Anda di halaman 1dari 75

Bacaan 1

Kasus Minamata
I.

Latar Belakang
Penyakit minamata mendapat namanya dari kota Minamata, Prefektur Kumamoto di
Jepang, yang merupakan daerah penyakit ini mewabah mulai tahun 1958. Pada waktu itu terjadi
masalah wabah penyakit di kota Mintamana Jepang. Ratusan orang mati akitbat penyakit yang
aneh dengan gejala kelumpuhan syaraf. Mengetahui hal tersebut, para ahli kesehatan
menemukan masalah yang harus segera diamati dan dicari penyebabnya. Melalui pengamatan
yang mendalam tentang gejala penyakit dan kebiasaan orang jepang, termasuk pola makan
kemudian diambil suatu hipotesis.
Hipotesisnya adalah bahwa penyakit tersebut mirip orang yang keracunan logam berat.
Kemudian dari kebudayaan setempat diketahui bahwa orang Jepang mempunyai kebiasaan
mengkonsumsi ikan laut dalam jumlah banyak. Dari hipotesis dan kebiasaan pola makan tesebut
kemudian dilakukan eksperimen untuk mengetahui apakah ikan-ikan di Teluk Minamata banyak
mengandung logam berat (merkuri). Kemudian di susun teori bahwa penyakit tesebut
diakibatkan oleh keracunan logam merkuri yang terkandung pada ikan. Ikan tesebut mengandung
merkuri akibat adanya orang atau pabrik yang membuang merkuri ke laut. Penelitian berlanjut
dan akihirnya ditemukan bahwa sumber merkuri berasal dar pabrik batu baterai Chisso. Akhirnya
pabrik tersebut ditutup dan harus membayar kerugian kepada penduduk Minamata kurang lebih
dari 26,6 juta dolar.
II.
Topik
Utama
Penyakit minamata atau Sindrom minamata adalah sindrom kelainan fungsi saraf yang
disebabkan oleh keracunan akut air raksa. Gejala-gejala sindrom ini seperti kesemutan pada kaki
dan tangan, lemas-lemas, penyempitan sudut pandang dan degradasi kemampuan berbicara dan
pendengaran. Pada tingkatan akut, gejala ini biasanya memburuk disertai dengan kelumpuhan,
kegilaan,
jatuh
koma
dan
akhirnya
mati.
Merkuri atau Raksa atau Air raksa (Latin: Hydrargyrum, air/cairan perak) adalah unsur kimia
pada tabel periodik dengan simbol Hg dan nomor atom 80. Unsur golongan logam transisi ini
berwarna keperakan dan merupakan satu dari lima unsur (bersama cesium, fransium, galium, dan
brom) yang berbentuk cair dalam suhu kamar. Raksa banyak digunakan sebagai bahan amalgam
gigi, termometer, barometer, dan peralatan ilmiah lain, walaupun penggunaannya untuk bahan
pengisi termometer telah digantikan (oleh termometer alkohol, digital, atau termistor) dengan
alasan kesehatan dan keamanan karena sifat toksik yang dimilikinya. Unsur ini diperoleh
terutama melalui proses reduksi dari cinnabar mineral. Densitasnya yang tinggi menyebabkan
benda-benda seperti bola biliar menjadi terapung jika diletakkan di dalam cairan raksa hanya
dengan
20%
volumenya
terendam.
Minamata adalah sebuah desa kecil yang menghadap ke laut Shiranui, bagian selatan Jepang
sebagian besar penduduknya hidup sebagai nelayan, dan merupakan pengkonsumsi ikan cukup
tinggi, yaitu 286-410gram/hari. Tahun 1908 berdiri PT Chisso dengan Motto dahulukan
Keuntungan perkembangannya pada tahun 1932. Industri ini berkembang dan memproduksi

berbagai jenis produk dari pewarna kuku sampai peledak. Dengan dukungan militer industri ini
merajai industri kimia dan dengan leluasa membuang limbahnya ke teluk Minamata diperkirakan
200-600 ton Hg dibuang selama tahun 1932-1968. Selain merkuri limbah PT Chisso juga berupa
mangan, thalium dan selenium. Bencana mulai nampak pada tahun 1949 ketika hasil tangkapan
mulai menurun drastis ditandai dengan punahnya jenis karang yang menjadi habitat ikan yang
menjadi
andalan
nelayan
Minamata.
Pada tahun 1953 beberapa ekor kucing yang memakan ikan dari teluk Minamata mengalami
kejang, menari-nari, dan mengeluarkan air liur beberapa saat kemudian kucing ini mati. Tahun
1956 adanya laporan kasus gadis berusia 5 tahun yang menderita gejala kerusakan otak,
gangguan bicara, dan hilangnya keseimbangan sehingga tidak dapat berjalan. Menyusul
kemudian adalah adik dan empat orang tetangganya. Penyakit ini kemudian oleh Dr. Hosokawa
disebut sebagai Minamata Desease. Pada tahun 1958 terdapat bukti bahwa penyakit minamata
disebabkan oleh keracunan Methyl-Hg, hal ini ditunjukkan dengan kucing yang mengalami
kejang
dan
disusul
kematian
setelah
diberi
makan
Methyl-Hg.
Pada tahun 1960 bukti menyebutkan bahwa PT Chisso memiliki andil besar dalam tragedi
Minamata, karena ditemukan Methyl-Hg dari ekstrak kerang dari teluk Minamata. Sedimen
habitat kerang tersebut mengandung 10-100 ppm Methyl-Hg, sedangkan di dasar kanal
pembuangan pabrik Chisso mencapai 2000 ppm. pada tahun 1968 pemerintah secara resmi
mengakui bahwa pencemaran dari pabrik Chisso sebagai sumber penyakit minamata. Penyakit
ini ternyata juga ditemukan pada janin bayi. Penyakit ini ternyata menurun secara genetis
sehingga keturunnya dipastikan akan menidap penyakit minamata, sehingga orang-orang disana
tidak mau mengakui bahwa mereka berasal dari Minamata karena takut tidak ada orang yang
mau
menjadi
jodohnya.
III.
Penyebab
Tahun 1959 merupakan tahun yang penting, baik bagi para penderita penyakit Minamata maupun
terhadap riwayat penelitian dari penyakit tersebut. Merkuri, yang telah dicurigai sebagai
penyebab sejak sekitar September 1958, mengundang lebih banyak perhatian lagi. Tanggal 19
Februari 1959, Tim Survei Penyakit Minamata/Keracunan Makanan dari Kementerian Kesehatan
dan Kesejahteraan mengumumkan pentingnya penelitian terhadap distribusi merkuri pada Teluk
Minamata. Tim ini dibentuk pada Januari 1959 sebagai tim penelitian di bawah Kementerian
Kesehatan Masyarakat, semua anggotanya berasal dari Kelompok Penelitian Fakultas
Kedokteran Universitas Kumamoto. Sebagai hasil survey tersebut, terungkap sebuah fakta yang
mengejutkan. Disebutkan, kadar merkuri yang sangat tinggi dideteksi pada tubuh ikan, kerangkerangan, dan lumpur dari Teluk Minamata yang dikumpulkan pada saat terjadinya penjangkitan
Penyakit
Minamata.
Secara geografi, merkuri ditemukan dalam konsentrasi tertingginya di sekitar mulut kanal
pembuangan pabrik Chisso dan kadarnya menurun pada jarak yang jarak semakin jauh ke laut
lepas. Data tersebut dengan jelas menunjukkan bahwa merkuri berasal dari kanal pembuangan
pabrik dalam lumpur (masyarakat menyebutnya dobe) sekitar mulut saluran pembuangan di
Hyakken, dua kilogram merkuri per ton, seakan tempat tersebut merupakan tambang merkuri.
Wajar jika kemudian kelompok penelitian yang melakukan studi di tempat tersebut dibuat
terkejut. Kelak, sebuah cabang baru perusahaan Chisso Minamata Chemicalsdibuat khusus
untuk mengklaim merkuri yang terdapat di dalam Teluk Minamata, maka Pantai Minamata
memang telah menjadi sebuah tambang merkuri.Konsentrasi merkuri yang tinggi tidak hanya
ditemukan di Teluk Minamata. Kadar yang tinggi juga ditemukan pada rambut warga yang

tinggal di sepanjang Laut Shiranui, khususnya di distrik Minamata. Setelah dibandingkan dengan
penduduk di kota Kumamoto. Level tertinggi dari merkuri yang dideteksi pada rambut penderita
penyakit Minamata adalah 705 ppm, jumlah tertinggi dari warga Minamata yang sehat adalah
191 ppm, dan mereka yang tinggal di luar areal Minamata adalah sekitar 4,42 ppm. Kadar
merkuri yang besar juga dideteksi pada air seni penderita Penyakit Minamata, berkisar antar 30120
gamma
per
hari.
Konsentrasi merkuri yang tinggi ditemukan pada ikan dan kerang-kerangan yang berasal dari
Teluk Minamata, dan menyebabkan Penyakit Minamata pada tikus dan kucing percobaan.
Mereka memiliki kandungan merkuri antara 20-40 ppm, yang memperkuat dugaan bahwa
merkuri telah menyebar luas pada area Laut Shiranui. Standar nasional merkuri yang
diperbolehkan
di
lingkungan
saat
ini
adalah
1,0
ppm.
Tingkat merkuri yang tinggi juga ditemukan pada organ-organ mayat penderita penyakit
Minamata dan dalam organ kucing, baik yang secara alami, maupun yang mengalaminya karena
dalam percobaan diberi makan ikan dan kerang-kerangan dari Teluk Minamata. Ditemukannya
kadar merkuri yang tinggi pada rambut penduduk di distrik ini menunjukkan mereka-orang
dewasa, bayi, anak-anak dan ibu mereka-semua terkontaminasi merkuri berat, dengan atau tanpa
adanya gejala dengan mereka. Jika masalah ini ditanggapi dengan baik, mungkin dapat
meramalkan datangnya perjangkitan Penyakit Minamata yang laten. Sebelum kasus-kasus pasien
dengan omset yang lambat dan gejala-gejala laten menjadi masalah serius seperti sekarang ini.
Meski demikian, dalam kenyataannya, kandungan merkuri pada rambut tidak dianggap sebagai
faktor menentukan dalam menegakkan diagnosa Penyakit Minamata, dan meletakkan garis batas
bahwa kandungan merkuri pada rambut penduduk adalah tinggi, baik pasien ataupun bukan.
Jadi, di sini juga terjadi suatu kesalahan dalam memanfaatkan data yang ada. Meski harus diakui,
Kelompok Penelitian telah mengumpulkan data-data yang berguna menyangkut Penyakit
Minamata
dan
merkuri.
Pada 22 Juli 1959, Kelompok Penelitian Penyakit Minamata mengambil kesimpulan di akhir
penemuan: Penyakit Minamata merupakan suatu penyakit neurologis yang disebabkan oleh
konsumsi ikan dan kerang-kerangan lokal, dan merkuri telah menarik perhatian besar sebagai
racun yang telah mencemari ikan dan kerang-kerangan. Teori Merkuri Organik.
Tanggal 12 November 1959, anggota Komite Dewan Investigasi Makanan dan Sanitasi
Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan memaparkan laporan berikut ini kepada menteri
berdasarkan laporan oleh Tim Survei Keracunan Makanan/Penyakit Minamata. Penyakit
Minamata adalah suatu penyakit keracunan yang utamanya mempengaruhi sistim saraf pusat
akibat mengkonsumsi ikan dan kerang-kerangan dari Teluk Minamata dan sekitarnya dalam
jumlah besar, dimana agen penyebab utamanya adalah semacam campuran merkuri organik. Jadi,
dalam hal ini merkuri organik secara resmi diumumkan sebagai substansi penyebab Penyakit
Minamata. Walau begitu, tanggal 13 November, di hari berikutnya, Tim Survei Penyakit
Minamata/Keracunan Makanan dari Dewan Investigasi Makanan dan Sanitasi dibubarkan secara
resmi
oleh
Kementerian
Kesehatan
dan
Kesejahteraan.
Sementara itu, Dr. Leonard T. Kurland (NIH USA) mengunjungi Minamata pada September
1958 dan memeriksa beberapa pasien. Ia mengambil beberapa contoh makanan dari laut, air laut
dan lumpur untuk dibawa ke Amerika dan dianalisa. Ia menulis sebuah artikel pada sebuah surat
kabarAsahi Shinbun dan Mainiji Shinbun tanggal 8 Desember 1959, yang memperkuat
kesimpulan yang dibuat oleh Universitas Kumamoto bahwa substansi penyebab dari Penyakit
Minamata
adalah
merkuri
organik.
Sebelum ditemukan bahwa merkuri merupakan penyebab dari penyakit minamata, banyak teori

yang muncul dari berbagai peneliti mengenai penyebab dari penyakit minamata ini. Adapun
teori-teori
tersebut
antara
lain:

Teori
Mangan
September 1956, beredar sebuah isu di Minamata bahwa kemungkinan mangan merupakan
penyebab utamanya. Sumber dari berita ini adalah Kelompok Peneliti Kumamoto. Mangan wajar
dicurigai sebagai substansi penyebab, karena kelainan pada sistem ekstrapiramidal ditetapkan
sebagai salah satu gejala klinis yang khas, ditambah lagi bila ada alterasi pada gangguan basalis.
Mangan juga merupakan suatu kemungkinan yang logis karena kandungannya ditemukan pada
air laut, air limbah, ikan, kerang, dan juga dalam organ-organ dalam penderita dalam jumlah
besar. Secara resmi, mangan diumumkan sebagai penyebab yang dicurigai pada tanggal 4
November 1956, pada konferensi pertama yang diadakan Kelompok Peneliti Penyakit Minamata
untuk
melaporkan
temuan
mereka.

Teori
Thallium
Pada Mei 1958, diperkenalkan sebuah teori baru, yang mengajukan thallium sebagai penyebab.
Hal ini terjadi karena thallium ditemukan dalam jumlah besar (300 ppm) pada limbah dan
pembuangan pabrik di Teluk Minamata. Thallium yang secara eksperimental sangat beracun,
ditemukan terkandung dalam debu yang dihasilkan oleh Cottreli precipitator yang digunakan
dalam produksi asam sulfur di pabrik.Namun setelah diadakan penelitian lebih lanjut ternyata
gejala penyakit akibat thallium, cukup berbeda dengan penyakit Minamata. Sehingga teori
thallium
tidak
dapat
dibuktikan
kebenarannya.

Teori
Selenium
Bulan April 1957, teori selenium sebagai penyebab utama diperkenalkan oleh Profesor Kitamura,
mengingat sejumlah besar selenium ditemukan pada cairan limbah yang dibuang oleh pabrik di
teluk minamata. Secara klinis, gangguan penglihatan dan ginjal akibat keracunan selenium
terlihat lebih signifikan jika dibandingkan dengan penyakit Minamata. Namun, pada keracunan
selenium, lesi pada sel korteks otak jarang ditemukan dan perwujudan klinisnya terbatas pada
bergugurannya rambut dan memberatnya gejala-gejala umum. Dengan demikian, teori selenium
akhirnya
ditolak.
Kecurigaan
Pada
Merkuri
IV.
Kerugian
Hingga 30 April 1997, jumlah penduduk Propinsi Kumamoto dan Kagoshima yang menyatakan
diri sebagai korban Minamata disease berjumlah lebih dari 17.000 orang. Sebanyak 2264
diantaranya telah diakui oleh Pemerintah dan 1408 diantaranya telah meninggal sebelum 31
Oktober 2000. Penyakit Minamata terjadi akibat banyak mengkonsumsi ikan dan kerang dari
Teluk Minamata yang tercemar metil merkuri. Penyakit Minamata bukanlah penyakit yang
menular
atau
menurun
secara
genetis.
Pada tahun 1968 pemerintah Jepang menyatakan bahwa penyakit ini disebabkan oleh
pencemaran pabrik Chisso Co., Ltd. Metil merkuri yang masuk ke tubuh manusia akan
menyerang sistem saraf pusat. Gejala awal antara lain kaki dan tangan menjadi gemetar dan
lemah, kelelahan, telinga berdengung, kemampuan penglihatan melemah, kehilangan
pendengaran, bicara cadel dan gerakan menjadi tidak terkendali. Beberapa penderita berat
penyakit Minamata menjadi gila, tidak sadarkan diri dan meninggal setelah sebulan menderita
penyakit ini. Penderita kronis penyakit ini mengalami gejala seperti sakit kepala, sering
kelelahan, kehilangan indra perasa dan penciuman, dan menjadi pelupa. Meskipun gejala ini
tidak terlihat jelas tetapi sangat mengganggu kehidupan sehari-hari. Selain itu yang lebih parah
adalah penderita congenital yaitu bayi yang lahir cacat karena menyerap metil merkuri dalam

rahim ibunya yang banyak mengkonsumsi ikan yang terkontaminasi metil merkuri. Ibu yang
mengandung tidak terserang penyakit Minamata karena metil merkuri yang masuk ke tubuh ibu
akan terakumulasi dalam plasenta dan diserap oleh janin dalam kandungannya.
Panyakit Minamata tidak dapat diobati, sehingga perawatan bagi penderita hanya untuk
mengurangi gejala dan terapi rehabilitasi fisik. Disamping dampak kerusakan fisik, penderita
Minamata juga mengalami diskriminasi sosial dari masyarakat seperti dikucilkan, dilarang pergi
tempat umum dan sukar mendapatkan pasangan hidup. Hingga April 30 April 1997, jumlah
penduduk Propinsi Kumamoto dan Kagoshima yang menyatakan diri sebagai korban Minamata
disease berjumlah lebih dari 17.000 orang. Sebanyak 2264 diantaranya telah diakui oleh
Pemerintah dan 1408 diantaranya telah meninggal sebelum 31 Oktober 2000. Disamping itu
10.353 yang telah resmi dinyatakan sebagai penderita atau korban Minamata menerima ganti
rugi sebagai kompensasi, sehingga jumlah penderita penyakit Minamata akibat keracunan
merkuri dilaporkan sekitar 12.617 orang. Akan tetapi jumlah sesungguhnya masih belum
diketahui secara pasti karena ada sebagian korban yang telah meninggal dunia sebelum
dikeluarkannya pernyataan resmi oleh pemerintah dan terdapat pula sebagian korban yang
enggan melapor karena malu. Penyakit ini tidak hanya terjadi di Minamata. Tahun 1965 penyakit
Minamata menyerang warga yang tinggal di sepanjang Sungai Agano di Kota Niigata akibat
pembuangan limbah merkuri oleh Showa Denko. Penyakit ini dikabarkan juga terjadi di China
dan Kanada. Sungai dan danau di Amazon dan Tanzania juga tercemar merkuri dan
menimbulkan
masalah
kesehatan
yang
mengkhawatirkan.
V.
Penyelesaian
Pada kasus minamata pemerintah jepang mengawasi dengan ketat tentang pembuangan limbah
dari industri yang dapat berdampak mencemari lingkungan dan mahluk hidup yang ada
disekitarnya serta menindak dengan tegas apabila ada industri yang nakal agar tidak terjadi
bencana pada kasus minamata tersebut. Pada industri-industri yang menggunakan bahan baku air
raksa dan merkuri sebisa mungkin mengganti bahan baku tersebut dengan bahan baku pengganti
yang aman untuk kesehatan dan lingkungan hidup sekitaranya. Pemilihan bahan baku yang
ramah lingkungan sangat diperlukan. Selain itu tata cara pembuangan limbah berbahaya harus
dipatuhi.

Bacaan 2
1.1 Latar Belakang
Dengan semakin meluasnya kawasan pemukiman penduduk, semakin meningkatnya
produk industri rumah tangga, serta semakin berkembangnya Kawasan Industri di kota besar,
akan memicu terjadinya peningkatan pencemaran pada perairan pantai dan laut. Hal ini

disebabkan karena semua limbah dari daratan, baik yang berasal dari pemukiman perkotaan
maupun yang bersumber dari kawasan industri, pada akhirnya bermuara ke pantai.
Limbah domestik yang berasal dari rumah tangga, perhotelan, rumah sakit dan industri
rumah tangga yang terbawa oleh air sisa-sisa pencucian akan terbuang ke saluran drainase dan
masuk ke kanal dan selanjutnya terbawa ke pantai. Limbah yang dibuang pada tempat
pembuangan sampah akan terkikis oleh air hujan dan terbawa masuk ke kanal atau sungai dan
selanjutnya juga bermuara ke pantai. Limbah yang berasal dari kawasan industri baik yang sudah
diolah maupun yang belum, juga pada akhirnya akan terbuang ke perairan pantai.
Perkembangan IPTEK memacu terjadinya pencemaran lingkungan baik pencemaran air,
tanah dan udara. Pencemaran air yang diakibatkan oleh dampak perkembangan industri harus
dapat dikendalikan, karena bila tidak dilakukan sejak dini akan menimbulkan permasalahan yang
serius bagi kelangsungan hidup manusia maupun alam sekitarnya. Salah satu hal yang perlu
dilakukan dalam pengendalian dan pemantauan dampak lingkungan adalah melakukan analisis
unsur-unsur dalam ikan air tawar, terutama Pb, Cu, dan Cd. Pencemaran logam-logam tersebut
dapat mempengaruhi dan menyebabkan penyakit pada konsumen, karena di dalam tubuh unsur
yang berlebihan akan mengalami detoksifikasi sehingga membahayakan manusia. Logam berat
umumnya bersifat racun terhadap makhluk hidup walaupun beberapa diantaranya diperlukan
dalam jumlah kecil. Melalui berbagai perantara, seperti udara, makanan, maupun air yang
terkontaminasi oleh logam berat, logam tersebut dapat terdistribusi ke bagian tubuh manusia dan
sebagian akan terakumulasikan. Jika keadaan ini berlangsung terus menerus, dalam jangka waktu
lama dapat mencapai jumlah yang membahayakan kesehatan manusia.
Pencemaran logam berat merupakan permasalahan yang sangat serius untuk ditangani,
karena merugikan lingkungan dan ekosistem secara umum. Sejak kasus merkuri di Minamata
Jepang pada 1953, pencemaran logam berat semakin sering terjadi dan semakin banyak
dilaporkan. Agen Lingkungan Amerika Serikat (EPA) melaporkan, terdapat 13 elemen logam
berat yang diketahui berbahaya bagi lingkungan. Di antaranya arsenik (As), timbal (Pb), merkuri
(Hg), dan kadmium (Cd). Logam berat sendiri sebenarnya merupakan unsur esensial yang sangat
dibutuhkan setiap makhluk hidup, namun beberapa di antaranya (dalam kadar tertentu) bersifat
racun. Di alam, unsur ini biasanya terdapat dalam bentuk terlarut atau tersuspensi (terikat dengan

zat padat) serta terdapat sebagai bentuk ionik. Dampak dari pencemaran logam berat ini sering
dilaporkan. (Dony Purnomo, 2009, Logam Berat Sebagai Penyumbang Pencemaran Air Laut,
http://masdony.wordpress.com/2009/04/19/logam-berat-sebagai-penyumbang-pencemaran-airlaut/, diakses tanggal 16 Februari 2010)

1.2 Tujuan
Tujuan yang hendak diambil dari pembuatan makalah ini adalah agar kita mengetahui
bahayanya pencemaran logam berat dalam perairan serta teknologi yang dapat diterapkan untuk
mngurangi pencemaran logam berat dalam perairan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Logam Berat


Mungkin istilah logam berat sudah tak asing bagi para kimiawan. Dari nomor atom sampai efek
fisiologis telah secara rinci dibahas dalam buku-buku kimia terutama kimia anorganik dan kimia
lingkungan. Tapi tak demikian dengan orang awam. Mungkin istilah logam berat masih terasa asing di
telinga mereka dan didefinisikan secara sederhana saja yaitu logam yang berat (dalam artian ditimbang)
seperti besi, baja, aluminium dan tembaga. Terlepas dari definisi di atas, biasanya dalam literatur kimia
istilah logam berat digunakan untuk memerikan logam-logam yang memiliki sifat toksisitas (racun) pada
makhluk hidup.

Logam merupakan bahan pertama yang dikenal oleh manusia dan digunakan sebagai alat-alat
yang berperan penting dalam sejarah peradaban manusia (Darmono, 1995). Logam berat masih termasuk
golongan logam dengan kriteria-kriteria yang sama dengan logam lain. Perbedaannya terletak dari
pengaruh yang dihasilkan bila logam berat ini berikatan dan atau masuk ke dalam organisme hidup.
Berbeda dengan logam biasa, logam berat biasanya menimbulkan efek-efek khusus pada mahluk hidup
(Palar, 1994). Tidak semua logam berat dapat mengakibatkan keracunan pada mahluk hidup, besi
merupakan logam yang dibutuhkan dalam pembentukan pigmen darah dan zink merupakan kofaktor untuk
aktifitas enzim (Wilson, 1988). Keberadaan logam berat dalam lingkungan berasal dari dua sumber.
Pertama dari proses alamiah seperti pelapukan secara kimiawi dan kegiatan geokimiawi serta dari
tumbuhan dan hewan yang membusuk. Kedua dari hasil aktivitas manusia terutama hasil limbah industri
(Connel dan Miller, 1995). Dalam neraca global sumber yang berasal dari alam sangat sedikit dibandingkan
pembuangan limbah akhir di laut (Wilson, 1988).
Logam berat adalah unsur-unsur kimia dengan bobot jenis lebih besar dari 5 gr/cm3, terletak di sudut kanan
bawah sistem periodik, mempunyai afinitas yang tinggi terhadap unsur S dan biasanya bernomor atom 22
sampai 92 dari perioda 4 sampai 7 (Miettinen, 1977). Sebagian logam berat seperti timbal (Pb), kadmium
(Cd), dan merkuri (Hg) merupakan zat pencemar yang berbahaya. Afinitas yang tinggi terhadap unsur S
menyebabkan logam ini menyerang ikatan belerang dalam enzim, sehingga enzim bersangkutan menjadi
tak aktif. Gugus karboksilat (-COOH) dan amina (-NH2) juga bereaksi dengan logam berat. Kadmium,
timbal, dan tembaga terikat pada sel-sel membran yang menghambat proses transpormasi melalui dinding
sel. Logam berat juga mengendapkan senyawa fosfat biologis atau mengkatalis penguraiannya (Manahan,
1977).
Menurut Vouk (1986) terdapat 80 jenis dari 109 unsur kimia di muka bumi ini yang telah
teridentifikasi sebagai jenis logam berat. Berdasarkan sudut pandang toksikologi, logam berat ini dapat
dibagi dalam dua jenis. Jenis pertama adalah logam berat esensial, di mana keberadaannya dalam jumlah
tertentu sangat dibutuhkan oleh organisme hidup, namun dalam jumlah yang berlebihan dapat
menimbulkan efek racun. Contoh logam berat ini adalah Zn, Cu, Fe, Co, Mn dan lain sebagainya.
Sedangkan jenis kedua adalah logam berat tidak esensial atau beracun, di mana keberadaannya dalam tubuh
masih belum diketahui manfaatnya atau bahkan dapat bersifat racun, seperti Hg, Cd, Pb, Cr dan lain-lain.
Logam berat ini dapat menimbulkan efek kesehatan bagi manusia tergantung pada bagian mana logam
berat tersebut terikat dalam tubuh. Daya racun yang dimiliki akan bekerja sebagai penghalang kerja enzim,
sehingga proses metabolisme tubuh terputus. Lebih jauh lagi, logam berat ini akan bertindak sebagai
penyebab alergi, mutagen, teratogen atau karsinogen bagi manusia. Jalur masuknya adalah melalui
kulit, pernapasan dan pencernaan.

