Anda di halaman 1dari 7

Kasus Minamata di Jepang

1. Latar Belakang
Penyakit minamata mendapat namanya dari kota Minamata, Prefektur Kumamoto di
Jepang, yang merupakan daerah penyakit ini mewabah mulai tahun 1958. Pada waktu itu
terjadi masalah wabah penyakit di kota Minamata, Jepang. Ratusan orang mati akibat
penyakit yang aneh dengan gejala kelumpuhan syaraf. Mengetahui hal tersebut, para ahli
kesehatan menemukan masalah yang harus segera diamati dan dicari penyebabnya. Melalui
pengamatan yang mendalam tentang gejala penyakit dan kebiasaan orang jepang, termasuk
pola makan kemudian diambil suatu hipotesis. Hipotesisnya adalah bahwa penyakit tersebut
mirip orang yang keracunan logam berat. Kemudian dari kebudayaan setempat diketahui
bahwa orang Jepang mempunyai kebiasaan mengkonsumsi ikan laut dalam jumlah banyak.
Dari hipotesis dan kebiasaan pola makan tesebut kemudian dilakukan eksperimen untuk
mengetahui apakah ikan-ikan di Teluk Minamata banyak mengandung logam berat
(merkuri). Kemudian di susun teori bahwa penyakit tesebut diakibatkan oleh keracunan
logam merkuri yang terkandung pada ikan. Ikan tesebut mengandung merkuri akibat adanya
orang atau pabrik yang membuang merkuri ke laut. Penelitian berlanjut dan akihirnya
ditemukan bahwa sumber merkuri berasal dar pabrik batu baterai Chisso. Akhirnya pabrik
tersebut ditutup dan harus membayar kerugian kepada penduduk Minamata kurang lebih dari
26,6 juta dolar.
2. Topik Utama
Penyakit minamata atau Sindrom minamata adalah sindrom kelainan fungsi saraf yang
disebabkan oleh keracunan akut air raksa. Gejala-gejala sindrom ini seperti kesemutan pada
kaki dan tangan, lemas-lemas, penyempitan sudut pandang dan degradasi kemampuan
berbicara dan pendengaran. Pada tingkatan akut, gejala ini biasanya memburuk disertai
dengan kelumpuhan, kegilaan, jatuh koma dan akhirnya mati.
Merkuri atau Raksa atau Air raksa (Latin: Hydrargyrum, air/cairan perak) adalah unsur
kimia pada tabel periodik dengan simbol Hg dan nomor atom 80. Unsur golongan logam
transisi ini berwarna keperakan dan merupakan satu dari lima unsur (bersama cesium,
fransium, galium, dan brom) yang berbentuk cair dalam suhu kamar. Raksa banyak
digunakan sebagai bahan amalgam gigi, termometer, barometer, dan peralatan ilmiah lain,
walaupun penggunaannya untuk bahan pengisi termometer telah digantikan (oleh

