi antar
individu di masyarakat di dalam dan di luar lokasi konstruksi.
Interaksi sosial ini dapat bersifat asosiatif maupun disasosiatif.
Sebelum kegiatan sosialisasi, hubungan masyarakat sekitar dengan
rumah sakit sangat baik. Berbagai masukan dari masyarakat sekitar
dapat disampaikan secara personal melalui pengelola maupun secara
formal melalui perangkat Kelurahan Keramas dan disampaikan
kepada pengelola konstruksi.
● Kondisi Lingkungan Tanpa Kegiatan
Sosialisasi dilakukan untuk menyampaikan rencana konstruksi pabrik
pupuk kepada masyarakat. Beberapa lahan akan dibongkar dna
dialihfungsikan, sebagian lainnya tetap seperti semula.Sosialisasi ini
menimbulkan beberapa kekhawatiran terutama terkait dengan proses
konstruksinya, diantaranya adalah kebisingan, getaran, serta debu
yang akan mengganggu. Terkait mobilisasi kendaraan besar serta
datangnya orang orang baru ke dalam lingkungan. Terkait dengan
kekhawatiran tersebut, masyarakat meminta pengelolaan yang baik
dari pihak pengelola, sehingga kebisingan, debu, dan getaran bisa
dikurangi. Pihak manajemen juga mengakomodasi dengan memilih
44
teknologi konstruksi yang tidak menimbulkan getaran. Selain itu,
pelindung debu akan dipasang untuk mencegah debu tersebar ke
wilayah lain. Apalagi pihak manajemen berkepentingan untuk
menjaga kenyamanan dan proses penyembuhan pasien tidak
terganggu selama masa konstruksi.
2) Sifat Penting Dampak
45
lainya seperti ekonomi, dan sosial
budaya yang lain
46
● Kondisi Lingkungan Dengan Kegiatan
Kegiatan survey tidak berpengaruh besar terhadap kondisi di lapangan
karena hanya meninjau lahan konstruksi yang akan digunakan dengan
tidak mengganggu kenyamanan dari masyarakat.
2) Sifat Penting Dampak
47
6 Berbalik atau tidak TP Dapat berbalik bila pemrakarsa segera
berbaliknya dampak menanganinya atau jika negosiasi
berhasil
48
3) Lamanya dampak berlangsung singkat (2)
4) Intensitas dampak tergolong ringan (2)
5) Sifat kumulatif dampak tidak ada (1)
6) Sifat dampak cepat berbalik (2)
7) Komponen lain yang terkena dampak tidak ada (1)
Berdasarkan kriteria tersebut, maka dikategorikan sebagai dampak negative
tidak penting (-2).
● Peningkatan Pendapatan
1) Jumlah manusia yang terkena dampak sangat sedikit (1)
2) Luas wilayah sebaran dampak di area sekitar Kegiatan dan tergolong
sempit (2)
3) Lamanya dampak berlangsung singkat (2)
4) Intensitas dampak tergolong ringan (2)
5) Sifat kumulatif dampak tidak ada (1)
6) Sifat dampak cepat berbalik (2)
7) Komponen lain yang terkena dampak tidak ada (1)
Berdasarkan kriteria tersebut, maka dikategorikan sebagai dampak positif
tidak penting (+2).
b) Komponen Kesehatan Masyarakat
● Penurunan Kesehatan
1) Jumlah manusia yang terkena dampak sedikit (2)
2) Luas wilayah sebaran dampak di area sekitar Kegiatan dan tergolong
sempit (2)
3) Lamanya dampak berlangsung singkat (2)
4) Intensitas dampak tergolong ringan (2)
5) Sifat kumulatif dampak tidak ada (1)
6) Sifat dampak cepat berbalik (2)
7) Komponen lain yang terkena dampak tidak ada (1)
Berdasarkan kriteria tersebut, maka dikategorikan sebagai dampak negative
tidak penting (-2).
49
● Tingkat resiko kerja
1) Jumlah manusia yang terkena dampak sedikit (2)
2) Luas wilayah sebaran dampak di area sekitar Kegiatan dan tergolong
sempit (2)
3) Lamanya dampak berlangsung singkat (2)
4) Intensitas dampak tergolong ringan (2)
5) Sifat kumulatif dampak tidak ada (1)
6) Sifat dampak cepat berbalik (2)
7) Komponen lain yang terkena dampak tidak ada (1)
Berdasarkan kriteria tersebut, maka dikategorikan sebagai dampak negative
tidak penting (-2).
c) Komponen Geo Fisik Kimia
● Peningkatan Kemacetan Lalu Lintas
1) Jumlah manusia yang terkena dampak sedang (3)
2) Luas wilayah sebaran dampak di area sekitar Kegiatan dan tergolong
sedang (3)
3) Lamanya dampak berlangsung singkat (2)
4) Intensitas dampak tergolong ringan (2)
5) Sifat kumulatif dampak kumulatif lama (2)
6) Sifat dampak berbalik sedang (3)
7) Komponen lain yang terkena dampak adalah sedikit komponen (2)
Berdasarkan kriteria tersebut, maka dikategorikan sebagai dampak negative
penting (-3).
2. Mobilisasi Peralatan dan Material
a) Komponen Sosial Ekonomi Budaya
● Keresahan Masyarakat
1) Jumlah manusia yang terkena dampak sedikit (2)
2) Luas wilayah sebaran dampak di area sekitar Kegiatan dan tergolong
sempit (2)
3) Lamanya dampak berlangsung singkat (2)
50
4) Intensitas dampak tergolong ringan (2)
5) Sifat kumulatif dampak tidak ada (1)
6) Sifat dampak cepat berbalik (2)
7) Komponen lain yang terkena dampak tidak ada (1)
Berdasarkan kriteria tersebut, maka dikategorikan sebagai dampak
negative tidak penting (-2).
● Kerusakan Jalan
1) Jumlah manusia yang terkena dampak sedikit (2)
2) Luas wilayah sebaran dampak di area sekitar Kegiatan dan tergolong
sempit (2)
3) Lamanya dampak berlangsung singkat (2)
4) Intensitas dampak tergolong ringan (2)
5) Sifat kumulatif dampak tidak ada (1)
6) Sifat dampak cepat berbalik (2)
7) Komponen lain yang terkena dampak tidak ada (1)
Berdasarkan kriteria tersebut, maka dikategorikan sebagai dampak
negative tidak penting (-2).
b) Komponen Kesehatan Masyarakat
● Penurunan Kesehatan
1) Jumlah manusia yang terkena dampak sedikit (2)
2) Luas wilayah sebaran dampak di area sekitar Kegiatan dan
tergolong sempit (2)
3) Lamanya dampak berlangsung singkat (2)
4) Intensitas dampak tergolong ringan (2)
5) Sifat kumulatif dampak tidak ada (1)
6) Sifat dampak cepat berbalik (2)
7) Komponen lain yang terkena dampak tidak ada (1)
Berdasarkan kriteria tersebut, maka dikategorikan sebagai dampak
negative tidak penting (-2).
● Penurunan Sanitasi lingkungan
51
1) Jumlah manusia yang terkena dampak sedikit (2)
2) Luas wilayah sebaran dampak di area sekitar Kegiatan dan
tergolong sempit (2)
3) Lamanya dampak berlangsung singkat (2)
4) Intensitas dampak tergolong sedang (3)
5) Sifat kumulatif dampak lama (2)
6) Sifat dampak cepat berbalik (2)
7) Komponen lain yang terkena dampak adalah sedikit komponen (2)
Berdasarkan kriteria tersebut, maka dikategorikan sebagai dampak
negative penting (-3).
c) Komponen Geo Fisik Kimia
3. Demobilisasi Peralatan
a) Komponen Sosial Ekonomi Budaya
● Keresahan Masyarakat
1) Jumlah manusia yang terkena dampak sedikit (2)
2) Luas wilayah sebaran dampak di area sekitar Kegiatan dan
tergolong sempit (2)
3) Lamanya dampak berlangsung singkat (2)
4) Intensitas dampak tergolong ringan (2)
5) Sifat kumulatif dampak tidak ada (1)
6) Sifat dampak cepat berbalik (2)
7) Komponen lain yang terkena dampak tidak ada (1)
Berdasarkan kriteria tersebut, maka dikategorikan sebagai dampak
negative tidak penting (-2).
b) Komponen Geo Fisik Kimia
● Peningkatan Kebisingan
1) Jumlah manusia yang terkena dampak sedang (3)
2) Luas wilayah sebaran dampak di area sekitar Kegiatan dan
tergolong sedang (3)
3) Lamanya dampak berlangsung sedang (3)
52
4) Intensitas dampak tergolong sedang (3)
5) Sifat kumulatif dampak kumulatif lama (2)
6) Sifat dampak cepat berbalik (2)
7) Komponen lain yang terkena dampak tidak ada (1)
Berdasarkan kriteria tersebut, maka dikategorikan sebagai dampak
negative penting (-3).