(Dony

Purnomo,

2009,

Logam

Berat

Sebagai

Penyumbang

Pencemaran

Air

Laut,

http://masdony.wordpress.com/2009/04/19/logam-berat-sebagai-penyumbang-pencemaran-air-laut/, diakses
tanggal 16 Februari 2010)

2. Dampak negatif logam berat bagi manusia


Masing-masing logam berat memiliki dampak negatif terhadap manusia jika dikonsumsi dalam
jumlah yang besar dan waktu yang lama. Dampak tersebut antar lain :

1. Timbal (Pb)
Dalam peredaran darah dan otak dapat menyebabkan gangguan sintesis hemoglobin darah,
gangguan neurologi (susunan syaraf), gangguan pada ginjal, sistem reproduksi, penyakit akut atau kronik
sistem syaraf, dan gangguan fungsi paru-paru. Selain itu, dapat menurunkan IQ pada anak kecil jika
terdapat 10-20 myugram/dl dalam darah.

2. Kadmium (Cd)
Jika berakumulasi dalam jangka waktu yang lama dapat menghambat kerja paru-paru, bahkan
mengakibatkan kanker paru-paru, mual, muntah, diare, kram, anemia, dermatitis, pertumbuhan lambat,
kerusakan ginjal dan hati, dan gangguan kardiovaskuler. Kadmium dapat pula merusak tulang
(osteomalacia, osteoporosis) dan meningkatkan tekanan darah. Gejala umum keracunan Kadmium adalah
sakit di dada, nafas sesak (pendek), batuk batuk, dan lemah.

3. Merkuri (Hg)
Dapat berakumulasi dan terbawa ke organ-organ tubuh lainnya, menyebabkan bronchitis, sampai
rusaknya paru-paru. Gejala keracunan Merkuri tingkat awal, pasien merasa mulutnya kebal sehingga tidak
peka terhadap rasa dan suhu, hidung tidak peka bau, mudah lelah, gangguan psikologi (rasa cemas dan sifat
agresif), dan sering sakit kepala. Jika terjadi akumulasi yang tinggi mengakibatkan kerusakan sel-sel saraf
di otak kecil, gangguan pada luas pandang, kerusakan sarung selaput saraf dan bagian dari otak kecil.
Turunan oleh Merkuri (biasanya etil merkuri) pada proses kehamilan akan nampak setelah bayi lahir yang

dapat berupa cerebral palsy maupun gangguan mental. Sedangkan keracunan Merkuri yang akut dapat
menyebabkan kerusakan saluran pencernaan, gangguan kardiovaskuler, kegagalan ginjal akut maupun
shock.

4. Arsenik (As)
Dalam tubuh dapat mengganggu daya pandang mata, hiperpigmentasi (kulit menjadi berwarna
gelap), hiperkeratosis (penebalan kulit), pencetus kanker, infeksi kulit (dermatitis). Selain itu, dapat
menyebabkan kegagalan fungsi sumsum tulang, menurunnya sel darah, gangguan fungsi hati, kerusakan
ginjal, gangguan pernafasan, kerusakan pembuluh darah, varises, gangguan sistem reproduksi, menurunnya
daya tahan tubuh, dan gangguan saluran pencernaan.

5. Chromium (Cr)
Dalam tubuh dapat berakibat buruk terhadap sistem saluran pernafasan, kulit, pembuluh darah,
dan ginjal. Dampak kandungan logam berat memang sangat berbahaya bagi kesehatan. Namun, kita dapat
mencegahnya dengan meningkatkan kesadaran untuk ikut serta melestarikan sumber daya hayati serta
menjaga kesehatan baik untuk diri sendiri maupun keluarga. Salah satu cara sederhana untuk menjaga
kesehatan adalah dengan mendeteksi kondisi air yang kita gunakan sehari-hari, terutama kebutuhan untuk
minum. Jika kondisi air Anda sudah terdeteksi, maka akumulasi logam berat dalam tubuh dapat kita cegah.
(Dony

Purnomo,

2009,

Logam

Berat

Sebagai

Penyumbang

Pencemaran

Air

Laut,

http://masdony.wordpress.com/2009/04/19/logam-berat-sebagai-penyumbang-pencemaran-air-laut/, diakses
tanggal 16 Februari 2010)

BAB III
METODE PENULISAN

Dalam pembuatan makalah ini, metode yang digunakan adalah metode kepustakaan,
yaitu dengan mengumpulkan data-data yang di dapat dari pencarian informasi-informasi dari
internet.

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Studi Kasus


Pada tanggal 21 April 1956, seorang anak perempuan berumur 5 tahun 11 bulan diperiksa
pada Bagian Anak Rumah Sakit Perusahaan Chisso. Gejala utamanya bersifat neurologik,
termasuk adanya kesulitan berjalan dan berbicara, serta kejang-kejang. Pasien ini dikirim ke
rumah sakit 2 hari kemudian, pada tanggal 23. Di hari yang sama ketika ia dikirim ke rumah
sakit, adik perempuannya, 2 tahun 11 bulan, mulai mengalami kesulitan berjalan dan
menggerakkan kakinya, serta mengeluhkan nyeri pada lutut dan jari-jarinya. Ia kemudian dibawa
ke Bagian Anak pada tanggal 29, untuk pemeriksaan dengan gejala yang serupa dengan
kakaknya.Daerah di mana pasien ditemukan pertama kali berada di ujung sebuah teluk kecil, di
mana beberapa rumah berdiri berhimpit satu dengan yang lain. Diperoleh fakta ternyata tidak
hanya kedua anak perempuan di atas yang mengalami gejala tersebut, tetapi tetangga mereka
juga mengalaminya. Yang selanjutnya anggota keluarga yang lain jatuh sakit satu demi satu,
sehingga pada akhirnya semua anggota keluarga terjangkit Penyakit Minamata. (Affan Enviro,
2005,

Kasus

Pencemaran

Merkuri

di

Teluk

Minamata

Jepang,

http://affanenviro.com/home/index.php?option=com_content&task=view&id=20&Itemid=30,
diakses tanggal 17 februari 2010)

Asal nama
Penyakit ini mendapat namanya dari kota Minamata, Prefektur Kumamoto di Jepang,
yang merupakan daerah di mana penyakit ini mewabah mulai tahun 1958. Pada waktu itu terjadi
masalah wabah penyakit di kota Mintamana Jepang. Ratusan orang mati akitbat penyakit yang
aneh dengan gejala kelumpuhan syaraf.
Mengetahui hal tersebut, para ahli kesehatan menemukan masalah yang harus segera di
amati dan di cari penyebabnya.

Penyakit Minamata atau Sindrom Minamata adalah sindrom kelainan fungsi saraf yang
disebabkan oleh keracunan akut air raksa. Gejala-gejala sindrom ini seperti kesemutan pada kaki
dan tangan, lemas-lemas, penyempitan sudut pandang dan degradasi kemampuan berbicara dan
pendengaran. Pada tingkatan akut, gejala ini biasanya memburuk disertai dengan kelumpuhan,
kegilaan, jatuh koma dan akhirnya mati. (http://id.wikipedia.org/wiki/Penyakit_Minamata,
diakses tanggal 16 Februari 2010)

Gambar 1. Lokasi Minamata

Riwayat Pencemaran
Penyakit pada manusia akibat polusi lingkungan tak pernah mengalami penjangkitan
bersama secara tiba-tiba. Hal ini terjadi setelah mengalami perubahan-perubahan berjangka
waktu lama pada lingkungan. Hal ini bisa dikatakan terjadi pula pada kasus Minamata. Di tempat
ini, sekitar awal tahun 1925-1926, dampak pada industri perikanan telah muncul. Saat ini sudah
dapat dipastikan bahwa Chisso (dulunya bernama Nitchitsu) merupakan sumber pencemarannya.
Minamata disebut sebagai kota istana dari Chisso (Shin Nihon Chisso Hiryo Kabushiki Kaisha
atau New Japan Nitrogenous Fertilizer, Inc.). Pada tahun 1908, Nihon Carbide Company
didirikan. Pada tahun yang sama, perusahaan itu mengadakan merger dengan Sogi Electric dan
nama perusahaan itu berubah menjadi Nihon Chisso Hiryo Kabushiki Kaisha (Japan
Nitrogenous Fertilizer, Inc.).
Pada tahun 1909, perusahaan itu meraih sebuah hak paten untuk produksi pupuk
nitrigenus dengan menggabungkan kalsium karbid dengan nitrogen atmosferik, yang kemudian
dikembangkan pada suatu perusahaan elektrokimia dengan skala besar. Seiring dengan majunya
industri kimia, Chisso memperluas operasinya termasuk di dalamnya sintesis amonia, produksi
kalsium karbid dari asetilen, asetaldehida, dan asam asetat, produksi resin vinil klorida dari
asetilen, sintesis oktanol dari asetaldehida, dan banyak lagi, sehingga pabrik Chisso Minamata
merupakan yang paling maju di Jepang baik sebelum maupun sesudah Perang Dunia II. Dengan

demikian, polusi lingkungan akibat pembuangan limbah yang tidak dapat dielakkan dari pabrik
seperti itu, memang juga memiliki riwayat panjang. Makanya, perusahaan tersebut menerima
sejumlah permintaan kompensasi dari kelompok nelayan sekitar tahun 1925 atau 1926. Agar
tidak ada keluhan lebih lanjut yang bisa diajukan ke pengadilan, Chisso membayar 1500 yen
sebagai uang simpati.
Pada tahun 1943, isu tentang dampaknya terhadap perikanan kembali dimunculkan dan
membuat perusahaan menandatangani kontrak kompensasi bersama kelompok nelayan. Bagian
utama dari perjanjian tersebut adalah pembayaran kompensasi sebesar 152.000 yen atas
kerusakan sebelumnya dan yang akan datang yang disebabkan oleh limbah pembuangan dari
pabrik, berbagai macam residu, dan sampah ke laut di mana kelompok nelayan tersebut memiliki
izin menangkap ikan.
Tingkat pencemaran saat itu tidak diketahui, namun fakta bahwa tuntutan semacam itu
pernah ditujukan kepada Chisso, penguasa Minamata pada saat itu, memberi kepastian bahwa
kerusakan yang signifikan memang telah terjadi.
Setelah perang, pada tahun 1949, Perhimpunan Nelayan Minamata dibentuk dan
kelompok yang lama dibubarkan. Begitu selesai dibentuk, kelompok baru itu kemudian
menjadikan isu dampak perikanan kembali terangkat ke permukaan, namun perundingan
kompensasi tidak menghasilkan keputusan dan masalah itu pun kembali tenggelam. Para nelayan
tahu bahwa saat itu semakin sulit untuk menangkap ikan karena jaring mereka rusak akibat
limbah karbid, dan bahwa kepah tak lagi menempel pada badan perahu yang ditambatkan dekat
saluran pembuangan limbah pabrik, dan ikan tidak dapat hidup di dalam air dari Pelabuhan
Hyakken. Meski begitu, pihak perusahaan tidak mau mendengar mereka, dan berdalih bahwa
fakta-fakta tersebut tidak ilmiah dan tidak didukung oleh data-data. Namun pengetahuan para
nelayan yang berdasar dari pengalaman dan bukti-bukti sebenarnya cukup ilmiah.
Selanjutnya, pada tahun 1954 perusahaan meminta hak atas daerah Hachiman kepada
kelompok nelayan dalam rangka reklamasi lahan, kelompok nelayan meminta 500.000 yen per
tahun sebagai kompensasi atas kerusakan terhadap perikanan sebelumnya dan yang akan datang.
Perusahaan ini, walaupun mengakui bahwa memang telah terjadi kerusakan terhadap perikanan

(dalam bentuk kurangnya tangkapan), tetap menegosiasikan ketentuan bahwa tidak ada tuntutan
lebih lanjut, bahkan jika terjadi kerusakan di masa yang akan datang. Survei yang layak tentang
kerusakan tidak pernah dilaporkan keluar dan tidak membutuhkan adanya pembelaan.
Fenomena Abnormal
Akibat pencemaran yang terjadi, timbul gejala-gejala aneh dan abnormal pada hewan
yang hidup di sekitar Teluk Minamata. Adapun gejala-gejala tersebut dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:
Tahun Ikan

Kerang

Rumput Laut

Burung

Kucing, Babi

19491950

Di
Matageta, Kepah tak lagi Rumput laut di
gurita, bandeng tumbuh
pada Teluk Minamata
laut
badan kapal di berubah menjadi
mengambang sekitar saluran putih dan mulai
dan
dapat keluar limbah mengambang di
ditangkap
pabrik
di permukaan
dengan tangan Pelabuhan
Hyakken

19511952

Ikan
kurisi Kerang, tiram, Ganggang hijau, Di Yudo, Detsuki,
hitam,
katak, kepah, siput, dll, agar-agar, laver Tsukinouro,
dll,
ikan
kurisi, banyak
yang hijau, alaria dll gagak terjatuh dan
bandeng
laut, terbuka
memudar
burung laut dapat
dll, mengapung
warnanya
dipukul
dengan
khususnya
di
tercerabut dan dayung dan mudah
Teluk Minamata
mengambang. ditangkap
Jumlah rumput
laut
menurun
menjadi hanya
1/3
jumlah
sebelumnya

19531954

Area di mana Kerang


yang Jumlah rumput Jumlah
burung Kucing:
Pada
ikan mengapung mati
makin laut
yang yang
1953, satu ekor
meluas
ke banyak hingga mengambang memperlihatkan menjadi gila dan
selatan sampai melewati teluk bertambah
efek seperti jatuh mati di Detsuki.
Tsubodan,
minamata
ke banyak,
meningkat
di Pada
1954,
Akahana,
arah
pesisir kerusakan
sekitar pulau Koiji, kucing-kucing di

Shinajiro,
Tsukinoura.
meluas
Hadakanze, dan Pada 1953 pada
Teluk
Yudo. seluruh
area,
Belanak, ikan kepah
yang
kurisi,
ikan dikembangkan
cutlass, cumi- pada
daerah
cumi, katak, dll. seluas 1000 m
Pada
teluk mati
Yudo, makarel
kuda yang muda
terlihat
berenang
dengan
aneh
dalam
suatu
lingkaran

Detsuki,
Yudo, Mategata, Myojin,
Modo.
Gagak- Tsukinoura, Yudo,
gagak gila yang dll., terus menjadi
tidak
mampu gila
dan
terbang
dengan mati.Babi:Menjadi
lurus
terlihat gila dan mati di
meluncur jatuh ke Detsuki,
dalam laut dan Tsukinoura
bebatuan

4.2 Teori Penyebab Pencemaran


Sebelum ditemukan bahwa merkuri merupakan penyebab dari penyakit minamata,
banyak teori yang muncul dari berbagai peneliti mengenai penyebab dari penyakit minamata ini.
Adapun teori-teori tersebut antara lain:

Teori Mangan
September 1956, beredar sebuah isu di Minamata bahwa kemungkinan mangan

merupakan penyebab utamanya. Sumber dari berita ini adalah Kelompok Peneliti Kumamoto.
Mangan wajar dicurigai sebagai substansi penyebab, karena kelainan pada sistem
ekstrapiramidal ditetapkan sebagai salah satu gejala klinis yang khas, ditambah lagi bila ada
alterasi pada gangguan basalis. Mangan juga merupakan suatu kemungkinan yang logis karena
kandungannya ditemukan pada air laut, air limbah, ikan, kerang, dan juga dalam organ-organ

dalam penderita dalam jumlah besar. Secara resmi, mangan diumumkan sebagai penyebab yang
dicurigai pada tanggal 4 November 1956, pada konferensi pertama yang diadakan Kelompok
Peneliti Penyakit Minamata untuk melaporkan temuan mereka.

Teori Thallium
Pada Mei 1958, diperkenalkan sebuah teori baru, yang mengajukan thallium sebagai

penyebab. Hal ini terjadi karena thallium ditemukan dalam jumlah besar (300 ppm) pada limbah
dan pembuangan pabrik di Teluk Minamata. Thallium yang secara eksperimental sangat beracun,
ditemukan terkandung dalam debu yang dihasilkan oleh Cottreli precipitator yang digunakan
dalam produksi asam sulfur di pabrik.Namun setelah diadakan penelitian lebih lanjut ternyata
gejala penyakit akibat thallium, cukup berbeda dengan penyakit Minamata. Sehingga teori
thallium tidak dapat dibuktikan kebenarannya.

Teori Selenium
Bulan April 1957, teori selenium sebagai penyebab utama diperkenalkan oleh Profesor

Kitamura, mengingat sejumlah besar selenium ditemukan pada cairan limbah yang dibuang oleh
pabrik di teluk minamata. Secara klinis, gangguan penglihatan dan ginjal akibat keracunan
selenium terlihat lebih signifikan jika dibandingkan dengan penyakit Minamata. Namun, pada
keracunan selenium, lesi pada sel korteks otak jarang ditemukan dan perwujudan klinisnya
terbatas pada bergugurannya rambut dan memberatnya gejala-gejala umum. Dengan demikian,
teori selenium akhirnya ditolak. Kecurigaan Pada Merkuri
Douglas McAlpine, seorang neurolog asal Inggris, mengunjungi Minamata selama dua
hari pada tanggal 13 dan 14Maret 1958. Saat itu, ia sedang melakukan penelitian tentang
sklerosis multipel pada departemen neuropsikiatri di Universitas Kumamoto. Di Minamata, ia
memeriksa 15 orang penderita penyakit Minamata dan memberikan pendapat yang sangat
bernilai. Menurutnya, gejala-gejala seperti penyempitan rentangan pandang, penurunan fungsi
pendengaran dan ataksia sangat mirip dengan gejala-gejala akibat keracunan merkuri di Inggris
yang dilaporkan oleh Hunter dan Russel. McAlpine melaporkan hasil temuannya dalm jurnal
Lancet pada bulan September 1958. Ini pertama kalinya merkuri organik dicurigai sebagai
substansi penyebab penyakit Minamata. Anjuran McAlpine ini sangat penting artinya. Namun,

sebelum ia dapat melaporkan hasil temuannya pada sebuah konfrensi Komunitas Neurolog
Jepang, niatnya dihentikan oleh beberapa orang profesor dengan dalih bahwa semakin banyak
teori akan semakin membingungkan.
Tahun 1959 merupakan tahun yang penting, baik bagi para penderita penyakit Minamata
maupun terhadap riwayat penelitian dari penyakit tersebut. Merkuri, yang telah dicurigai sebagai
penyebab sejak sekitar September 1958, mengundang lebih banyak perhatian lagi. Tanggal 19
Februari 1959, Tim Survei Penyakit Minamata/Keracunan Makanan dari Kementerian Kesehatan
dan Kesejahteraan mengumumkan pentingnya penelitian terhadap distribusi merkuri pada Teluk
Minamata.

Tim ini dibentuk pada Januari 1959 sebagai tim penelitian di bawah Kementerian
Kesehatan Masyarakat, semua anggotanya berasal dari Kelompok Penelitian Fakultas
Kedokteran Universitas Kumamoto. Sebagai hasil survey tersebut, terungkap sebuah fakta yang
mengejutkan. Disebutkan, kadar merkuri yang sangat tinggi dideteksi pada tubuh ikan, kerangkerangan, dan lumpur dari Teluk Minamata yang dikumpulkan pada saat terjadinya penjangkitan
Penyakit Minamata. Secara geografi, merkuri ditemukan dalam konsentrasi tertingginya di
sekitar mulut kanal pembuangan pabrik Chisso dan kadarnya menurun pada jarak yang jarak
semakin jauh ke laut lepas. Data tersebut dengan jelas menunjukkan bahwa merkuri berasal dari
kanal pembuangan pabrik dalam lumpur (masyarakat menyebutnya dobe) sekitar mulut saluran
pembuangan di Hyakken, dua kilogram merkuri per ton, seakan tempat tersebut merupakan
tambang merkuri. Wajar jika kemudian kelompok penelitian yang melakukan studi di tempat
tersebut dibuat terkejut. Kelak, sebuah cabang baru perusahaan Chisso Minamata Chemicals
dibuat khusus untuk mengklaim merkuri yang terdapat di dalam Teluk Minamata, maka Pantai
Minamata memang telah menjadi sebuah tambang merkuri.Konsentrasi merkuri yang tinggi
tidak hanya ditemukan di Teluk Minamata. Kadar yang tinggi juga ditemukan pada rambut warga
yang tinggal di sepanjang Laut Shiranui, khususnya di distrik Minamata, setelah dibandingkan
dengan penduduk di kota Kumamoto. Level tertinggi dari merkuri yang dideteksi pada rambut
penderita penyakit Minamata adalah 705 ppm, jumlah tertinggi dari warga Minamata yang sehat
adalah 191 ppm, dan mereka yang tinggal di luar areal Minamata adalah sekitar 4,42 ppm. Kadar

merkuri yang besar juga dideteksi pada air seni penderita Penyakit Minamata, berkisar antar 30120 gamma per hari.
Konsentrasi merkuri yang tinggi ditemukan pada ikan dan kerang-kerangan yang berasal
dari Teluk Minamata, dan menyebabkan Penyakit Minamata pada tikus dan kucing percobaan.
Mereka memiliki kandungan merkuri antara 20-40 ppm, yang memperkuat dugaan bahwa
merkuri telah menyebar luas pada area Laut Shiranui. Standar nasional merkuri yang
diperbolehkan di lingkungan saat ini adalah 1,0 ppm.
Tingkat merkuri yang tinggi juga ditemukan pada organ-organ mayat penderita penyakit
Minamata dan dalam organ kucing, baik yang secara alami, maupun yang mengalaminya karena
dalam percobaan diberi makan ikan dan kerang-kerangan dari Teluk Minamata. Ditemukannya
kadar merkuri yang tinggi pada rambut penduduk di distrik ini menunjukkan mereka-orang
dewasa, bayi, anak-anak dan ibu mereka-semua terkontaminasi merkuri berat, dengan atau tanpa
adanya gejala dengan mereka. Jika masalah ini ditanggapi dengan baik, mungkin kita dapat
meramalkan datangnya perjangkitan Penyakit Minamata yang laten, sebelum kasus-kasus pasien
dengan onset yang lambat dan gejala-gejala laten menjadi masalah serius seperti sekarang ini.
Meski demikian, dalam kenyataannya, kandungan merkuri pada rambut tidak dianggap sebagai
faktor menentukan dalam menegakkan diagnosa Penyakit Minamata, dan meletakkan garis batas
bahwa kandungan merkuri pada rambut penduduk adalah tinggi, baik pasien ataupun bukan.
Jadi, di sini juga terjadi suatu kesalahan dalam memanfaatkan data yang ada. Meski harus diakui,
Kelompok Penelitian telah mengumpulkan data-data yang berguna menyangkut Penyakit
Minamata dan merkuri.
Pada 22 Juli 1959, Kelompok Penelitian Penyakit Minamata mengambil kesimpulan di
akhir penemuan: Penyakit Minamata merupakan suatu penyakit neurologis yang disebabkan
oleh konsumsi ikan dan kerang-kerangan lokal, dan merkuri telah menarik perhatian besar
sebagai racun yang telah mencemari ikan dan kerang-kerangan. Teori Merkuri Organik
Tanggal 12 November 1959, anggota Komite Dewan Investigasi Makanan dan Sanitasi
Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan memaparkan laporan berikut ini kepada menteri
berdasarkan laporan oleh Tim Survei Keracunan Makanan/Penyakit Minamata:Penyakit

Minamata adalah suatu penyakit keracunan yang utamanya mempengaruhi sistim saraf pusat
akibat mengkonsumsi ikan dan kerang-kerangan dari Teluk Minamata dan sekitarnya dalam
jumlah besar, di mana agen penyebab utamanya adalah semacam campuran merkuri organik.
Jadi, dalam hal ini merkuri organik secara resmi diumumkan sebagai substansi penyebab
Penyakit Minamata. Walau begitu, tanggal 13 November, di hari berikutnya, Tim Survei
Penyakit Minamata/Keracunan Makanan dari Dewan Investigasi Makanan dan Sanitasi
dibubarkan secara resmi oleh Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan.
Sementara itu, Dr. Leonard T. Kurland (NIH USA) mengunjungi Minamata pada
September 1958 dan memeriksa beberapa pasien. Ia mengambil beberapa contoh makanan dari
laut, air laut dan lumpur untuk dibawa ke Amerika dan dianalisa. Ia menulis sebuah artikel pada
sebuah surat kabar Asahi Shinbun dan Mainiji Shinbun tanggal 8 Desember 1959, yang
memperkuat kesimpulan yang dibuat oleh Universitas Kumamoto bahwa substansi penyebab dari
Penyakit Minamata adalah merkuri organik.
(Affan

Enviro,

2005,

Kasus

Pencemaran

Merkuri

di

Teluk

Minamata

Jepang,

http://affanenviro.com/home/index.php?option=com_content&task=view&id=20&Itemid=30,
diakses tanggal 17 Februari 2010)

4.3Solusi
a. Penutupan polutan dari sumber-sumber
Berkenaan dengan tanaman Chisso Minamata Co, Ltd, melalui penyelesaian sistem
sirkulasi yang sempurna pada tahun 1966, air limbah yang mengandung senyawa methylmercury
tidak pernah diberhentikan di luar pabrik pada prinsipnya, dan sumber polutan itu dihilangkan
melalui penghentian produksi asetaldehida pada tahun 1968. In the Agano River basin the
process of producing acetaldehyde had already closed before Minamata Disease was discovered.
Di basin Sungai Agano proses produksi asetaldehida sudah ditutup sebelum penyakit Minamata
ditemukan.

b. Pengendalian limbah
Pada tahun 1969, drainase dari limbah pabrik yang mengandung methylmercury ke Teluk
Minamata regutated. Pada tahun 1970, Undang-Undang Pengendalian Pencemaran Air
diberlakukan, yang dipaksakan kontrol pembuangan limbah air di semua daerah di Jepang, dalam
hubungannya dengan zat-zat beracun, misalnya, merkuri dan cadmium. Selanjutnya, konversi
metode produksi soda menyarankan agar tanaman yang mungkin pembuangan merkuri selain
Showa Denko Chisso dan tanaman.
c. Pemulihan lingkungan
Karena cukup methylmercury tetap konsentrasi di bawah endapan dari air yang terkait
dengan daerah-daerah bahkan setelah pelepasan dari senyawa methylmercury dihentikan, dalam
rangka untuk menghilangkan endapan dasar ini, 1974-1990, Prefektur Kumamoto dilakukan
untuk menangani proyek dengan sekitar 1.500.000 kubik meter dari bawah sedimen dari Teluk
Minamata yang mengandung merkuri lebih dari standar penghapusan (25ppm dari total merkuri)
dengan cara pengerukan dan TPA, dan untuk membuat 58ha. TPA, dengan total biaya 48 miliar
yen (dari jumlah total, perusahaan yang bertanggung jawab menanggung 30.5 miliar yen). Pada
tahun 1976, Prefektur Niigata dilakukan pengerukan dasar sungai sedimen yang mengandung
merkuri lebih dari standar penghapusan drainase di sekitar outlet dari Showa Denko tanaman
oleh beban perusahaan yang bertanggung jawab.

