3 Unit dan Proses Pengolahan STP memuat skema, foto unit, deskripsi fungsi maisngmasing unit
Bak Pengumpul
Sebelum menuju tangki aerasi, air buangan yang telah melewati barscreen akan
dikumpulkan pada tangki pengumpul. Pada tangki ini terdapat pompa submergesible
yang akan memompakan air buangan ini apabila mencapai ketinggian tertentu menuju
tangki aerasi. Kapasitas pompa ini adalah 470 m3/jam. Pada bak pengumpul ini terdapat
tiga pompa dimana dua digunakan dan satu sebagai cadangan.
Tangki Aerasi
Terdapat dua modul pada tangki aerasi ini dengan debit masing-masing 5500
m3/day. Namun yang digunakan saat ini hanya satu modul karena air buangan yang
perlu diolah mencukupi untuk diolah pada satu modul saja. Modul dua digunakan pada
saat-saat tertentu yakni apabila terjadi kondisi proses pengolahan suspended solid terlalu
cepat. Hal ini dapat diidentifikasi apabila volumenya lambat, kualitas lumpur dan
mikroorganisme tidak baik.
Fungsi dari kolam aerasi ini adalah untuk menambahkan oksigen O2 dengan
menggunakan aerator mekanis pada air limbah yang sudah dipompakan agar
mikroorganisme aeobik dapat tumbuh dan menguraikan zat-zat organik yang terdapat
dalam air limbah sehingga nilai BOD dan COD dalam air limbah dapat menurun.
Proses aerasi berlangsung dalam waktu yang telah diatur sebelumnya. Setiap 5
menit aerator menyala dan aerator akan mati selama 10 menit berikutnya. Pengaturan
waktu dilakukan berdasaran musim dan karakteristik dari BOD yang masuk dalam
instalasi. Pada musim hujan dan nilai BOD cukup tinggi, maka proses aerasi akan diset
untuk lebih lama menyala. Tujuan aerasi dihentikan adalah untuk memberikan waktu
kontak bakteri dengan pencemar organik yang ada pada air buangan.
Tangki aerasi ini didesain untuk 100 tahun. Proses yang berlangsung
menggunakan prinsip aerated sludge yakni lumpur dari clarifier akan dimasukkan
sebagian ke unit ini untuk mendukung proses pengolahan yang terjadi.
3.2.4
Desinfeksi
Sebelum menuju tempat penampungan air untuk selanjutnya dimanfaatkan, efluen
ditambahkan kaporit. Tidak ada dosis tertentu untuk desinfeksi ini karena sebenarnya
efluen hasil pegolahan sudah berda di bawah baku mutu yakni < 100. Pembubuhan ini
dilakukan pada aliran yang keluar dari pelimpah menuju saluran pembawa (menuju
kolam pemanfaatan/irigasi) dengan menggunakan sebuah tangki kecil.
Untuk proses desinfeksi penentuan klor ditentukan oleh dosing pump, namun saat itu
dosing pump sedang rusak. Sebenarnya untuk pengolahan air buangan domesik sendiri
tidak ada ketentuan keharusan penggunaan desinfeksi.
Sludge drying bed berfungsi untuk mengurangi kadar air lumpur sehingga mempermudah
proses pembuangan. Pembuangan umumnya dilakukan tiga bulan sekali. Umur lumpur
dan pembentukan pembuangan lumpur ditentukan setelah dilakukan pengecekan terhadap
kualitas effluen yang telah terbentuk.