● Penurunan Kualitas Udara
1) Jumlah manusia yang terkena dampak sedang (3)
2) Luas wilayah sebaran dampak di area sekitar Kegiatan dan
tergolong sedang (3)
3) Lamanya dampak berlangsung sedang (3)
4) Intensitas dampak tergolong sedang (3)
5) Sifat kumulatif dampak kumulatif lama (2)
6) Sifat dampak cepat berbalik (2)
7) Komponen lain yang terkena dampak tidak ada (1)
Berdasarkan kriteria tersebut, maka dikategorikan sebagai dampak
negative penting (-3).
● Peningkatan Kemacetan Lalu Lintas
1) Jumlah manusia yang terkena dampak sedang (3)
2) Luas wilayah sebaran dampak di area sekitar Kegiatan dan
tergolong sedang (3)
3) Lamanya dampak berlangsung singkat (2)
4) Intensitas dampak tergolong ringan (2)
5) Sifat kumulatif dampak kumulatif lama (2)
6) Sifat dampak berbalik sedang (3)
7) Komponen lain yang terkena dampak adalah sedikit komponen (2)
Berdasarkan kriteria tersebut, maka dikategorikan sebagai dampak
negative penting (-3).
● Kerusakan Jalan
1) Jumlah manusia yang terkena dampak sedikit (2)
53
2) Luas wilayah sebaran dampak di area sekitar Kegiatan dan
tergolong sempit (2)
3) Lamanya dampak berlangsung singkat (2)
4) Intensitas dampak tergolong ringan (2)
5) Sifat kumulatif dampak tidak ada (1)
6) Sifat dampak cepat berbalik (2)
7) Komponen lain yang terkena dampak tidak ada (1)
Berdasarkan kriteria tersebut, maka dikategorikan sebagai dampak
negative tidak penting (-2).
54
7) Komponen lain yang terkena dampak tidak ada (1)
Berdasarkan kriteria tersebut, maka dikategorikan sebagai dampak positif
tidak penting (+2).
b) Komponen Geo Fisik Kimia
● Peningkatan Kebisingan
1) Jumlah manusia yang terkena dampak sedang (3)
2) Luas wilayah sebaran dampak di area sekitar Kegiatan dan tergolong
sedang (3)
3) Lamanya dampak berlangsung sedang (3)
4) Intensitas dampak tergolong sedang (3)
5) Sifat kumulatif dampak kumulatif lama (2)
6) Sifat dampak cepat berbalik (2)
7) Komponen lain yang terkena dampak tidak ada (1)
Berdasarkan kriteria tersebut, maka dikategorikan sebagai dampak negative
penting (-3).
● Penurunan Kualitas Air Tanah
1) Jumlah manusia yang terkena dampak sedang (3)
2) Luas wilayah sebaran dampak di area sekitar Kegiatan dan tergolong
sedang (3)
3) Lamanya dampak berlangsung singkat (2)
4) Intensitas dampak tergolong ringan (2)
5) Sifat kumulatif dampak kumulatif lama (2)
6) Sifat dampak berbalik sedang (3)
7) Komponen lain yang terkena dampak adalah sedikit komponen (2)
Berdasarkan kriteria tersebut, maka dikategorikan sebagai dampak negative
penting (-3)
55
BAB 4
56
c) Apakah ada kekhawatiran masyarakat yang tinggi tentang komponen
lingkungan tersebut? Hal ini dapat dilihat dari hasil
konsultasi/sosialisasi dengan masyarakat
d) Apakah ada aturan atau kebijakan yang akan dilanggar dan atau
dilampaui oleh dampak tersebut? Hal ini dapat dijawab dengan
mempelajari peraturan-peraturan yang menetapkan baku mutu
lingkungan, baku mutu emisi/limbah, tata-ruang, dan sebagainya.
e) Dengan pertimbangan lain adanya dampak yang pengelolaanya sudah
menjadi bagian dari rencana kegiatan.
Teknik yang digunakan dalam evaluasi dampak potensial pada kegiatan ANDAL
Rencana. Pembangunan Industri Pupuk oleh PT Petrokimia Semarang ini adalah
dengan menggunakan kombinasi kriteria evaluasi pada poin 2 dan poin 3. Setaip
dampak potensial dipilah menggunakan 4 pertanyaan diatas. Jika salah satu pertanyaan
dijawab dengan ‘ya’, maka dampak potensial tersebut termasuk DPH yang akan dikaji
dalam ANDAL. DPH kemudian diklasifikasikan menjadi DPH yang terkelola dan
tidak terkelola, terkelola adalah dampak yang pengelolaanya sudah menjadi bagian
dari rencana kegiatan yang akan dibahas juga dalam ANDAL. Sebaiknya jika seluruh
pertanyaan menghasilkan jawaban ‘tidak’, maka dampak itu dapat dieliminasi dan
tidak perlu dikaji dalam ANDAL tetapi bisa dibahas pada dokumen RKL RPL jika
memang diperlukan dalam upaya pengelolaan dan pemantauan.
1.
Permen LH No. 16 Tahun 2009, Lampiran I, hal.7.
2.
Deputi Bidang Tata Lingkungan – Kementerian Negara Lingkungan Hidup,
Panduan Pelingkupan dalan ANDAL (Jakarta, 2007), hal 43.
57
Tabel Evaluasi Dampak Potensial Menjadi Dampak Penting Holistik
58
59
60
61
62
63
Hasil dari Tabel evaluasi dampak potensial menjadi DPH di atas dapat dijabarkan sebagai
berikut :
64
Perubahan fungsi lahan seluas 30 Ha dari sawah dan tegalan menjadi lahan pabrik
pupuk dan akses jalan akibat kegiatan pengadaan tanah dapat mengancam
keutuhan ekosistem. Selain itu, hal ini dapat mengurangi daerah resapan air.
Dampak tersebut menjadi kekhawatiran masyarakat, beban kerusakan komponen
lingkungan tersebut juga cukup tinggi, serta mengancam hasil pendapatan
masyarakat yang semula berasal dari hasil pertanian. Sehingga dalam ANDAL,
komponen lingkungan ini tergolong dampak penting Holistik dan perlu dikaji
dalam dokumen ANDAL.
4. Pengurangan Produksi Pertanian
Pengurangan produksi pertanian akibat kegiatan pengadaan tanah untuk kegiatan
pembangunan dari lahan seluas 30 Ha yang didominasi oleh sawah dan tegalan
akan mempengaruhi kebutuhan masyarakat sekitar wilayah proyek. Pengurangan
produksi pertanian ini akan menimbulkan kekhawatiran dari masyarakat karena
telah kehilangan lapangan pekerjaannya sebagai petani. Namun hal ini dapat
diantisipasi dengan adanya sosialisasi kepada masyarakat tentang akan
diadakannya rekruitmen pekerja sesuai SOP yang ada sehingga masyarakat yang
kehilangan pekerjaan bisa mendapatkan pekerjaan yang baru serta untuk
kebutuhan masyarakat yang berupa hasil pertanian dapat ditunjang dari desa
lainnya. Sehingga komponen lingkungan ini tergolong kedalam dampak tidak
penting Holistik dan tidak dikaji dalam dokumen ANDAL.