Gambar 2. Pengerukan Teluk Minamata


(http://www.env.go.jp/en/chemi/hs/minamata2002/, diakses tanggal 18 Februari
2010)

BABV

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Pencemaran lingkungan oleh zat beracun mengakibatkan kerusakan serius seperti kerusakan
kesehatan

dan

kerusakan

lingkungan

hidup.

In the case of Minamata Disease, the agreement was concluded between patients groups and the
companies, and as to the suits they were concluded by compromise between plaintiffs and the
companies, and by withdrawing of plaintiffs between the nation and plaintiffs, so social troubles
get fewer.Dalam kasus penyakit Minamata, lebih dari 3.000 korban telah terjangkit wabah
penyakit Minamata ini. Sorotan langsung ditujukan ke pabrik kimia Chisso, yang berada di
kawasan Teluk Minamata. Chisso Company, adalah pabrik kimia yang menunjang ekonomi
Jepang ketika itu. Di pabrik tersebut, diproduksi asetal dehida, dengan cara reaksi gas asetilen
dengan merkuri-sulfat. Asetal-dehida diolah lagi untuk menghasilan asam asetat dan PVC.
Semua sampah bahan kimia itu, tanpa diolah terlebih dahulu, langsung dibuang ke laut di Teluk
Minamata. Dampaknya, teluk Minamata tercemar dan sistem aquatik di sana menimbun sampah
kimia dalam rantai makanannya.
Kasus pencemaran lingkungan ini mengakibatkan banyak kematian. Pada tahun
tanggal 1 Mei 1956, kota Minamata mengumumkan secara resmi bahwa 1.655 orang meninggal
dan sebanyak 613 lainnya menderita sakit karena tercemar logam berat. Di awal tahun 50an
Teluk Minamata tercemar oleh limbah logam berat Mercury yang berasal dari pabrik di kota
Minamata. Limbah mercury mencemari teluk Minamata, sehingga ikan dan kerang-kerangan
tercemar logam berat. Penduduk kota Minamata yang mengkonsumsi ikan dan kerang-kerangan
dari teluk Minamata menderita sakit sehingga korban berjatuhan.
Penderita penyakit Minamata ini secara umum mengalami kerusakan otak dan saraf.
Gejala penyakitnya muncul bertahap, berupa gangguan gerak motorik, nyeri hebat pada
persendian, kaburnya penglihatan, ganguan sensorik, gangguan bicara, mundurnya kemampuan
intelektual serta ketidakstabilan emosi.

5.2 Saran
Dengan pengalaman kerusakan akibat bencana dari kasus penyakit Minamata ini
menjadi awal sebagai titik balik untuk mengemban langkah-langkah dalam melindungi
lingkungan telah mengalami kemajuan yang signifikan.

Sisi baiknya, masyarakat Minamata dan kalangan industri di Jepang dapat memetik
hikmah dari pencemaran lingkungan tersebut. Secara bersama-sama masyarakat Minamata,
kalangan industri, pemerintah kota dan pemerintah Jepang melakukan perbaikan lingkungan
dengan upaya terpadu. Secara konsisten, seluruh industri diharuskan mengolah limbah. Peraturan
disusun dan dilaksanakan secara konsisten. Pada saat bersamaan pemulihan lingkungan teluk
Minamata dilakukan, sehingga kualitas air di teluk Minamata kembali seperti sebelum
pencemaran. Limbah rumah tangga dari seluruh bangunan diolah secara sungguh-sungguh,
sehingga tidak ada lagi limbah industri dan limbah rumah tangga yang mencemari perairan kota
Minamata. Sejarah kemudian mencatat, bahwa Minamata yang semula tercemar berat, kini
menjadi kota kualitas lingungannya baik, kota yang nyaman dan aman untuk ditinggali.
Kini masyarakat kota Minamata sangat terkenal dengan kepedulian terhadap
pengelolaan lingkungan. Para stakeholder kota Minamata, tidak mau mengulang sejarah buruk
yang pernah terjadi. Kota yang kini berpenduduk sekitar 28.400 orang itu, secara terus menerus
meningkatkan upaya pengelolaan lingkungan. Salah satu keberhasilan kota Minamata adalah
dalam pengelolaan sampah yang melibatkan ibu rumahtangga. Yang luar biasa adalah bahwa saat
ini masyarakat Minamata telah berhasil melakukan pemilahan sampah menjadi 22 jenis dengan
kualitas yang baik. Masing-masing jenis sampah dikelola sesuai dengan pengolahan lanjutan
mulai dari pengomposan, daur ulang dan pengolahan lainnya. Pemilahan menjadi sejumlah itu,
termasuk prestasi yang luar biasa.
Selain itu, kota Minamata saat ini mengkampanyekan pengurangan pemakaian
kantong plastik dengan melibatkan ibu-ibu rumahtangga. Para ibu rumah tangga mendatangi
supermarket untuk melakukan kampanye pengurangan kantong plastik. Para ibu rumah tangga
membentuk kelompok-kelompok dan mereka melakukan diskusi dan seminar untuk mengurangi

kantong plastik. Bersamaan dengan itu mereka juga melakukan pengurangan (reduksi) sampah.
Masyarakat dilatih bagaimana menghindari terjadinya sampah.

Untuk meningkatkan upaya penglolaan lingkungan di kota Minamata berbagai upaya


dilakukan. Masyarakat dan pemerintah memberikan penghargaan kepada sejumlah orang yang
secara nyata melakukan upaya pengelolaan lingkungan. Sebanyak 28 orang (dari 28.400 total
penduduk kota) diberi penghargaan sebagai Environmental Master, mereka adalah pribadipribadi yang secara sungguh-sungguh mendedikasikan dirinya untuk melakukan tindakan nyata
meningkatkan kualitas lingkungan dan mengajak masyarakat ikut bersama mereka menjadi kader
lingkungan.
Kesungguhan para stakeholder di Minamata, dapat menjadi inspirasi bagi siapa saja
untuk ikut bersama masyarakat dunia menyelamatkan lingkungan. Belajar dari kasus Minamata
ini diharapkan dapat membangkitkan kesadaran yang tinggi untuk menyadari lagi bagaimana
pertimbangan kepada lingkungan adalah penting dan bahwa upaya-upaya akan dilakukan untuk
mencegah pencemaran lingkungan tanpa pengalaman bencana polusi. Dari pengalaman yang
terjadi di Jepang dapat dijadikan sebagai pelajaran bagi negara-negara lain untuk lebih waspada
dan peduli akan lingkungan.

Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Air merupakan kandungan terbesar didalam tubuh manusia. Maka dari itu, air mutlak
dipenuhi untuk kelangsungan hidup manusia. Jika mutu air yang masuk ke dalam tubuh rendah,
akan mempengaruhi kesehatan tubuh. Bahkan dapat menimbulkan penyakit.
Air yang tercemar dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti diare, penyakit kulit,
kanker, minamata dan lain lain.
Kasus ini disebut tragedi Minamata atau disebut juga Minamata Disaster (1950). Logam
berat akibat industrialisasi Jepang mencemari teluk tersebut, termasuk di dalamnya tercemar pula

oleh Methyl Mercury. Tidak kurang, penduduk dari dua wilayah di pesisir Minamata, yaitu
propinsi Kumamoto dan Kagoshima menjadi korban merkuri.
Penduduk yang mengalaminya memiliki penyakit aneh, tangan dan kaki mati rasa, kekuatan
otot melemah, gangguan pada mata, gagap, gangguan pendengaran, lumpuh hingga pada level
tertentu menyebabkan kematian. Dari beberapa video dokumen terlihat banyak korban
berperilaku aneh, seperti gagap dan kejang kejang begitu pula seekor kucing yang jalan terseokseok saat berjalan. Limbah merkuri yang di hasilkan oleh Chisso Corp tersebut telah
menkontaminasi air laut sehingga membuat hasil tangkapan ikan menjadi terkontaminasi merkuri
sehingga meracuni penduduk yang mengkonsumsinya. 50 tahun sudah kejadian tersebut berlalu,
namun sampai saat ini kejadian tersebut masih belum terpecahkan ujar walikota kota Minamoto.
Jumlah korban belum bisa di pastikan karena akan terus bertambah karena bersifat turunmenurun, namun sekitar 1.573 2.265 orang meninggal yang kesemuanya menderita keracunan
merkuri, lebih lanjut masih banyak penduduk yang melaporkan kemungkinan terkena wabah ini
dan jumlahnya tidak sedikit, yaitu 21.021 orang. Dan mereka mengaku memiliki gejala gejala
penyakit yang terlihat pada lengan, kaki dan sulit berkomunikasi. Pihak Chisso Corp sendiri
selalu menolak untuk bertanggung jawab meskipun telah di tetapkan sebagai tersangka dan terus
menyebarkan merkuri ke laut sepanjang 1956 1968, tentu saja perbuatan tersebut patut di kutuk
karena telah menyengsarakan penduduk lokal hingga turun temurun dari generasi ke generasi.
Efek merkuri pada kesehatan terutama berkaitan dengan sistem syaraf, yang sangat sensitif
pada semua bentuk merkuri. Gejala yang timbul antara lain:
Gangguan saraf sensoris: Paraesthesia, kepekaan menurun dan sulit menggerakkan jari tangan
dan kaki, penglihatan menyempit, daya pendengaran menurun, serta rasa nyeri pada lengan dan
paha.
Gangguan saraf motorik: lemah, sulit berdiri, mudah jatuh, ataksia, tremor, gerakan lambat, dan

sulit berbicara.
Gangguan lain: gangguan mental, sakit kepala. Tremor pada otot merupakan gejala awal dari
toksisitas merkuri tersebut.
Dari fakta-fakta tersebut diatas, kami ingin mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada air
laut tersebut ditinjau dari parameter dan kaidah-kaidah kimia lingkungan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
(1) Apa saja sumber pencemaran air laut yang menyebabkan terjadinya tragedi Minamata?
(2) Bagaimana peredaran zat pencemar air laut yang menyebabkan terjadinya tragedi Minamata?

(3) Bagaimana tabiat (sifat kimia dan fisika) zat pencemar air laut yang menyebabkan terjadinya
tragedi Minamata?
(4) Apa dampak yang diakibatkan oleh tragedi Minamata?
(5) Bagaimana cara mengatasi permasalahan pencemaran air laut akibat tragedi Minamata?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, makalah ini bertujuan :
(1) Untuk mengetahui sumber pencemaran air laut yang menyebabkan terjadinya tragedi Minamata.
(2) Untuk mengetahui peredaran zat pencemar air laut yang menyebabkan terjadinya tragedi
Minamata.
(3) Untuk mengetahui tabiat (sifat kimia dan fisika) zat pencemar air laut yang menyebabkan
terjadinya tragedi Minamata.
(4) Untuk mengetahui dampak yang diakibatkan oleh tragedi Minamata.
(5) Untuk mengetahui cara mengatasi permasalahan pencemaran air laut akibat tragedi Minamata.

II.

Pembahasan

2.1 Sumber Pencemaran Air Laut yang Menyebabkan Terjadinya Tragedi Minamata
Minamata adalah sebuah desa kecil yang menghadap ke laut Shiranui, bagian selatan Jepang
sebagian besar penduduknya hidup sebagai nelayan, dan merupakan pengkonsumsi ikan cukup
tinggi, yaitu 286-410gram/hari.
Tahun 1908 berdiri PT Chisso dengan Motto dahulukan Keuntungan perkembangannya
pada tahun 1932 Industri ini berkembang dan memproduksi berbagai jenis produk dari pewarna
kuku sampai peledak, dengan dukungan militer industri ini merajai industri kimia, dan dengan
leluasa membuang limbahnya ke teluk Minamata diperkirakan 200-600 ton Hg dibuang selama
tahun 1932-1968, selain merkuri limbah PT Chisso juga berupa mangan. Thalium, dan Selenium.
Bencana mulai nampak pada tahun 1949 ketika hasil tangkapan mulai menurun drastis
ditandai dengan punahnya jenis karang yang menjadi habitat ikan yang menjadi andalan nelayan
Minamata.
Pada tahun 1953 beberapa ekor kucing yang memakan ikan dari teluk Minamata mengalami
kejang, menari-nari, dan mengeluarkan air liur beberapa saat kemudian kucing ini mati.
Tahun 1956 adanya laporan kasus gadis berusia 5 tahun yang menderita gejala kerusakan
otak, gangguan bicara, dan hilangnya keseimbangan sehingga tidak dapat berjalan. Menyusul
kemudian adalah adik dan empat orang tetangganya, penyakit ini kemudian oleh Dr. Hosokawa
disebut sebagai Minamata disease.

Pada tahun 1958 terdapat bukti bahwa penyakit Minamata disebabkan oleh keracunan
Methyl-Hg, hal ini ditunjukkan dengan kucing yang mengalami kejang dan disusul kematian
setelah diberi makan Methyl-Hg. Pada tahun 1960 bukti menyebutkan bahwa PT Chisso
memiliki andil besar dalam tragedi Minamata, karena ditemukan Methyl-Hg dari ekstrak kerang
dari teluk Minamata, sedimen habitat kerang tersebut mengandung 10-100 ppm Methyl-Hg,
sedang di dasar kanal pembuangan pabrik Chisso mencapai 2000 ppm. Pada tahun 1968
pemerintah secara resmi mengakui bahwa pencemaran dari pabrik Chisso sebagai sumber
penyakit Minamata.
22 Peredaran Zat Pencemar Air Laut yang Menyebabkan Terjadinya Tragedi Minamata
Peristiwa ini dimulai di Minamata, sebuah desa kecil yang menghadap ke laut Shiranui,
provinsi Kumamoto, bagian selatan Jepang, dimana sebagian besar penduduknya hidup sebagai
nelayan, dan merupakan pengkonsumsi ikan yang dukup tinggi, yaitu 286-460 gram per hari.
Masalah dimulai ketika tahun 1908 berdiri PT Chisso dengan slogan dahulukan
keuntungan. Pada tahun 1932 industri ini berkembang dan memproduksi berbagai jenis produk
dari pewarna kuku sampai peledak. Dengan dukungan militer, industri ini merajai industri kimia,
dan dengan leluasa membuang limbahnya ke teluk Minamata.
Selang beberapa lama, diketahui bahwa limbah industry ini berupa Merkuri (Hydragyricum :
Hg) yang digunakan sebagai katalis dalam proses produksi asetaldehida (acetaldehyde).
Asetaldehida (CH3COOH) digunakan sebagai bahan mentah untuk pembuatan produk seperti
plastik, obat-obatan, cuka, fiber dan produk lain. Walaupun anorganik merkuri yang digunakan
sebagai katalisator, namun sistemnya merubah bentuk anorganik merkuri tersebut menjadi
organik (metil) merkuri. Dengan kata lain merkuri anorganik dapat ter-metilasi menjadi merkuri
organik di sedimen perairan. Pada biota laut merkuri anorganik mengalami perubahan menjadi
merkuri organik (metil merkuri). Selain itu kondisi asam dan kadar ozon pada perairan
mendorong aktivitas bakteri mengubah merkuri menjadi metil merkuri.
Limbah yang dibuang ke teluk Minamata juga tidak terhitung sedikit, diperkirakan 200-600
ton Hg dibuang selama 1932-1968, selain merkuri, terdapat juga mangan, thalium, dan selenium
dalam limbah yang dibuang. Tanda-tanda keracunan mulai terlihat pada tahun 1949 ketika hasil
tangkapan mulai menurun drastis, yang ditandai dengan punahnya jenis karang yang menjadi
habitat ikan yang menjadi andalan nelayan. Tanda-tanda keracunan juga terlihat pada beberapa

hewan yang memakan ikan hasil tangkapan nelayan. Beberapa ekor kucing yang memakan ikan
tersebut mengalami kejang, menari-nari, dan mengeluarkan air liur, yang beberapa saat kemudian
kucing tersebut mati.
Metil merkuri dapat memasuki tubuh manusia melalui tiga cara, yaitu melalui kulit, inhalasi
(pernafasan) maupun lewat makanan. Pada kasus ini Merkuri ditransfer masuk dalam rantai
makanan melalui bioakumulasi di lingkungan laut yang tercemar. Ikan atau hewan air lainnya
yang tercemar merkuri melalui makanan atau insangnya. Metil merkuri dan substansi racun
lainnya yang telah terakumulasi pada ikan dan moluska. Ikan-ikan berukuran besar seperti Tuna
dan Swordfish yang hidup di laut tercemar biasanya mengandung akumulasi metil merkuri lebih
banyak. Hewan air tersebut masuk dalam rantai makanan dan dimakan oleh predator di atasnya,
dan akhirnya sampai pada puncak pada rantai makanan, yaitu manusia. Ikan-ikan yang telah
terkontaminasi ini menjadi ancaman serius bagi kesehatan manusia ketika rantai makanan itu
menyambung ke manusia. Merkuri akan meracuni manusia saat kadarnya melebihi kadar normal
dalam darah (sekitar 0,04 ppm). Namun, sekali berada dalam tubuh, metil merkuri sangat lambat
tercuci dan akan terakumulasi dalam tubuh. Oleh sebab itu, memakan ikan yang tercemar metil
merkuri dengan dosis di bawah ambang pun, jika dilakukan dalam jangka waktu lama, akan
meningkatkan jumlah merkuri di dalam tubuh.
Merkuri yang terlarut dalam pembuluh darah setelah ikan dicerna oleh sistem pencernaan
manusia akan sampai ke ginjal, dimana senyawa anorganik merkuri akan berpengaruh pada
ginjal, sedangkan saat sampai pada susunan saraf, giliran metil merkuri dan etil merkuri yang
akan mempengaruhi susunan saraf. Senyawa merkuri dapat dicerna dan terlarut dalam darah
karena senyawa bersifat lipofilik, sehingga terlarut dalam lemak yang terkandung dalam ikan,
dan dapat masuk dalam peredaran darah sekaligus dapat meracuni darah dan otak.
2.3 Sifat Kimia dan Fisika Zat Pencemar Air Laut yang Menyebabkan Terjadinya Tragedi

1.
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Minamata
Zat sumber pencemar pada Tragedi Minamata adalah Raksa (Hg)
Sumber mineral yang mengandung raksa:
Sinabar (HgS)
Metasinabarit
Kalomel
Terlinguait
Eglestonit
Montroidit

2. Sumber yang menghasilkan Raksa dengan cara diekstraksi:


a. Bijih air raksa yang terpenting hanyalah Sinabar (HgS), Sinabar dipanggang dan menghasilkan
oksidanya yang pada gilirannya terdekomposisi kira-kira pada suhu 500 oC maka raksa akan
menguap.
HgS (s) + O2 (g) Hg (g) + SO2 (g)
b. Proses lain untuk mengurangi emisi SO2(g) ialah dengan memanggang HgS dengan Fe atau CaO
HgS (s) + Fe (s) FeS (s) + Hg (g)
4 HgS (s) + 4 CaO (s) 3 CaS (s) + CaSO4 (s) + 4 Hg (g)
Pemanggangan HgS tidak menghasilkan HgO karena HgO tidak stabil pada suhu tinggi sehingga
mengurai menjadi Hg (g) dan O2 (g).
c. Raksa yang masih terkotori oleh pengotor, dimurnikan dengan mereaksikannya dengan larutan
HNO3, larutan HNO3 akan mengoksidasi hampir semua pengotor. Hasilnya yang tidak larut akan
mengambang ke permukaan cairan dan dapat diambil. Pemurnian terakhir adalah melalui
penyulingan. Raksa mudah diperoleh karena kemurnian adalah yang paling tinggi dari
3.
a.
b.
c.
d.
e.

kebanyakan logam (99,9998% Hg atau lebih).


Sifat Fisika Raksa:
Berkilau seperti warna keperakan
Mempunyai titik leleh yang rendah 234.32 K (-38.83 C, -37.89 F)
Berujud cair pada suhu kamar (25 oC) dengan titik beku paling rendah sekitar -39 oC.
Masih berujud cair pada suhu 396oC.
Hg punya densitas yang lebih besar dari beberapa logam yang lain. densitas Hg sekitar 13.55

4.
a.
b.
c.
d.
e.

g/mL.
Sifat Kimia Raksa:
Memiliki daya hantar listrik yang tinggi
Bersifat diagmanetik (tidak dapat ditarik oleh magnet)
Memberikan uap monoatom dan mempunyai tekanan uap (1,3 x 10-3 mm) pada suhu 20 oC.
Larut dalam cairan polar maupun tidak polar.
Merupakan logam yang paling mudah menguap jika dibandingkan dengan logam-logam yang
lain.Karena penguapan dan toksisitas yang tinggi, air raksa harus disimpan dalam kemasan

tertutup dan ditangani dalam ruang yang cukup pertukaran udaranya.


f. Sangat sedikit senyawa raksa yang larut dalam air, dan kebanyakan tak terhidrasi.
g. Raksa mempunyai kecenderungan yang kecil untuk bergabung dengan oksigen, oksida raksa
(HgO) tidak mantap/tahan terhadap suhu.
h. Kebanyakan senyawa raksa bersifat kovalen. Kemantapan ikatan Hg C mengakibatkan
banyaknya jumlah senyawa raksa organik. Halida logam, kecuali HgF 2, hanya sedikit terionisasi
dalam larutan yang mengandung H2O.
i. Raksa membentuk ion diatomik dengan ikatan kovalen logam-logam, Hg22+.
j. Senyawa merkuri anorganik terjadi ketika merkuri dikombinasikan dengan elemen lain seperti
klorin (Cl ), sulfur atau oksigen. Senyawa-senyawa ini biasa disebut garam-garam merkuri.