termometer alkohol, digital, atau termistor) dengan alasan kesehatan dan keamanan karena
sifat toksik yang dimilikinya. Unsur ini diperoleh terutama melalui proses reduksi dari
cinnabar mineral. Densitasnya yang tinggi menyebabkan benda-benda seperti bola biliar
menjadi terapung jika diletakkan di dalam cairan raksa hanya dengan 20% volumenya
terendam.
Minamata adalah sebuah desa kecil yang menghadap ke laut Shiranui, bagian selatan
Jepang sebagian besar penduduknya hidup sebagai nelayan, dan merupakan pengkonsumsi
ikan cukup tinggi, yaitu 286-410 gram/hari. Tahun 1908 berdiri PT Chisso dengan Motto
dahulukan keuntungan perkembangannya pada tahun 1932. Industri ini berkembang dan
memproduksi berbagai jenis produk dari pewarna kuku sampai peledak. Dengan dukungan
militer industri ini merajai industri kimia dan dengan leluasa membuang limbahnya ke teluk
Minamata diperkirakan 200-600 ton Hg dibuang selama tahun 1932-1968. Selain merkuri
limbah PT Chisso juga berupa mangan, thalium dan selenium. Bencana mulai nampak pada
tahun 1949 ketika hasil tangkapan mulai menurun drastis ditandai dengan punahnya jenis
karang yang menjadi habitat ikan yang menjadi andalan nelayan Minamata.
Pada tahun 1953 beberapa ekor kucing yang memakan ikan dari teluk Minamata
mengalami kejang, menari-nari, dan mengeluarkan air liur beberapa saat kemudian kucing
ini mati. Tahun 1956 adanya laporan kasus gadis berusia 5 tahun yang menderita gejala
kerusakan otak, gangguan bicara, dan hilangnya keseimbangan sehingga tidak dapat
berjalan. Menyusul kemudian adalah adik dan empat orang tetangganya. Penyakit ini
kemudian oleh Dr. Hosokawa disebut sebagai Minamata Desease. Pada tahun 1958 terdapat
bukti bahwa penyakit minamata disebabkan oleh keracunan Methyl-Hg, hal ini ditunjukkan
dengan kucing yang mengalami kejang dan disusul kematian setelah diberi makan MethylHg.
Pada tahun 1960 bukti menyebutkan bahwa PT Chisso memiliki andil besar dalam
tragedi Minamata, karena ditemukan Methyl-Hg dari ekstrak kerang dari teluk Minamata.
Sedimen habitat kerang tersebut mengandung 10-100 ppm Methyl-Hg, sedangkan di dasar
kanal pembuangan pabrik Chisso mencapai 2000 ppm. pada tahun 1968 pemerintah secara
resmi mengakui bahwa pencemaran dari pabrik Chisso sebagai sumber penyakit minamata.
Penyakit ini ternyata juga ditemukan pada janin bayi. Penyakit ini ternyata menurun secara
genetis sehingga keturunnya dipastikan akan menidap penyakit minamata, sehingga orangorang disana tidak mau mengakui bahwa mereka berasal dari Minamata karena takut tidak
ada orang yang mau menjadi jodohnya.

3. Penyebab
Tahun 1959 merupakan tahun yang penting, baik bagi para penderita penyakit Minamata
maupun terhadap riwayat penelitian dari penyakit tersebut. Merkuri, yang telah dicurigai
sebagai penyebab sejak sekitar September 1958, mengundang lebih banyak perhatian lagi.
Tanggal 19 Februari 1959, Tim Survei Penyakit Minamata/Keracunan Makanan dari
Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan mengumumkan pentingnya penelitian terhadap
distribusi merkuri pada Teluk Minamata. Tim ini dibentuk pada Januari 1959 sebagai tim
penelitian di bawah Kementerian Kesehatan Masyarakat, semua anggotanya berasal dari
Kelompok Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Kumamoto. Sebagai hasil survey
tersebut, terungkap sebuah fakta yang mengejutkan. Disebutkan, kadar merkuri yang sangat
tinggi dideteksi pada tubuh ikan, kerang-kerangan, dan lumpur dari Teluk Minamata yang
dikumpulkan pada saat terjadinya penjangkitan Penyakit Minamata.
Secara geografi, merkuri ditemukan dalam konsentrasi tertingginya di sekitar mulut
kanal pembuangan pabrik Chisso dan kadarnya menurun pada jarak yang jarak semakin jauh
ke laut lepas. Data tersebut dengan jelas menunjukkan bahwa merkuri berasal dari kanal
pembuangan pabrik dalam lumpur (masyarakat menyebutnya dobe) sekitar mulut saluran
pembuangan di Hyakken, dua kilogram merkuri per ton, seakan tempat tersebut merupakan
tambang merkuri. Wajar jika kemudian kelompok penelitian yang melakukan studi di tempat
tersebut dibuat terkejut. Kelak, sebuah cabang baru perusahaan Chisso Minamata
Chemicalsdibuat khusus untuk mengklaim merkuri yang terdapat di dalam Teluk Minamata,
maka Pantai Minamata memang telah menjadi sebuah tambang merkuri.Konsentrasi merkuri
yang tinggi tidak hanya ditemukan di Teluk Minamata. Kadar yang tinggi juga ditemukan
pada rambut warga yang tinggal di sepanjang Laut Shiranui, khususnya di distrik Minamata.
Setelah dibandingkan dengan penduduk di kota Kumamoto. Level tertinggi dari merkuri
yang dideteksi pada rambut penderita penyakit Minamata adalah 705 ppm, jumlah tertinggi
dari warga Minamata yang sehat adalah 191 ppm, dan mereka yang tinggal di luar areal
Minamata adalah sekitar 4,42 ppm. Kadar merkuri yang besar juga dideteksi pada air seni
penderita Penyakit Minamata, berkisar antar 30-120 gamma per hari.
Konsentrasi merkuri yang tinggi ditemukan pada ikan dan kerang-kerangan yang berasal
dari Teluk Minamata, dan menyebabkan Penyakit Minamata pada tikus dan kucing
percobaan. Mereka memiliki kandungan merkuri antara 20-40 ppm, yang memperkuat
dugaan bahwa merkuri telah menyebar luas pada area Laut Shiranui. Standar nasional
merkuri yang diperbolehkan di lingkungan saat ini adalah 1,0 ppm.