5. Perubahan Flora dan Fauna Endemik.
Perubahan flora dan fauna ini disebabkan karena adanya kegiatan pengadaan
lahan yang semula merupakan lahan pertanian menjadi lahan pabrik agroindustri.
Fauna seperti ular, tikus dan burung akan mulai hilang sebab habitatnya akan
terganti, begitu pula dengan flora yang ada seperti tanaman padi. Sehingga hal ini
juga akan berpengaruh terhadap rantai makanan di sawah. Maka komponen
lingkungan ini tergolong kedalam dampak penting Holistik terkelola dan akan
dikaji dalam dokumen ANDAL.
65
B. TAHAP KONSTRUKSI
1. Penurunan Tingkat Pengangguran
Kegiatan pembangunan fisik pada tahap konstruksi membuka peluang yang cukup
besar terhadap adanya rekruitmen tenaga kerja, pembangunan fisik gedung, jalan
serta sarana dan prasarana yang berdampak terhadap penurunan tingkat
pengangguran. Dampak penurunan tingkat pengangguran tentunya menjadi
dampak yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat luas khususnya di
masyarakat luas khususnya di masyarakat di sekitar tapak proyek. Berdasarkan
data Malangtimes (2018) menyebutkan bahwa jumlah warga Kabupaten Malang
yang pencari kerja pada tahun 2017 tercatat sebesar 31.933 jiwa, sehingga dengan
adanya pembangunan proyek ini akan berpengaruh terhadap penurunan tingkat
pengangguran yang berada disekitar Desa Ngijo dan desa-desa sekitarnya. Sifat
dampak yang berkaitan dengan kepentingan hidup sehari-hari masyarakat dapat
disimpulkan menjadi dampak penting Holistik dan akan dikaji dalam dokumen
ANDAL.
2. Keresahan Masyarakat
Keresahan masyarakat dalam kegiatan mobilisasi tenaga kerja, bahan dan
peralatan dan kegiatan pembangunan fisik gedung, jalan serta sarana dan
prasarana dapat terjadi apabila adanya perubahan kondisi lingkungan yang tidak
sesuai dengan kebiasaan masyarakat disekitar lokasi proyek saat konstruksi
pembangunan dilaksanakan sehingga termasuk kedalam dampak penting Holistik
dan dikaji dalam ANDAL.
3. Kenyamanan Lingkungan
Kenyamanan lingkungan berpotensi menimbulkan dampak dari aktivitas base
camp karena adanya perubahan kondisi lingkungan yang diperkirakan tidak sesuai
dengan tata letak lokasi dibangunnya basecamp. Penggunaan lahan yang semula
sebagai peruntukan sawah dan tegalan akan sangat berbeda apabila diletakkan
basecamp tenaga kerja. Sedangkan tata letak basecamp yang tidak sesuai akan
menjadikan tingkat keindahan wilayah menjadi berkurang. Berdasarkan Peta
Penggunaan Lahan Eksisting Kabupaten Malang, wilayah di sekitar tapak proyek
digunakan sebagai lahan Hutan Produksi, Sawah dan Tegalan. Sedangkan
66
berdasarkan peta rencana pola ruang Kabupaten Malang hanya sebagian wilayah
yang digunakan sebagai area pertambangan. Dampak kenyamanan lingkungan
bersifat sementara dan tidak menjadi kekhawatiran tinggi oleh masyarakat, selain
itu dampak tersebut tidak dalam kondisi beban kerusakan yang tinggi sehingga
termasuk dampak tidak penting Holistik dan tidak akan dikaji dalam ANDAL.
4. Peningkatan Kadar Debu dan Peningkatan Kebisingan
Peningkatan debu dan kebisingan akibat mobilisasi tenaga kerja, bahan dan
peralatan berpengaruh terhadap kehidupan sehari-hari masyarakat disekitar
proyek tersebut. Penurunan kualitas udara dan kebisingan akan mengganggu
tingkat kenyamanan lingkungan, kualitas udara yang menurun (kadar debu
meningkat) tentunya akan membawa dampak penyakit. Perubahan terhadap
kualitas udara (debu dan kebisingan) harus dikaji secara mendalam antara
sebelum adanya pembangunan dan setelah pembangunan dengan tujuan untuk
mengetahui seberapa jauh penurunan kualitas udara sebagai dampak adanya
pembangunan. Sehingga dampak penurunan kualitas udara akibat mobilisasi
tenaga kerja, bahan dan peralatan menjadi dampak penting Holistik yang dikaji
dalam ANDAL. Penurunan kualitas udara akibat persiapan lahan pada tapak
proyek, pembangunan fisik gedung jalan serta sarana dan prasarana perlu
dilakukan upaya mitigasi. Perataan lahan dengan luasan 30 Ha akan membawa
sebaran debu dan tingkat kebisingan oleh pealatan yang digunakan. Kadar debu
dan kebisingan dalam tingkat tinggi menjadi kekhawatiran masyarakat. Selain itu,
lahan yang digunakan sebagai lokasi pembangunan agroindustri pupuk membawa
dampak terhadap peningkatan kadar debu dan hal ini merupakan peranan penting
untuk kehidupan masyarakat serta masyarakat memiliki tingkat kekhawatiran
terhadap penurunan kesehatan masyarakat. Kegiatan pembangunan fisik memacu
untuk peningkatan kebisingan dengan datangnya peralatan berat yang digunakan
serta datangnya material gedung akan meningkatkan kadar debu yang bersebaran
maka pembuatan jalan juga mengakibatkan penurunan kualitas udara, persebaran
debu, aroma aspal dapat mengganggu kehidupan masyarakat yang berada
disekitar lokasi proyek. Sehingga menjadi dampak penting Holistik dan dikaji
dalam ANDAL.
67
a. Perubahan Tutupan Lahan
Perubahan tutupan lahan pada tahap konstruksi akan berdampak pada perubahan
ekosismtem yang dapat menyebabkan hilangnya beberapa vegetasi lahan yang
diakibatkan oleh kegiatan mobilisasi tenaga kerja, bahan, dan peralatan, serta
persiapan lahan pada tapak proyek. Jenis flora dan fauna di lokasi tapak proyek
dan sekitarnya tidak termasuk dalam jenis yang langka dan harus dilindungi,
sehingga menjadi dampak tidak penting Holistik dan tidak dikaji dalam
ANDAL.
b. Kepadatan Lalu Lintas
Peningkatan tingkat kepadatan lalu lintas diperkirakan akan terjadi selama
proses konstruksi akibat penambahan jumlah kendaraan yang melintasi jalan
disekitar tapak proyek oleh kegiatan mobilisasi tenaga kerja, bahan dan
peralatan, pembangunan fisik gedung, jalan serta sarana dan prasarana. Dengan
adanya penyerapan tenaga kerja sebanyak 350 orang maka berpotensi
meningkatkan kepadatan lalu lintas namun dilokasi pembanungan industri
beban kepadatan lalu lintas tergolong rendah sehingga termasuk dampak tidak
penting Holistik dan tidak dikaji dalam dokumen ANDAL. Data Badan Pusat
Statistik Kabupaten Malang mencatat bahwa jumlah kendaraan yang ada di
Kabupaten Malang sebanyak 90.549 unit dengan kategori mobil umum dan
bukan mobil umum (Dinas Pendapatan Provinsi Jawa Timur UPT Malang,
2018).
c. Kegiatan Ekonomi Lokal
Dampak kegiatan pembangunan fisik gedung, jalan serta sarana dan prasarana
dapat meningkatkan perekonomian lokal masyarakat namun belum ada
informasi dari pemrakarsa apakah unit bisnis dikelola oleh pihak industri atau
masyarakat. Selain itu belum adanya alokasi daerah untuk masyarakat sekitar
mendirikan usaha disekitar tapak proyek, artinya bahwa besar harapan
masyarakat untuk dapat mendirikan usaha disekitar proyek untuk dapat
meningkatkan perekonomian lokal. Dengan dibangunnya gedung fisik akan
berpotensi meningkatkan kegiatan ekonomi yang menyebabkan keinginan
masyarakat untuk berusaha menjadi lebih tinggi karena ada indikasi kegiatan
68
akan dilakukan di wilayahnya. Dapat disimpulkan bahwa dampak kegiatan
pembangunan fisik gedung dan sarana pra sarana merupakan dampak penting
Holistik dan dikaji dalam ANDAL.
d. Erosi
Kegiatan pembangunan fisik gedung, jalan serta sarana dan prasarana memaksa
adanya perubahan penggunaan lahan yang tentunya akan mempengaruhi
kemampuan area tersebut dalam menahan laju erosi. Kondisi area pembangunan
industri tidak berada pada kondisi kemiringan curam sehingga perubahan
penggunaan lahan tidak menyebabkan perubahan laju erosi yang signifikan.