k. Senyawa merkuri organik terjadi ketika merkuri bertemu dengan karbon atau organomerkuri.
Banyak jenis organomerkuri, tetapi yang paling populer adalah metilmerkuri (monometilmercuri)
CH3HgCOOH.
2.4 Dampak yang Diakibatkan oleh Tragedi Minamata
Kasus minamata disebabkan oleh metil merkuri yang dihasilkan dalam proses produksi
asetaldehida dimana produksinya menggunakan raksa (mercury) sebagai katalis. Metil raksa
mengkontaminasi dan terakumulasi pada ikan-ikan dan makhluk hidup lain yang ada di laut
tersebut, sehingga siapapun yang mengkonsumsi hasil laut itu akan mengalami keracunan methyl
mercury. Kasus ini merupakan kasus pertama yang terjadi melalui rantai makanan dari polusi
lingkungan.
Berdasarkan Prof. Tokumi yang telah meneliti kasus ini, tanda-tanda keracunan mercuri
pada kasus minamata ini ada berbagai macam. Dari seluruh korban yang diperiksa 100% korban
mengalami gangguan sensorik dan penyempitan jarak pandang, 93,5% diantaranya mengalami
gangguan koordinasi, 88,2 % mengalami dysarthia, 85,3 % mengalami gangguan pendengaran
dan 75,8% mengalami gejala tremor. Selain itu, diantara 85,4% dari penderita juga mengalami
ganguan dalam berjalan. Tak hanya itu, gangguan syaraf perioral juga ditemukan dalam kasus
ini. Kasus Minamata ini juga menimbulkan gangguan syaraf yang unik dan belum pernah
ditemukan sebelumnya. Ganguan syaraf ini mirip dengan gangguan pada syaraf peripheral.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan setelahnya, terdapat kemungkinan besar bahwa gangguan
syaraf tersebut tergolong dalam gangguan syaraf pusat.
Pada tahun 1962 ditemukan bukti bahwa metal merkuri juga mengkontaminasi
mengkontaminasi janin pada Ibu hamil, karena logam merkuri dapat melintasi plasenta dan
memengaruhi janin. Ini dibuktikan dari penelitian, bahwa bayi yang terkena logam dalam
kandungan ibunya, akan dipengaruhi secara berlebihan daripada ibunya. Faktor ini
mengakibatkan beberapa warga yang berasal dari Minamata enggan mengakui dirinya berasal
dari Minamata, karena takut tidak akan mendapatkan jodoh. Sekitar 9% dari bayi yang baru lahir
tersebut memiliki kandungan raksa dalam tubuhnya yang sangat tinggi. Berdasarkan penelitian
yang dilakukan, semua anak tersebut mengalami keterbelakangan mental, gangguan koordinasi,
gangguan pertumbuhan, chorea-ethetose dan dysarthia.
Untuk faktor usia, anak-anak lebih rentan diserang keracunan logam merkuri daripada orang
desawa. Hal ini disebabkan kepekaan dan tingkat penyerapan dalam saluran pencernaan anak-

anak yang lebih besar daripada orang dewasa. Selain itu, pada anak-anak yang mempunyai berat
badan sangat kecil, lebih mudah diserang oleh racun logam. Faktor berat badan pada anak-anak
ternyata juga berpengaruh pada orang dewasa. Faktor-faktor diet yang menyebabkan defisiensi
protein, vitamin C, dan vitamin D dapat meningkatkan resiko keracunan logam.
Secara patologis, kandungan raksa yang terlalu tinggi akan merusak bagian kortial cerebrum
dan cerebellum. Dengan kata lain pada bagian pusat visual (calcarine areas), pusat motorik
(precentral gyrus), pusat sensorik (postcentral gyrus) dan pusat audiotorik (transverse temporal
gyrus).
Senyawa methyl mercury juga akan bergerak melalui plasenta seperti halnya melalui
pembuluh-pembuluh darah. Sehingga dapat dipastikan bahwa senyawa ini akan merusak otak
fetal melalui plasenta dari ibu yang terkontaminasi methyl mercury. Akibatnya terjadi kerusakan
pada cerebral, yang termasuk gangguan intelektual, gangguan pertumbuhan, kesulitan dalam
berbicara, kesulitan dalam bergerak dll.kondisi ini disebut dengan Fetal Minamata Disease, yang
diakibatkan kerusakan pada saat kehamilan.
Sebelumnya telah disebutkan bahwa senyawa merkuri dapat larut dalam darah karena
mempunyai sifat lipofilik, sehingga dapat menuju ke berbagai sistem organ dalam tubuh, dan
menyebabkan gangguan pada sistem organ tersebut. Antara lain:
Sistem Syaraf
Merkuri dapat dengan mudah dapat memasuki susunan syaraf dan mengakibatkan keracunan
pada bentuk metil merkuri (CH3Hg+), yang biasanya masuk lewat pencernaan, yang mana telah
mencerna ikan, kerang, udang, maupun air dari perairan yang telah terkontaminasi. Metil
merkuri sendiri terbentuk dari reaksi antara merkuri dengan metana yang terdapat di alam. Metil
merkuri bersifat racun, dalam bentuk metal merkuri, sebagian besar berakumulasi di otak.
Karena senyawa ini mudah diserap, dalam waktu singkat dapat menyebabkan berbagai
gangguan. Mulai dari rusaknya keseimbangan tubuh, tidak bisa berkonsentrasi, tuli, dan berbagai
gangguan lain. Ini dibuktikan dengan adanya laporan pada tahun 1956, bahwa gadis berusia 5
tahun menderita gejala kerusakan otak, gangguan bicara, dan hilangnya keseimbangan sehingga
tidak bisa berjalan.
Pada Ginjal
Resiko ginjal terserang keracunan merkuri cukup kecil, karena hanya merkuri dalam bentuk
logam saja yang dapat menyerang ginjal. Itupun merupakan sisa dari dari ekskresi merkuri yang

mengendap pada ginjal. Tapi jika melihat fakta bahwa penduduk Minamata merupakan
pengkonsumsi ikan yang sangat tinggi, dan telah tercemar oleh merkuri, maka keracunan pun
tidak dapat dihindari. Ginjal yang diserang oleh merkuri akan mengalami kerusakan, dan
mengganggu sistem ekskresi dalam tubuh. Seseorang masih beruntung jika hanya satu ginjal
yang diserang, karena setiap manusia dalam keadaan normal mempunyai dua buah ginjal dalam
tubuhnya. Tetapi jika terserang keduanya, maka orang tersebut dinyatakan gagal ginjal, dan harus
melakukan cuci darah secara rutin, atau menerima donor ginjal dari orang lain untuk mengganti
ginjalnya yang rusak.
Pada Pernapasan
Dalam kasus Minamata, resiko untuk keracunan pada sistem pernapasan cukup kecil, karena
penyebab utama keracunan di Minamata adalah penduduk yang terlalu banyak terpapar merkuri
yang terdapat pada ikan-ikan yang mereka makan setiap harinya. Sedangkan cara untuk merkuri
memasuki sistem pernapasan adalah melalui uapnya, yang dapat berasal dari uap air raksa yang
terhirup dalam waktu lama dan terus menerus, sehingga merusak paru-paru. Kerusakan paruparu akan berujung pada kematian.
Akibat lain yang ditimbulkan pada keracunan merkuri selain kerusakan organ adalah
karsinogenisitas. Karsinogenisitas merupakan pembengkakan pada jaringan tubuh (tumor).
Tumor diakibatkan oleh peningkatan kadar merkuri dalam jaringan tubuh. Sehingga tidak
mengherankan jika banyak dari warga Minamata yang keracunan merkuri mengalami cacat fisik
sepanjang hidupnya.
Jika melihat dari banyak hal yang terjadi pada kasus Minamata, dari pembuangan limbah
yang belum diolah dengan benar, yang langsung dibuang ke perairan dimana perairan tersebut
menjadi sumber kehidupan bagi masyarakat sekitar. Sampai pada dampak yang ditimbulkan oleh
keracunan tersebut, seperti gangguan pada sistem organ yang sampai berujung pada kematian,
bisa diambil beberapa pelajaran, antara lain pentingnya pengolahan limbah hasil industri, apalagi
jika mengandung logam-logam berat, seperti merkuri (Hg), mangan (Mn), selenium (Se), dan
thalium (Tl). Yang dapat mencemari perairan, sehingga menyebabkan kerusakan ekosistem air
dan keracunan bagi penduduk sekitar, yang berupa cacat fisik permanen, sampai kematian.
2.5 Cara Mengatasi Permasalahan Pencemaran Air Laut Akibat Tragedi Minamata

Berbagai usaha restorasi dan rehabilitasi lingkungan teluk Minamata dan laut Shiranui pada
umumnya untuk mencegah terus menyebarnya metil merkuri tersebut ke rantai makanan dan
manusia, sejak tahun 1970 untuk merehabilitasi lingkungan. Usaha-usaha tersebut mencakup 5
kategori, yaitu : (1) Kegiatan penelitian, (2) Peraturan-peraturan dan administrasi (3),
Pengobatan bagi korban, (4) Pemantauan merkuri dan bahan berbahaya lainnya serta (5) Usaha
perbaikan lingkungan.
Selain larangan bagi masyarakat untuk menangkap ikan di teluk ini, program pembersihan
sedimen dengan teknik remediasi dilakukan dari tahun1974-1990. Limbah sedimen yang
mengandung merkuri di teluk Minamata diperkirakan sebanyak 70 - 150 ton. Sedimen yang ada
di dasar teluk Minamata tersebut di keruk dan ditaruh pada lokasi reklamasi menggunakan
pompa yang didesain khusus untuk mencegah kekeruhan di saat penggerukan. Kemudian
sedimen yang terkontaminasi tersebut ditimbun lagi/ditutupi dengan menggunakan tanah yang
tidak terkontaminasi secara hati-hati (diisolasi). Teknik remediasi ini dilakukan aktif antara tahun
1983-1987 dan berakhir di tahun 1990, teknik ini teruji efektif namun mahal dan memakan
waktu serta dapat saja bocor dan mencemari lingkungan lagi. Lewat program ini, merkuri yang
terkontaminasi di sedimen sebanyak 25 ppm di tahun 1977 menurun menjadi 4,6 ppm (1990).
Daerah yang direklamasi di teluk Minamata seluas 58 hektar dan menghabiskan anggaran 48
Milyar Yen. Chisso menanggung lebih dari 30.5 Milyar yen dan sisanya ditanggung oleh
pemerintah. Berbagai alternatif teknik selain remidiasi dan imobilisasi dikaji untuk digunakan
seperti dengan treatment tanah atau air yang terpolusi baik secara fisik atau kimia. Teknik ini
lebih murah namun tidak berlaku umum, hanya memindahkan dari polusi air ke polusi udara, dan
tetap berpotensi menimbulkan pencemaran lain. Teknik lainnya seperti fitoremediasi, yakni
dengan menggunakan tumbuhan penyerap metilmerkuri relatif murah dan polutan yang telah
terakumulasi dapat dikumpulkan dan digunakan bila perlu. Namun proses ini relatif lambat dan
belum cukup teruji serta kemungkinan terjadi gangguan pada ekosistem.
Usaha lain yang dilakukan adalah measang jaring sebagai batas mengelilingi mulut teluk
untuk menangkap ikan yang terkontaminasi (imobilisasi). Teknik ini cukup efektif serta lebih
murah, namun gangguan efek ekologis pada ekosistem tempat batas dipasang dapat saja terjadi.
Pemerintah telah mengizinkan kembali penangkapan ikan di teluk Minamata di tahun 1997 dan
menyatakan bahwa tingkat merkuri di Laut Shiranui telah mencapai batas aman untuk dimakan.
Bersama dengan persetujuan nelayan setempat, jaring yang membatasi teluk Minamata diangkat

dan teluk Minamata dibuka kembali untuk umum. untuk pertama kalinya dalam 24 tahun,
penangkapan ikan dan promosi mengenai amannya ikan dari teluk minamata dan Laut Shiranui
pada umumnya dilakukan. Namun masyarakat sudah tidak mau lagi mengkonsumsi ikan yang
terdapat di teluk Minamata.
Pencemaran air oleh merkuri dalam skala yang lebih kecil pun tidak bisa diatasi hanya
dengan cara penyaringan, koagulasi kopulasi, pengendapan, atau pemberian tawas. Hal ini
karena merkuri di air berbentuk ion. Cara terbaik untuk menghilangkan merkuri dalam air ini
adalah dengan pertukaran ion. Yaitu mempergunakan suatu resin yang mampu mengikat ion
merkuri hingga menjadi jenuh, kemudian diregenerasi kembali dengan penambahan suatu asam,
sehingga Mercury bisa dinetralisir. Namun karena biaya ionisasi ini sangat mahal, maka biaya
termurah dan terbaik adalah dengan mencegah merkuri tidak masuk perairan. Cara lain, yaitu
penyulingan. Tapi setali tiga uang, biaya yang akan dikeluarkan untuk penyulingan pun sangat
mahal.
Penelitian tentang pengobatan keracunan merkuri sangat terbatas. Akhir- akhir ini dapat
digunakan chelators N-acetyl-D,L-penicillamine (NAP), British Anti-Lewisite (BAL), 2,3dimercapto-1-propanesulfonic acid (DMPS), and dimercaptosuccinic acid (DMSA). Pada
penelitian dengan sampel kecil dilakukan pada pekerja yang terkontaminasi air raksa diberikan
DMSA dan NAP. Obat ini bekerja dengan cara memperkecil partikel air raksa,sehingga
pengeluaran ke ginjal bisa di tingkatkan.
Selain itu juga, suatu laporan yang dibuat oleh Enviromental Protection Agency (EPA)
memuat beberpa rekomedasi untuk mencegah terjadinya pencemaran merkuri di lingkungan.
Rekomendasi tersebut adalah sebagai berikut:
Pestisida alkil merkuri tidak boleh digunakan lagi.
Penggunaan pestisida yang menggunakan komponen merkuri lainnya dibatasi untuk daerah

daerah tertentu.
Semua industri yang menggunkan merkuri harus membuang limbah industri dengan terlebih
dahulu mengurangi jumlah merkurinya sampai batas normal.
Pelaksanaan rekomendasi tersebut tidak seluruhnya dapat memecahkan masalah pencemaran
merkuri di lingkungan. Pencemaran tetap terjadinya pada lumpur di dasar sungai atau danau dan
menghasilkan CH3Hg+ yang dilepaskan ke badan air sekililingnya.
Kasus Minamata ini menjadi pelajaran yang sangat berarti bagi masyarakat Jepang,
khususnya Pemerintah Jepang. Pasca bencana Minamata, secara bersama-sama masyarakat

Minamata, kalangan industri, pemerintah kota dan pemerintah Jepang melakukan perbaikan
lingkungan dengan upaya terpadu. Secara konsisten, seluruh industri diharuskan mengolah
limbah. Peraturan disusun dan dilaksanakan secara konsisten. Pada saat bersamaan pemulihan
lingkungan teluk Minamata dilakukan, sehingga kualitas air di teluk Minamata kembali seperti
sebelum pencemaran. Limbah rumah tangga dari seluruh bangunan diolah secara sungguhsungguh, sehingga tidak ada lagi limbah industri dan limbah rumah tangga yang mencemari
perairan kota Minamata. Sejarah kemudian mencatat, bahwa Minamata yang semula tercemar
logam berat, kini menjadi kota kualitas lingungannya baik, kota yang nyaman dan aman untuk
ditinggali.

III.

Penutup

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa:
(1)Tragedi Minamata disebabkan oleh limbah buangan perusahaan pupuk, Chisso Corp yang
mengandung logam berat, Raksa (Hg) atau merkuri dan mencemari perairan disekitar
perusahaan.
(2)Merkuri ditransfer masuk dalam rantai makanan melalui bioakumulasi di lingkungan laut yang
tercemar.
(3)Tabiat dari zat sumber pencemar pada Tragedi Minamata (yang diketahui adalah Raksa) meliputi
sumber mineralnya, yang paling banyak adalah terdapat pada Sinabar (HgS), sumber
ekstraksinya, dapat diekstraksi dari Sinabar, memanggang HgS dengan Fe atau CaO agar emisi
SO2 yang dihasilkan dari pengekstrasian Sinabar dapat dikurangi. Sifat fisikanya, raksa memiliki
titik leleh rendah dan densitas yang lebih besar dari logam lainnya, sedangkan sifat kimianya,
raksa dapat membentuk senyawa anorganik dan organik yang sama-sama beracun.
(4)pencemaran ini memberi dampak yang sangat buruk bagi kesehatan manusia dan makhluk hidup
di Teluk Minamata, terutama merkuri menyerang sistem syaraf dan otak.
(5)Cara mengatasi pencemaran merkuri di Teluk Minamata dan Laut Shiranui membutuhkan biaya
yang besar dan waktu yang lama. pengobatan kepada korban pun terus dilakukan dalam jangka
waktu yang lama.
3.2 Saran

(1) Bagi Pemerintah, sebaiknya pemerintah menindak tegas perusahaan-perusahaan, atau lebih
tepatnya pabrik-pabrik yang beroperasi tidak boleh membuang limbahnya sebelum diproses atau
diolah dan tidak boleh juga membuang limbahnya secara sembarangan serta membuat kebijakan
yang tentang pengelolaan limbah sebelum dibuang ke lingkungan.
(2) Bagi Pengusaha, seharusnya mempunyai kesadaran diri untuk tidak membuang limbah yang
belum diolah dan tidak membuang limbahnya secara sembarangan, dan diharapkan tidak
mendirikan pabrik ditengah pemukiman padat penduduk.
(3) Bagi Masyarakat, sebaiknya memiliki kesadaran tentang pencemaran lingkungan disekitarnya
dan melakukan perbaikan lingkungan dengan upaya yang terpadu.

Penyakit Kucing Menari di Minamata


Mengacu pada pengalaman negara industri seperti Amerika Serikat, peranan
industri akan berkontribusi besar dalam produksi limbah berbahaya. Meskipun
kontribusi sektor-sektor lain, seperti kegiatan medikal, laboratorium, pertanian dan
agro-wisata perlu pula mendapatkan perhatian.
Pada tahun 1932, Chisso Chemical Corporation membuka pabrik pupuk kimia
di Minamata (di pulau Kyushu, Jepang Selatan). Penduduk di sekitarnya adalah
nelayan atau petani. Chisso mempekerjakan penduduk setempat (sekitar 1/3
tenaga pekerjanya) sehingga tidak menimbulkan masalah sosial pada awal
pendiriannya.
Kasus Minamata ini terkenal di dunia bila membicarakan masalah industri,
limbah dan kesehatan masyarakat, yang terungkap setelah sekitar 600 ton merkuri,
yang digunakan sebagai katalis dalam prosesnya yang dibuang secara bertahap
sekitar 45 tahun. Merkuri didapat di alam sebagai logam warna putih-perak, berada
pada fasa cair pada suhu biasa, termasuk logam berat dan biasa digunakan sebagai
katalis. Mikroorganisme dalam air mengkonversi logam ini menjadi methylmercure
dengan prakiraan 70-100 tahun akan persistan di alam. Merkuri alami dapat
dievakuasi oleh tubuh manusia secepatnya melalui urin, sedang merkuri organik
bersifat bioakumulasi, yang dapat menyerang syaraf dan otak.

Sinyal pertama kasus ini datang pada tahun 1950, yaitu sejumlah ikan mati
tanpa diketahui sebabnya. Tahun 1952, timbul penyakit aneh pada kucing yang
kadang kala berakhir dengan kematian. Antara 1953-1956 gejala yang dikenal
sebagai kucing menari ditemui pula pada manusia, beberapa di antaranya bahkan
meninggal dunia. Tetapi Chisso pada awalnya belum dicurigai sebagai penyebab,
hanya diketahui bahwa korban mengalami keracunan akibat memakan ikan yang
berasal dari laut sekitar pabrik itu. Chisso kemudian mengeluarkan daftar bahan
yang digunakan dalam pabriknya, tetapi tidak tercantum merkuri dalam daftar
bahan yang digunakan meskipun diketahui bahwa merkuri digunakan sebagai
katalis proses dari pabrik tersebut. Penelitian penyebab penyakit tersebut dilakukan
secara intensif oleh pemerintah, bahkan Asosiasi Industri Kimia Jepang juga
membantu namun tidak mendapatkan hasil yang memuaskan.
Pencemaran merkuri tetap berlanjut dan menyerang anak-anak. Tahun 1956
masyarakat sekitarnya mengadakan aksi menentang keberadaan Chisso. Chisso
memberikan santunan pada korban dan yang meninggal, tanpa mengetahui
penyebab masalah ini. Kasus ini lama kelamaan terungkap karena korban umumnya
mengandung merkuri yang berlebihan pada tubuhnya. Tahun 1976 sekitar 120
penduduk Minamata meninggal karena keracunan merkuri dan 800 orang
menderita sakit. Tahun 1978, 8100 penduduk mengklaim hal ini dan 1500 di
antaranya diperiksa diketahui keracunan merkuri. Akhirnya, embuangan merkuri
dihentikan dengan ditutupnya pabrik tersebut dan pemerintah menyatakan bahwa
Chisso adalah penanggung jawab penyakit yang berjangkit di Minamata. Pada 22
Maret 1979 du apemimpin Chisso yang pada saat itu telah berumur 77 tahun dan
68 tahun, dihukum masing-masing 2 tahun dan 3 tahun penjara. Di samping itu,
korban kasus ini menerima santunan yang dibebankan pada Chisso.

Penyakit Minamata ( Minamata-BYO ? ), kadang-kadang disebut sebagai Chisso-Penyakit


Minamata ( Chisso Minamata-BYO- ? ), adalah neurologis sindrom yang disebabkan oleh
berat keracunan merkuri . Gejala termasuk ataksia , mati rasa di tangan dan kaki, umum

kelemahan otot , penyempitan bidang visi dan kerusakan pendengaran dan berbicara . Dalam
kasus ekstrim, kegilaan , kelumpuhan , koma dan kematian dalam beberapa minggu mengikuti
dari timbulnya gejala. Sebuah bawaan bentuk penyakit juga dapat mempengaruhi janin dalam
rahim.
Penyakit Minamata pertama kali ditemukan di Minamata kota di prefektur Kumamoto , Jepang
pada tahun 1956. Hal ini disebabkan oleh rilis methylmercury dalam industri air limbah dari
Perusahaan Chisso pabrik kimia 's, yang terus 1932-1968. Ini sangat beracun kimia
bioaccumulated di kerang dan ikan di Teluk Minamata dan Laut Shiranui , yang ketika dimakan
oleh penduduk setempat mengakibatkan keracunan merkuri. Sementara kucing, anjing, babi, dan
kematian manusia terus selama lebih dari 30 tahun, pemerintah dan perusahaan tidak sedikit
untuk mencegah polusi.
Pada Maret 2001, 2.265 korban telah diakui secara resmi (1.784 di antaranya telah meninggal) [1]
dan lebih dari 10.000 telah menerima kompensasi finansial dari Chisso. [2] Pada tahun 2004,
Chisso Corporation telah membayar $ 86 juta dalam kompensasi, dan dalam yang sama tahun
diperintahkan untuk membersihkan pencemaran tersebut. [3] Pada tanggal 29 Maret 2010,
penyelesaian dicapai untuk kompensasi korban yang belum bersertifikasi. [4]
Sebuah wabah kedua penyakit Minamata terjadi di Niigata pada tahun 1965. Kedua asli Penyakit
Minamata dan Niigata penyakit Minamata dianggap dua dari Empat Penyakit Polusi Besar
Jepang
Para Perusahaan Chisso pertama dibuka sebuah pabrik kimia di Minamata pada tahun 1908.
Awalnya memproduksi pupuk, pabrik diikuti perluasan industri kimia nasional Jepang,
bercabang ke produksi asetilena , asetaldehida , asam asetat , vinil klorida dan oktanol , antara
lain. Pabrik Minamata menjadi yang paling maju di seluruh Jepang, baik sebelum dan sesudah
Perang Dunia II [. rujukan? ] produk limbah yang dihasilkan dari pembuatan bahan kimia dilepaskan
ke Teluk Minamata melalui pabrik air limbah . Tak pelak polutan memiliki dampak lingkungan.
Perikanan rusak dalam hal tangkapan yang menurun, dan di respon, Chisso mencapai dua
kesepakatan kompensasi yang terpisah dengan koperasi perikanan pada tahun 1926 dan 1943. [5]

Air limbah pembuangan dari pabrik Chisso di Minamata ( KAMI Smith )


Ekspansi yang cepat dari pabrik Minamata memacu ekonomi lokal dan sebagai Chisso makmur,
begitu pula Minamata. Fakta ini, dikombinasikan dengan kurangnya industri lain, berarti bahwa
Chisso memiliki pengaruh besar di Minamata. Pada satu titik, lebih dari setengah dari
pendapatan pajak dari Minamata Kota otoritas berasal dari Chisso dan karyawan, dan perusahaan
dan anak perusahaan bertanggung jawab untuk menciptakan seperempat dari semua pekerjaan di
Minamata. [6] Minamata bahkan dijuluki Chisso itu "benteng kota ", mengacu pada kota-kota
tuan-tuan feodal yang memerintah Jepang selama zaman Edo . [7]
Pabrik Chisso di Minamata pertama dimulai asetaldehida produksi pada tahun 1932,
memproduksi 210 ton tahun itu. Pada tahun 1951 produksi melonjak menjadi 6.000 ton per tahun
dan mencapai puncak 45.245 ton pada tahun 1960. [8] Sepanjang, output pabrik Chisso adalah

sebesar antara seperempat dan sepertiga dari keseluruhan produksi asetaldehida Jepang. Para
reaksi kimia digunakan untuk menghasilkan asetaldehida digunakan merkuri sulfat sebagai
katalis. Reaksi sisi siklus katalitik menyebabkan produksi sejumlah kecil senyawa merkuri
organik, yaitu methylmercury . [9] Senyawa ini sangat beracun dilepaskan ke Teluk Minamata
dari awal produksi pada tahun 1932 sampai 1968, ketika metode produksi dihentikan.

1956-1959
Pada tanggal 21 April 1956, lima tahun gadis diperiksa di Perusahaan Chisso rumah sakit pabrik
's di Minamata , Jepang , sebuah kota di pantai barat pulau selatan Kyushu . Para dokter bingung
dengan gejala: kesulitan berjalan, kesulitan berbicara dan kejang-kejang . Dua hari kemudian
adiknya juga mulai menunjukkan gejala-gejala yang sama dan dia juga dirawat di rumah sakit.
Ibu gadis diberitahu dokter bahwa putri tetangganya juga mengalami masalah serupa. Setelah
penyelidikan rumah ke rumah delapan pasien lanjut ditemukan dan dirawat di rumah sakit. Pada
tanggal 1 Mei, direktur rumah sakit dilaporkan ke kantor kesehatan setempat penemuan sebuah "
epidemi suatu penyakit yang tidak diketahui dari sistem saraf pusat ", menandai penemuan resmi
Penyakit Minamata. [10]
Untuk menyelidiki epidemi, pemerintah kota dan berbagai praktisi medis membentuk Komite
Penanggulangan Penyakit Aneh ( Kiby Taisaku Iinkai ? ) pada akhir Mei 1956. Karena
sifat lokal dari penyakit, itu diduga akan menular dan sebagai tindakan pencegahan pasien
diisolasi dan rumah mereka didesinfeksi. Sayangnya, ini berkontribusi pada stigmatisasi dan
diskriminasi yang dialami oleh korban Minamata dari masyarakat setempat. Selama
penyelidikan, panitia menemukan bukti anekdot mengejutkan dari perilaku aneh kucing dan
satwa liar lain di daerah sekitarnya rumah-rumah pasien. Dari sekitar tahun 1950 dan seterusnya,
kucing telah terlihat memiliki kejang-kejang, gila dan mati. Warga setempat menyebutnya
"kucing menari penyakit" ( neko BYO odori ? ), karena gerakan tidak menentu mereka.
Gagak telah jatuh dari langit, rumput laut tidak lagi tumbuh di dasar laut dan ikan mengambang
mati di permukaan laut. Sebagai tingkat wabah itu dipahami, panitia mengundang para peneliti
dari Universitas Kumamoto untuk membantu dalam upaya penelitian.
Para Kumamoto University Research Group dibentuk pada tanggal 24 Agustus 1956. Para
peneliti dari Sekolah Kedokteran mulai mengunjungi Minamata teratur dan mengakui pasien ke
rumah sakit universitas untuk pemeriksaan rinci. Perlahan-lahan gambaran yang lebih lengkap
dari gejala yang ditunjukkan oleh pasien terungkap. Penyakit ini berkembang tanpa ada
peringatan sebelumnya, dengan pasien mengeluh kehilangan sensasi dan mati rasa di tangan dan
kaki mereka. Mereka menjadi tidak mampu menangkap benda kecil atau tombol kencangkan.
Mereka tidak bisa lari atau berjalan tanpa tersandung, suara mereka berubah di lapangan dan
banyak pasien mengeluh kesulitan melihat, mendengar dan menelan. Pada umumnya gejala
memburuk dan diikuti oleh kejang-kejang yang parah, koma dan akhirnya kematian. Pada bulan
Oktober 1956, 40 pasien telah ditemukan, 14 di antaranya telah meninggal: sebuah yang
mengkhawatirkan angka kematian . dari 36,7% [11]

Menemukan penyebab

Para peneliti dari Universitas Kumamoto juga mulai fokus pada penyebab penyakit aneh. Mereka
menemukan bahwa para korban, seringkali anggota keluarga yang sama, berkerumun di dusun
nelayan di sepanjang pantai Teluk Minamata. Para makanan pokok korban adalah selalu ikan dan
kerang dari Teluk Minamata. Kucing-kucing di daerah setempat, yang cenderung untuk makan
sisa-sisa makanan dari meja makan keluarga, meninggal dengan gejala mirip dengan yang
sekarang ditemukan di manusia. Hal ini menyebabkan para peneliti percaya bahwa wabah itu
disebabkan oleh beberapa jenis keracunan makanan , dengan ikan dan kerang yang
terkontaminasi menjadi tersangka utama.
Pada 4 November kelompok penelitian mengumumkan temuan awal: "Penyakit Minamata agak
dianggap keracunan oleh logam berat ... mungkin memasuki tubuh manusia terutama melalui
ikan dan kerang." [12]