Tingkat merkuri yang tinggi juga ditemukan pada organ-organ mayat penderita penyakit
Minamata dan dalam organ kucing, baik yang secara alami, maupun yang mengalaminya
karena dalam percobaan diberi makan ikan dan kerang-kerangan dari Teluk Minamata.
Ditemukannya kadar merkuri yang tinggi pada rambut penduduk di distrik ini menunjukkan
mereka-orang dewasa, bayi, anak-anak dan ibu mereka-semua terkontaminasi merkuri berat,
dengan atau tanpa adanya gejala dengan mereka. Jika masalah ini ditanggapi dengan baik,
mungkin dapat meramalkan datangnya perjangkitan Penyakit Minamata yang laten. Sebelum
kasus-kasus pasien dengan omset yang lambat dan gejala-gejala laten menjadi masalah
serius seperti sekarang ini. Meski demikian, dalam kenyataannya, kandungan merkuri pada
rambut tidak dianggap sebagai faktor menentukan dalam menegakkan diagnosa Penyakit
Minamata, dan meletakkan garis batas bahwa kandungan merkuri pada rambut penduduk
adalah tinggi, baik pasien ataupun bukan. Jadi, di sini juga terjadi suatu kesalahan dalam
memanfaatkan data yang ada. Meski harus diakui, Kelompok Penelitian telah
mengumpulkan data-data yang berguna menyangkut Penyakit Minamata dan merkuri.
Pada 22 Juli 1959, Kelompok Penelitian Penyakit Minamata mengambil kesimpulan di
akhir penemuan: Penyakit Minamata merupakan suatu penyakit neurologis yang
disebabkan oleh konsumsi ikan dan kerang-kerangan lokal, dan merkuri telah menarik
perhatian besar sebagai racun yang telah mencemari ikan dan kerang-kerangan. Teori
Merkuri Organik.
Tanggal 12 November 1959, anggota Komite Dewan Investigasi Makanan dan Sanitasi
Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan memaparkan laporan berikut ini kepada menteri
berdasarkan laporan oleh Tim Survei Keracunan Makanan/Penyakit Minamata. Penyakit
Minamata adalah suatu penyakit keracunan yang utamanya mempengaruhi sistim saraf pusat
akibat mengkonsumsi ikan dan kerang-kerangan dari Teluk Minamata dan sekitarnya dalam
jumlah besar, dimana agen penyebab utamanya adalah semacam campuran merkuri organik.
Jadi, dalam hal ini merkuri organik secara resmi diumumkan sebagai substansi penyebab
Penyakit Minamata. Walau begitu, tanggal 13 November, di hari berikutnya, Tim Survei
Penyakit Minamata/Keracunan Makanan dari Dewan Investigasi Makanan dan Sanitasi
dibubarkan secara resmi oleh Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan.
Sementara itu, Dr. Leonard T. Kurland (NIH USA) mengunjungi Minamata pada
September 1958 dan memeriksa beberapa pasien. Ia mengambil beberapa contoh makanan
dari laut, air laut dan lumpur untuk dibawa ke Amerika dan dianalisa. Ia menulis sebuah
artikel pada sebuah surat kabarAsahi Shinbun dan Mainiji Shinbun tanggal 8 Desember