Oleh karena itu dampak erosi maka dampak ini dijadikan sebagai dampak tidak
penting Holistik dan tidak dikaji dalam dokumen ANDAL.
e. Penurunan Kuantitas/Kualitas Air
Penurunan kualitas air cenderung karena adanya pemakaian air secara besar oleh
kegiatan pembangunan fisik, gedung, jalan serta sarana dan prasarana sampai
kegiatan operasional agroindustri, sedangkan dampak penurunan kualitas air
diakibatkan oleh pembuangan limbah pada kegiatan operasional agroindustri
pupuk. Dampak penurunan kuantitas/kualitas air sangat berhubungan erat
dengan kehidupan masyarakat sehari-hari dan menjadi dampak dengan
kekhawatiran tinggi akan timbul, sehingga dampak penurunan kuantitas dan
kualitas air menjadi dampak penting Holistik dan akan dikaji dalam ANDAL.
f. Perubahan Persepsi dan Sikap Masyarakat
Perubahan persepsi dan sikap pada tahap pasca operasi sangat menentukan
respon akhir dari kegiatan pembangunan pabrik agroindustri pupuk oleh PT.
Petrokimia Malang, pada kegiatan sosialisasi perubahan persepsi dan sikap
masyarakat menjadi dampak penting Holistik karena perubahan persepsi dan
sikap masyarakat pada kegiatan sosialisasi menjadi cikal bakal respon
masyarakat untuk kegiatan pasca operasi selanjutnya. Berdasarkan kondisi
diatas maka dampak penting Holistik dan dikaji dalam dokumen ANDAL.
Adanya aktivitas basecamp merupakan dampak sekunder dan tidak ada
kekhawatiran tinggi dari masyarakat. Adanya kegiatan monilisasi tenaga kerja, bahan dan
peralatan merupakan dampak tersier yang tergantung dari dampak primer dan sekunder
69
dengan adanya penanganan terhadap dampak kualitas udara. Dampak ini muncul dan relatif
sedikit sehingga menjadi dampak tidak penting Holistik dan tidak dikaji dalam ANDAL.
Kegiatan persiapan lahan tapak proyek, pembangunan fisik, gedung, jalan serta
sarana dan prasarana, demobilisasi tenaga kerja, bahan dan peralatan dapat mempengaruhi
pola kehidupan masyarakat dan berpotensi terhadap timbulnya pelanggaran sosial.
Perubahan persepsi dan sikap
1. Kenyamanan Lingkungan
Kenyamanan lingkungan berpotensi terganggu pada kegiatan aktivitas
basecamp, pembangunan fisik, gedung, jalan serta sarana dan prasarana karena
adanya perubahan kondisi lingkungan yang diperkirakan tidak sesuai dengan
tata letak lokasi. Namun, dalam kegiatan tersebut sudah ada penanganan
terhadap dampak perubahan kualitas udara, kenyamanan yang mungkin
terganggu adalah peletakan peralatan dan bahan bangunan sehingga menjadi
dampak tidak penting Holistik yang tidak akan dikaji dalam ANDAL.
2. Perubahan Tingkat Pengangguran
Kebutuhan tenaga kerja pada kegiatan demobilisasi tenaga kerja, bahan
dan peralatan berdampak pada perubahan tingkat pengangguran. Namun,
perubahan tingkat pengangguran yang tidak signifikan menyebabkan dampak
tingkat pengangguran tidak menjadi dampak tidak penting Holistik dan tidak
dibahas dalam dokumen ANDAL karena telah terdapat pada SOP perekrutan
tenaga kerja.
3. Perubahan Tutupan Lahan
Dampak perubahan tutupan lahan dari kegiatan mobilisasi tenaga kerja,
bahan dan peralatan, persiapan lahan pada tapak proyek, tidak menjadi dampak
tidak penting Holistik dikarenakan jenis perubahan lahan berupa sawah
pertanian ke pemukiman yang mana komoditas yang ditanam bukan
merupakan komoditas utama. Oleh karena itu dampak perubahan tutupan lahan
merupakan dampak tidak penting sehingga tidak perlu dikaji dalam dokumen
ANDAL.
70
4. Kepadatan Lalu Lintas
Peningkatan tigkat kepadatan lalu lintas diperkirakan akan terjadi
selama proses konstruksi akibat penambahan jumlah kendaraan yang melintasi
jalan disekitar tapak proyek oleh kegiatan mobilisasi tenaga kerja, bahan dan
peralatan, pembangunan fisik gedung, jalan serta sarana dan prasarana. Dengan
adanya penyerapan tenaga kerja maka berpotensi meningkatkan kepadatan lalu
lintas namun dilokasi pembangunan industri beban kepadatan lalu lintas
kendaraan yang ada adalah sebanyak 5.000 unit dengan kategori mobil umum
dan bukan mobil pribadi.
5. Erosi
Kegiatan pembangunan fisik gedung jalan serta sarana dan prasarana
memaksa adanya perubahan penggunaan lahan yang tentunya akan
mempengaruhi kemampuan area tersebut dalam menahan laju erosi. Kondisi
area pembangunan tidak berada pada kondisi kemiringan curam sehingga
perubahan penggunaan lahan tidakmenyebabkan perubahan laju erosi yang
signifikan. Oleh karena itu dampak erosi merupakan dampak tidak penting
Holistik dan tidak dikaji dalam ANDAL.
D. PASCA OPERASI
1. Perubahan Tingkat Pengangguran
Pelepasan tenaga kerja berdampak pada peningkatan pengangguran,
namun diperkirakan dampak ini tidak dalam jumlah besar dan dengan adanya
rencana pemrakarsa tentang pemanfaatankembali tenaga kerja untuk
mereklamasi lahan. Kegiatan pelepasan tenaga kerja tidak mempengaruhi
tingkat jumlah pengangguran karena jumlah tenaga kerja operasi relatif sedikit,
untuk waktu operasi relatif lama sehingga dampak ini tidak terlalu mendesak
untuk dikelola. Berdasarkan kondisi tersebut disimpulkan bahwa dampak
tingkat pengangguran menjadi dampak tidak penting Holistik dan tidak dikaji
dalam dokumen ANDAL.
2. Keresahan Masyarakat
71
Kegaiatan alih fungsi lahan dapat berdampak pada keresahan
masyarakat di tahap pasca operasi ini. Kegiatan tersebut menimbulkan
keresahan masyarakat terutama kejelasan rencana tentang pemanfaatan
bangunan industri dan pemanfaatan lahan pasca industri. Mitigasi perlu
dilakukan untuk mengatasi hal tersebut. Dampak ini diperkirakan tidak
muncul apabila dilakukan sosialisasi pada kegiatan pasca operasi dan rencana
pemanfaatan kembali bangunan serta lahan pasca industri. Berdasarkan
kondisi
3. Perubahan Persepsi dan Sikap Masyarakat
Perubahan persepsi dan sikap pada tahap pasca operasi sangat
menentukan respon akhir dari kegiatan pembangunan pupuk oleh PT.