Gambar
3.8
Sludge
Drying
Bed
6
7
8
Pemanfaatan Air Hasil Pengolahan (Efluen)= untuk air danau, siram tanaman, dan pupuk
bagi ampasnya
Rencana Pengembangan untuk air minum
Aspek Sosial dan Ekonomi Jika ada
Membayar 30% dr konsumsi air minum
BAB IV
EVALUASI INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH
Setiap instalasi memiliki kekurangan dan kelebihan, pada instalasi pengolahan air limbah di
lippo karawaci tidak memiliki comminutor dan grit chamber dan instalasi ini termasuk instalasi
yang kecil. Hal ini disebabkan karena sumber limbah domestik berasal dari satu kawasan,
sehingga tidak diperlukan instalasi yang terlalu besar. Evaluasi IPAL adalah sebagai berikut :
4.1 Evaluasi Proses
Pengolahan limbah cair domestik rumah tangga, termasuk black water dari hunian sekitar 30 ribu
warga di kawasan Lippo Karawaci, Tangerang, menggunakan sistem pipa tertutup. Kawasan
tersebut meliputi perkantoran, sekolah, supermall, rumah sakit, hotel, perumahan, dan
apartemen. Proses pengolahan limbah cair di kawasan ini menggunakan sistem aerobic
treatment, yakni menggunakan bakteri dan oksigen untuk menguraikan bahan polutan yang
terdapat pada air limbah. Dengan sistem aerobic treatment yang diterapkan di kawasan ini, tidak
dihasilkan gas sebagai produk sampingan dan air hasil olahan lebih stabil dan dapat didaur ulang,
serta tidak berbau walaupun di tempat pengolahan limbah sekalipun. Sistem pipa tertutup
tersebut dibangun sejak tahun 1994, di atas tanah seluas 6.000 meter bersamaan dengan
dibangunnya hunian tahap pertama di kawasan Lippo Karawaci. Biaya pembangunannya
nilainya sekitar Rp 3 miliar, merupakan pinjaman dari World Bank dengan mesin produksi
Malaysia. Sistem pipa tertutup dianggap lebih ramah lingkungan karena bakteri fecal yang
terdapat dalam buangan manusia tidak mencemari tanah, apalagi di kawasan terbangun dengan
aktivitas dan penduduk padat. Proses pengolahan black water dan limbah domestik lainnya
tersebut setelah digelontorkan dari pipa-pipa tertier berdiamater 225 milimeter untuk ukuran
rumah hunian dan ukuran pipa skunder akan masuk pipa berdiameter 650 milimeter. Dari pipa
besar ini, maka ampas limbah (sampah) akan tersaring oleh bar screen. Dari situ air dipompa
naik (raw sewage pump) melalui pipa masuk ke bak aerator. Di dalam bak ini, air dicampur
bakteri dan oksigen, selanjutnya air limbah tersebut digelontorkan ke settling tank. Di bak
penampungan ini ada dua jenis yang dihasilkan yaitu air olahan berbentuk cair dan endapan
lumpur. Untuk lumpur dikembalikan ke bak benama sludge return. Sisa lumpur yang aktif masuk
ke bak sludge digester dan melalui proses di bak sludge drying bed kemudian diolah menjadi
pupuk tanaman. Adapun hasil cairan limbah langsung dari settling tank dialirkan melalui pipa ke
bak dan badan air yang sudah terlihat jernih. Pengolahan limbah cair di kawasan Lippo Karawaci
tersebut dikendalikan dengan mesin yang ditempatkan di sebuah ruang (control room panel).
Alat ini sudah disetel aktif selama 24 jam tanpa operator manusia dengan tenaga listrik
menggunakan genset.
4.2 Primary Treatment
1. Sistem pengolahan air limbah ini menggunakan sistem tertutup sehingga lebih ramah
lingkungan karena tidak terjadi pencemaran air tanah oleh bakteri dan polutan yang terdapat
dalam air buangan tersebut. Sistem ini juga memungkinkan bahwa yang mengalir di dalam
pipa hanya terdiri atas air buangan yang akan diolah. Namun pada kenyatannya masih
terdapat sampah yang terbawa di dalam aliran tersebut. Sampah tersebut diatasi dengan
penggunaan bar screen yang dapat menyaring atau menyisihkan sampah atau benda yang
berukuran lebih besar daripada lebar bukaannya, sedangkan untuk sampah atau benda yang
berukuran lebih kecil dari itu masih dapat lolos dan tetap terbawa dalam aliran influen.
2. Bar screen sudah cukup baik. Selain desain operasional, desain untuk perawatan cukup
agronomis dan aman bagi pekerja. Posisi bar screen berada di bawah tanah dan dikelilingi
dinding. Akses menuju bar screen juga mudah karena lokasinya dilengkapi tangga sehingga
memudahkan ketika proses pembersihan. Namun proses pembersihan masih dilakukan secara
manual sehingga diperlukan adanya pemeriksaan setiap saat untuk memastikan bar screen
tidak tersumbat. Hal lain yang perlu dievaluasi dari bar screen ini adalah masih adanya
beberapa sampah yang lolos dari penyaringan. Apalagi kondisi ini tidak didukung dengan
adanya comminutor sehingga sampah bisa terbawa hingga ke tangki aerasi. Tidak adanya
comminutor mengakibatkan proses penyisihan material padat menjadi kurang efektif.
Keberadaan sampah di tangki aerasi dapat meningkatkan beban pompa dan mengganggu
keberlangsungan proses aerasi. Untuk itu comminutor perlu disediakan atau jarak antar jeruji
pada bar screen diperpendek untuk meminimasi lolosnya material padat atau sampah ke unit
pengolahan selanjutnya.