1959, yang memperkuat kesimpulan yang dibuat oleh Universitas Kumamoto bahwa
substansi penyebab dari Penyakit Minamata adalah merkuri organik.
Sebelum ditemukan bahwa merkuri merupakan penyebab dari penyakit minamata,
banyak teori yang muncul dari berbagai peneliti mengenai penyebab dari penyakit minamata
ini. Adapun teori-teori tersebut antara lain:

Teori Mangan
September 1956, beredar sebuah isu di Minamata bahwa kemungkinan mangan

merupakan penyebab utamanya. Sumber dari berita ini adalah Kelompok Peneliti
Kumamoto. Mangan wajar dicurigai sebagai substansi penyebab, karena kelainan pada
sistem ekstrapiramidal ditetapkan sebagai salah satu gejala klinis yang khas, ditambah lagi
bila ada alterasi pada gangguan basalis. Mangan juga merupakan suatu kemungkinan yang
logis karena kandungannya ditemukan pada air laut, air limbah, ikan, kerang, dan juga dalam
organ-organ dalam penderita dalam jumlah besar. Secara resmi, mangan diumumkan sebagai
penyebab yang dicurigai pada tanggal 4 November 1956, pada konferensi pertama yang
diadakan Kelompok Peneliti Penyakit Minamata untuk melaporkan temuan mereka.

Teori Thallium
Pada Mei 1958, diperkenalkan sebuah teori baru, yang mengajukan thallium sebagai

penyebab. Hal ini terjadi karena thallium ditemukan dalam jumlah besar (300 ppm) pada
limbah dan pembuangan pabrik di Teluk Minamata. Thallium yang secara eksperimental
sangat beracun, ditemukan terkandung dalam debu yang dihasilkan oleh Cottreli precipitator
yang digunakan dalam produksi asam sulfur di pabrik.Namun setelah diadakan penelitian
lebih lanjut ternyata gejala penyakit akibat thallium, cukup berbeda dengan penyakit
Minamata. Sehingga teori thallium tidak dapat dibuktikan kebenarannya.

Teori Selenium
Bulan April 1957, teori selenium sebagai penyebab utama diperkenalkan oleh Profesor

Kitamura, mengingat sejumlah besar selenium ditemukan pada cairan limbah yang dibuang
oleh pabrik di teluk minamata. Secara klinis, gangguan penglihatan dan ginjal akibat
keracunan selenium terlihat lebih signifikan jika dibandingkan dengan penyakit Minamata.
Namun, pada keracunan selenium, lesi pada sel korteks otak jarang ditemukan dan
perwujudan klinisnya terbatas pada bergugurannya rambut dan memberatnya gejala-gejala
umum. Dengan demikian, teori selenium akhirnya ditolak.