Petrokimia Malang, pada kegiatan pelepasan tenaga kerja dapat
menimbulkan perubahan persepsi dan sikap masyarakat karena respon
masyarakat untuk kegiatan pasca operasi selanjutnya. Dengan berhentinya
kegiatan tentunya pasti ada pelepasan tenaga kerja, diperkirakan dampak ini
tidak muncul dalam kadar besar. Berdasarkan Kondisi diatas maka dampak-
dampak perubahan persepsi dan sikap masyarakat menjadi dampak tidak
penting Holistik dan tidak dikaji dalam dokumen ANDAL
Kegiatan alih fungsi lahan dapat menimbulkan perubahan persepsi dan
sikap masyarakat karena respon negative masyarakat untuk kegiatan pasca
operasi. Selanjutnya kegiatan alih fungsi lahan merupakan dampak sekunder,
tergantung dari pengelolaan dampak keresahan masyarakat, apabila
pengelolaan benar maka perubahan persepsi dan sikap cenderung positif.
Berdasarkan kondisi diatas maka dampak perubahan persepsi dan sikap
masyarakat menjadi dampak tidak penting Holistik dan tidak dikaji dalam
dokumen ANDAL.
72
DOKUMEN RKL - RPL
RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN – RENCANA
PEMANTAUAN LINGKUNGAN
"PABRIK PUPUK PT. PETROKIMIA SEMARANG”
Oleh :
Penulisan laporan ini telah diusahakan semaksimal mungkin, namun kami juga
menyadari bahwa laporan ini tentu masih terdapat kekurangan didalamnya. Untuk itu, kritik,
saran dan masukan yang membangun akan kami terima dan akan sangat membantu untuk
menyempurnakan kembali laporan ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR TABEL
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Pelaksanaan
Berdasarkan prakiraan dan evaluasi dampak penting maka disusun rencana tindak lanjut
dalam bentuk RKL (Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup) dan RPL (Rencana
Pemantauan Lingkungan Hidup) dalam satu kesatuan laporan. Adapun maksud penyusunan
RKL dan RPL tersebut adalah sebagai berikut :
1.1.1 Maksud
Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) merupakan rencana tindak lanjut untuk
mengelola dampak penting yang ditimbulkan oleh aktivitas proyek, sedangkan rencana
Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) merupakan piranti untuk memantau hasil pengelolaan
lingkungan tersebut. Dengan demikian penyusunan RKL dan RPL ini dimaksudkan untuk :
● Menyusun rencana pengelolaan dampak penting agar dampak yang ditimbulkan proyek
dapat memenuhi ketentuan baku mutu lingkungan dan meminimalisasi kerusakan
lingkungan sehingga dapat menghindari kemungkinan timbulnya dampak penting yang
akan dapat berkembang menjadi isu lingkungan atau isu sosial yang merugikan berbagai
pihak yang berkepentingan.
● Menyusun rencana pemantauan dampak penting guna mengetahui efektivitas hasil
pengelolaan lingkungan sehingga dapat menjadi dasar evaluasi dan penyusunan rencana
tindak lanjut untuk menyempurnakan pengelolaan lingkungan secara terus menerus.
Dengan adanya RKL dan RPL ini maka setiap dampak penting yang ditimbulkan oleh
kegiatan dapat terkendali dan teredam hingga tidak berkembang menjadi isu lingkungan
regional, nasional atau bahkan menjadi isu lingkungan internasional.
1.2 Tujuan
Maksud penyusunan RKL-RPL adalah mengendalikan dampak penting agar sesuai
dengan norma, standar, prosedur, dan kriteria yang berlaku oleh karena itu sesuai dengan
maksud penyusunan RKL dan RPL Maka tujuan penyusunan rencana pengelolaan dan
pemantauan lingkungan hidup tersebut adalah sebagai berikut :
● Mendorong dan menjaga manfaat positif kegiatan pada manusia dan lingkungan.
1
● Memberikan rekomendasi mengenai hal-hal yang harus diperhatikan guna
mengoptimalkan dampak positif dan mengatasi dampak negatif yang mungkin timbul
dari rencana kegiatan dan saran tindak dalam pengelolaan dan pemantauan lingkungan
akibat pelaksanaan kegiatan.
● Mengkaji berbagai dampak yang muncul akibat kegiatan.
● Memberi informasi kepada seluruh stakeholder tentang rencana kegiatan yang akan
dilakukan, dampak yang ditimbulkan serta merumuskan tindakan pengelolaan dan
pemantauan dampak yang mungkin timbul akibat kegiatan ini.
● Mengelola lingkungan secara terpadu dengan menyediakan dana sesuai kebutuhan
pengelolaan lingkungan dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan sesuai
dengan norma, standar, prosedur dan kriteria yang berlaku
● Memantau dampak negatif penting dari kegiatan proyek guna memastikan bahwa
pelaksanaan pengelolaan lingkungan telah sesuai dengan standar baku mutu lingkungan
yang ditetapkan oleh pemerintah.
● Menyampaikan informasi hasil pemantauan lingkungan proyek kepada para pemangku
kepentingan sebagai bahan acuan untuk evaluasi dan pengambilan keputusan serta
rencana tindak lanjut terhadap pengelolaan lingkungan.
Dengan demikian pengelolaan dampak penting akibat kegiatan maupun pengelolaan dampak
yang sudah direncanakan (mitigated impact) senantiasa terpantau dan terkendali sehingga
dapat memenuhi ketentuan baku mutu lingkungan yang dipersyaratkan oleh pemerintah.
2
potensi bahaya sehingga bahaya dapat dicegah dan diminimalisasi untuk mengurangi
kecelakaan serta meningkatkan kepatuhan kerja. Kebijakan perusahaan didasarkan pada
prinsip-prinsip dasar sebagai berikut:
● Mematuhi, meninjau operasi dan menilai potensi terhadap ancaman keselamatan
kerja, risiko kesehatan dan mencegah kerusakan lingkungan dengan cara
melaksanakan rencana untuk mengelola risiko tersebut secara bijaksana.
● Memiliki komitmen untuk secara efektif meminimalisasi dampak potensial terhadap
operasi perusahaan pada program K3LL dengan cara mengelola potensi bahaya,
pencegahan kecelakaan, mengurangi limbah, emisi dan pembuangan dan dengan
menggunakan energi secara efisien.
3
berkelanjutan sehingga dapat menjadi bahan acuan untuk evaluasi dan penyempurnaan RKL.
Adapun kegunaan dilaksanakannya RKL-RPL bagi para pemangku kepentingan
(stakeholders) adalah sebagai berikut:
4
kehidupan masyarakat. Oleh karena itu dengan pelaksanaan RKL-RPL yang baik dan
konsisten secara terus menerus dapat memberikan manfaat bagi pemerintah sebagai berikut:
● Sebagai alat kendali pemerintah dalam upaya pengelolaan lingkungan proyek
terutama sebagai bagian dari upaya melaksanakan pengelolaan lingkungan sehingga
tercipta suasana lingkungan yang nyaman bagi masyarakat di sekitar proyek.
● Mendapatkan informasi lingkungan yang lengkap yang dapat menjadi alat kendali
pemerintah dalam upaya pengelolaan lingkungan proyek terutama sebagai bagian
dari upaya melaksanakan pengelolaan lingkungan kawasan sehingga tercipta suasana
lingkungan yang nyaman bagi masyarakat di sekitar proyek.
● Mendapatkan informasi lingkungan yang lengkap yang dapat menjadi acuan
penyusunan perencanaan pembangunan daerah dan penataan tata ruang kawasan
dengan memperhatikan daya dukung lingkungan kawasan, sehingga selain
mendapatkan manfaat ekonomi, tetapi juga mendapatkan tata kehidupan masyarakat
yang serasi dengan lingkungan hidupnya.
Pemerintah daerah tetap dapat menyelenggarakan fungsi pemerintahan dan pembangunan
secara optimal, yang menjamin keamanan, keselamatan dan kenyamanan masyarakat di Kota
Semarang.
5
keselamatan, kenyaman dan kualitas lingkungan hidupnya untuk dapat melaksanakan
kehidupannya sehari-hari dalam suasana nyaman.
● Mendapatkan informasi yang lengkap tentang sistem pengelolaan CSR yang
melibatkan perusahaan, masyarakat dan pemerintah, sehingga masyarakat merasa
mendapatkan perhatian dari proyek dan sekaligus memperoleh harapan kehidupan
yang lebih baik.