Identifikasi raksa

Methylmercury , sebuah organik merkuri senyawa dirilis di pabrik air limbah dan penyebab
Penyakit Minamata
Begitu penyelidikan mengidentifikasi logam berat sebagai substansi kausal, air limbah dari
pabrik Chisso langsung dicurigai sebagai asal. Tes sendiri perusahaan mengungkapkan bahwa air
limbah yang mengandung logam berat banyak dalam konsentrasi cukup tinggi untuk membawa
tentang degradasi lingkungan yang serius, termasuk timbal , merkuri , mangan , arsenik ,
selenium , talium dan tembaga . Mengidentifikasi racun tertentu yang bertanggung jawab untuk
penyakit terbukti sangat sulit dan memakan waktu. Selama tahun 1957 dan 1958, teori yang
berbeda banyak yang diusulkan oleh peneliti yang berbeda. Awalnya mangan dianggap substansi
kausal karena konsentrasi tinggi ditemukan pada ikan dan organ almarhum. Talium, selenium
dan teori beberapa kontaminan juga diusulkan namun tidak sampai Maret 1958, ketika
mengunjungi Inggris neurolog Douglas McAlpine menyarankan bahwa gejala mirip Minamata
orang-orang dari organik keracunan merkuri , bahwa fokus penyelidikan berpusat pada merkuri.
Pada bulan Februari 1959, distribusi merkuri di Teluk Minamata diselidiki. Hasil mengejutkan
para peneliti yang terlibat. Jumlah besar merkuri yang terdeteksi pada ikan, kerang dan lumpur
dari teluk. Konsentrasi tertinggi berpusat di sekitar kanal air limbah pabrik Chisso di Pelabuhan
Hyakken dan penurunan pergi ke laut, jelas mengidentifikasi tanaman sebagai sumber
kontaminasi. Di mulut kanal air limbah, angka 2 kg merkuri per ton sedimen diukur: tingkat

yang akan ekonomis untuk tambang. Ironisnya, Chisso memang kemudian membentuk anak
perusahaan untuk merebut kembali dan menjual merkuri pulih dari lumpur. [13]
Sampel rambut diambil dari korban penyakit dan juga dari penduduk Minamata pada umumnya.
Pada pasien tingkat merkuri maksimum tercatat adalah 705 ppm (bagian per juta), menunjukkan
paparan sangat berat dan non-gejala tingkat penduduk Minamata adalah 191 ppm. Ini
dibandingkan dengan tingkat rata-rata 4 ppm untuk orang yang tinggal di luar wilayah
Minamata. [13]
Pada tanggal 12 November 1959, Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sub-komite
Makanan 's Keracunan Minamata hasilnya dipublikasikan:
"Penyakit Minamata adalah penyakit keracunan yang mempengaruhi terutama sistem saraf pusat
dan disebabkan oleh konsumsi dalam jumlah besar ikan dan kerang yang hidup di Teluk
Minamata dan sekitarnya, agen penyebab utama adalah semacam senyawa merkuri organik." [14 ]

1959

Para Chisso pabrik dan rute air limbah yang


Selama penyelidikan oleh para peneliti di Universitas Kumamoto , substansi kausal telah
diidentifikasi sebagai logam berat dan secara luas dianggap bahwa tanaman Chisso adalah
sumber kontaminasi. Chisso datang di bawah pengawasan lebih dekat dan dalam rangka untuk
membelokkan kritik rute keluaran air limbah berubah. Chisso tahu dari kerusakan lingkungan
yang disebabkan oleh air limbah dan sangat menyadari bahwa itu adalah tersangka utama dalam
investigasi penyakit Minamata. Meskipun demikian, dari September 1958, bukan pemakaian
limbah ke dalam Hyakken Harbour (fokus penyelidikan dan sumber kontaminasi asli), itu air
limbah dibuang langsung ke Sungai Minamata. Efek langsung adalah kematian ikan di muara
sungai, dan dari saat itu korban Minamata penyakit baru mulai muncul di desa-desa nelayan
lainnya atas dan ke bawah pantai Laut Shiranui , seperti polusi tersebar di area yang lebih besar .
[15]

Chisso gagal untuk bekerjasama dengan tim investigasi dari Universitas Kumamoto. Ini
menyembunyikan informasi pada proses industrinya, meninggalkan peneliti untuk berspekulasi
apa produk pabrik itu memproduksi dan dengan metode apa. [16] rumah sakit Direktur Pabrik
Chisso itu, Hajime Hosokawa , mendirikan laboratorium di divisi penelitian tanaman untuk
melaksanakan sendiri percobaan ke Penyakit Minamata pada bulan Juli 1959. Makanan yang
limbah pabrik telah ditambahkan diumpankan ke kucing yang sehat. Tujuh puluh delapan hari ke
kucing percobaan 400 gejala penyakit Minamata dipamerkan dan patologis pemeriksaan
mengkonfirmasi diagnosis keracunan merkuri organik. Perusahaan tidak mengungkapkan hasil
ini signifikan untuk para peneliti dan memerintahkan Hosokawa untuk menghentikan penelitian.
[17]

Dalam upaya untuk melemahkan merkuri organik Kumamoto University peneliti 'teori, Chisso
dan pihak lainnya dengan kepentingan bahwa pabrik tetap terbuka (termasuk Departemen
Perdagangan Internasional dan Industri dan Asosiasi Industri Kimia Jepang ) penelitian yang
didanai menjadi penyebab alternatif penyakit , selain limbah sendiri. [18]

Kompensasi nelayan dan pasien, 1959


Untuk detail lebih lanjut tentang topik ini, lihat perjanjian kompensasi penyakit Minamata 1959 .
Polusi air limbah telah merusak perikanan di sekitar Minamata sejak pembukaan pabrik Chisso
pada tahun 1908. The Minamata Koperasi Perikanan berhasil menang pembayaran kecil "uang
simpati" ( mimaikin ? ) dari perusahaan pada tahun 1926 dan lagi pada tahun 1943, tapi
setelah wabah penyakit Minamata situasi memancing telah menjadi kritis. Tangkapan nelayan
telah menurun 91% antara tahun 1953 dan 1957. Para Kumamoto Prefektur Pemerintah
mengeluarkan larangan parsial pada penjualan ikan yang ditangkap di Teluk Minamata sangat
tercemar, tapi bukan melarang habis-habisan, yang akan diwajibkan secara hukum untuk
kompensasi para nelayan. Koperasi nelayan memprotes Chisso dan marah memaksa jalan
mereka ke pabrik pada tanggal 6 Agustus dan 12 Agustus, menuntut kompensasi. Sebuah komite
didirikan oleh Walikota Minamata Todomu Nakamura menjadi penengah antara kedua belah
pihak, tetapi komite ini ditumpuk condong perusahaan. Pada tanggal 29 Agustus koperasi
nelayan menyetujui usulan komite mediasi, yang menyatakan: "Dalam rangka untuk mengakhiri
kecemasan warga, kita menelan air mata kita dan menerima". Perusahaan membayar koperasi
USD 20 juta ( USD 55.600) dan menyiapkan dana JPY15 juta (USD41, 700) untuk
mempromosikan pemulihan memancing.

Pengunjuk rasa di gerbang pabrik Chisso ( KAMI Smith )


Karena perubahan rute output air limbah pada tahun 1958, polusi telah menyebar ke atas dan
bawah Laut Shiranui, perikanan merusak sana juga. Didorong oleh keberhasilan koperasi
Minamata kecil, Prefektur Kumamoto Aliansi Koperasi Perikanan juga memutuskan untuk
mencari kompensasi dari Chisso. Pada tanggal 17 Oktober, 1500 nelayan dari aliansi turun ke
pabrik untuk negosiasi permintaan. Saat ini tidak menghasilkan hasil anggota aliansi membawa
kampanye mereka ke Tokyo , mengamankan kunjungan resmi ke Minamata oleh anggota Jepang
Diet . Selama kunjungan pada 2 November aliansi anggota memaksa masuk ke pabrik dan
kerusuhan, menyebabkan banyak luka dan layak JPY10 juta (USD27, 800) dari kerusakan.
Kekerasan itu diliput secara luas di media, membawa perhatian bangsa untuk isu Minamata
untuk kali pertama sejak wabah itu mulai. Lain komite mediasi dibentuk, kesepakatan disepakati
dan ditandatangani pada tanggal 17 Desember. JPY25 juta "simpati uang" dibayar untuk aliansi
dan JPY65 juta memancing dana pemulihan didirikan.
Pada tahun 1959, korban penyakit Minamata berada dalam posisi lebih lemah dari nelayan. Para
Minamata baru terbentuk Keluarga Pasien Penyakit Masyarakat Gotong Royong jauh lebih
terbagi daripada koperasi nelayan. Keluarga pasien adalah korban diskriminasi dan dikucilkan
dari masyarakat setempat. Orang lokal merasa bahwa perusahaan (dan kota mereka yang
bergantung padanya) menghadapi kehancuran ekonomi. Untuk beberapa pasien hal ini
pengucilan oleh masyarakat mewakili ketakutan yang lebih besar daripada penyakit itu sendiri.
Setelah memulai duduk di di gerbang pabrik pada bulan November 1959 pasien bertanya
Kumamoto Prefecture Gubernur Hirosaku Teramoto untuk menyertakan permintaan pasien untuk
kompensasi dengan mediasi yang berkelanjutan dengan aliansi memancing prefektur. Chisso
setuju dan setelah negosiasi lebih lanjut beberapa minggu ', yang lain "simpati uang" kesepakatan
ditandatangani. Pasien yang telah disertifikasi oleh Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan
komite akan dikompensasikan: pasien dewasa menerima JPY100, 000 (USD278) per tahun; anak
JPY30, 000 (USD83) per tahun dan keluarga pasien mati akan menerima JPY320 satu kali, 000
(USD889) pembayaran.

Air Limbah pengobatan


Pada tanggal 21 Oktober 1959, Chisso diperintahkan oleh Menteri Perdagangan Internasional
dan Industri untuk beralih kembali drainase air limbah dari Sungai Minamata untuk Hyakken
Harbour dan untuk mempercepat instalasi sistem pengolahan air limbah di pabrik. Chisso
memasang Cyclator sistem pemurnian pada tanggal 19 Desember 1959, dan membuka dengan
upacara khusus. Chisso Presiden Kiichi Yoshioka minum segelas air seharusnya diperlakukan
melalui Cyclator untuk menunjukkan bahwa itu aman. Bahkan, air limbah dari pabrik
asetaldehida, perusahaan yang tahu merkuri masih berisi dan menyebabkan penyakit Minamata
ketika diumpankan ke kucing, tidak diobati melalui Cyclator pada saat itu. Kesaksian di
kemudian penyakit Minamata Niigata percobaan membuktikan bahwa Chisso tahu Cyclator
untuk benar-benar tidak efektif: ". ... tangki pemurnian dipasang sebagai solusi sosial dan tidak
melakukan apa pun untuk menghilangkan merkuri organik" [19]
Penipuan berhasil dan pihak-pihak yang terlibat dalam hampir semua penyakit Minamata telah
ditipu untuk percaya bahwa air limbah pabrik telah dibuat aman dari Desember 1959 tentang. Ini
asumsi yang meluas berarti dokter tidak mengharapkan pasien baru muncul, sehingga banyak
masalah di tahun-tahun mengikuti, sebagai polusi terus. Dalam pikiran kebanyakan orang, isu
penyakit Minamata telah diselesaikan.

1959-69
Tahun-tahun antara set pertama "uang simpati" perjanjian pada tahun 1959 dan awal tindakan
hukum pertama yang harus diambil terhadap Chisso pada tahun 1969 sering disebut "sepuluh
tahun keheningan". Bahkan, banyak kegiatan pada bagian dari pasien dan nelayan terjadi selama
periode ini tetapi tidak memiliki dampak yang signifikan terhadap tindakan perusahaan atau
cakupan Minamata di media nasional.

pencemaran Lanjutan
Meskipun asumsi yang hampir universal sebaliknya, fasilitas pengolahan air limbah dipasang di
Desember 1959 itu tidak berpengaruh pada tingkat merkuri organik yang dilepaskan ke Laut
Shiranui. Polusi dan penyakit itu disebabkan terus menyebar. Para Kumamoto dan Kagoshima
prefektur pemerintah melakukan survei bersama di akhir 1960-an dan awal 1961 ke tingkat
merkuri pada rambut orang yang tinggal di sekitar Laut Shiranui. Hasil menegaskan bahwa
merkuri organik telah menyebar di seluruh laut pedalaman dan bahwa orang masih diracuni oleh
ikan yang terkontaminasi. Ratusan orang ditemukan memiliki tingkat lebih besar dari 50 ppm
merkuri di rambut mereka, tingkat di mana orang mungkin mengalami kerusakan saraf. Hasil
tertinggi yang tercatat adalah bahwa seorang wanita dari Goshonoura pulau yang 920 ppm dalam
sampel nya.
Pemerintah prefektur tidak mempublikasikan hasil dan tidak melakukan apa pun dalam
menanggapi survei ini. Para peserta yang telah menyumbangkan sampel rambut tidak diberitahu
tentang hasil mereka, bahkan ketika mereka memintanya. Sebuah studi follow-up sepuluh tahun
kemudian menemukan bahwa banyak yang meninggal karena "penyebab yang tidak diketahui".
[20]

Penyakit bawaan Minamata


Dokter setempat dan pejabat medis telah menyadari untuk waktu yang lama frekuensi abnormal
tinggi cerebral palsy dan gangguan kekanak-kanakan lainnya di daerah Minamata. Pada tahun
1961 sejumlah profesional medis termasuk Masazumi Harada (kemudian untuk menerima
penghargaan dari PBB bagi tubuhnya bekerja pada penyakit Minamata) mengatur tentang
memeriksa ulang anak didiagnosa dengan cerebral palsy. Gejala-gejala anak-anak dekat cermin
dengan pasien penyakit Minamata dewasa tapi banyak dari ibu mereka tidak menunjukkan
gejala. Fakta bahwa anak-anak telah lahir setelah wabah awal dan tidak pernah makan ikan yang
terkontaminasi juga menyebabkan ibu mereka percaya bahwa mereka bukan korban. Pada saat
pembentukan medis percaya bahwa plasenta akan melindungi janin dari racun dalam aliran
darah, yang memang terjadi dengan bahan kimia yang paling. Apa yang tidak diketahui pada saat
itu adalah bahwa persis sebaliknya adalah kasus dengan methylmercury: plasenta menghapusnya
dari aliran darah ibu dan berkonsentrasi kimia pada janin.
Setelah beberapa tahun studi dan autopsi dari dua anak, para dokter mengumumkan bahwa anakanak menderita dari yang belum dikenal bawaan bentuk penyakit Minamata. Komite sertifikasi
diselenggarakan pada tanggal 29 November 1962 dan setuju bahwa dua anak tewas dan 16 anakanak masih hidup harus disertifikasi sebagai pasien, dan karena itu bertanggung jawab untuk
pembayaran "simpati" dari Chisso, sejalan dengan kesepakatan tahun 1959. [21]

Wabah Niigata Penyakit Minamata


Untuk detail lebih lanjut tentang topik ini, lihat Niigata penyakit Minamata .
Penyakit Minamata pecah lagi pada tahun 1965, kali ini di sepanjang tepi Sungai Agano di
Prefektur Niigata . Pabrik polusi (dimiliki oleh Showa Denko ) menerapkan proses kimia
menggunakan katalis merkuri sangat mirip dengan yang digunakan oleh Chisso di Minamata.
Seperti di Minamata, dari musim gugur 1964 sampai musim semi tahun 1965, kucing yang hidup
di sepanjang tepi Sungai Agano telah terlihat gila dan mati. Sebelum pasien lama muncul dengan
gejala identik dengan pasien yang hidup di Laut Shiranui, dan wabah itu dibuat publik pada 12
Juni 1965. Para peneliti dari Universitas Kumamoto Kelompok Penelitian dan Hajime Hosokawa
(yang telah pensiun dari Chisso pada tahun 1962) menggunakan pengalaman mereka dari
Minamata dan diterapkan ke wabah Niigata. Pada September 1966 laporan dikeluarkan
membuktikan pencemaran Showa Denko menjadi penyebab penyakit ini Minamata kedua.
Tidak seperti pasien di Minamata, korban pencemaran Showa Denko tinggal jarak yang cukup
jauh dari pabrik dan tidak memiliki link tertentu ke perusahaan. Akibatnya masyarakat setempat
jauh lebih mendukung kelompok pasien dan gugatan diajukan terhadap perusahaan Maret 1968,
hanya tiga tahun setelah penemuan.
Peristiwa di Niigata katalis perubahan dalam menanggapi insiden Minamata asli. Penelitian
ilmiah dilakukan di Niigata memaksa pemeriksaan ulang yang dilakukan di Minamata dan
Niigata keputusan pasien untuk menggugat perusahaan mencemari memungkinkan respon yang
sama untuk dipertimbangkan di Minamata. Masazumi Harada mengatakan bahwa, "Ini mungkin

terdengar aneh, tetapi jika ini penyakit Minamata kedua tidak pecah, kemajuan medis dan sosial
yang dicapai sekarang di Kumamoto ... tidak mungkin." [22]
Sekitar waktu ini dua lainnya polusi penyakit yang berhubungan juga meraih berita utama di
Jepang. Korban Yokkaichi asma dan penyakit Itai-itai yang membentuk kelompok-kelompok
warga dan tuntutan hukum diajukan terhadap perusahaan polusi pada bulan September 1967 dan
Maret 1968 masing-masing. Secara kolektif penyakit ini kemudian dikenal sebagai Empat
Penyakit Polusi Besar Jepang . [23]
Perlahan tapi pasti suasana di Minamata dan Jepang secara keseluruhan mulai bergeser. Pasien
Minamata ditemukan masyarakat secara bertahap menjadi lebih reseptif dan simpatik sebagai
dekade berlalu. Hal ini memuncak pada tahun 1968 dengan pembentukan di Minamata dari
Citizens 'Dewan Penanggulangan Penyakit Minamata yang menjadi warga utama' dukungan
kelompok untuk pasien Minamata. Seorang anggota pendiri warga dewan adalah Ishimure
Michiko , ibu rumah tangga lokal dan penyair yang kemudian tahun itu diterbitkan Tanah Murni,
keracunan Laut: kami Penyakit Minamata ( - Kugai Jodo: Minamataby Waga ? )
buku puisi esai yang menerima pengakuan nasional.

1969-1973
pengakuan pemerintah Resmi
Akhirnya pada tanggal 26 September 1968 - dua belas tahun setelah penemuan penyakit (dan
empat bulan setelah Chisso berhenti produksi asetaldehida menggunakan nya katalis merkuri) pemerintah mengeluarkan kesimpulan resmi mengenai penyebab penyakit Minamata:
"Penyakit Minamata adalah penyakit sistem saraf pusat, keracunan yang disebabkan oleh
konsumsi jangka panjang, dalam jumlah besar, ikan dan kerang dari Teluk Minamata Agen
penyebab adalah methylmercury.. Methylmercury diproduksi di fasilitas asetaldehida asam asetat
dari Shin Nihon Chisso Minamata Pabrik itu habis dalam air limbah pabrik ... pasien penyakit
Minamata terakhir muncul di 1960, dan wabah telah berakhir ini diduga karena konsumsi ikan
dan kerang dari Teluk Minamata dilarang pada musim gugur tahun 1957,. dan fakta bahwa
pabrik itu limbah-fasilitas pengolahan di tempat dari Januari 1960. "
Kesimpulan berisi banyak kesalahan faktual: makan ikan dan kerang dari daerah lain dari Laut
Shiranui, bukan hanya Teluk Minamata, dapat menyebabkan penyakit; makan dalam jumlah
kecil, serta sejumlah besar ikan yang terkontaminasi selama waktu yang lama juga menghasilkan
gejala-gejala; yang wabah tidak pada kenyataannya "berakhir" pada tahun 1960 juga tidak
merkuri-menghapus fasilitas air limbah telah diinstal pada Januari 1960. Namun demikian,
pengumuman pemerintah membawa perasaan lega untuk banyak korban besar dan keluarga
mereka. Banyak yang merasa dibenarkan dalam perjuangan panjang mereka untuk memaksa
Chisso untuk menerima tanggung jawab untuk menyebabkan penyakit dan menyatakan terima
kasih bahwa penderitaan mereka telah diakui oleh atasan sosial mereka. Perjuangan sekarang
difokuskan pada sejauh mana para korban harus diberi kompensasi. [24]

Perjuangan untuk perjanjian baru

Dalam terang pengumuman pemerintah, pasien Society Gotong Royong memutuskan untuk
meminta sebuah kesepakatan kompensasi baru dengan Chisso dan diajukan permintaan pada
tanggal 6 Oktober. Perusahaan menjawab bahwa ia tidak dapat menilai apa yang akan menjadi
kompensasi yang adil dan meminta pemerintah nasional untuk membentuk sebuah komite
arbitrase yang mengikat untuk memutuskan. Proposal ini membagi anggota masyarakat pasien,
banyak dari mereka sangat waspada mempercayakan nasib mereka kepada pihak ketiga, seperti
yang mereka lakukan pada tahun 1959 dengan hasil yang menguntungkan. Pada pertemuan pada
tanggal 5 April 1969 pandangan yang bertentangan dalam masyarakat tidak dapat didamaikan
dan organisasi dibagi menjadi Kelompok Arbitrase (yang bersedia menerima arbitrase yang
mengikat) dan Kelompok Litigasi (yang memutuskan untuk menggugat perusahaan). Musim
panas itu Chisso mengirim hadiah kepada keluarga yang memilih arbitrase daripada litigasi.

Minamata pasien dan anggota keluarga terus foto-foto orang mati mereka selama demonstrasi (
KAMI Smith )
Sebuah komite arbitrase adalah mestinya didirikan oleh Departemen Kesehatan dan
Kesejahteraan pada tanggal 25 April, tetapi butuh waktu hampir satu tahun untuk menyusun
rancangan rencana kompensasi. Sebuah kebocoran koran Maret 1970 mengungkapkan bahwa
panitia akan meminta Chisso hanya membayar JPY2 juta (USD5, 600) untuk pasien mati dan
JPY140, 000 untuk JPY200, 000 (USD390 untuk USD560) per tahun untuk pasien yang masih
hidup. Kelompok Arbitrase kecewa dengan jumlah yang ditawarkan. Mereka mengajukan petisi
panitia, bersama-sama dengan pasien dan pendukung dari Grup Litigasi, untuk kesepakatan yang
lebih adil. Komite arbitrase mengumumkan rencana kompensasi mereka pada 25 Mei di sesi
teratur di Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan di Tokyo. Tiga belas pengunjuk rasa
ditangkap. Alih-alih menerima kesepakatan seperti yang mereka janjikan, Kelompok Arbitrase
meminta meningkat. Panitia terpaksa merevisi rencana dan pasien menunggu di dalam gedung
Kementerian selama dua hari sementara mereka melakukannya. Kesepakatan final
ditandatangani pada tanggal 27 Mei. Pembayaran untuk kematian berkisar dari JPY1.7 juta JPY4
juta (USD4, 700 untuk USD11, 100), satu kali pembayaran dari JPY1 juta untuk JPY4.2 juta
(USD2, 760 untuk USD11, 660) dan pembayaran tahunan antara JPY170, 000 dan JPY380, 000
(USD470 dengan USD1, 100) untuk bertahan pasien. Pada hari penandatanganan, Warga
Minamata 'Dewan mengadakan protes di luar gerbang pabrik Minamata. Salah satu Chisso
serikat buruh mengadakan pemogokan delapan jam sebagai protes atas perlakuan buruk dari
Grup Arbitrase oleh perusahaan mereka sendiri. [25]