3. Meskipun disebutkan bahwa IPAL ini merupakan IPAL sistem terbuka yang bebas dari bau,
namun diperlukan penanganan khusus terutama pada bak influen agar bau yang berasal dari
air limbah tidak menyebar ke mana-mana.
4. Sistem drainase dan sewerage di kawasan Lippo Karawaci ini secara keseluruhan merupakan
sistem terpisah, di mana air buangan diolah di instalasi pengolahan air limbah (IPAL),
sedangkan air hujan dialirkan langsung ke badan air melalui saluran. Akan tetapi pada musim
hujan debit yang mengalir ke IPAL tersebut mengalami peningkatan yang cukup besar
dikarenakan masih adanya rumah-rumah di kawasan tersebut yang mengalirkan air hujan ke
dalam saluran air limbah. Akibat dari hal ini maka pada bak infulen terjadi kenaikan tinggi
muka air hingga sekitar 5 meter dari tinggi muka air pada kondisi biasanya. Namun hal
seperti ini tidak membuat IPAL menjadi overcapacity karena kapasitas pengolahan IPAL
yang memang dirancang lebih besar dari kondisi saat ini serta pemasangan bar screen yang
lebih tinggi untuk mengantisipasi adanya benda-benda yang berukuran cukup besar yang
dapat lolos ke dalam unit-unit pengolahan selanjutnya akibat pertambahan tinggi muka air
tersebut.
5. Pada pengolahan tingkat pertama ini tidak digunakan grit chamber dan comminutor
dikarenakan sistem penyaluran merupakan sistem tertutup sehingga kemungkinan untuk
masuknya pasir menjadi hampir tidak ada. Pengaruh dari tidak digunakannya kedua unit
tersebut terlihat pada aspek penyisihan sampah atau benda-benda yang terbawa dalam aliran
influen, yaitu masih adanya sampah atau benda-benda yang dapat lolos dari unit bar screen
dan terbawa hingga ke unit-unit pengolahan selanjutnya.
6. Pemasangan holding tank yang ditempatkan dengan jarak 7 8 meter dari lokasi unit-unit
pengolahan menjadikan debit air limbah yang akan diolah menjadi hampir sama pada setiap
waktu dan mengurangi masalah yang dapat ditimbulkan terhadap unit-unit pengolahan akibat
dari perubahan debit yang fluktuatif.
7. Holding tank (bak pengumpul) sudah cukup baik. Jumlah pompa sudah cukup mengalirkan
air limbah ke tangki aerasi. Jika ditinjau dari posisi bak pengumpul terhadap tangki aerasi,
akan lebih baik jika posisi bak pengumpul lebih tinggi dari tangki aerasi sehingga tidak perlu
penggunaan pompa dan biaya operasi & perawatan lebih murah. Namun, jika dilihat dari
letak sumber air limbah domestik terhadap IPAL Lippo Karawaci, penggunaan pompa dirasa
lebih tepat. Posisi bar screen dan bak pengumpul dibuat lebih rendah dari pada sumber air
limbah domestik agar bisa dialirkan secara gravitasi. Jika diinginkan posisi tangki aerasi
lebih rendah dari pada bak pengumpul, diperlukan biaya yang besar untuk investasi karena
diperlukan penggalian untuk membuat posisi tangki aerasi lebih rendah. Selain itu,
perawatannya menjadi lebih sulit. Terdapat tiga pompa submerged: dua pompa beropersi,
sedangkan sisanya sebagai cadangan. Pompa cadangan digunakan jika salah satu pompa
mengalami kerusakan atau digunakan ketika debit air limbah mengalami peningkatan yang
sangat signifikan.
4.3 Secondary Treatment
1. Pengolahan tingkat dua atau pengolahan secara biologis yang digunakan oleh IPAL Lippo
Karawaci ini adalah extended aerator dengan menggunakan surface aerator yang dijalankan
secara bergantian dengan waktu nyala selama 5 menit dan waktu jeda untuk melakukan
kontak antara mikroorganisme, oksigen, dan substrat selama 10 menit. Dengan diterapkannya
sistem penggiliran ini (tidak semua aerator dijalankan dalam waktu yang bersamaan dan
tidak dijalankan secara terus-menerus), energi yang dikeluarkan menjadi lebih efisien dan
tidak boros serta umur aerator dapat bertahan lebih lama karena tidak cepat rusak akibat
pemakaian yang terus-menerus.