6
BAB II
RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (RKL)
7
Tabel 2. 1. Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL)
Dampak
Indikator Keberhasilan Pengelolaan Bentuk Pengelolaan Lokasi Pengelolaan Periode Pengelolaan Institusi Pengelolaan
No Lingkungan yang Sumber Dampak
Lingkungan Hidup Lingkungan Hidup Lingkungan Hidup Lingkungan Hidup Lingkungan Hidup
Dikelola
Tahap Prakonstruksi
1. Melakukan identifikasi
kepemilikan lahan yang akan
akan dibebaskan.
2. Melakukan pembebasan
lahan kepada pemilik lahan
1. Instansi Pelaksana
secara langsung melalui proses
Tidak terjadi penolakan dan protes dari negosiasi dengan membayar
2. Instansi Pengawas:
masyarakat sekitar lokasi rencana kompensasi
Pembebasan lahan Kelurahan Kramas, Selama tahap pra- Dinas Lingkungan
Perubahan Persepsi kegiatan terhadap kegiatan investigasi 3. Menindaklanjuti aspirasi
1 Penerimaan tenaga kecamatan Tembalang, konstruksi yaitu Hidup
Masyarakat pendahuluan, sehingga berkurangnya masyarakat adat terkait dengan
kerja Semarang, Jawa Tengah selama 2 bulan.
persepsi negatif terhadap pembebasan pembebasan lahan serta
3. Instansi Penerima
lahan dan penerimaan tenaga kerja penerimaan tenaga kerja
Laporan: Dinas
4. Penyampaian informasi
Perindustrian
tentang keberadaan lowongan
kerja dan kualifikasi kebutuhan
tenaga kerja untuk pelaksanaan
proyek pembangunan pabrik
pupuk.
8
1. Instansi Pelaksana
Tahap Konstruksi
1. Memberikan informasi
tentang peluang kerja secara
transparan kepada masyarakat
2. Memprioritaskan tenaga
kerja lokal
3. Memberikan upah/gaji 1. Instansi Pelaksana
minimal sebesar upah minimum
kerja provinsi Jawa Tengah 2. Instansi Pengawas:
Pembangun an
yang berlaku Kelurahan Kramas, Selama tahap Dinas Lingkungan
Meningkatny a Sarana dan Jumlah tenaga kerja lokal yang dapat
1 4. Mengikutsertakan semua kecamatan Tembalang, konstruksi yaitu Hidup
Kesempatan Kerja Prasarana diserap dalam pelaksanaan konstruksi
pekerja dalam asuransi tenaga Semarang, Jawa Tengah selama 1 tahun.
Penunjang
kerja dan memberikan hak-hak 3. Instansi Penerima
pekerja sesuai aturan peraturan Laporan: Dinas
tenaga kerja yang berlaku Perindustrian
5. Melakukan kordinasi/
kerjasama dengan Dinas Tenaga
Kerja dan Transmigrasi
setempat, aparat desa, dan
kecamatan
9
1. Pelaksanaan kagiatan secara
terancana, selektif dan bertahap
2. Pembuatan saluran drainase
3. Pada saat melakukan kegiatan
land clearing juga disiapkan
Pembersihan lahan 1. Instansi Pelaksana
parit dan tanggul agar limpasan
Pembangunan
permukaan dapat mengarah ke
sarana dan 2. Instansi Pengawas:
Untuk air buangan di out let settling pond kolam pengendap
prasarana Kelurahan Kramas, Selama tahap Dinas Lingkungan
Penurunan kualitas mengacu pada KepMenLH 51/1995 4. Pembuatan kolam
2 penunjang kecamatan Tembalang, konstruksi yaitu Hidup
air tentang Baku Mutu Limbah Cair Industri pengendapan di lokasi bukaan
Pembangunan Semarang, Jawa Tengah selama 1 tahun.
yaitu TSS = maks. 300 mg/l. lahan non tambang
jalan 3. Instansi Penerima
5. Melakukan pengelolaan air di
pembangunan Laporan: Dinas
lokasi kolam pengendap sesuai
pabrik` Perindustrian
SOP
6. Melibatkan instansi terkait
dalam pengawasan pengelolaan
lingkungan
1. Mengoperasikan peralatan
operasional sesuai umur
standarnya.
2. Mewajibkan pekerja untuk 1. Instansi Pelaksana
menggunakan alat pelindung
Pada lokasi kegiatan
Kualitas udara ambient yang mengacu mata, mulut, dan hidung. 2. Instansi Pengawas:
pembangunan jalan tambang Selama kegiatan
pada peraturan pemerintah No. 41 Tahun 3. Melakukan preventive Dinas Lingkungan
Penurunan Kualitas Pembangunan Semua kendaraan dan pembangunan jalan
3 1999 yaitu SO2 sebesar 0,9 mg/l, NO2 maintenance terhadap mesin/ Hidup
Udara jalan tambang peralatan yang berpotensi tambang yaitu selama
sebesar 0,4 mg/l, CO sebesar 30 mg/l dan alat yang digunakan secara
sebagai sumber dampak 6 bulan.
debu (TSP) sebesar 0,23 mg/l periodik. 3. Instansi Penerima
pada kegiatan ini.
4. Penanaman pohon cepat Laporan: Dinas
tumbuh dengan kanopi yang Perindustrian
rapat berfungsi untuk pelindung
dan sebagai wind break agar
partikel debu dan gas-gas
10
pencemar yang terbang dapat
tertahan dengan jarak tertentu di
sekitar lokasi kegiatan. Jenis
pohonnya yaitu katapang,
bungur. Jarak tanaman bisa 5x5
m, 3x3 m tergantung kecukupan
lahan.
5. Melibatkan instansi terkait
dala pengawasan pengelolaan
lingkungan
1. Menjaga kestabilan
ekosistem perairan
2. Melakukan kegiatan
pembersihan lahan secara
selektif, sesuai kebutuhan
3. Pada saat melakukan
kegiatan land clearning
disiapkan parit dan tanggul agar 1. Instansi Pelaksana
Pembersiha nlahan limpasan permukaan dapat
Pembangun an mengarah ke kolam 2. Instansi Pengawas:
sarana dan pengendapan. Kelurahan Kramas, Selama tahap Dinas Lingkungan
Terganggunya Biota Penurunan keanekaragam an jenis dan
4 prasarana 4. Pembuatan kolam kecamatan Tembalang, konstruksi yaitu Hidup
Air kelimpahan biota air
penunjang pengendap di lokasi bukaan Semarang, Jawa Tengah selama 1 tahun.
Pembangun an lahan non tambang. 3. Instansi Penerima
jalan tambang 5. Melakukan pengelolaan Laporan: Dinas
air di lokasi kolam pengendap Perindustrian
sesuai SOP.
6. Melibatkan instansi terkait
dalam pengawasan pengelolaan
lingkungan
11
No Dampak Lingkungan yang Sumber Indikator Keberhasilan Pengelolaan Bentuk Pengelolaan Lingkungan Hidup Lokasi Periode Institusi Pengelolaan
Dikelola Dampak Lingkungan Hidup Pengelolaan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Lingkungan Lingkungan
Hidup Hidup
Tahap Operasi
1 Penurunan kualitas udara Proses Kualitas udara ambient yang mengacu pada 1. Mengoperasikan peralatan operasional sesuai Pada lokasi Selama tahap 1. Instansi Pelaksana
produksi Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 22 Tahun umur standarnya. kegiatan operasi yaitu
pupuk 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan pembersihan selama 5 2. Instansi Pengawas: Dinas
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu 2. .Mewajibkan pekerja untuk menggunakan alat lahan pabrik tahun dengan Lingkungan Hidup
SO2 sebesar 0,15 mg/l, NO2 sebesar 0,2 pelindung mata, mulut, dan hidung. Semua dilakukan
mg/l, CO sebesar 10 mg/l dan debu (TSP) kendaraan dan pemantauan 6 3. Instansi Penerima
sebesar 0,23 mg/l 3. Melakukan preventive maintenance terhadap peralatan yang bulan sekali. Laporan: Dinas
mesin/ alat yang digunakan secara periodik. berpotensi Perindustrian
sebagai sumber
4. Penanaman pohon cepat tumbuh dengan kanopi
dampak pada
yang rapat berfungsi untuk pelindung dan sebagai
kegiatan ini.
wind break agar partikel debu dan gas-gas
pencemar yang terbang dapat tertahan dengan
jarak tertentu di sekitar lokasi kegiatan. Jenis
pohonnya yaitu katapang, bungur. Jarak tanaman
bisa 5x5 m, 3x3 m tergantung kecukupan lahan.