Grup Litigasi, yang mewakili 41 pasien bersertifikat (17 sudah almarhum) di 28 keluarga,
disampaikan sesuai dengan mereka melawan Chisso di Kumamoto Pengadilan Negeri pada 14
Juni 1969. Pemimpin kelompok, Eizo Watanabe (pemimpin mantan Masyarakat Gotong
Royong), menyatakan bahwa, "Hari ini, dan sebagainya dari hari ini, kita berperang melawan
kekuasaan negara." Mereka yang memutuskan untuk menuntut perusahaan berada di bawah
tekanan sengit untuk menjatuhkan tuntutan mereka terhadap perusahaan. Seorang wanita
dikunjungi secara pribadi oleh seorang eksekutif Chisso dan dilecehkan oleh tetangganya. Dia
diabaikan, perahu nelayan keluarganya digunakan tanpa izin, penangkapan ikan mereka jaring
kotoran manusia dipotong dan dilemparkan di jalan. [26]
Grup Litigasi dan pengacara mereka dibantu secara substansial oleh jaringan nasional informal
kelompok warga yang bermunculan di seluruh negeri pada tahun 1969. Asosiasi untuk
mendakwa [Mereka Bertanggung jawab untuk] Penyakit Minamata (
Minamata-BYO o Kokuhatsu Suru Kai ? ) berperan dalam meningkatkan kesadaran dan dana
untuk gugatan. Cabang Kumamoto secara khusus sangat membantu untuk kasus ini. Pada bulan
September 1969 mereka mendirikan sebuah Kelompok Percobaan Penelitian yang mencakup
profesor hukum, peneliti medis (termasuk Masazumi Harada ), sosiolog dan bahkan ibu rumah
tangga dan penyair Michiko Ishimure untuk menyediakan bahan yang berguna untuk para
pengacara untuk memperbaiki argumen hukum mereka. Bahkan laporan mereka: Tanggung
Jawab Perusahaan untuk Penyakit Minamata: Kisah Ilegal Chisso itu, [27] diterbitkan pada bulan
Agustus 1970, membentuk dasar gugatan akhirnya sukses. [25]
Sidang berlangsung hampir empat tahun. Litigasi pengacara Grup berusaha untuk membuktikan
Chisso yang kelalaian perusahaan . Tiga poin hukum utama harus diatasi untuk memenangkan
kasus ini. Pertama para pengacara harus menunjukkan methylmercury yang menyebabkan
penyakit Minamata dan bahwa pabrik perusahaan adalah sumber polusi. Penelitian yang luas
oleh Universitas Kumamoto dan kesimpulan pemerintah berarti bahwa titik ini terbukti cukup
mudah. Kedua, bisa dan harus perusahaan telah mengantisipasi efek air limbah dan harus itu
telah mengambil langkah-langkah untuk mencegah tragedi itu (yaitu adalah perusahaan yang
lalai dalam tugas perawatan )? Ketiga, adalah "uang simpati" kesepakatan tahun 1959, yang
melarang pasien dari manapun mengklaim kompensasi lebih lanjut, kontrak yang mengikat
secara hukum?
Sidang mendengar dari pasien dan keluarga mereka tetapi kesaksian paling penting datang dari
eksekutif dan karyawan Chisso. Kesaksian paling dramatis datang dari Hajime Hosokawa yang
berbicara pada tanggal 4 Juli 1970 dari ranjang rumah sakit di mana ia sedang sekarat karena
kanker. Dia menjelaskan eksperimen dengan kucing, termasuk "kucing 400" terkenal yang
mengembangkan penyakit Minamata setelah diberi air limbah pabrik. Dia juga berbicara tentang
oposisi untuk perubahan 1958 di rute air limbah output dari Pelabuhan Hyakken ke Minamata
River. Kesaksiannya didukung oleh seorang rekan yang juga menceritakan bagaimana para
pejabat perusahaan telah memerintahkan mereka untuk menghentikan eksperimen kucing mereka
pada musim gugur 1959. Hajime Hosokawa meninggal tiga bulan setelah memberikan
kesaksiannya. Mantan manajer pabrik Eiichi Nishida mengakui bahwa perusahaan menempatkan
keuntungan di depan keselamatan, sehingga kondisi kerja yang berbahaya dan kurangnya
perawatan dengan merkuri. Mantan Presiden Chisso Kiichi Yoshioka mengakui bahwa

perusahaan dipromosikan teori dibuang Perang Dunia II peledak meskipun tahu itu tidak
berdasar.
Putusan dijatuhkan pada 20 Maret 1973 mewakili kemenangan lengkap untuk pasien dari Grup
Litigasi:
"Pabrik terdakwa adalah pabrik kimia terkemuka dengan teknologi paling maju dan ... harus
meyakinkan keselamatan air limbah yang terdakwa bisa mencegah terjadinya penyakit Minamata
atau setidaknya menyimpannya minimal.. Kami tidak dapat menemukan bahwa terdakwa
mengambil salah satu tindakan pencegahan yang disebut dalam situasi apapun Anggapan bahwa
terdakwa telah lalai dari awal hingga akhir dalam melaksanakan air limbah dari pabrik
asetaldehida adalah cukup didukung.. terdakwa tidak bisa lepas tanggung jawab atas kelalaian. "
The "simpati uang" kesepakatan ditemukan tidak valid dan Chisso diperintahkan untuk membuat
satu kali pembayaran JPY18 juta (USD66, 000) untuk setiap pasien meninggal dan dari JPY16
juta menjadi USD 18 juta (USD59, 000 untuk USD66, 000) untuk setiap pasien bertahan hidup.
Kompensasi total JPY937 juta (USD3.4 juta) adalah jumlah terbesar yang pernah diberikan oleh
pengadilan Jepang. [28]

bersertifikat pasien berjuang untuk diakui


Sementara perjuangan dari arbitrase dan litigasi terhadap kelompok Chisso adalah melanjutkan,
sebuah kelompok baru penderita penyakit Minamata muncul. Dalam rangka memenuhi syarat
untuk kompensasi di bawah perjanjian 1959, pasien harus secara resmi diakui oleh berbagai
komite sertifikasi hoc iklan tersebut sesuai dengan gejala mereka. Sayangnya, dalam upaya untuk
membatasi kewajiban dan beban keuangan pada perusahaan, komite ini mencuat ke interpretasi
yang kaku penyakit Minamata. Mereka diperlukan bahwa pasien harus menunjukkan semua
gejala Sindrom Hunter-Russel - diagnosis standar keracunan merkuri organik pada saat itu - yang
berasal dari kecelakaan industri di Inggris pada tahun 1940. Panitia hanya bersertifikat pasien
menunjukkan gejala sindrom eksplisit dari Inggris, bukan diagnosis mereka mendasarkan pada
penyakit di Jepang. Hal ini mengakibatkan banyak pelamar ditolak oleh panitia, meninggalkan
mereka dimengerti bingung dan frustrasi. [29]
Seorang tokoh kunci dalam perjuangan untuk pasien uncertified adalah Teruo Kawamoto . Lahir
di 1931, ia adalah anak ketujuh dari seorang pekerja Chisso dan nelayan lokal. Dari 1959 dan
seterusnya, ayah Teruo mulai menunjukkan gejala-gejala khas dari penyakit Minamata: mati rasa
di tangan dan kaki, bicara cadel, gangguan berjalan dan visi dibatasi. Kondisinya memburuk
perlahan-lahan sampai ia dirawat di rumah sakit jiwa di mana Teruo sendiri telah menemukan
pekerjaan. Berhalusinasi dan bunuh diri, ayahnya akhirnya menjadi tidak mengenali siapa pun di
sekelilingnya dan meninggal dengan anaknya di samping tempat tidurnya pada bulan April

Korban
Pada Maret 2001, 2.265 korban telah resmi bersertifikat (1.784 di antaranya telah meninggal) [1]
dan lebih dari 10.000 orang telah menerima kompensasi finansial dari Chisso, [2] meskipun
mereka tidak diakui sebagai korban resmi. Masalah mengukur dampak penyakit Minamata rumit,

sebagai full studi epidemiologi belum pernah dilakukan dan pasien hanya pernah diakui jika
mereka secara sukarela diterapkan ke Dewan Sertifikasi untuk mencari kompensasi keuangan. [30]
Banyak korban Penyakit Minamata menghadapi diskriminasi dan dikucilkan dari masyarakat
lokal jika mereka keluar ke tempat terbuka tentang gejala-gejala mereka. Beberapa orang takut
penyakit yang akan menular dan orang-orang lokal banyak yang sangat setia pada Chisso,
tergantung pada perusahaan untuk mata pencaharian mereka. Dalam suasana seperti ini penderita
yang dimengerti enggan untuk maju dan mencari sertifikasi. Meskipun faktor-faktor ini, lebih
dari 17.000 orang telah melamar ke Dewan untuk sertifikasi. Juga, dalam mengakui pemohon
sebagai penderita penyakit Minamata, Dewan Sertifikasi memenuhi syarat bahwa pasien untuk
menerima kompensasi finansial dari Chisso. Dengan demikian, Dewan selalu berada di bawah
tekanan besar untuk menolak pengadu dan meminimalkan beban keuangan ditempatkan pada
Chisso. Daripada menjadi Dewan pengakuan medis, keputusan Dewan selalu dipengaruhi oleh
faktor ekonomi dan politik sekitar Minamata dan perusahaan Chisso. Selanjutnya, kompensasi
korban menyebabkan perselisihan terus di masyarakat, termasuk tuduhan tidak berdasar bahwa
beberapa orang yang mencari kompensasi tidak benar-benar menderita penyakit tersebut. [31]

efek Demokratisasi
Menurut Timothy S. George, protes lingkungan yang mengelilingi penyakit muncul untuk
membantu dalam demokratisasi Jepang. [32] Ketika kasus pertama dilaporkan dan kemudian
ditekan, hak-hak korban tidak diakui, dan mereka tidak diberi kompensasi. Sebaliknya, yang
menderita itu dikucilkan dari komunitas mereka karena ketidaktahuan tentang penyakit, seperti
orang takut itu menular.
Orang-orang secara langsung dipengaruhi oleh pencemaran Teluk Minamata pada awalnya tidak
diizinkan untuk berpartisipasi dalam tindakan yang akan mempengaruhi masa depan mereka.
Penyakit korban, keluarga nelayan, dan karyawan perusahaan dikeluarkan dari debat. Kemajuan
terjadi ketika korban Minamata akhirnya diizinkan datang ke pertemuan untuk membahas
masalah tersebut. Akibatnya, Jepang pascaperang mengambil langkah kecil menuju demokrasi.
Melalui evolusi sentimen publik, korban dan demonstran lingkungan mampu memperoleh berdiri
dan melanjutkan lebih efektif dalam perjuangan mereka. Keterlibatan pers juga membantu proses
demokratisasi karena disebabkan lebih banyak orang untuk menjadi sadar akan fakta-fakta
penyakit Minamata dan polusi yang menyebabkannya.
Meskipun protes lingkungan tidak mengakibatkan Jepang menjadi lebih demokratis, itu tidak
sepenuhnya Jepang menyingkirkan sistem yang pertama menekan nelayan dan korban penyakit
Minamata.

Media
Dokumentasi fotografis dari Minamata dimulai pada awal 1960-an. Salah satu fotografer yang
tiba pada tahun 1960 adalah Shisei Kuwabara , langsung dari universitas dan foto sekolah.
Pameran pertama karyanya di Minamata diadakan di Fuji Foto Salon di Tokyo pada tahun 1962,

dan pertama buku-panjang nya antologi Minamata diterbitkan di Jepang pada tahun 1965. Dia
telah kembali ke Minamata berkali-kali sejak itu.
Namun, itu sebuah esai foto dramatis oleh W. Eugene Smith yang membawa perhatian dunia
untuk penyakit Minamata. Dia dan istri Jepang itu tinggal di Minamata 1971-1973. Foto yang
paling terkenal dan mencolok dari esai, Tomoko Uemura di Bath-Nya , (1972) menunjukkan
Ryoko Uemura, memegang putrinya sangat cacat, Tomoko, dalam ruang mandi Jepang. Tomoko
diracuni oleh metilmerkuri saat masih dalam kandungan. Foto itu sangat luas dipublikasikan. Ini
diajukan oleh Smith dengan kerjasama Ryoko dan Tomoko untuk secara dramatis
menggambarkan konsekuensi dari penyakit. Ini telah kemudian telah ditarik dari peredaran atas
permintaan keluarga Tomoko, dan karena itu tidak muncul dalam antologi terakhir karya Smith.
[33]
Smith dan istrinya sangat didedikasikan untuk penyebab korban penyakit Minamata, erat
mendokumentasikan perjuangan mereka untuk pengakuan dan hak untuk kompensasi. Smith
sendiri diserang dan terluka parah oleh karyawan Chisso dalam insiden di Goi, Ichihara kota,
dekat Tokyo pada tanggal 7 Januari 1972, dalam upaya untuk menghentikan fotografer dari lebih
mengungkapkan masalah ini kepada dunia. [34] 54 tahun Smith tua selamat dari serangan, namun
pandangannya dalam satu mata memburuk dan kesehatannya tidak pernah sepenuhnya pulih
sebelum kematiannya pada tahun 1978.
Jepang terkemuka pembuat film dokumenter Noriaki Tsuchimoto membuat serangkaian film,
dimulai dengan Minamata: Korban dan Dunia Mereka (1971), mendokumentasikan insiden dan
berpihak dengan para korban dalam perjuangan mereka melawan Chisso dan pemerintah.

Memorial di Penyakit Minamata Kota Museum

Dalam budaya populer


Toshiko Akiyoshi, tersentuh oleh penderitaan desa nelayan, menulis sebuah suite jazz,
"Minamata" yang menjadi bagian pokok dari 1976 album Toshiko Akiyoshi-Lew Tabackin Big
Band di RCA, Wawasan. Sepotong ini dibangun dalam tiga bagian, untuk musik mencerminkan
tragedi -. "Desa Damai," "Kesejahteraan & Konsekuensi," dan "Epilog" Akiyoshi digunakan
vokalis Jepang menyanyikan lirik Jepang sebuah puisi nada yang merupakan bagian dari
komposisi. Album ini memenangkan banyak penghargaan di kalangan jazz, termasuk
penghargaan album suram terbaik, sebagian besar pada kekuatan bagian ini, yang membawa
perhatian lebih lanjut tentang tragedi itu. [35] Wawasan (Toshiko Akiyoshi - Lew Tabackin Big
Band)
Lagu "Pabrik Kepone" di Dead Kennedys ' In God We Trust, Inc membuat referensi untuk
bencana di paduan suara tersebut.

Penyakit Minamata saat ini

Penyakit Minamata tetap menjadi isu penting dalam masyarakat kontemporer Jepang. Gugatan
terhadap Chisso dan pemerintah prefektur dan nasional masih terus dan menganggap banyak
pemerintah tanggapan sampai saat ini tidak memadai. [36] "gambaran sejarah" perusahaan di
website saat ini tidak menyebutkan peran mereka dalam kontaminasi massa Minamata dan
setelah mengerikan. Laporan Tahunan 2004 laporan mereka namun setara dengan sekitar US $
50 juta (5.820 juta yen) dalam "Kewajiban Kompensasi Penyakit Minamata". Dari tahun 2000
hingga 2003, perusahaan juga melaporkan kewajiban kompensasi total lebih dari US $ 170 juta.
2000 account mereka juga menunjukkan bahwa Jepang dan prefektur Kumamoto dibebaskan
pemerintah suatu US $ 560 juta pada kewajiban yang sangat besar terkait. FY2004 dan tahun
2005 mereka laporan menyebut penyakit Minamata sebagai " Mad Hatter Penyakit ", istilah yang
diciptakan dari keracunan merkuri yang dialami oleh topi-pembuat beberapa abad terakhir (lih
Mad Hatter ). [37]
Sebuah layanan peringatan diadakan di Penyakit Minamata Municipal Museum pada tanggal 1
Mei 2006 untuk menandai 50 tahun sejak penemuan resmi penyakit. Meskipun cuaca buruk
layanan dihadiri oleh lebih dari 600 orang, termasuk ketua Chisso Shunkichi Goto dan Menteri
Lingkungan Hidup Yuriko Koike . [38]
Pada Monday, March 29, 2010, sekelompok korban uncertified 2123 mencapai penyelesaian
dengan pemerintah Jepang, Prefektur Kumamoto pemerintah, dan Chisso Corporation untuk
menerima pembayaran lump sum individu sebesar 2,1 juta yen dan tunjangan medis bulanan. [4]
Kebanyakan pasien bawaan sekarang berusia empat puluhan dan lima puluhan dan kesehatan
mereka memburuk. Orang tua mereka, yang sering satu-satunya sumber perawatan, yang
menjadi tujuh atau delapan puluhan atau sudah meninggal. Seringkali pasien-pasien menemukan
diri mereka terikat ke rumah mereka sendiri dan mengurus keluarga mereka, dalam isolasi yang
efektif dari masyarakat setempat. Beberapa fasilitas kesejahteraan bagi pasien memang ada.
Salah satu contoh penting adalah Hot House ( Hotto Hausu ? ), sebuah pusat pelatihan
kejuruan bagi pasien bawaan serta orang cacat lainnya di wilayah Minamata. Anggota DPR
panas juga terlibat dalam meningkatkan kesadaran penyakit Minamata, sering menghadiri
konferensi dan seminar serta melakukan kunjungan rutin ke sekolah-sekolah dasar di seluruh
Prefektur Kumamoto . [39]

KASUS PENYAKIT "KUCING MENARI" DI MINAMATA

Pada tahun 1932, Chisso Chemical Corporation membuka pabrik pupuk kimia di
Minamata (terletak di pulau Kyushu, Jepang Selatan). Penduduk di sekitarnya adalah
nelayan atau petani. Chisso mempekerjakan penduduk setempat (sekitar 1/3
tenaga pekerjanya), sehingga tidak menimbulkan masalah sosial pada awal
pendiriannya. Kasus Minamata ini terkenal di dunia bila membicarakan masalah
industri, limbah dan kesehatan masyarakat, yang terungkap setelah sekitar 600 ton
merkuri, yang digunakan sebagai katalis dalam prosesnya, dibuang secara bertahap
sekitar 45 tahun.
Merkuri didapat di alam, merupakan logam warna putih-perak, termasuk
logam berat, dan berada fasa cair pada suhu biasa, dan biasanya digunakan
sebagai katalis. Pada tahun 1714 Gabriel Fahrenheit menggunakan merkuri ini
untuk termometer. Mikroorganisme dalam air mengkonversi logam ini menjadi
methylmercure, dengan prakiraan 70 - 100 tahun akan persistan di alam. Merkuri
alamiah dapat dievakuasi oleh tubuh manusia secepatnya melalui urin, sedang
mercuri organik bersifat biokumulasi, yang dapat menyerang syaraf dan otak.
Sinyal pertama kasus ini datang pada tahun 1950, yaitu sejumlah ikan mati
tanpa diketahui sebabnya. Tahun 1952 timbul penyakit aneh pada kucing yang
kadangkala berakhir dengan kematian. Antara tahun 1953 - 1956 gejala yang
dikenal sebagai "kucing menari" ditemui pula pada manusia. Beberapa diantaranya
meninggal dunia. Tetapi Chisso pada awalnya belum dicurigai sebagai penyebab,
hanya diketahui bahwa korban mengalami keracunan akibat memakan ikan yang

berasal dari laut sekitar pabrik itu. Chisso kemudian mengeluarkan daftar bahan
yang digunakan dalam pabriknya, tetapi tidak tercantum merkuri dalam daftar
tersebut, walaupun diketahui bahwa merkuri digunakan sebagai katalis proses dari
pabrik tersebut. Penelitian penyebab penyakit tersebut secara intensif dilakukan
oleh pemerintah.

Asosiasi industri kimia Jepang juga membantu Chisso dalam melacak


masalah ini dengan melakukan penelitian-penelitian, tetapi tidak mendapatkan hasil
memuaskan.
Pencemaran mercuri tetap berlanjut. Kasus penyakit ini juga terus berlanjut,
dan

terutama

menyerang

anak-anak.

Tahun

1956

masyarakat

sekitarnya

mengadakan aksi menentang keberadaan Chisso. Chisso memberikan santunan


pada korban dan yang meninggal, tanpa mengetahui penyebab masalah ini. Kasus
ini lama kelamaan terungkap, karena korban umumnya mengandung merkuri yang
berlebihan pada tubuhnya. Tahun 1976 sekitar 120 penduduk Minamata meninggal
karena keracunan merkuri dan 800 orang menderita sakit. Tahun 1978, 8100
penduduk mengklaim hal ini, dan 1500 diantaranya yang diperiksa diketahui
keracunan merkuri. Akhirnya pembuangan merkuri dihentikan dengan ditutupnya
pabrik tersebut, dan pemerintah menyatakan bahwa Chisso adalah penanggung
jawab penyakit yang berjangkit di Minamata. 22 Maret 1979 dua pemimpin Chisso ,
yang pada saat itu telah berumur 77 tahun dan 68 tahun, dihukum masing-masing
2 tahun dan 3 tahun penjara. Disamping itu, korban kasus ini menerima santunan
yang dibebankan pada Chisso.

Merkuri dan Tragedi Minamata

Merasa familiar dengan kata merkuri?. Ya, betul sekali, merkuri merupakan salah satu bahan
pembuatan baterai yang bisa berdampak buruk bagi kesehatan manusia. Merkuri atau bisa
disebut juga air raksa, dapat berada dalam berbagai senyawa. Bila bergabung dengan khlor,
belerang atau oksigen, merkuri akan membentuk garam yang biasanya berwujud padatan putih.
Garam merkuri sering digunakan dalam krim pemutih dan krim antiseptik. Merkuri anorganik
(logam dan garam merkuri) terdapat di udara dari deposit mineral, dan dari area industri. Merkuri
yang ada di air dan tanah terutama berasal dari deposit alam, buangan limbah, dan aktivitas
vulkanik. Ancaman merkuri terutama dari bentuk organiknya yang sangat beracun yaitu metil
merkuri. Zat ini akan bertahan dalam tubuh 10 kali lebih lama dibanding merkuri dalam bentuk
logam
seperti
yang
terdapat
dalam
baterai
dan
termometer.
Bagaimana orang dapat terkontaminasi merkuri? Ada beberapa cara: memakan ikan atau hewan
air lainnya yang telah terkontaminasi metilmerkuri; terkontaminasi karena lepasnya merkuri dari
penambal gigi (banyak pihak mengganggap kasus yang sangat jarang), menghirup udara yang
mengandung
merkuri
dari
tumpahan,
atau
limbah
industri.
Minamata
Disaster
Ada kasus pencemaran merkuri yang gaungnya sangat menghentak. Kasus ini disebut tragedi
Minamata atau disebut juga Minamata Disaster (1950). Logam berat akibat industrialisasi Jepang
mencemari teluk tersebut, termasuk di dalamnya tercemar pula oleh Methyl Mercury. Tak
kurang, penduduk dari dua wilayah di pesisir Minamata, yaitu propinsi Kumamoto dan
Kagoshima
menjadi
korban
merkuri.

Penduduk yang mengalaminya memiliki penyakit aneh, tangan dan kaki mati rasa, kekuatan otot
melemah, gangguan pada mata, gagap, gangguan pendengaran, lumpuh hingga pada level
tertentu menyebabkan kematian. Dari beberapa video dokumen terlihat banyak korban
berperilaku aneh, seperti gagap dan kejang kejang begitu pula seekor kucing yang jalan terseokseok saat berjalan. Limbah merkuri yang di hasilkan oleh Chisso Corp tersebut telah
menkontaminasi air laut sehingga membuat hasil tangkapan ikan menjadi terkontaminasi merkuri
sehingga meracuni penduduk yang mengkonsumsinya. 50 tahun sudah kejadian tersebut berlalu,
namun sampai saat ini kejadian tersebut masih belum terpecahkan ujar walikota kota Minamoto.
Jumlah korban belum bisa di pastikan karena akan terus bertambah karena bersifat turunmenurun, namun sekitar 1.573 2.265 orang meninggal yang kesemuanya menderita keracunan
merkuri, lebih lanjut masih banyak penduduk yang melaporkan kemungkinan terkena wabah ini
dan jumlahnya tidak sedikit, yaitu 21.021 orang!. Dan mereka mengaku memiliki gejala gejala
penyakit yang terlihat pada lengan, kaki dan sulit berkomunikasi. Pihak Chisso Corp sendiri

selalu menolak untuk bertanggung jawab meskipun telah di tetapkan sebagai tersangka dan terus
menyebarkan merkuri ke laut sepanjang 1956 1968, tentu saja perbuatan tersebut patut di kutuk
karena telah menyengsarakan penduduk lokal hingga turun temurun dari generasi ke generasi.
Efek merkuri pada kesehatan terutama berkaitan dengan sistem syaraf, yang sangat sensitif pada
semua bentuk merkuri. Gejala yg timbul antara lain:

Gangguan saraf sensoris: Paraesthesia, kepekaan menurun dan sulit menggerakkan jari
tangan dan kaki, penglihatan menyempit, daya pendengaran menurun, serta rasa nyeri
pada lengan dan paha.

Gangguan saraf motorik: lemah, sulit berdiri, mudah jatuh, ataksia, tremor, gerakan
lambat, dan sulit berbicara.

Gangguan lain: gangguan mental, sakit kepala. Tremor pada otot merupakan gejala awal
dari toksisitas merkuri tersebut.

Metilmerkuri dan uap merkuri logam lebih berbahaya dari bentuk-bentuk merkuri yang lain,
sebab merkuri dalam kedua bentuk tersebut dapat lebih banyak mencapai otak. Pemaparan kadar
tinggi merkuri, baik yang berbentuk logam, garam, maupun metilmerkuri dapat merusak secara
permanen
otak,
ginjal,
maupun
janin.
Oleh karena itu, merkuri harus ditangani dengan hati-hati, dijauhkan dari anak-anak dan wanita
yang sedang hamil. Standar yang ditetapkan badan-badan internasional untuk merkuri adalah
sebagai berikut: di air minum 2 ppb (2 gr dalam 1.000.000.000 (satu milyar gr air atau kira-kira
satu juta liter)). Di makanan laut 1 ppm (1 gram tiap 1 juta gram) atau satu gram dalam 10 ton
makanan. Di udara 0,1 mg (miligram) metilmerkuri setiap 1 m3, 0,05 mg/m3 logam merkuri
untuk
orang-orang
yang
bekerja
40
jam
seminggu
(8
jam
sehari).
Kini, masyarakat Minamata, Jepang sangat menghargai apa yang terjadi di waktu silam dan
mengambil pelajaran dari kasus limbah merkuri tersebut. Mereka lebih peduli akan lingkungan
dan berjibaku bersama menjaga lingkungan sekitar seperti menjaga kebersihan dan pengelolaan
sampah kota dengan manajemen yang baik yaitu pemilahan sampah dan memanfaatkan nya lebih
lanjut
seperti
pengomposan.
Semoga Indonesia kita tercinta bisa meniru cara masyarakat Jepang yang mau belajar dari
pengalaman masa lalu

Penyakit Kucing Menari di Minamata

Pada tahun 1932, Chisso Chemical Corporation membuka pabrik pupuk kimia di
Minamata (terletak di pulau Kyushu, Jepang Selatan). Penduduk di sekitarnya adalah nelayan
atau petani. Chisso mempekerjakan penduduk setempat (sekitar 1/3 tenaga pekerjanya),
sehingga tidak menimbulkan masalah sosial pada awal pendiriannya.
Kasus Minamata ini terkenal di dunia bila membicarakan masalah industri, limbah dan
kesehatan masyarakat, yang terungkap setelah sekitar 600 ton merkuri, yang digunakan
sebagai katalis dalam prosesnya, dibuang secara bertahap sekitar 45 tahun. Merkuri didapat di
alam, merupakan logam warna putih-perak, termasuk logam berat, dan berada fasa cair pada
suhu biasa, dan biasanya digunakan sebagai katalis. Pada tahun 1714 Gabriel Fahrenheit
menggunakan merkuri ini untuk termometer.
Mikroorganisme dalam air mengkonversi logam ini menjadi methylmercure, dengan
prakiraan 70 -100 tahun akan persistan di alam. Merkuri alamiah dapat dievakuasi oleh tubuh
manusia secepatnya melalui urin, sedang mercuri organik bersifat biokumulasi, yang dapat
menyerang syaraf dan otak. Metil mercuri yang masuk tubuh manusia akan menyerang sistem
saraf pusat, akibatnya terjadi degenerasi sel-sel syaraf pada otak kecil, sarung selaput syaraf dan
bagian otak yang mengatur penglihatan. Penderitanya mengalami kesemutan (parathesia),
gangguan bicara, hilang daya ingat, ataxia dan kelainan syaraf lainnya. Gejala-gejala dapat
berkembang lebih buruk menjadi seperti kesulitan menelan, kelumpuhan, kerusakan otak, dan
kematian.
Sinyal pertama kasus ini datang pada tahun 1950, yaitu sejumlah ikan mati tanpa
diketahui sebabnya. Tahun 1952 timbul penyakit aneh pada kucing yang kadangkala
berakhir dengan kematian. Antara tahun 1953 - 1956 gejala yang dikenal sebagai "kucing
menari" ditemui pula pada manusia. Beberapa diantaranya meninggal dunia. Tetapi Chisso
pada awalnya belum dicurigai sebagai penyebab, hanya diketahui bahwa korban
mengalami keracunan akibat memakan ikan yang berasal dari laut sekitar pabrik itu. Chisso
kemudian mengeluarkan daftar bahan yang digunakan dalam pabriknya, tetapi tidak tercantum
merkuri dalam daftar tersebut, walaupun diketahui bahwa merkuri digunakan sebagai
katalis proses dari pabrik tersebut.
Penelitian penyebab penyakit tersebut secara intensif dilakukan oleh pemerintah.
Asosiasi industri kimia Jepang juga membantu Chisso dalam melacak masalah ini dengan
melakukan penelitian-penelitian, tetapi tidak mendapatkan hasil memuaskan. Pencemaran
mercuri tetap berlanjut. Kasus penyakit ini juga terus berlanjut, dan terutama menyerang
anak-anak. Tahun 1956 masyarakat sekitarnya mengadakan aksi menentang keberadaan
Chisso. Chisso memberikan santunan pada korban dan yang meninggal, tanpa mengetahui
penyebab masalah ini. Kasus ini lama kelamaan terungkap, karena korban umumnya

mengandung merkuri yang berlebihan pada tubuhnya. Tahun 1976 sekitar 120 penduduk
Minamata meninggal karena keracunan merkuri dan 800 orang menderita sakit. Tahun 1978,
8100 penduduk mengklaim hal ini, dan 1500 diantaranya yang diperiksa diketahui keracunan
merkuri. Akhirnya pembuangan merkuri dihentikan dengan ditutupnya pabrik tersebut, dan
pemerintah menyatakan bahwa Chisso adalah penanggung jawab penyakit yang berjangkit
di Minamata. 22 Maret 1979 dua pemimpin Chisso , yang pada saat itu telah berumur 77 tahun
dan 68 tahun, dihukum masing-masing 2 tahun dan 3 tahun penjara. Disamping itu, korban kasus
ini menerima santunan yang dibebankan pada Chisso.