4. Kerugian
Hingga 30 April 1997, jumlah penduduk Propinsi Kumamoto dan Kagoshima yang
menyatakan diri sebagai korban Minamata disease berjumlah lebih dari 17.000 orang.
Sebanyak 2264 diantaranya telah diakui oleh Pemerintah dan 1408 diantaranya telah
meninggal sebelum 31 Oktober 2000. Penyakit Minamata terjadi akibat banyak
mengkonsumsi ikan dan kerang dari Teluk Minamata yang tercemar metil merkuri. Penyakit
Minamata bukanlah penyakit yang menular atau menurun secara genetis.
Pada tahun 1968 pemerintah Jepang menyatakan bahwa penyakit ini disebabkan oleh
pencemaran pabrik Chisso Co., Ltd. Metil merkuri yang masuk ke tubuh manusia akan
menyerang sistem saraf pusat. Gejala awal antara lain kaki dan tangan menjadi gemetar dan
lemah, kelelahan, telinga berdengung, kemampuan penglihatan melemah, kehilangan
pendengaran, bicara cadel dan gerakan menjadi tidak terkendali. Beberapa penderita berat
penyakit Minamata menjadi gila, tidak sadarkan diri dan meninggal setelah sebulan
menderita penyakit ini. Penderita kronis penyakit ini mengalami gejala seperti sakit kepala,
sering kelelahan, kehilangan indra perasa dan penciuman, dan menjadi pelupa. Meskipun
gejala ini tidak terlihat jelas tetapi sangat mengganggu kehidupan sehari-hari. Selain itu yang
lebih parah adalah penderita congenital yaitu bayi yang lahir cacat karena menyerap metil
merkuri dalam rahim ibunya yang banyak mengkonsumsi ikan yang terkontaminasi metil
merkuri. Ibu yang mengandung tidak terserang penyakit Minamata karena metil merkuri
yang masuk ke tubuh ibu akan terakumulasi dalam plasenta dan diserap oleh janin dalam
kandungannya.
Panyakit Minamata tidak dapat diobati, sehingga perawatan bagi penderita hanya untuk
mengurangi gejala dan terapi rehabilitasi fisik. Disamping dampak kerusakan fisik, penderita
Minamata juga mengalami diskriminasi sosial dari masyarakat seperti dikucilkan, dilarang
pergi tempat umum dan sukar mendapatkan pasangan hidup. Hingga April 30 April 1997,
jumlah penduduk Propinsi Kumamoto dan Kagoshima yang menyatakan diri sebagai korban
Minamata disease berjumlah lebih dari 17.000 orang. Sebanyak 2264 diantaranya telah
diakui oleh Pemerintah dan 1408 diantaranya telah meninggal sebelum 31 Oktober 2000.
Disamping itu 10.353 yang telah resmi dinyatakan sebagai penderita atau korban Minamata
menerima ganti rugi sebagai kompensasi, sehingga jumlah penderita penyakit Minamata
akibat keracunan merkuri dilaporkan sekitar 12.617 orang. Akan tetapi jumlah sesungguhnya
masih belum diketahui secara pasti karena ada sebagian korban yang telah meninggal dunia
sebelum dikeluarkannya pernyataan resmi oleh pemerintah dan terdapat pula sebagian
korban yang enggan melapor karena malu. Penyakit ini tidak hanya terjadi di Minamata.

Tahun 1965 penyakit Minamata menyerang warga yang tinggal di sepanjang Sungai Agano
di Kota Niigata akibat pembuangan limbah merkuri oleh Showa Denko. Penyakit ini
dikabarkan juga terjadi di China dan Kanada. Sungai dan danau di Amazon dan Tanzania
juga tercemar merkuri dan menimbulkan masalah kesehatan yang mengkhawatirkan.
5. Penyelesaian
Pada kasus minamata pemerintah jepang mengawasi dengan ketat tentang pembuangan
limbah dari industri yang dapat berdampak mencemari lingkungan dan mahluk hidup yang
ada disekitarnya serta menindak dengan tegas apabila ada industri yang nakal agar tidak
terjadi bencana pada kasus minamata tersebut. Pada industri-industri yang menggunakan
bahan baku air raksa dan merkuri sebisa mungkin mengganti bahan baku tersebut dengan
bahan baku pengganti yang aman untuk kesehatan dan lingkungan hidup sekitaranya.
Pemilihan bahan baku yang ramah lingkungan sangat diperlukan. Selain itu tata cara
pembuangan limbah berbahaya harus dipatuhi.

Anda mungkin juga menyukai