12
2 Peningkatan erosi tanah Pembersihan Kenaikan laju erosi tanah Terbentuk alur dan 1. Melakukan kegiatan pembersihan lahan secara Pada lokasi Selama tahap 1. Instansi Pelaksana
lahan parit di lokasi pembersihan lahan bertahap sesuai dengan rencana kegiatan. pembersihan operasi yaitu
lahan selama 5 2. Instansi Pengawas: Dinas
2. Melakukan kegiatan pada saat hari tidak hujan. tahun dengan Lingkungan Hidup
dilakukan
3. Menumpuk batang pohon dan cacahan pemantauan 6 3. Instansi Penerima
tumbuhan (sisa pembersihan lahan) pada daerah bulan sekali. Laporan: Dinas
yang rawan erosi tanah untuk dapat menekan laju Perindustrian
erosi tanah.
3 Penurunan kualitas air Air limbah Untuk air buangan di out let settling pond 1. Pelaksanaan kagiatan secara terancana, selektif Kelurahan Selama 1. Instansi Pelaksana
permukaan yang mengacu pada KepMenLH 51/1995 tentang dan bertahap Kramas, tahapoperasi
dihasilkan Baku Mutu Limbah Cair Industri yaitu TSS kecamatan yaitu selama 2. Instansi Pengawas: Dinas
= maks. 300 mg/l. 2. Pembuatan saluran drainase Tembalang, 5 tahun Lingkungan Hidup
Semarang, dengan
3. Adanya parit dan tanggul agar limpasan Jawa Tengah dilakukan 3. Instansi Penerima
permukaan dapat mengarah ke kolam pengendap pemantauan 6 Laporan: Dinas
13
4 Terganggunya biota air Air limbah Penurunan keanekaragaman jenis dan 1. Menjaga kestabilan ekosistem perairan Kelurahan Selama 1. Instansi Pelaksana
yang kelimpahan biota air Kramas, tahapoperasi
dihasilkan 2. Melakukan kegiatan pembersihan lahan secara kecamatan yaitu selama 2. Instansi Pengawas: Dinas
selektif, sesuai kebutuhan Tembalang, 3 tahun Lingkungan Hidup
Semarang, dengan
3. Adanya parit dan tanggul agar limpasan Jawa Tengah dilakukan 3. Instansi Penerima
permukaan dapat mengarah ke kolam pemantauan 6 Laporan: Dinas
pengendapan. bulan sekali. Perindustrian
5 Peningkatan kebisingan Alat berat Tingkat kebisingan memenuhi baku mutu 1. Mengoperasikan peralatan operasional sesuai Lokasi Selama 1. Instansi Pelaksana
yang permukiman penduduk <55 dB (A) dan umur standarnya. penambangan tahapoperasi
digunakan industri <70 batu bara desa yaitu selama 2. Instansi Pengawas: Dinas
untuk dB (A)berdasarkan KepMenLH No. 48 2. Mewajibkan pekerja untuk menggunakan alat Blambangan 5 tahun Lingkungan Hidup
mobilitas Tahun 1996 Serta memenuhi nilai ambang pelindung telinga, mata, mulut atau hidung. Umpu, dengan
batas (NAB) lingkungan kerja sesuai SE Kecamatan dilakukan 3. Instansi Penerima
Menaker No. 01/97 NAB lingkungan kerja 3. Melakukan preventive maintenance terhadap pemantauan 6 Laporan: Dinas
< 85 dB (A) mesin/ alat yang digunakan secara periodik. bulan sekali. Perindustrian
14
Tahap Pasca Operasi
1 Perubahan pendapatan Pelepasan Sumber pendapatan yang berasal dari sektor 1. Penurunan tingkat upah/ gaji yang didapatkan Kelurahan Selama tahap 1. Instansi Pelaksana
masyarakat tenaga kerja pertambangan akibat pelepasan tenaga kerja para pekerja. Kramas, pra operasi
kecamatan yaitu selama 2. Instansi Pengawas: Dinas
2. Melakukan kegiatan pemberdayaan ekonomi Tembalang, 6 bulan. Lingkungan Hidup
masyarakat Semarang,
Jawa Tengah 3. Instansi Penerima
Laporan: Dinas
Perindustrian
2 Perubahan persepsi masyarakat Pelepasan Terjadi penolakan dan protes dari masyarakat 1. Melakukan pelepasan tenaga kerja akibat Kelurahan Selama tahap 1. Instansi Pelaksana
tenaga kerja sekitar lokasi kegiatan penambangan batu berhentinya kegiatan penambangan. Kramas, pra operasi
Remediasi bara akibat pelepasan tenaga kerja serta kecamatan yaitu selama 2. Instansi Pengawas: Dinas
dilakukannya remediasi lahan bekas 2. Menindaklanjuti aspirasi masyarakat adat Tembalang, 6 bulan. Lingkungan Hidup
tambang. terkait dengan pelepasan tenaga kerja serta Semarang,
remediasi. Jawa Tengah 3. Instansi Penerima
Laporan: Dinas
3. Penyampaian informasi tentang keberadaan Perindustrian
lowongan kerja selanjutnya.
15
BAB III
RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP (RPL)
Berdasarkan hasil telaah terhadap dampak penting yang dilingkup dalam dokumen ANDAL,
maka sudah seharusnya dampak yang dikelola harus dipantau agar pengelolaan lingkungan
berjalan secara efisien dan efektif. Dimana Pemantauan lingkungan tertuang dalam dokumen
Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) kegiatan Pembuatan Pupuk di Keluarahan
Keramas, Kec. Tembalang, Kota Semarang. Hal itu dimaksudkan sebagai arahan dalam
memantau langkah- langkah yang telah dilakukan dalam mengelola lingkungan serta memberikan
gambaran yang jelas mengenai batas kewenangan dan kemampuan PT. Petrokimia Semarang
dalam membuat kebijakan lingkungan. Untuk RPL mulai dari tahap pra kontruksi, tahap
kontruksi, tahap operasi, dan tahap pasca operasi. Berikut adalah dampak yang akan dikelola
dalam RPL dapat dilihat pada matris sebagai berikut :
Metode Waktu
No. Jenis Dampak Indikator/ Sumber
Pengumpulan Lokasi Pantau dan Pelaksana Pengawas Pelaporan
Yang Timbul Parameter Dampak
Analisis Data Frekuensi
Perubahan Tidak terjadi Pembebasan Observasi dan Kelurahan Selama 2 PT. DLH Kota Dinas
persepsi penolakan dan lahan wawancara, serta Keramas, Kec. bulan Petroki Semarang Pertambangan
masyarakat protes dari Penerimaan analisis secara Tembalang dengan mia dan Energi Kota
masyarakat tenaga kerja kompratif dan frekuensi 1 Semara Semarang,
1.
deskriptif kualitatif minggu ng Badan
sekali. Lingkungan
Hidup Kota
Semarang
Hilangnya Penetapan Pembebasan Observasi dan Kelurahan Selama 2 PT. Dinas Dinas
pendapatan uapah/ gaji lahan wawancara, serta Keramas, Kec. bulan Petroki Pertambangan Pertambangan
sesuai KHL analisis secara Tembalang dengan mia dan Energi Kota dan Energi Kota
kompratif dan frekuensi 1 Semara Semarang, Semarang,
2.
deskriptif kualitatif minggu ng Badan Badan
sekali. Lingkungan Lingkungan
Hidup Kota Hidup Kota
Semarang Semarang
Tahap Kontruksi
16
Meningkatnya Tenaga kerja lokal Pembangunan Pengumpulan data Kelurahan Selama 1 PT. Dinas Tenaga Dinas Tenaga
kesempatan kerja yang dapat diserap sarana dan sekunder, serta Keramas, Kec. tahun Petroki Kerja dan Kerja dan
prasarana analisis secara Tembalang dengan mia Transmigrasi Transmigrasi
penunjang kompratif dan frekuensi Semara Kota Semarang, Kota Semarang,
deskriptif kualitatif 2 minggu ng Dinas Sosial Dinas Sosial
sekali. Kota Semarang Kota Semarang
1.