Source :
Damanhuri, E. DiktatKuliah TL-3204: Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
Edisi Semester II 2009/2010.

penyakit Minamata ( Minamata-BYO ? ), kadang-kadang disebut sebagai penyakit


Minamata-Chisso ( Chisso-Minamata-BYO ? ), adalah neurologis sindrom yang
disebabkan oleh berat keracunan merkuri . Termasuk gejala ataksia , mati rasa di tangan dan
kaki, umum kelemahan otot , penyempitan bidang visi dan kerusakan pendengaran dan berbicara
. Dalam kasus ekstrim, gila , kelumpuhan , koma dan kematian mengikuti beberapa minggu
setelah timbulnya gejala. Sebuah bawaan bentuk penyakit juga dapat mempengaruhi janin dalam
kandungan.
Penyakit Minamata pertama kali ditemukan di Minamata kota di Prefektur Kumamoto , Jepang
pada tahun 1956. Hal ini disebabkan oleh rilis methylmercury dalam industri air limbah dari
Chisso Corporation pabrik kimia s ', yang terus 1932-1968. Ini sangat beracun kimia
bioaccumulated di kerang dan ikan di Teluk Minamata dan Laut Shiranui , yang bila dimakan
oleh penduduk lokal menghasilkan keracunan merkuri. Sedangkan kucing, anjing, babi, dan
kematian manusia tetap selama lebih dari 30 tahun, pemerintah dan perusahaan tidak sedikit
untuk mencegah polusi.
Pada Maret 2001, 2.265 korban telah diakui secara resmi (1.784 di antaranya telah meninggal) [1]
dan lebih dari 10.000 telah menerima kompensasi finansial dari Chisso. [2] Pada 2004, Chisso
Corporation telah membayar $ 86 juta kompensasi, dan di sama tahun diperintahkan untuk
membersihkan kontaminasi nya. [3] Pada tanggal 29 Maret 2010, perdamaian untuk
mengimbangi-belum uncertified korban sebagai. [4]
Sebuah wabah kedua dari penyakit Minamata terjadi di Prefektur Niigata pada tahun 1965. Baik
asli penyakit Minamata dan Niigata penyakit Minamata dianggap dua dari Big Four Penyakit
Pencemaran Jepang .

Isi

1 1908-1955

2 1956-1959
o 2.1 Menemukan penyebabnya
o 2.2 Identifikasi raksa

3 1959
o 3.1 Kompensasi nelayan dan pasien, 1959
o 3.2 Air Limbah pengobatan

4 1959-69
o 4.1 Lanjutan polusi
o 4.2 bawaan penyakit Minamata
o 4.3 Wabah penyakit Minamata Niigata

5 1969-1973
o 5.1 pengakuan resmi pemerintah
o 5.2 Perjuangan untuk perjanjian baru
o Uncertified pasien 'memerangi 5.3 harus diakui

6 Korban

7 Demokratisasi efek

8 Media

9 Dalam budaya populer

10 hari ini penyakit Minamata

11 Lihat juga

12 Catatan

13 Referensi

14 Bacaan lebih lanjut

15 Pranala luar

[ sunting ] 1908-1955
Lihat juga: dari penyakit Minamata Timeline
The Corporation Chisso pertama membuka sebuah pabrik kimia di Minamata pada tahun 1908.
Awalnya memproduksi pupuk, pabrik mengikuti ekspansi nasional kimia industri Jepang,
bercabang keluar ke produksi asetilena , asetaldehida , asam asetat , vinil klorida dan oktanol ,
antara lain. Pabrik Minamata menjadi yang paling maju di seluruh Jepang, baik sebelum dan
sesudah Perang Dunia II . [ rujukan? ] produk limbah yang dihasilkan dari pembuatan bahan kimia ini
telah dilepaskan ke Teluk Minamata melalui pabrik air limbah . Tak pelak polutan tersebut
memiliki dampak lingkungan. Perikanan rusak dalam hal tangkapan berkurang, dan di respon,
Chisso mencapai dua perjanjian kompensasi terpisah dengan koperasi perikanan di tahun 1926
dan 1943. [5]

Air limbah dari pabrik Chisso di Minamata ( KAMI Smith )


Ekspansi yang cepat dari pabrik Minamata spurred ekonomi lokal dan sebagai Chisso makmur,
begitu juga Minamata. Fakta ini, dikombinasikan dengan kurangnya industri lain, berarti bahwa
Chisso memiliki pengaruh besar di Minamata. Pada satu titik, lebih dari setengah dari
penerimaan pajak otoritas Kota Minamata berasal dari Chisso dan karyawan, dan perusahaan dan
anak perusahaan yang bertanggung jawab untuk menciptakan seperempat dari semua pekerjaan

di Minamata. [6] Minamata bahkan dijuluki benteng kota Chisso "'s ", mengacu ke kota-kota
ibukota feodal yang memerintah Jepang selama zaman Edo . [7]
The pabrik Chisso Minamata pertama kali dimulai asetaldehida produksi pada tahun 1932,
memproduksi 210 ton tahun itu. Pada 1951 produksi melonjak menjadi 6.000 ton per tahun dan
mencapai puncak 45.245 ton pada tahun 1960. [8] Sepanjang, pabrik Chisso's output sebesar
antara seperempat dan sepertiga dari total produksi asetaldehida Jepang. The reaksi kimia yang
digunakan untuk menghasilkan asetaldehida yang digunakan sulfat merkuri sebagai katalisator.
Reaksi sisi siklus katalitik menyebabkan produksi sejumlah kecil senyawa merkuri organik, yaitu
methylmercury . [9] Hal ini senyawa beracun yang sangat telah dilepaskan ke Teluk Minamata
dari awal produksi pada tahun 1932 sampai tahun 1968, saat ini metode produksi dihentikan.

[ sunting ] 1956-1959
Pada tanggal 21 April 1956, satu tahun gadis berusia lima diperiksa di Chisso Corporation rumah
sakit pabrik di Minamata , Jepang , sebuah kota di pantai barat pulau selatan Kyushu . Para
dokter yang bingung dengan gejala nya: kesulitan berjalan, berbicara kesulitan dan kejangkejang . Dua hari kemudian adiknya juga mulai menunjukkan gejala yang sama dan dia juga
dirawat di rumah sakit. Ibu Gadis-gadis 'memberitahu dokter bahwa putri tetangganya juga
mengalami masalah serupa. Setelah dari rumah ke rumah penyelidikan delapan pasien lebih
lanjut ditemukan dan dirawat. Pada tanggal 1 Mei direktur rumah sakit dilaporkan ke kantor
kesehatan masyarakat setempat penemuan suatu " epidemi suatu penyakit yang tidak diketahui
dari sistem saraf pusat ", menandai penemuan resmi penyakit Minamata. [10]
Untuk menyelidiki epidemi, pemerintah kota dan berbagai praktisi medis membentuk Komite
Penanggulangan Penyakit Aneh ( Kiby Taisaku Iinkai ? ) pada akhir Mei 1956. Karena
sifat lokal dari penyakit, itu diduga menular dan sebagai tindakan pencegahan pasien diisolasi
dan rumah mereka didesinfeksi. Sayangnya, hal ini berkontribusi pada stigmatisasi dan
diskriminasi yang dialami oleh korban Minamata dari masyarakat setempat. Selama
penyelidikan, panitia menemukan bukti anekdot mengejutkan dari perilaku aneh kucing dan
satwa liar lainnya di lingkungan sekitar rumah pasien. Dari sekitar tahun 1950 dan seterusnya,
kucing telah dipandang memiliki kejang-kejang, gila dan mati. Penduduk lokal menyebutnya
"penyakit kucing menari" ( neko Odori BYO ? ), karena gerakan mereka tidak menentu.
Crows telah jatuh dari langit, rumput laut tidak lagi tumbuh di dasar laut dan ikan mati
mengambang di permukaan laut. Sebagai luasnya wabah itu dipahami, panitia mengundang para
peneliti dari Universitas Kumamoto untuk membantu dalam upaya penelitian.
Kumamoto University Research Group terbentuk pada tanggal 24 Agustus 1956. Para peneliti
dari Sekolah Kedokteran mulai mengunjungi Minamata teratur dan mengakui pasien ke rumah
sakit universitas untuk pemeriksaan rinci. Secara bertahap gambaran yang lebih lengkap dari
gejala yang ditunjukkan oleh pasien adalah ditemukan. Penyakit ini dikembangkan tanpa ada
peringatan terlebih dahulu, dengan pasien mengeluh kehilangan sensasi dan mati rasa di tangan
dan kaki mereka. Mereka menjadi tidak dapat menangkap objek kecil atau tombol kencangkan.
Mereka tidak bisa menjalankan atau berjalan tanpa sandungan, suara mereka berubah di
lapangan dan banyak pasien mengeluh kesulitan melihat, mendengar dan menelan. Secara umum
gejala ini memburuk dan diikuti oleh kejang-kejang berat, koma dan akhirnya kematian. Pada

bulan Oktober 1956, 40 pasien telah ditemukan, 14 di antaranya telah meninggal: sebuah yang
mengkhawatirkan tingkat kematian 36,7%. dari [11]

[ sunting ] Mencari penyebabnya


Peneliti dari Universitas Kumamoto juga mulai fokus pada penyebab penyakit aneh. Mereka
menemukan bahwa para korban, seringkali anggota keluarga yang sama, berkerumun di dusun
nelayan di sepanjang pantai Teluk Minamata. The makanan pokok korban adalah selalu ikan dan
kerang dari Teluk Minamata. Kucing di daerah setempat, yang cenderung makan sisa dari meja
keluarga, telah meninggal dengan gejala mirip dengan yang sekarang ditemukan pada manusia.
Hal ini menyebabkan para peneliti percaya bahwa wabah itu disebabkan oleh beberapa jenis
keracunan makanan , dengan ikan dan kerang yang terkontaminasi tersangka utama.
Pada tanggal 4 November grup riset mengumumkan temuan awal: "penyakit Minamata agak
dianggap keracunan oleh logam berat ... mungkin memasuki tubuh manusia terutama melalui
ikan dan kerang." [12]

[ sunting ] Identifikasi raksa

Methylmercury , sebuah organik merkuri senyawa dirilis di pabrik air limbah dan penyebab
penyakit Minamata

Segera setelah penyelidikan mengidentifikasi logam berat sebagai zat kausal, air limbah dari
pabrik Chisso segera dicurigai sebagai asal. Tes sendiri perusahaan menunjukkan bahwa limbah
cair yang banyak mengandung logam berat dalam konsentrasi cukup tinggi untuk membawa
degradasi lingkungan serius termasuk timbal , merkuri , mangan , arsenik , selenium , talium dan
tembaga . Mengidentifikasi racun tertentu yang bertanggung jawab untuk penyakit ini terbukti
sangat sulit dan memakan waktu. Selama tahun 1957 dan 1958, berbagai teori yang diusulkan
oleh peneliti yang berbeda. Awalnya mangan dianggap substansi kausal karena konsentrasi tinggi
ditemukan pada ikan dan organ-organ yang meninggal. Thallium, selenium dan teori beberapa
kontaminan juga diusulkan tapi tidak sampai Maret 1958, ketika mengunjungi Inggris ahli saraf
Douglas McAlpine menyarankan bahwa gejala-gejala mirip Minamata mereka yang organik
keracunan merkuri , bahwa fokus penyelidikan berpusat pada merkuri.

Pada bulan Februari 1959, distribusi merkuri di Teluk Minamata diselidiki. Hasil mengejutkan
para peneliti yang terlibat. jumlah besar merkuri yang terdeteksi pada ikan, kerang dan lumpur
dari teluk. Konsentrasi tertinggi berpusat di sekitar saluran air limbah pabrik Chisso di Hyakken
Harbour dan menurun pergi ke laut, dengan jelas mengidentifikasi tanaman sebagai sumber
kontaminasi. Di mulut saluran air limbah, seorang tokoh dari 2 kg merkuri per ton sedimen
diukur: tingkat yang akan ekonomis untuk ditambang. Ironisnya, Chisso memang kemudian
mendirikan anak perusahaan untuk memperoleh kembali dan menjual merkuri tersebut sembuh
dari lumpur. [13]
sampel rambut diambil dari para korban penyakit dan juga dari penduduk Minamata pada
umumnya. Pada pasien merkuri tingkat maksimum tercatat adalah 705 ppm (bagian per juta),
menunjukkan paparan sangat berat dan gejala Minamata penduduk non-level sedang 191 ppm.
Ini dibandingkan dengan tingkat rata-rata 4 ppm untuk orang-orang yang tinggal di luar daerah
Minamata. [13]
Pada tanggal 12 Nopember 1959, Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan 's Minamata
Keracunan Makanan Sub-komite diterbitkan hasilnya:
"Penyakit Minamata adalah penyakit keracunan terutama yang mempengaruhi sistem
saraf pusat dan disebabkan oleh konsumsi dalam jumlah besar ikan dan hidup kerang di
Minamata Bay dan sekitarnya, agen penyebab utama karena beberapa jenis senyawa
merkuri organik." [14 ]

[ sunting ] 1959

Para Chisso pabrik dan rute air limbah yang


Selama pemeriksaan oleh para peneliti di Universitas Kumamoto , substansi penyebab telah
diidentifikasi sebagai logam berat dan secara luas dianggap bahwa pabrik Chisso adalah sumber
kontaminasi. Chisso datang di bawah pengawasan lebih dekat dan dalam rangka untuk
menangkis kritik rute output air limbah berubah. Chisso tahu kerusakan lingkungan yang
disebabkan oleh air limbah dan sangat menyadari bahwa itu adalah tersangka utama dalam
penyelidikan penyakit Minamata. Meskipun ini, dari September 1958, bukannya pemakaian
limbah menjadi Hyakken Harbour (fokus penyelidikan dan sumber kontaminasi asli), itu air
limbah dibuang langsung ke Sungai Minamata. Efek langsung adalah kematian ikan di mulut

sungai, dan dari saat itu korban penyakit Minamata baru mulai muncul di desa-desa nelayan
lainnya atas dan ke bawah pantai Laut Shiranui , sebagai penyebaran pencemaran melalui daerah
bahkan lebih besar . [15]
Chisso gagal bekerja sama dengan tim investigasi dari Kumamoto University. Ia
menyembunyikan informasi pada proses industrinya, meninggalkan peneliti untuk berspekulasi
apa produk pabrik itu memproduksi dan dengan metode apa. [16] pabrik rumah sakit Direktur
Chisso, Hajime Hosokawa , didirikan sebuah laboratorium di divisi penelitian tanaman untuk
melaksanakan sendiri percobaan menjadi penyakit Minamata pada bulan Juli 1959. Makanan
yang limbah pabrik telah ditambahkan diberi makan untuk kucing sehat. Tujuh puluh delapan
hari ke kucing percobaan 400 gejala penyakit Minamata dipamerkan dan patologis pemeriksaan
mengkonfirmasi diagnosis keracunan merkuri organik. Perusahaan tidak mengungkapkan hasil
yang signifikan untuk para peneliti dan memerintahkan Hosokawa untuk menghentikan
penelitiannya. [17]
Dalam upaya untuk melemahkan peneliti 'organik merkuri Universitas Kumamoto teori, Chisso
dan pihak lainnya dengan kepentingan yang pabrik tetap terbuka (termasuk Departemen
Perdagangan Internasional dan Industri dan Asosiasi Industri Kimia Jepang ) penelitian yang
didanai menjadi penyebab alternatif penyakit , selain limbah sendiri. [18]

[ sunting ] Kompensasi nelayan dan pasien, 1959


Untuk detail lebih lanjut tentang topik ini, lihat perjanjian kompensasi penyakit Minamata tahun
1959 .
limbah berpolusi telah merusak perikanan sekitar Minamata sejak pembukaan pabrik Chisso
pada tahun 1908. The Minamata Koperasi Perikanan berhasil menang pembayaran kecil "uang
simpati" ( mimaikin ? ) dari perusahaan di tahun 1926 dan sekali lagi pada 1943, tetapi
setelah wabah penyakit Minamata situasi memancing telah menjadi kritis. menangkap ikan telah
menurun sebesar 91% antara tahun 1953 dan 1957. Para Kumamoto pemerintah prefektur
mengeluarkan larangan parsial pada penjualan ikan yang ditangkap di Teluk Minamata tercemar
berat, tetapi bukan-larangan keluar semua, yang akan memiliki hukum wajib untuk
mengkompensasi nelayan. Koperasi nelayan memprotes Chisso dan marah memaksa masuk ke
pabrik pada tanggal 6 Agustus dan 12 Agustus, menuntut kompensasi. Sebuah komite dibentuk
oleh Walikota Minamata Todomu Nakamura untuk menengahi antara kedua belah pihak tapi
komite ini ditumpuk di perusahaan sangat mendukung. Pada tanggal 29 Agustus koperasi
nelayan menyetujui usulan komite mediasi itu, menyatakan: "Dalam rangka untuk mengakhiri
kecemasan warga, kami menelan air mata kita dan menerima". Perusahaan membayar koperasi
JPY 20 juta ( USD 55.600) dan mendirikan sebuah JPY15 juta (USD41, 700) dana untuk
mempromosikan pemulihan memancing.

Pengunjuk rasa di gerbang pabrik Chisso ( KAMI Smith )


Karena perubahan rute output air limbah pada tahun 1958, pencemaran telah menyebar ke atas
dan bawah Laut Shiranui, perikanan merusak sana juga. Digalakkan oleh keberhasilan koperasi
Minamata kecil, Prefektur Kumamoto Aliansi Koperasi Perikanan juga memutuskan untuk
mencari kompensasi dari Chisso. Pada tanggal 17 Oktober, 1500 nelayan dari aliansi turun pada
pabrik untuk menuntut negosiasi. Saat ini tidak menghasilkan hasil anggota aliansi membawa
kampanye mereka ke Tokyo , mengamankan melakukan kunjungan resmi ke Minamata oleh
anggota Jepang Diet . Selama kunjungan pada 2 anggota aliansi November memaksa masuk ke
pabrik dan kerusuhan, menyebabkan banyak luka dan JPY10 juta (USD27, 800) senilai
kerusakan. Kekerasan tertutup secara luas di media, membawa perhatian bangsa terhadap isu
Minamata untuk kali pertama sejak wabah dimulai. Komite lain dibentuk mediasi, kesepakatan
disepakati dan ditandatangani pada tanggal 17 Desember. JPY25 juta "uang simpati" telah
dibayarkan kepada aliansi dan JPY65 juta memancing dana pemulihan didirikan.
Pada tahun 1959, korban penyakit Minamata berada dalam posisi lebih lemah dari para nelayan.
Terbentuk baru-baru ini Penyakit Minamata Pasien Keluarga Gotong Royong Masyarakat
jauh lebih dibagi dari koperasi nelayan. "Pasien adalah keluarga korban diskriminasi dan
pengasingan dari masyarakat setempat. Masyarakat setempat merasa bahwa perusahaan (dan
kota mereka yang tergantung pada itu) sedang menghadapi kehancuran ekonomi. Untuk
beberapa pasien ini pengucilan oleh masyarakat mewakili rasa takut lebih besar daripada
penyakit itu sendiri. Setelah awal duduk-in di gerbang pabrik pada bulan November 1959 pasien
diminta Prefektur Kumamoto Gubernur Hirosaku Teramoto untuk memasukkan pasien
permintaan untuk kompensasi dengan mediasi yang berkelanjutan dengan aliansi nelayan
prefektur. Chisso setuju dan setelah negosiasi lebih lanjut beberapa minggu ', yang lain "uang
simpati" perjanjian ditandatangani. Pasien yang telah disertifikasi oleh Departemen Kesehatan
dan Kesejahteraan komite akan mendapatkan kompensasi: pasien dewasa menerima JPY100,
000 (USD278) per tahun; anak JPY30, 000 (USD83) per tahun dan keluarga pasien mati akan
menerima-off JPY320 satu, 000 (USD889) pembayaran.

[ sunting ] pengobatan Air Limbah

Pada tanggal 21 Oktober 1959, Chisso diperintahkan oleh Menteri Perdagangan Internasional
dan Industri dapat beralih kembali drainase air limbah dari Sungai Minamata untuk Hyakken
Harbour dan untuk mempercepat instalasi sistem pengolahan limbah di pabrik. Chisso memasang
Cyclator sistem pemurnian pada tanggal 19 Desember 1959, dan membukanya dengan upacara
khusus. presiden Chisso Kiichi Yoshioka minum segelas air seharusnya diobati melalui Cyclator
untuk menunjukkan bahwa sudah aman. Bahkan, air limbah dari pabrik asetaldehida, perusahaan
yang tahu masih mengandung merkuri dan menyebabkan penyakit Minamata ketika diberikan
kepada kucing, tidak diperlakukan melalui Cyclator pada saat itu. Kesaksian di kemudian
penyakit Minamata Niigata persidangan membuktikan bahwa Chisso tahu Cyclator harus benarbenar tidak efektif: "... tangki pemurnian dipasang sebagai solusi sosial dan tidak melakukan
apapun untuk menghilangkan merkuri organik." [19]
penipuan ini berhasil dan hampir semua pihak yang terlibat dalam penyakit Minamata telah
ditipu untuk percaya bahwa air limbah pabrik telah dibuat aman dari Desember 1959 tentang.
Asumsi ini luas berarti bahwa dokter tidak mengharapkan pasien baru muncul, sehingga banyak
masalah di tahun-tahun untuk mengikuti, sebagai polusi terus. Dalam pikiran orang kebanyakan,
isu penyakit Minamata telah diselesaikan.

[ sunting ] 1959-1969
Tahun-tahun antara set pertama perjanjian "uang simpati" pada tahun 1959 dan awal tindakan
hukum pertama yang akan diambil terhadap Chisso pada tahun 1969 sering disebut "sepuluh
tahun keheningan". Bahkan, banyak kegiatan pada bagian dari pasien dan nelayan terjadi selama
periode ini, tapi tak ada dampak yang signifikan terhadap tindakan perusahaan atau cakupan
Minamata di media nasional.