2. Diperlukan adanya scum removal untuk membersihkan buih-buih yang terapung dalam
tangki aerasi dan tangki sedimentasi yang terjadi dari proses aerasi. Hal ini dikarenakan
walaupun buih-buih tersebut diresirkulasi ke dalam tangki aerasi oleh pihak pengelola IPAL,
buih-buih tersebut dapat mengurangi efektivitas dan efisiensi pengolahan limbah karena
dapat menjadi media pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroorganisme jenis Nocardia
yang dapat menimbulkan masalah terhadap mikroorganisme pengurai yang ada dalam tangki
aerasi, bahkan dapat menonaktifkan kinerja mikroorganisme pengurai tersebut. Selain itu,
sekecil apapun buih yang terbentuk dalam pengolahan primer dapat merupakan masalah dari
kinerja pengolahan limbah dan terhadap air hasil pengolahan. Dengan demikian, scum yang
terbentuk haruslah dibuang dan tidak boleh diresirkulasi ke dalam tangki aerasi ataupun
dibiarkan terdapat dalam tangki sedimentasi.
Pengolahan lumpur yang dilakukan adalah dengan menggunakan sludge drying bed
dengan tujuan untuk mengurangi kadar air pada lumpur yang terbentuk. Oleh karena
pengolahannya adalah dengan membiarkan kadar air lumpur berkurang karena menguap
secara alamiah, maka diperlukan suatu perlakuan khusus terhadap lumpur tersebut terutama
ketika musim hujan agar lumpur yang sudah berkurang kadar airnya tidak kembali bertambah
kadarnya karena tercampur lagi dengan air hujan mengingat sludge drying bed ini merupakan
tangki terbuka.
Bagan pengolahan IPAL Karawaci dapat dilihat pada gambar berikut :
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
karena scum atau grease dapat menjadi media mikroorganisme Nocardia yang dapat
menurunkan efisiensi pengolahan lmbah oleh mikroorganisme pengurai.
4. Perlu dilakukan pengurasan tangki dan unit-unit secara teratur karena dinding-dinding
unit-unit pengolahan ditumbuhi lumut yang apabila tidak dibersihkan dapat terus tumbuh
dan membuat lapuk dinding-dinding tersebut sehingga merusak infrastruktur yang ada.
5. diperlukan penelitian dan pengujian lebih lanjut untuk menentukan dosis desinfektan
secara tepat, terutama apabila pompa pembubuh otomatis sedang mengalami kerusakan.
I.
Barskrin
Airasi
Settling air jernih
Aerobic
Mau begini aja. Dibangun 94 udah jadi. Sudah siap produksi. Debitnya =
Pak ito=
Dr Influent masuk ke bak pengendap pertama, sebelumnya ada bar skirn/ saringan
kasar (menyaring partikel yang besar2 yang kebawa air limbah seperti plastic,
sampah = ketahan) masuk ke bak pengendap pertama
Lalu dipompa ke tangka airasi ( yg muter2) ada 6 buah aerator berfungsi untuk
menyalurkan udara ke bakteri, dg system aktivtor slut lumpur aktif untuk
penguraian oleh bakteri. Disitu, zat organic yg ikut masuk ke dalam limbah
diuraikan oleh bakteri dengan bantuan oksigen . proses utama = Zat organic dan air
. lalu masuk ke bak pengendapan (setlig tank) jadi zat organic yang terpisahdg air
lalu berkumpul, bergabung di settling tank, mengendap dan airnya naik ke atas.
Lumpur mengendap kebawah. Lalu lumpur di sirkulasi kembali masuk ke tangka air
asi untuk proses penguraian.
Air lalu keluar lalu dikasih desinfektan (kaporit). Lalu air dipompa ke danau golf dan
siram taman seluruh area lippo karawaci. Jumlah kapasitas air selalu sama,
beroperasi 24 jam. Ada 2 modul tp yg aktif cuma 1.
Dr aerasi ke settling tank dg gaya gravitasi menggunakan pipa sirkulasi d settling
tak ke aerasi. Lalu ada bak aerobik
Aerobic= mengolah lmpur yang sudah mati, gak kepake diolah agar tidak bau
dibuang ke (mati bagus) slunt drying bed= buangan lumpur terakhir= alu dibuat
utuk pupuk .
Lumpur mati= warnanya coklat tua dg kadar 500-700 ml.
Rncana ke depan membuat air minum di lingkup area karawaci. Rcycle.
Bayar disribusi pkl= 30% d pembayaran air minum.
http://www.ampl.or.id/digilib/read/lippo-karawaci-klaim-pengolahan-tinjanya-ramahlingkungan/46709
TEMPO Interaktif, Jakarta:Pengolahan limbah cair domestik rumah tangga, termasuk
tinja dari hunian sekitar 30 ribu warga di kawasan Lippo Karawaci, Tangerang,
menggunakan sistem pipa tertutup yang ramah lingkungan. Kawasan tersebut
meliputi perkantoran di Lippo Pinangsia, sekolah, supermall, rumah sakit Siloam
Gleneagles, hotel, perumahan, dan apartemen.