Penurunan KepMenLH Pembersihan Sampling TSS Kelurahan Selama 1 PT. Dinas Dinas
kualitas air 51/1995 tentang lahan Keramas, Kec. tahun Petroki pertambangan pertambangan
baku mutu limbah Pembangunan Tembalang dengan mia dan energi Kota dan energi Kota
cair industri yaitu sarana dan frekuensi 2 Semara Semarang, Dinas Semarang, Dinas
2.
TSS maks. 300 prasarana minggu ng Lingkungan Lingkungan
mg/l penunjang sekali. Hidup Kota Hidup Kota
Pembangunan Semarang. Semarang.
jalan tambang
Penurunan PP No. 41 Tahun Pembangunan Pengukuran udara Kegiatan Selama 6 PT. Dinas Dinas
kualitas udara 1999 yaitu SO2 jalan tambang ambien dengan pembangunan bulan Petroki pertambangan pertambangan
sebesar 0,9 mg/l, sampling dengan jalan tambang dengan mia dan energi Kota dan energi Kota
NO2 sebesar 0,4 high volume Semua frekuensi 1 Semara Semarang, Dinas Semarang, Dinas
mg/l, CO sebesar sampler, analisis, kendaraan dan minggu ng Lingkungan Lingkungan
mg/l dan debu serta pengukuran peralatan sekali. Hidup Kota Hidup Kota
sebesar 0,23 mg/l H2S Semarang. Semarang.
3.
Terganggunya Penurunan Pembersihan Analisis jumlah, Kelurahan Selama 1 PT. Dinas Dinas
biota air keanekaragaman lahan jenis, kelimpahan, Keramas, Kec. tahun Petroki pertambangan pertambangan
jenis dan Pembangunan serta Tembalang dengan mia dan energi Kota dan energi Kota
kelimpahan biota sarana dan keanekaragaman frekuensi 2 Semara Semarang, Dinas Semarang, Dinas
air prasarana jenis plankton dan minggu ng Lingkungan Lingkungan
4. penunjang bentos. sekali. Hidup Kota Hidup Kota
Pembangunan Semarang. Semarang.
jalan tambang
Tahap Operasi
Penurunan PP No. 41 Pembersihan Pengukuran udara Kegiatan Selama 5 PT. Dinas Dinas Lingkungan
kualitas udara Tahun 1999 yaitu lahan ambien dengan pembangunan tahun Petroki Lingkungan Hidup Kota
SO2 sebesar 0,9 Pengumpasan sampling dengan jalan tambang dengan mia Hidup Kota Semarang.
mg/l, NO2 sebesar dan penimbunan high volume Semua frekuensi 6 Semara Semarang.
0,4 mg/l, CO puncak dan sampler, analisis, kendaraan dan bulan ng
1.
sebesar mg/l dan lapisan batuan serta pengukuran peralatan sekali.
debu sebesar 0,23 penutup H2S.
mg/l
17
Penigkatan Kenaikan laju Pembersihan Diukur dengan Lokasi Selama 5 PT. Dinas Dinas
erosi tanah erosi tanah lahan metode petak kecil pembersihan tahun Petroki Lingkungan Lingkungan
Pengumpasan dan analisis lahan tambang dengan mia Hidup Kota Hidup Kota
dan penimbunan dan kolam frekuensi 6 Semara Semarang. Semarang.
2.
puncak dan pengendapan bulan ng
lapisan batuan sekali.
penutup
Penurunan KepMenLH Pembersihan Sampling TSS Kelurahan Selama 5 PT. Dinas Dinas
kualitas air 51/1995 tentang lahan Keramas, Kec. tahun Petroki Lingkungan Lingkungan
permukaan baku mutu limbah Tembalang dengan mia Hidup Kota Hidup Kota
cair industri yaitu frekuensi 6 Semara Semarang. Semarang.
3.
TSS maks. 300 bulan ng
mg/l sekali.
Peningkatan Baku mutu Pengumpasan Diukur dengan Lokasi Selama 5 PT. Dinas Dinas Lingkungan
kebisingan permukiman dan penimbunan sound level meter penambangan tahun Petroki Lingkungan Hidup Kota
penduduk <55 puncak dan dan analisis batu bara di dengan mia Hidup Kota Semarang.
dB (A) dan lapisan batuan Keramas, Kec. frekuensi 6 Semara Semarang.
industri <70 dB penutup Tembalang bulan ng
(A) berdasarkan sekali.
KepMenLH No. 48
Tahun 1996, Serta
5. memenuhi nilai
ambang batas
(NAB) lingkungan
kerja sesuai SE
Menaker No. 01/97
NAB lingkungan
kerja
< 85 dB (A)
18
Perubahan Penolakan dan Pelepasan Pengumpulan Kelurahan Selama 6 PT. Dinas Dinas
persepsi protes dari tenaga kerja data sekunder Keramas, Kec. bulan Petroki Pertambangan dan Pertambangan
masyarakat masyarakat Remediasi HRD, serta Tembalang dengan mia energi Kota dan energi Kota
2. analisis secara frekuensi 2 Semara Semarang Semarang
komparatif dan buln ng
deskriptif sekali.
kualitatif.
19
BAB IV
JUMLAH DAN JENIS IZIN PPLH
4.1 Umum
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.27 tahun 2012 tentang izin Lingkungan, terkait
dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) dengan penambahan berbagai
pengaturan dan ketentuan perihal izin lingkungan, peraturan pemerintah ini merupakan perpaduan
rancangan PP Izin Lingkungan dan rancangan PP AMDAL yang disusun sebagai amanat UU No.
32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH).
Dalam peraturan meletakkan kelayakan lingkungan sebagai dasar izin lingkungan sehingga bisa
dilaksanakan dengan sanksi yang jelas dan tegas. AMDAL diperlukan sebagai syarat mendapat
izin lingkungan, sehingga kegiatan usaha yang menghasilkan limbah wajib termasuk kegiatan
yang dilakukan oleh PT. Petrokimia Semarang wajib mendapatkan izin PPLH.
4.2 Izin PPLH yang Dibutuhkan
20
● Izin Terganggunya Biota Air
21
BAB V
SURAT PERNYATAAN KOMITMEN PELAKSANAAN RKL-RPL
Bertindak dalam kapasitas tersebut diatas, selaku penanggung jawab kegiatan PT. Petrokimia
Semarang termasuk dengan pengelolaan lingkungan, dengan data sebagai berikut:
Nama Perusahaan : PT. Petrokimia Semarang
Alamat Kantor : -
Telephone : 087777777777/0899999999
Lokasi Kegiatan : -
Dengan ini menyatakan bahwa sehubungan dengan rencana kegiatan PT. Petrokimia Semarang,
saya:
1. Bersedia Bersedia melaksanakan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Rencana
Pemantauan Lingkungan Hidup (RKL-RPL) yang telah disetujui dan bersedia dipantau
oleh petugas dari Dinas atau Instansi yang berwenang sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
2. Bersedia untuk menyampaikan laporan pelaksanaan Izin Lingkungan Hidup Secara
berkala setiap 6 (enam) bulan sekali kepada Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Daerah (BPLHD) atau Instansi terkait terhitung sejak diterbitkannya surat Surat
Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup (SKKLH) Andal dan RKL-RPL Rencana
Kegiatan PT. Petrokimia Semarang.
3. Apabila kami tidak melaksanakan RKL-RPL sebagaimana yang dimaksud diatas, dan
apabila terjadi kasus pencemaran yang disebabkan oleh kegiatan tersebut, maka kami
bersedia bertanggung jawab, menghentikan kegiatan dan ditindak sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
22
Demikian pernyataan dan komitmen yang kami buat dalam pelaksanaan pengelolaan dan
pemantauan lingkungan hidup sesuai dengan Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
(AMDAL).
23