[ sunting ] pencemaran Lanjutan


Meskipun asumsi hampir universal yang bertentangan, fasilitas pengolahan air limbah dipasang
pada Desember 1959 tidak berpengaruh pada tingkat merkuri organik yang dilepaskan ke Laut
Shiranui. Polusi dan penyakit itu disebabkan terus menyebar. Para Kumamoto dan Kagoshima
prefektur pemerintah melakukan survei bersama di akhir tahun 1960 dan awal 1961 ke tingkat
merkuri pada rambut orang yang hidup di sekitar Laut Shiranui. Hasil mengkonfirmasikan
bahwa merkuri organik telah menyebar di seluruh laut pedalaman dan bahwa orang-orang masih
diracuni oleh ikan yang terkontaminasi. Ratusan orang telah ditemukan memiliki tingkat lebih
besar dari 50 ppm merkuri pada rambut mereka, tingkat di mana orang mungkin akan mengalami
kerusakan saraf. Hasil tertinggi yang tercatat adalah bahwa seorang wanita dari Goshonoura
pulau yang memiliki 920 ppm dalam sampel nya.
Pemerintah prefektur tidak mempublikasikan hasil dan tidak melakukan apapun dalam
menanggapi survei tersebut. Para peserta yang telah menyumbangkan sampel rambut tidak
diberitahu hasil mereka, bahkan ketika mereka memintanya. Sebuah Facebook studi sepuluh
tahun mengikuti kemudian menemukan bahwa banyak yang mati dari "penyebab yang tidak
diketahui". [20]

[ sunting ] Bawaan penyakit Minamata

dokter lokal dan pejabat kesehatan telah melihat untuk waktu yang lama suatu frekuensi tinggi
abnormal dari cerebral palsy dan gangguan kekanak-kanakan lain di wilayah Minamata. Pada
tahun 1961 sejumlah profesional medis termasuk Masazumi Harada (kemudian untuk menerima
penghargaan dari PBB bagi tubuhnya pekerjaan pada penyakit Minamata) mengatur tentang
pemeriksaan ulang-anak yang didiagnosa dengan cerebral palsy. Gejala-gejala dari anak-anak
dekat cermin dengan pasien penyakit Minamata dewasa tapi banyak dari ibu-ibu mereka tidak
menunjukkan gejala. Fakta bahwa anak-anak telah lahir setelah pecahnya awal dan belum pernah
makan ikan tercemar ibu mereka juga menyebabkan mereka tidak percaya korban. Pada saat
pembentukan medis percaya bahwa plasenta akan melindungi janin dari racun dalam aliran
darah, yang memang halnya dengan kebanyakan bahan kimia. Apa yang tidak diketahui pada
saat itu adalah bahwa justru kebalikannya yang terjadi dengan methylmercury: plasenta
menghapusnya dari aliran darah ibu dan konsentratnya bahan kimia pada janin.
Setelah beberapa tahun penelitian dan otopsi dua anak, para dokter mengumumkan bahwa anakanak menderita seperti yang belum yang belum diakui bawaan bentuk penyakit Minamata.
Komite sertifikasi diselenggarakan pada tanggal 29 November 1962 dan setuju bahwa kedua
anak-anak tewas dan 16 anak-anak masih hidup harus disertifikasi sebagai pasien, dan karenanya
bertanggung jawab atas simpati "pembayaran" dari Chisso, sejalan dengan perjanjian 1959. [21]

[ sunting ] Wabah penyakit Minamata Niigata


Untuk detail lebih lanjut tentang topik ini, lihat Niigata penyakit Minamata .
penyakit Minamata pecah lagi pada tahun 1965, kali ini di sepanjang tepi Sungai Agano di
Prefektur Niigata . Pabrik polusi (dimiliki oleh Showa Denko ) menerapkan proses kimia
menggunakan katalis merkuri sangat mirip dengan yang digunakan oleh Chisso di Minamata.
Seperti di Minamata, dari musim gugur 1964 hingga musim semi tahun 1965, kucing yang hidup
di sepanjang tepi Sungai Agano telah terlihat gila dan mati. Sebelum pasien lama muncul dengan
gejala sama dengan pasien yang hidup di Laut Shiranui, dan wabah itu dibuat publik pada
tanggal 12 Juni 1965. Peneliti dari Universitas Kumamoto Research Group dan Hajime
Hosokawa (yang telah pensiun dari Chisso pada tahun 1962) menggunakan pengalaman mereka
dari Minamata dan diterapkan ke wabah Niigata. Pada September 1966 sebuah laporan
dikeluarkan membuktikan pencemaran Showa Denko untuk menjadi penyebab penyakit ini
Minamata kedua.
Berbeda dengan pasien di Minamata, korban pencemaran Showa Denko tinggal jarak yang
cukup jauh dari pabrik dan tidak memiliki link tertentu ke perusahaan. Akibatnya masyarakat
setempat jauh lebih mendukung kelompok pasien dan gugatan diajukan terhadap perusahaan
pada bulan Maret 1968, hanya tiga tahun setelah penemuan.
Peristiwa di Niigata katalis perubahan dalam menanggapi insiden Minamata asli. Penelitian
ilmiah dilakukan di Niigata memaksa pemeriksaan ulang yang dilakukan di Minamata dan
keputusan pasien Niigata menggugat perusahaan mencemari memungkinkan respon yang sama
yang harus dipertimbangkan dalam Minamata. Masazumi Harada telah mengatakan bahwa, "Ini
mungkin terdengar aneh, tetapi jika ini penyakit Minamata kedua tidak pecah, dan kemajuan
sosial medis yang dicapai sekarang di Kumamoto ... tidak mungkin." [22]

Sekitar waktu ini dua penyakit lainnya yang berhubungan dengan polusi juga grabbing berita
utama di Jepang. Korban Yokkaichi asma dan Itai-itai penyakit telah membentuk 'kelompokkelompok warga dan mengajukan tuntutan hukum terhadap perusahaan-perusahaan berpolusi
pada bulan September 1967 dan Maret 1968 masing-masing. Secara kolektif penyakit ini
kemudian dikenal sebagai Big Four Penyakit Pencemaran dari Jepang . [23]
Perlahan tapi pasti suasana di Minamata dan Jepang secara keseluruhan adalah pergeseran.
pasien Minamata ditemukan masyarakat secara bertahap menjadi lebih terbuka dan simpatik
sebagai dekade berlalu. Hal ini memuncak pada tahun 1968 dengan berdirinya di Minamata dari
Warga 'Dewan Penanggulangan Penyakit Minamata yang menjadi warga negara kepala'
dukungan kelompok kepada pasien Minamata. Seorang anggota pendiri warga dewan itu
Michiko Ishimure , seorang ibu rumah tangga setempat dan penyair yang kemudian tahun terbit
Tanah Suci, Keracunan Laut: kami penyakit Minamata ( - Kugai Jodo: Waga
Minamataby ? ) sebuah buku puitis esai yang mendapat pengakuan nasional.

[ sunting ] 1969-1973
[ sunting ] pengakuan resmi pemerintah
Akhirnya pada tanggal 26 September 1968 - dua belas tahun setelah penemuan penyakit ini (dan
empat bulan setelah Chisso berhenti produksi asetaldehida menggunakan katalis merkuri) Pemerintah mengeluarkan kesimpulan resmi mengenai penyebab penyakit Minamata:
"Penyakit Minamata adalah penyakit dari sistem saraf pusat, keracunan yang disebabkan
oleh konsumsi jangka panjang, dalam jumlah besar, ikan dan kerang dari Teluk
Minamata. Para agen penyebab adalah methylmercury methylmercury diproduksi. Di
fasilitas asetaldehida asam asetat Shin Nihon Chisso's Minamata pabrik telah habis dalam
air limbah pabrik ... Minamata pasien penyakit terakhir muncul pada tahun 1960, dan
wabah telah berakhir ini diduga karena konsumsi ikan dan kerang dari Teluk Minamata
dilarang pada musim gugur 1957,. dan fakta yang mempunyai fasilitas pabrik pengolahan
sampah di tempat dari Januari 1960. "
Kesimpulan itu berisi banyak kesalahan faktual: makan ikan dan kerang dari daerah lain dari
Laut Shiranui, bukan hanya Minamata Bay, dapat menyebabkan penyakit; makan dalam jumlah
kecil, serta sejumlah besar ikan yang terkontaminasi selama waktu yang lama juga menghasilkan
gejala, sedangkan wabah tidak sebenarnya "berakhir" pada tahun 1960 juga tidak merkurimenghapus fasilitas air limbah telah terinstal pada bulan Januari 1960. Namun demikian,
pengumuman pemerintah membawa perasaan lega kepada banyak korban besar dan keluarga
mereka. Banyak yang merasa dibenarkan dalam perjuangan panjang mereka untuk memaksa
Chisso untuk menerima tanggung jawab sebagai penyebab penyakit dan mengucapkan terima
kasih bahwa penderitaan mereka telah diakui oleh atasan sosial mereka. Perjuangan sekarang
fokus pada sejauh mana para korban harus dikompensasi. [24]

[ sunting ] Perjuangan untuk perjanjian baru

Sehubungan dengan pengumuman pemerintah, pasien dari Mutual Aid Society memutuskan
untuk meminta perjanjian kompensasi baru dengan Chisso dan disampaikan permintaan pada 6
Oktober. Perusahaan menjawab bahwa hal itu tidak mampu untuk menilai apa yang akan menjadi
kompensasi yang adil dan meminta pemerintah nasional untuk membentuk sebuah komite
arbitrase mengikat untuk memutuskan. Proposal ini membagi anggota masyarakat pasien, banyak
dari mereka sangat mewaspadai mempercayakan nasib mereka kepada pihak ketiga, seperti yang
mereka lakukan pada tahun 1959 dengan hasil yang menguntungkan. Pada pertemuan pada
tanggal 5 April 1969, pandangan yang bertentangan dalam masyarakat tidak dapat didamaikan
dan pemecahan organisasi ke dalam Grup Arbitrase (yang bersedia menerima arbitrase
mengikat) dan Grup Litigasi (yang memutuskan untuk menuntut perusahaan). Musim panas
Chisso mengirim hadiah kepada keluarga yang memilih untuk arbitrase daripada litigasi.

Minamata pasien dan anggota keluarga terus foto-foto mereka yang mati selama demonstrasi (
KAMI Smith )
Sebuah komite arbitrase adalah diberi dibentuk oleh Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan
pada tanggal 25 April, tapi butuh hampir setahun untuk menyusun rancangan rencana
kompensasi. Sebuah kebocoran koran Maret 1970 mengungkapkan bahwa panitia akan meminta
Chisso hanya membayar JPY2 juta (USD5, 600) untuk pasien mati dan JPY140, 000 untuk
JPY200, 000 (USD390 untuk USD560) per tahun untuk pasien yang masih hidup. Grup
Arbitrase merasa kecewa karena jumlah yang ditawarkan. Mereka mengajukan petisi panitia,
bersama-sama dengan pasien dan pendukung dari Grup Litigasi, untuk sebuah kesepakatan yang
lebih adil. Komite arbitrase mengumumkan rencana kompensasi mereka pada tanggal 25 Mei di
sesi teratur di Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan di Tokyo. Tiga belas demonstran
ditangkap. Daripada menerima perjanjian tersebut karena mereka telah dijanjikan, Grup
Arbitrase meminta meningkat. Panitia terpaksa merevisi rencana dan pasien menunggu di dalam
gedung Kementerian selama dua hari sementara mereka melakukannya. Kesepakatan akhir
ditandatangani pada tanggal 27 Mei. Pembayaran untuk kematian berkisar dari JPY1.7 juta
menjadi JPY4 juta (USD4, 700 sampai USD11, 100), pembayaran satu kali dari JPY1 juta
menjadi JPY4.2 juta (USD2, 760 untuk USD11, 660) dan pembayaran tahunan antara JPY170,
000 dan JPY380, 000 (USD470 untuk USD1, 100) untuk pasien yang masih hidup. Pada hari
penandatanganan, Warga Minamata 'Council mengadakan protes di luar gerbang pabrik
Minamata. Salah satu Chisso serikat buruh mengadakan pemogokan delapan jam sebagai protes
atas perlakuan buruk dari Grup Arbitrase oleh perusahaan mereka sendiri. [25]
Grup Litigasi, yang mewakili 41 pasien bersertifikat (17 sudah almarhum) di 28 keluarga,
mengajukan gugatan mereka terhadap Chisso di Kumamoto Pengadilan Negeri pada tanggal 14

Juni 1969. Pemimpin kelompok, Eizo Watanabe (pemimpin mantan Mutual Aid Society),
menyatakan bahwa, "Hari ini, dan dari hari ini sebagainya, kita sedang berperang melawan
kekuasaan negara." Mereka yang memutuskan untuk menuntut perusahaan berada di bawah
tekanan keras untuk menjatuhkan tuntutan mereka terhadap perusahaan. Seorang wanita
dikunjungi secara pribadi oleh seorang eksekutif Chisso dan dilecehkan oleh tetangganya. Dia
diabaikan, perahu nelayan keluarganya digunakan tanpa izin, jaring ikan mereka dipotong dan
kotoran manusia dilemparkan ke arahnya di jalan. [26]
Grup Litigasi dan pengacara mereka dibantu secara substansial oleh jaringan nasional informal
kelompok warga yang bermunculan di seluruh negeri pada tahun 1969. Asosiasi untuk
mendakwa [Mereka Bertanggung jawab atas] Penyakit Minamata (
Minamata Byo-o Kokuhatsu Suru Kai ? ) berperan besar dalam meningkatkan kesadaran dan
dana untuk gugatan itu. Cabang Kumamoto pada khususnya sangat membantu untuk kasus ini.
Pada bulan September 1969 mereka mendirikan Trial Research Group yang termasuk profesor
hukum, peneliti medis (termasuk Masazumi Harada ), sosiolog dan bahkan ibu rumah tangga dan
penyair Michiko Ishimure untuk memberikan bahan yang bermanfaat untuk para pengacara
untuk memperbaiki argumen hukum mereka. Bahkan mereka laporan: Tanggung Jawab untuk
Penyakit Minamata: Chisso's Ilegal Kisah, [27] diterbitkan pada bulan Agustus 1970, membentuk
dasar gugatan akhirnya sukses. [25]
Sidang berlangsung hampir empat tahun. Grup ini Litigasi pengacara berusaha membuktikan
Chisso's kelalaian perusahaan . Tiga poin hukum utama harus diatasi untuk memenangkan kasus
ini. Pertama para pengacara harus menunjukkan methylmercury yang menyebabkan penyakit
Minamata dan bahwa pabrik perusahaan adalah sumber polusi. Penelitian yang luas dengan
Kumamoto University dan kesimpulan pemerintah berarti bahwa titik ini terbukti cukup mudah.
Kedua, bisa dan harus perusahaan telah mengantisipasi dampak dari limbah dan harus itu telah
mengambil langkah-langkah untuk mencegah tragedi (yaitu merupakan perusahaan lalai dalam
Surat tugas perawatan )? Ketiga, adalah "uang simpati" kesepakatan tahun 1959, yang melarang
pasien dari menuntut kompensasi apapun lebih lanjut, sebuah kontrak yang mengikat secara
hukum?
Sidang mendengar dari pasien dan keluarga mereka tetapi kesaksian paling penting berasal dari
Chisso eksekutif dan karyawan. Yang dramatis kesaksian kebanyakan berasal dari Hajime
Hosokawa yang berbicara pada tanggal 4 Juli 1970 dari ranjang rumah sakit di mana ia sedang
sekarat karena kanker. Dia menjelaskan eksperimen dengan kucing, termasuk "kucing 400"
terkenal yang mengembangkan penyakit Minamata setelah diberi air limbah pabrik. Dia juga
berbicara tentang penentangannya terhadap perubahan 1958 di rute air limbah keluaran dari
Hyakken Harbour ke Minamata River. Kesaksiannya didukung oleh seorang rekan yang juga
menceritakan bagaimana para pejabat perusahaan telah memerintahkan mereka untuk
menghentikan percobaan kucing mereka pada musim gugur 1959. Hosokawa Hajime meninggal
tiga bulan setelah memberikan kesaksiannya. Mantan manajer pabrik Eiichi Nishida mengakui
bahwa perusahaan menempatkan keuntungan di depan keselamatan, menghasilkan kondisi kerja
yang berbahaya dan kurangnya perawatan dengan merkuri. Mantan Presiden Chisso Kiichi
Yoshioka mengakui bahwa perusahaan mempromosikan teori dibuang Perang Dunia II peledak
meskipun tahu itu tidak berdasar.

Menjatuhkan putusan pada 20 Maret 1973 merupakan kemenangan lengkap untuk pasien dari
Grup Litigasi:
"Pabrik terdakwa adalah pabrik kimia terkemuka dengan teknologi paling canggih dan ...
seharusnya meyakinkan keselamatan limbah yang terdakwa bisa mencegah terjadinya
penyakit Minamata atau setidaknya memiliki menyimpannya minimal.. Kami tidak dapat
menemukan bahwa terdakwa mengambil salah satu tindakan pencegahan yang disebut
dalam situasi ini apapun. Anggapan bahwa terdakwa telah lalai dari awal hingga akhir
dalam melaksanakan limbah dari pabrik asetaldehida adalah berlimpah didukung
terdakwa tidak bisa lepas jawab atas kelalaian.. "
The "simpati uang" kesepakatan ditemukan tidak valid dan Chisso diperintahkan untuk
melakukan pembayaran satu kali JPY18 juta (USD66, 000) untuk setiap pasien meninggal dan
dari JPY16 juta untuk JPY 18 juta (USD59, 000 untuk USD66, 000) untuk setiap pasien yang
masih hidup. Total kompensasi JPY937 juta (USD3.4 juta) adalah jumlah terbesar yang pernah
diberikan oleh pengadilan Jepang. [28]

[ sunting ] pasien 'memerangi bersertifikat harus diakui


Sementara perjuangan kelompok arbitrase dan litigasi terhadap Chisso adalah melanjutkan,
sebuah kelompok baru penderita penyakit Minamata muncul. Dalam rangka memenuhi syarat
untuk kompensasi di bawah perjanjian 1959, pasien harus secara resmi diakui oleh berbagai
komite sertifikasi ad hoc sesuai dengan gejala-gejala mereka. Sayangnya, dalam upaya untuk
membatasi kewajiban dan beban keuangan pada perusahaan, komite ini menempel interpretasi
yang kaku penyakit Minamata. Mereka diperlukan bahwa pasien harus menunjukkan semua
gejala -Russell Hunter Syndrome - diagnosis standar keracunan merkuri organik pada saat itu yang berasal dari kecelakaan industri di Inggris pada tahun 1940. Komite hanya bersertifikat
pasien menunjukkan gejala eksplisit dari sindrom Inggris, daripada mendasarkan diagnosa
mereka pada penyakit di Jepang. Hal ini mengakibatkan banyak pelamar yang ditolak oleh
panitia, meninggalkan mereka dipahami bingung dan frustasi. [29]
Seorang tokoh kunci dalam perjuangan untuk pasien uncertified itu Teruo Kawamoto . Lahir
pada tahun 1931, ia adalah anak ketujuh dari seorang pekerja Chisso dan nelayan lokal. Dari
tahun 1959 dan seterusnya, ayah Teruo mulai menunjukkan gejala-gejala khas dari penyakit
Minamata: mati rasa di tangan dan kaki, bicara cadel, gangguan berjalan dan visi dibatasi.
Kondisinya memburuk perlahan-lahan sampai ia dirawat di rumah sakit jiwa di mana Teruo
sendiri telah menemukan pekerjaan. Berhalusinasi dan bunuh diri, ayahnya akhirnya menjadi
tidak mampu mengenali siapa saja di seluruh dia dan mati dengan anaknya di samping tempat
tidurnya pada bulan April

[ sunting ] Korban
Pada Maret 2001, 2.265 korban telah resmi bersertifikat (1.784 di antaranya telah meninggal) [1]
dan lebih dari 10.000 orang telah menerima kompensasi finansial dari Chisso, [2] walaupun
mereka tidak diakui sebagai korban resmi. Isu mengkuantifikasi dampak penyakit Minamata
rumit, sebagai penuh studi epidemiologi belum pernah dilakukan dan pasien hanya pernah diakui

jika mereka secara sukarela diterapkan ke Dewan Sertifikasi untuk mencari kompensasi
finansial. [30] Banyak korban penyakit Minamata menghadapi diskriminasi dan pengasingan dari
masyarakat lokal jika mereka keluar ke tempat terbuka tentang gejala-gejala mereka. Beberapa
orang takut penyakit yang akan menular lokal banyak orang dan sangat setia Chisso, tergantung
pada perusahaan untuk mata pencaharian mereka. Dalam suasana ini penderita yang dimengerti
enggan untuk maju dan mencari sertifikasi. Meskipun faktor-faktor ini, lebih dari 17.000 orang
telah diterapkan kepada Dewan untuk sertifikasi. Selain itu, dalam mengakui pemohon sebagai
penderita penyakit Minamata, Dewan Sertifikasi yang memenuhi syarat bahwa pasien untuk
menerima kompensasi finansial dari Chisso. Dengan demikian, Dewan selalu berada di bawah
tekanan besar untuk menolak pengadu dan meminimalkan beban keuangan ditempatkan pada
Chisso. Alih-alih menjadi Dewan pengakuan medis, keputusan Dewan selalu dipengaruhi oleh
faktor ekonomi dan politik sekitar Minamata dan perusahaan Chisso. Selanjutnya, kompensasi
korban menyebabkan perselisihan terus berlanjut di masyarakat, termasuk tuduhan tak berdasar
bahwa beberapa orang yang mencari kompensasi tidak benar-benar menderita penyakit tersebut.
[31]

[ sunting ] efek Demokratisasi


Menurut Timothy S. George, protes lingkungan yang mengelilingi penyakit itu muncul untuk
membantu dalam demokratisasi Jepang. [32] Ketika kasus pertama dilaporkan dan kemudian
ditekan, hak-hak korban tidak diakui, dan mereka tidak diberi kompensasi. Sebaliknya, yang
menderita itu dikucilkan dari komunitas mereka karena ketidaktahuan tentang penyakit ini,
seperti orang-orang takut bahwa itu menular.
Orang-orang langsung terkena dampak pencemaran Teluk Minamata awalnya tidak diizinkan
untuk berpartisipasi dalam tindakan yang akan mempengaruhi masa depan mereka. Penyakit
korban, keluarga nelayan, dan karyawan perusahaan dikeluarkan dari perdebatan. Kemajuan
terjadi ketika korban Minamata akhirnya diizinkan untuk datang ke pertemuan untuk membahas
masalah tersebut. Akibatnya, Jepang pasca perang mengambil langkah kecil menuju demokrasi.
Melalui evolusi sentimen publik, korban dan demonstran lingkungan mampu memperoleh berdiri
dan melanjutkan lebih efektif dalam perjuangan mereka. Keterlibatan pers juga membantu proses
demokratisasi karena menyebabkan lebih banyak orang untuk menjadi sadar akan fakta-fakta
penyakit Minamata dan pencemaran yang menyebabkannya.
Meskipun lingkungan melakukan protes hasil di Jepang menjadi lebih demokratisasi, hal itu
tidak sepenuhnya menyingkirkan Jepang dari sistem yang pertama menekan nelayan dan korban
penyakit Minamata.

[ sunting ] Media
dokumentasi fotografi dari Minamata dimulai pada awal 1960-an. Salah satu fotografer yang tiba
pada tahun 1960 adalah Shisei Kuwabara , langsung dari dan foto sekolah universitas. Pameran
pertama karyanya di Minamata diadakan di Fuji Foto Salon di Tokyo pada tahun 1962, dan yang

pertama buku-panjang antologi nya Minamata diterbitkan di Jepang pada tahun 1965. Dia telah
kembali ke kali banyak Minamata sejak.
Namun, hal ini merupakan esai fotografi dramatis oleh W. Eugene Smith yang membawa
perhatian dunia terhadap penyakit Minamata. Dia dan istrinya Jepang-nya tinggal di Minamata
1971-1973. Yang terkenal dan mencolok foto yang paling dari esai, Tomoko Uemura di Her Bath
, (1972) menunjukkan Ryoko Uemura, memegang sangat cacat putrinya, Tomoko, di ruang
mandi Jepang. Tomoko diracuni oleh methylmercury saat masih dalam kandungan. Foto itu
sangat luas dipublikasikan. Hal ini ditimbulkan oleh Smith dengan kerjasama Ryoko dan
Tomoko untuk secara dramatis menggambarkan konsekuensi dari penyakit. Hal ini kemudian
ditarik dari peredaran atas permintaan keluarga Tomoko, dan karena itu tidak muncul dalam
antologi terbaru karya-karya Smith. [33] Smith dan istrinya yang sangat berdedikasi dalam
kepentingan para korban penyakit Minamata, erat mendokumentasikan perjuangan mereka untuk
pengakuan dan hak atas kompensasi. Smith sendiri diserang dan terluka parah oleh karyawan
Chisso dalam sebuah insiden di Goi, Ichihara kota, dekat Tokyo pada tanggal 7 Januari 1972,
dalam upaya untuk menghentikan fotografer dari lebih lanjut mengungkapkan masalah tersebut
kepada dunia. [34] Tahun 54- Smith tua selamat dari serangan itu, tapi melihat di satu mata
memburuk dan kesehatannya tidak pernah sepenuhnya pulih sebelum kematiannya pada tahun
1978.
Orang Jepang terkemuka pembuat film dokumenter Noriaki Tsuchimoto membuat serangkaian
film, dimulai dengan Minamata: Korban dan mereka Dunia (1971), mendokumentasikan insiden
dan berpihak kepada korban dalam perjuangan mereka melawan Chisso dan pemerintah.

Memorial di Museum Penyakit Minamata Kota

[ sunting ] Dalam budaya populer

Toshiko Akiyoshi, tersentuh oleh penderitaan desa nelayan, menulis sebuah suite jazz,
"Minamata" yang menjadi bagian pusat Akiyoshi-Lew Tabackin Big Band 1976 album Toshiko
pada RCA, Wawasan. Potongan dibangun dalam tiga bagian, untuk musik mencerminkan tragedi
tersebut - "Desa Damai," "Kemakmuran & Konsekuensi," dan "Epilog". Akiyoshi digunakan
vokalis Jepang untuk menyanyikan lirik Jepang sebuah puisi nada yang merupakan bagian dari
komposisi. Album ini memenangkan banyak penghargaan di kalangan jazz, termasuk 's
pembukaan lagu penghargaan album terbaik, terutama pada kekuatan bagian ini, yang membawa
perhatian lebih lanjut tentang tragedi itu. [35] Wawasan (Toshiko Akiyoshi - Lew Tabackin Big
Band)
Lagu "Kepone Factory" pada Dead Kennedys " Dalam Tuhan Kita Percaya, Inc membuat
referensi ke bencana di paduan suara tersebut.

[ sunting ] penyakit Minamata hari ini


penyakit Minamata tetap menjadi isu penting dalam masyarakat kontemporer Jepang. Gugatan
terhadap Chisso dan dan nasional pemerintah prefektur masih terus berlangsung dan
menganggap banyak tanggapan pemerintah sampai saat ini tidak memadai. [36] sejarah ikhtisar
"The itu perusahaan" di website-nya tidak menyebutkan peran mereka dalam kontaminasi massa
Minamata dan setelah mengerikan. Laporan Tahunan 2004 mereka namun laporan setara dengan
sekitar US $ 50 juta (5.820 juta yen) dalam "Kewajiban Kompensasi Penyakit Minamata". Dari
tahun 2000 sampai 2003, perusahaan juga melaporkan kewajiban kompensasi total lebih dari US
$ 170 juta. 2000 rekening mereka juga menunjukkan bahwa Jepang dan prefektur Kumamoto
dihapuskan pemerintah US yang sangat besar $ 560 juta dalam kewajiban yang terkait. FY2004
mereka dan laporan tahun 2005 mengacu pada penyakit Minamata sebagai " Mad Hatter's
Disease ", sebuah istilah yang diciptakan dari keracunan merkuri yang dialami oleh topi-pembuat
beberapa abad terakhir (cf Mad Hatter ). [37]
Sebuah upacara peringatan diadakan di Penyakit Minamata Municipal Museum pada tanggal 1
Mei 2006 untuk menandai 50 tahun sejak penemuan resmi penyakit. Meskipun cuaca buruk
layanan yang dihadiri oleh lebih dari 600 orang, termasuk ketua Chisso Shunkichi Goto dan
Menteri Lingkungan Hidup Yuriko Koike . [38]
Pada Monday, March 29, 2010, sekelompok korban uncertified 2123 mencapai penyelesaian
dengan pemerintah Jepang, Prefektur Kumamoto pemerintah, dan Chisso Corporation untuk
menerima pembayaran lump sum individu sebesar 2,1 juta yen dan tunjangan medis bulanan. [4]
pasien bawaan Kebanyakan sekarang berumur empat puluhan dan lima puluhan dan kesehatan
mereka memburuk. Orang tua mereka, yang seringkali satu-satunya sumber perawatan, yang
menjadi tujuh atau delapan puluhan atau sudah almarhum. Seringkali pasien ini menemukan diri
mereka terikat ke rumah mereka sendiri dan mengurus keluarga mereka, di isolasi efektif dari
masyarakat setempat. Beberapa fasilitas kesejahteraan bagi pasien memang ada. Salah satu
contoh penting adalah Hot Rumah ( Hotto Hausu ? ), pusat pelatihan kejuruan bagi
pasien bawaan serta orang-orang cacat lain di wilayah Minamata. Panas anggota DPR juga
terlibat dalam meningkatkan kesadaran penyakit Minamata, sering menghadiri konferensi dan

seminar serta melakukan kunjungan rutin ke sekolah-sekolah dasar di seluruh Prefektur


Kumamoto . [39]

Anda mungkin juga menyukai