Menurut Kepala Pengolahan Limbah dan Sanitasi Lingkungan PT Lippo Karawaci,
Cornelia Retno, proses pengolahan limbah cair di sana menggunakan sistem
aerobile treatmen, yakni menggunakan bakteri dan oksigen untuk menguraikan
bahan polutan yang terdapat pada air limbah.
"Dengan sistem aerobile treatment yang diterapkan di kawasan ini, tidak
menghasilkan gas sebagai produk sampingan dan air hasil olahan lebih stabil dan
dapat didaur ulang," kata Retno. Dan yang pasti tidak berbau walaupun di tempat
pengolahan limbah sekalipun.
Ditemui Selasa (1/3) di instalasi pengolahan limbah (Ipal) yang terletak tidak jauh
dari pemukiman Taman Bromo, Retno menuturkan bahwa sistem pipa tertutup itu
dibangun sejak 1994, di atas tanah seluas 6.000 meter bersamaan dengan
dibangunnya hunian tahappertama di Kawasan Lippo Karawaci. Biaya
pembangunannya nilainya sekitar Rp 3 miliar, merupakan pinjaman dari World Bank
Alhasil dengan teknologi yang cukup efektif mengelola limbah, maka kata Retno,
Ipal Lippo kerap dijadikan studi banding dari pengembang lain atau sekolah untuk
belajar pengolahan limbah ramah lingkungan. Ayu Cipta-Tempo
Sistem pengolahan limbah (bahasa Inggris: sewerage system) adalah infrastruktur yang
dibangun khusus untuk menangani, menyalurkan, dan mengolah limbah atau limpahan air hujan
agar dapat dikembalikan dan diterima oleh lingkungan sehingga tidak membahayakan (relatif
aman).
Akan tetapi sistem yang modern seperti ini belum diterapkan di banyak kota. Hanya beberapa
wilayah saja yang memiliki sistem pengolahan limbah hitam yang modern ini yaitu pemukiman
modern Lippo Karawaci, Lippo Bekasi, dan Jabeka Cikarang.
Di Indonesia, pada tahun 2006 sulit menjumpai sistem pengolahan limbah hitam yang lengkap,
baik, dan modern. Sistem pengolahan limbah moderen hanya terdapat di beberapa kawasan
pemukiman modern seperti Jabeka Cikarang, Lippo Bekasi, dan Lippo Karawaci. Pada tahun
2006 tercatat hanya sepuluh kota yang memiliki sistem pengolahan limbah yaitu: Balikpapan,
Banjarmasin, Bandung, Cirebon, Jakarta, Medan, Prapat, Surakarta, Tangerang, dan Yogyakarta.
Namun kondisi dan kinerja berbagai sistem yang adapun masih belum baik, umumnya sistemsistem ini cakupan daerahnya belum mencapai 10 persen dari populasi kota.
Kawasan terpadu (mixed use development)Kemang Village di Jakarta Selatan
misalnya, menerapkan sistem penampungan air dengan teknologi dari Belanda.
Kemang Village merupakan proyek properti milik PT Lippo Karawaci, Tbk. Di
kawasan ini terdapat berbagai jenis properti, antara lain, kondominium, hotel, mal,
restoran,
dan
kawasan
rekreasi.
Sistem penampungan air dengan kapasitas 100 ribu meter kubik itu memungkinkan
pihak pengelola kawasan untuk mengelola sendiri sistem pengolahan penyaluran
air bersihnya ke tempat permukiman di dalam kawasan Kemang Village serta
memproses kembali air limbah rumah tangga yang dibuang para penghuni. Ini
merupakan salah satu upaya kami untuk mencintai Bumi,tegas Head of Corporate
Communication PT Lippo Karawaci Tbk Danang Kemayan Jati kepada Koran SINDO di
Jakarta,
kemarin.
Tak hanya di Jakarta, Lippo Group juga mengembangkan fasilitas water treatment
plantdi semua proyek properti yang dikembangkannya. Chief Marketing Officer
Lippo Homes Jopy Rusli mengungkapkan, Holland Village Manado misalnya,
kawasan terintegrasi mixed use smart city di Manado tersebut juga dilengkapi
dengan fasilitas pengolahan air bersih.
Lippo Karawaci membangun instalasi pengolahan air dan limbah untuk mendaur ulang air menjadi
air layak minum dan kebutuhan irigasi. Proyek-proyek